⚓️ Amankan Beranda Indonesia Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut Nunukan, Letnan Kolonel Laut (P) Hreesang Wisanggeni, menilai, teritorial laut Nunukan yang berbatasan langsung dengan Malaysia dan Filipina membutuhkan penguatan dan perhatian khusus.
Sehingga, kata dia, sudah sangat layak dilakukan modernisasi, penambahan, maupun penguatan alat utama sistem persenjataan (alutsista) untuk mendukung tugas Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) di Kabupaten Nunukan.
“Kami sudah mengajukan permintaan speedboat kecil untuk pengejaran. Speedboat yang sekarang dimiliki Lanal Nunukan butuh pembaruan mempertimbangkan perbatasan wilayah laut yang luas,” ujarnya, Selasa (13/9/2016).
Speedboat dimaksud diharapkan memiliki spesifikasi mesin dengan berkecepatan diatas rata-rata.
“Soal jumlahnya, nanti di sana yang menentukan. Kalau kami hanya mengusulkan saja,” ujarnya.
Selain berharap diberikan speedboat, dia juga berharap pemerintah segera membangun depo pengisian bahan bakar minyak.
Tanpa depo bahan bakar minyak, Kapal Republik Indonesia (KRI) yang bertugas di Perairan Karang Unarang, Ambalat, Kabupaten Nunukan, harus menempuh perjalanan yang cukup lama hanya untuk mengisi bahan bakar minyak ke Kota Tarakan.
“Kalau KRI jenis tempur mereka membutuhkan waktu sekitar tiga jam ke Tarakan. Sedangkan jenis kapal besar pengangkut bisa sampai 12 jam ke Tarakan hanya untuk mengisi BBM,” ujarnya.
Dia mengatakan, akibat jarak yang jauh itu sempat terjadi kekosongan KRI sekitar tiga jam di area jaga.
“Makanya kami meminta pengisian BBM itu segera dibangun. Selain lebih efisien, keberadaan pengisian juga akan sangat membantu KRI kita,” ujarnya.
Dia mengatakan, selain akan bermanfaat untuk penyediaan bahan bakar minyak bagi warga di daerah ini, keberadaan depo juga sangat penting untuk pelayanan pengisian bahan bakar minyak KRI.
“Mungkin kedepan kalau pemerintah punya jalan atau bagaimana, pemerintah bisa buka depo di sini,” ujarnya.
Dia mengatakan, setiap KRI membutuhkan bahan bakar minyak hingga 200 ton atau setara 200.000 liter.
“Tergantung jenis KRI yang sedang bertugas,” ujarnya.
Dia mengungkapkan, selama ini keberadaan TNI Angkatan Laut di perairan perbatasan Republik Indonesia-Malaysia-Filipina sangat membantu masyarakat.
Pada 2016 ini misalnya, kasus perampokan terhadap nelayan bahkan hampir tidak terjadi lagi.
“Januari-September tercatat hanya ada satu peristiwa perompakan bersenjata yang hanya menyasar pada hasil laut nelayan dan mesin kapal tanpa melukai korban. Kami kalau patroli laut setiap hari, peristiwa yang seperti itu sangat kecil kemungkinannya terjadi lagi,” ujarnya.
Sehingga, kata dia, sudah sangat layak dilakukan modernisasi, penambahan, maupun penguatan alat utama sistem persenjataan (alutsista) untuk mendukung tugas Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) di Kabupaten Nunukan.
“Kami sudah mengajukan permintaan speedboat kecil untuk pengejaran. Speedboat yang sekarang dimiliki Lanal Nunukan butuh pembaruan mempertimbangkan perbatasan wilayah laut yang luas,” ujarnya, Selasa (13/9/2016).
Speedboat dimaksud diharapkan memiliki spesifikasi mesin dengan berkecepatan diatas rata-rata.
“Soal jumlahnya, nanti di sana yang menentukan. Kalau kami hanya mengusulkan saja,” ujarnya.
Selain berharap diberikan speedboat, dia juga berharap pemerintah segera membangun depo pengisian bahan bakar minyak.
Tanpa depo bahan bakar minyak, Kapal Republik Indonesia (KRI) yang bertugas di Perairan Karang Unarang, Ambalat, Kabupaten Nunukan, harus menempuh perjalanan yang cukup lama hanya untuk mengisi bahan bakar minyak ke Kota Tarakan.
“Kalau KRI jenis tempur mereka membutuhkan waktu sekitar tiga jam ke Tarakan. Sedangkan jenis kapal besar pengangkut bisa sampai 12 jam ke Tarakan hanya untuk mengisi BBM,” ujarnya.
Dia mengatakan, akibat jarak yang jauh itu sempat terjadi kekosongan KRI sekitar tiga jam di area jaga.
“Makanya kami meminta pengisian BBM itu segera dibangun. Selain lebih efisien, keberadaan pengisian juga akan sangat membantu KRI kita,” ujarnya.
Dia mengatakan, selain akan bermanfaat untuk penyediaan bahan bakar minyak bagi warga di daerah ini, keberadaan depo juga sangat penting untuk pelayanan pengisian bahan bakar minyak KRI.
“Mungkin kedepan kalau pemerintah punya jalan atau bagaimana, pemerintah bisa buka depo di sini,” ujarnya.
Dia mengatakan, setiap KRI membutuhkan bahan bakar minyak hingga 200 ton atau setara 200.000 liter.
“Tergantung jenis KRI yang sedang bertugas,” ujarnya.
Dia mengungkapkan, selama ini keberadaan TNI Angkatan Laut di perairan perbatasan Republik Indonesia-Malaysia-Filipina sangat membantu masyarakat.
Pada 2016 ini misalnya, kasus perampokan terhadap nelayan bahkan hampir tidak terjadi lagi.
“Januari-September tercatat hanya ada satu peristiwa perompakan bersenjata yang hanya menyasar pada hasil laut nelayan dan mesin kapal tanpa melukai korban. Kami kalau patroli laut setiap hari, peristiwa yang seperti itu sangat kecil kemungkinannya terjadi lagi,” ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.