Di Tanjung Priuk, Jakarta BTR-4M pesanan Marinir TNI AL ★
Setelah perjalanan panjang mengarungi lautan selama lebih dari satu bulan, akhirnya pada sore hari 28 September 2016, kapal MV Texel yang membawa lima unit panser intai amfibi BTR-4M Bucephalus pesanan Korp Marinir TNI AL tiba juga di dermaga pelabuhan Tanjung Priuk. Angkasa berkesempatan meninjau penurunan seluruh BTR-4M dari kapal, setelah selesainya proses inspeksi oleh Direktorat Bea dan Cukai.
Berbeda dengan pada saat pengiriman Main Battle Tank Leopard 2 yang turun dari kapal dengan tenaganya sendiri, BTR-4M diangkat, digotong, dan diturunkan dengan crane dari dek kapal sampai ke dermaga. Ini mirip dengan pada saat sistem artileri swagerak CAESAR diturunkan dari kapal pengangkut.
Satu-persatu, ranpur amfibi bersosok sangar ini diturunkan dari atas kapal secara perlahan oleh kru pelabuhan yang cukup ahli, diawasi dengan cermat oleh perwakilan dari perusahaan forwarding, perusahaan konsultan yang mewakili pabrikan BTR-4, dan tentu saja perwakilan dari Korp Marinir TNI AL. Semua yang menanti sudah tidak sabar menunggu selesainya proses turunnya BTR-4 dari dalam kapal.
Kalau dipikir, mungkin ini satu-satunya kesempatan bagi BTR-4 untuk ‘bermanja-manja.’ Saat nanti menjalani dinas aktif di tangan Kompi Intai Amfibi (Pintam), BTR-4 sudah pasti harus mengarung laut keluar dari kapal saat menjalani fase pendaratan dalam operasi amfibi.
Dari segi desain, BTR-4 dengan sistem penggerak 8×8 merupakan desain asli Ukraina, yang merupakan penyempurna dari roh desain keluarga BTR-60/70/80. Walaupun buatan Timur, kualitas dan desainnya mengacu pada kendaraan tempur buatan Barat. Jika melongok ke dalamnya, layout-nya sudah seperti ranpur buatan Barat, dengan kompartemen pengemudi dan komandan di depan, mesin di tengah, dan kompartemen pasukan di belakang. Kompartemen belakang terasa sangat lapang dan lega, dengan konfigurasi kursi yang bisa diatur untuk duduk berhadapan atau berpunggung-punggungan.
Sistem penggerak untuk BTR-4 sendiri juga sudah mengandalkan mesin buatan Barat. Walaupun pabrikan sebenarnya menyiapkan dua opsi mesin, varian BTR-4M Indonesia menggunakan mesin terbaik yaitu Deutz BF6M 1015CP buatan Jerman yang sudah mengadopsi standar emisi Euro II yang saat ini berlaku di Indonesia. Mesin diesel berdaya 490hp ini dikawinkan dengan sistem transmisi otomatis buatan Amerika Serikat Allison 4600SP dengan 6 gigi maju dan 1 gigi mundur. Paduan mesin dan transmisi ini dapat membawa BTR-4 lincah melesat sampai kecepatan 100km/ jam di jalan aspal atau 70km/ jam cross country.
Untuk kompartemen pasukan, BTR-4 dapat mengangkut sampai 8 orang yang terdiri dari 7 prajurit dan 1 orang juru tembak untuk sistem senjata pada BTR-4. Setiap prajurit mendapatkan kursi individual, yang dipasang tergantung pada atap kendaraan. Konfigurasi ini sengaja dibuat untuk mengurangi keparahan cedera fisik apabila kendaraan sampai terkena ranjau, yang gelombang kejutnya dapat meremukkan tulang.
Lantai kendaraan dibuat berlapis untuk mengantisipasi impak dari ledakan ranjau darat. Kenyamanan pasukan terjaga karena BTR-4M pesanan Indonesia sudah dipasangi sistem pendingin udara dengan daya yang cukup besar. Untuk menghadapi tren pertempuran di masa mendatang, BTR-4 pesanan Indonesia bahkan juga dilengkapi dengan filter NBC alias Nubika (Nuklir, Biologi, dan Kimia) untuk menghadapi skenario perang inkonvensional.
Sementara untuk sistem senjata BTR-4M pesanan Indonesia, kubah yang dibeli adalah Parus yang menggabungkan 4 tipe senjata sekaligus. Daftarnya mulai dari kanon otomatis 30mm ZTM-1/ 2A72 seperti yang terpasang pada BMP-2/3, yang sudah terbukti andal untuk menggasak berbagai macam sasaran. Mengingat kanon serupa sudah digunakan pula oleh Korp Marinir pada ranpur BVP-2 dan BMP-3F, soal logistik amunisi, penggunaan dan perawatan tentu tidak jadi masalah.
Untuk anti-infanteri, disediakan senapan mesin 7,62mm PKT dan pelontar granat 30mm AGS-17. Paduan dari dua senjata ini mampu menyediakan cakupan sasaran tunggal ataupun area pada jarak di luar jangkauan senjata ringan. Amunisi untuk ketiga senjata ini dapat dipasok dan diisi ulang dari sisi bawah atau dari dalam kabin, sehingga mengurangi resiko tertembak. Sementara untuk melawan tank, BTR-4M dibekali dengan rudal antitank Baryer (penghalang) yang dua tabungnya nangkring di sisi kanan kubah Parus. Dengan jarak efektif sampai 4.000 meter, BTR-4M memiliki kans untuk menghadapi dan melumpuhkan Main Battle Tank.
Namun sesungguhnya, fitur terbaik dari kubah Parus yang dipasang dari BTR-4M tidak cuma itu. Kubah ini dilengkapi dengan sistem hunter-killer dimana komandan dapat mengintip sasaran dari modul kamera yang dapat dinaikkan dan berputar independen dari putaran kubah. Komandan yang duduk di kursi depan dapat mengatur arah gerak dan zoom kamera ke sektor yang diinginkan. Fitur yang jamaknya hanya ada pada Main Battle Tank tersebut diadopsi pada BTR-4 untuk memaksimalkan daya gebuknya. Fungsi intai ini akan sangat berguna mengingat Korp Marinir membutuhkan fungsi intai untuk Resimen Kavalerinya.
Dengan segala fiturnya, BTR-4M yang akan tiba di Indonesia tahun ini boleh jadi merupakan ranpur terbaik di antara arsenal ranpur milik ketiga angkatan. Dengan kemampuan arung laut yang prima, ditambahkan dengan sistem senjata mulai dari senapan mesin sampai kanon tembak cepat yang dapat mencakup berbagai jarak, BTR-4M menghadirkan kombinasi letalitas dan mobilitas yang masih sukar dicari padananannya di antara ranpur-ranpur buatan Barat.
Namun, perjalanan BTR-4 jelas tidak akan berhenti setelah tiba di Indonesia. Masih ada uji tembak dan uji arung laut, yang walaupun sudah dilaksanakan di Ukraina, tetap harus dilakukan di Indonesia sebelum dapat diserahterimakan secara resmi. Ikuti terus liputan eksklusifnya di Angkasa Online dan Commando!
Author: Aryo Nugroho
Setelah perjalanan panjang mengarungi lautan selama lebih dari satu bulan, akhirnya pada sore hari 28 September 2016, kapal MV Texel yang membawa lima unit panser intai amfibi BTR-4M Bucephalus pesanan Korp Marinir TNI AL tiba juga di dermaga pelabuhan Tanjung Priuk. Angkasa berkesempatan meninjau penurunan seluruh BTR-4M dari kapal, setelah selesainya proses inspeksi oleh Direktorat Bea dan Cukai.
Berbeda dengan pada saat pengiriman Main Battle Tank Leopard 2 yang turun dari kapal dengan tenaganya sendiri, BTR-4M diangkat, digotong, dan diturunkan dengan crane dari dek kapal sampai ke dermaga. Ini mirip dengan pada saat sistem artileri swagerak CAESAR diturunkan dari kapal pengangkut.
Satu-persatu, ranpur amfibi bersosok sangar ini diturunkan dari atas kapal secara perlahan oleh kru pelabuhan yang cukup ahli, diawasi dengan cermat oleh perwakilan dari perusahaan forwarding, perusahaan konsultan yang mewakili pabrikan BTR-4, dan tentu saja perwakilan dari Korp Marinir TNI AL. Semua yang menanti sudah tidak sabar menunggu selesainya proses turunnya BTR-4 dari dalam kapal.
Kalau dipikir, mungkin ini satu-satunya kesempatan bagi BTR-4 untuk ‘bermanja-manja.’ Saat nanti menjalani dinas aktif di tangan Kompi Intai Amfibi (Pintam), BTR-4 sudah pasti harus mengarung laut keluar dari kapal saat menjalani fase pendaratan dalam operasi amfibi.
Dari segi desain, BTR-4 dengan sistem penggerak 8×8 merupakan desain asli Ukraina, yang merupakan penyempurna dari roh desain keluarga BTR-60/70/80. Walaupun buatan Timur, kualitas dan desainnya mengacu pada kendaraan tempur buatan Barat. Jika melongok ke dalamnya, layout-nya sudah seperti ranpur buatan Barat, dengan kompartemen pengemudi dan komandan di depan, mesin di tengah, dan kompartemen pasukan di belakang. Kompartemen belakang terasa sangat lapang dan lega, dengan konfigurasi kursi yang bisa diatur untuk duduk berhadapan atau berpunggung-punggungan.
Sistem penggerak untuk BTR-4 sendiri juga sudah mengandalkan mesin buatan Barat. Walaupun pabrikan sebenarnya menyiapkan dua opsi mesin, varian BTR-4M Indonesia menggunakan mesin terbaik yaitu Deutz BF6M 1015CP buatan Jerman yang sudah mengadopsi standar emisi Euro II yang saat ini berlaku di Indonesia. Mesin diesel berdaya 490hp ini dikawinkan dengan sistem transmisi otomatis buatan Amerika Serikat Allison 4600SP dengan 6 gigi maju dan 1 gigi mundur. Paduan mesin dan transmisi ini dapat membawa BTR-4 lincah melesat sampai kecepatan 100km/ jam di jalan aspal atau 70km/ jam cross country.
Untuk kompartemen pasukan, BTR-4 dapat mengangkut sampai 8 orang yang terdiri dari 7 prajurit dan 1 orang juru tembak untuk sistem senjata pada BTR-4. Setiap prajurit mendapatkan kursi individual, yang dipasang tergantung pada atap kendaraan. Konfigurasi ini sengaja dibuat untuk mengurangi keparahan cedera fisik apabila kendaraan sampai terkena ranjau, yang gelombang kejutnya dapat meremukkan tulang.
Lantai kendaraan dibuat berlapis untuk mengantisipasi impak dari ledakan ranjau darat. Kenyamanan pasukan terjaga karena BTR-4M pesanan Indonesia sudah dipasangi sistem pendingin udara dengan daya yang cukup besar. Untuk menghadapi tren pertempuran di masa mendatang, BTR-4 pesanan Indonesia bahkan juga dilengkapi dengan filter NBC alias Nubika (Nuklir, Biologi, dan Kimia) untuk menghadapi skenario perang inkonvensional.
Sementara untuk sistem senjata BTR-4M pesanan Indonesia, kubah yang dibeli adalah Parus yang menggabungkan 4 tipe senjata sekaligus. Daftarnya mulai dari kanon otomatis 30mm ZTM-1/ 2A72 seperti yang terpasang pada BMP-2/3, yang sudah terbukti andal untuk menggasak berbagai macam sasaran. Mengingat kanon serupa sudah digunakan pula oleh Korp Marinir pada ranpur BVP-2 dan BMP-3F, soal logistik amunisi, penggunaan dan perawatan tentu tidak jadi masalah.
Untuk anti-infanteri, disediakan senapan mesin 7,62mm PKT dan pelontar granat 30mm AGS-17. Paduan dari dua senjata ini mampu menyediakan cakupan sasaran tunggal ataupun area pada jarak di luar jangkauan senjata ringan. Amunisi untuk ketiga senjata ini dapat dipasok dan diisi ulang dari sisi bawah atau dari dalam kabin, sehingga mengurangi resiko tertembak. Sementara untuk melawan tank, BTR-4M dibekali dengan rudal antitank Baryer (penghalang) yang dua tabungnya nangkring di sisi kanan kubah Parus. Dengan jarak efektif sampai 4.000 meter, BTR-4M memiliki kans untuk menghadapi dan melumpuhkan Main Battle Tank.
Namun sesungguhnya, fitur terbaik dari kubah Parus yang dipasang dari BTR-4M tidak cuma itu. Kubah ini dilengkapi dengan sistem hunter-killer dimana komandan dapat mengintip sasaran dari modul kamera yang dapat dinaikkan dan berputar independen dari putaran kubah. Komandan yang duduk di kursi depan dapat mengatur arah gerak dan zoom kamera ke sektor yang diinginkan. Fitur yang jamaknya hanya ada pada Main Battle Tank tersebut diadopsi pada BTR-4 untuk memaksimalkan daya gebuknya. Fungsi intai ini akan sangat berguna mengingat Korp Marinir membutuhkan fungsi intai untuk Resimen Kavalerinya.
Dengan segala fiturnya, BTR-4M yang akan tiba di Indonesia tahun ini boleh jadi merupakan ranpur terbaik di antara arsenal ranpur milik ketiga angkatan. Dengan kemampuan arung laut yang prima, ditambahkan dengan sistem senjata mulai dari senapan mesin sampai kanon tembak cepat yang dapat mencakup berbagai jarak, BTR-4M menghadirkan kombinasi letalitas dan mobilitas yang masih sukar dicari padananannya di antara ranpur-ranpur buatan Barat.
Namun, perjalanan BTR-4 jelas tidak akan berhenti setelah tiba di Indonesia. Masih ada uji tembak dan uji arung laut, yang walaupun sudah dilaksanakan di Ukraina, tetap harus dilakukan di Indonesia sebelum dapat diserahterimakan secara resmi. Ikuti terus liputan eksklusifnya di Angkasa Online dan Commando!
Author: Aryo Nugroho
★ Angkasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.