Salah Perhitungan M60 milik Turki
Setelah lama dinanti, Turki meluncurkan operasi Perisai Eufrat pada 24 Agustus 2016 dengan meluncurkan serangan mekanis yang didukung oleh pesawat tempur ke kota Jarabulus. Tujuan yang disampaikan oleh Kementerian Pertahanan jelas: Turki ingin menyingkirkan Daesh dari perbatasan, setelah marak serangan bom bunuh diri yang dilancarkan oleh Daesh di kota-kota perbatasan Turki.
Namun di balik operasi tersebut, ada tujuan tersembunyi. Timing yang dipilih Turki untuk melakukan serangan bersamaan waktunya dengan keberhasilan YPG, pasukan pembebasan Suku Kurdi dalam merebut kota Manbij. Suku Kurdi yang populasinya mencapai 20% dari populasi Turki memang tidak pernah diberi kesempatan untuk memiliki wilayah dan pemerintahan sendiri, dan Turki selalu mengambil tindakan keras atas organisasi politik Suku Kurdi seperti Partai PKK, yang dibalas dengan aksi bersenjata pula.
YPG yang merupakan organisasi militer dengan kemampuan tempur yang efektif menerima dukungan dari pasukan khusus Amerika Serikat untuk melancarkan pertempuran melawan berbagai kelompok garis keras di Suriah. Sayangnya, Turki yang merupakan anggota NATO lebih melihat YPG sebagai ancaman dibandingkan sekutu dengan mengesampingkan permusuhan mereka. Buat Turki, YPG lebih berbahaya dibandingkan Daesh.
Selama ini Turki mendiamkan saja YPG yang oleh AS dibuatkan organisasi payung SDF (Syrian Democratic Front), namun Ankara meradang ketika SDF ternyata berhasil menyatukan kota-kota yang tadinya direbut Daesh. Ketika SDF berencana menyeberangi sisi Barat sungai Eufrat sehingga seluruh area dari Utara-Selatan menyatu menjadi zona penyangga yang dikuasai SDF, Turki langsung meluncurkan serangan yang dinyatakannya sebagai operasi melawan Daesh.
M60 Turki meledak oleh YPG.
Siapapun bisa menebak, kalau SDF menyeberang ke Barat dan menguasai Jarablus, maka area yang disatukan tersebut akan menjadi kantong otonom di bawah Kurdi, dan Turki tak bisa membiarkan hal tersebut terjadi. AS sebagai pembina sementara ini di depan publik memerintahkan SDF/ YPG untuk mundur ke Timur dan tidak melawan Turki, dan SDF pun setuju. Tetapi di lapangan, para pejuang YPG jelas tidak mau melepaskan teritori yang sudah mereka rebut dengan darah dan air mata.
Dan di lapangan, seperti sudah diduga, Turki menyerang dua pihak sekaligus, Daesh dan YPG di teritori Suriah yang notabene bukan miliknya. YPG jelas merasa harus melawan dan mempertahankan teritori yang baru mereka rebut. Turki sendiri membuka operasi Perisai Eufrat dengan hujan artileri, diikuti dengan masuknya tank dan ranpur.
Turki mengirimkan tank-tank M60A3 dan ranpur ACV ke arah Jarablus untuk mendukung gerak FSA (Free Syrian Army) yang mereka dukung. Yang mengherankan, walaupun Turki tahu bahwa di Suriah berbagai kelompok bersenjata menguasai sistem rudal antitank canggih, militer mengirimkan M60A3 tanpa proteksi tambahan. Padahal Turki memiliki M60T yang dipasangi paket proteksi Sabra buatan Israel dan terbukti andal menangkis ATGM.
Benar saja, tim YPG di lapangan tidak seluruhnya taat pada perintah komando. Dengan gagah berani, tim antitank YPG/SDF mengincar tank-tank Turki bermodalkan ATGM di wilayah dekat desa Amelina yang masih dipertahankan oleh YPG, hanya tiga hari setelah Turki melancarkan serangan. Desa ini terletak 7 kilometer di sisi Selatan Jarablus. Dari video yang beredar di Youtube nampak bahwa pasukan Turki tidak siap mengantisipasi serangan, M60 yang sedang menanjak mendaki bukit langsung dihajar ATGM dari jarak 3 kilometer dan langsung terbakar hebat.
Sementara itu, Daesh yang diperangi oleh Turki dan FSA juga lebih ganas lagi, karena dimodali rudal antitank Kornet yang sangat mematikan. Dalam rekaman yang dirilis Daesh, mereka melakukan pencegatan di desa Al Rai, selatan kota Aleppo. Tank-tank M60 Turki tersebut disebar membentuk formasi pertahanan, di atas bukit dimana tidak ada proteksi memadai bagi tank-tanknya.
Larasnya semua diarahkan ke arah kanan, kemungkinan mengawasi jalan raya Dari jarak 4-5 kilometer, tim antitank Daesh yang bersembunyi di balik rerimbunan tanaman kebun dengan posisi lebih ke arah kanan (posisi kiri dari tank) meluncurkan rudalnya yang langsung menghantam tank pertama yang ada di sisi kanan. Tank langsung terbakar hebat dengan lidah api yang menyembur ke atas, namun padam dalam lima detik, kemungkinan karena sistem pemadamnya bekerja.
Ketika M60 pertama kena hantam, rekan-rekannya di tank lain justru tidak bergerak. Satu ACV nampak mulai meninggalkan area untuk melarikan diri. Sementara itu YPG meluncurkan kembali rudal kedua, yang menghantam sasaran M60 di sisi kanan tank yang terkena hantaman pertama kali. Tidak seperti tank pertama, tank kedua ini meledak hebat dengan melontarkan serpihan-serpihan baja.
Dari tiga insiden ini Turki menderita korban tiga awak tank yang gugur, plus lima orang lainnya luka berat. Belum diketahui apa langkah Turki berikutnya, tetapi yang jelas membuka dua front sekaligus untuk mengunci YPG dan Daesh sekaligus merupakan pekerjaan yang berat, terlebih dengan sikap awak tank yang kurang sigap menghadapi ancaman. Kunci dari keselamatan tank dalam medan pertempuran adalah pada mobilitas dan proteksinya, tanpa itu, siap-siap saja jatuh korban lagi.
Author: Aryo Nugroho
Setelah lama dinanti, Turki meluncurkan operasi Perisai Eufrat pada 24 Agustus 2016 dengan meluncurkan serangan mekanis yang didukung oleh pesawat tempur ke kota Jarabulus. Tujuan yang disampaikan oleh Kementerian Pertahanan jelas: Turki ingin menyingkirkan Daesh dari perbatasan, setelah marak serangan bom bunuh diri yang dilancarkan oleh Daesh di kota-kota perbatasan Turki.
Namun di balik operasi tersebut, ada tujuan tersembunyi. Timing yang dipilih Turki untuk melakukan serangan bersamaan waktunya dengan keberhasilan YPG, pasukan pembebasan Suku Kurdi dalam merebut kota Manbij. Suku Kurdi yang populasinya mencapai 20% dari populasi Turki memang tidak pernah diberi kesempatan untuk memiliki wilayah dan pemerintahan sendiri, dan Turki selalu mengambil tindakan keras atas organisasi politik Suku Kurdi seperti Partai PKK, yang dibalas dengan aksi bersenjata pula.
YPG yang merupakan organisasi militer dengan kemampuan tempur yang efektif menerima dukungan dari pasukan khusus Amerika Serikat untuk melancarkan pertempuran melawan berbagai kelompok garis keras di Suriah. Sayangnya, Turki yang merupakan anggota NATO lebih melihat YPG sebagai ancaman dibandingkan sekutu dengan mengesampingkan permusuhan mereka. Buat Turki, YPG lebih berbahaya dibandingkan Daesh.
Selama ini Turki mendiamkan saja YPG yang oleh AS dibuatkan organisasi payung SDF (Syrian Democratic Front), namun Ankara meradang ketika SDF ternyata berhasil menyatukan kota-kota yang tadinya direbut Daesh. Ketika SDF berencana menyeberangi sisi Barat sungai Eufrat sehingga seluruh area dari Utara-Selatan menyatu menjadi zona penyangga yang dikuasai SDF, Turki langsung meluncurkan serangan yang dinyatakannya sebagai operasi melawan Daesh.
M60 Turki meledak oleh YPG.
Siapapun bisa menebak, kalau SDF menyeberang ke Barat dan menguasai Jarablus, maka area yang disatukan tersebut akan menjadi kantong otonom di bawah Kurdi, dan Turki tak bisa membiarkan hal tersebut terjadi. AS sebagai pembina sementara ini di depan publik memerintahkan SDF/ YPG untuk mundur ke Timur dan tidak melawan Turki, dan SDF pun setuju. Tetapi di lapangan, para pejuang YPG jelas tidak mau melepaskan teritori yang sudah mereka rebut dengan darah dan air mata.
Dan di lapangan, seperti sudah diduga, Turki menyerang dua pihak sekaligus, Daesh dan YPG di teritori Suriah yang notabene bukan miliknya. YPG jelas merasa harus melawan dan mempertahankan teritori yang baru mereka rebut. Turki sendiri membuka operasi Perisai Eufrat dengan hujan artileri, diikuti dengan masuknya tank dan ranpur.
Turki mengirimkan tank-tank M60A3 dan ranpur ACV ke arah Jarablus untuk mendukung gerak FSA (Free Syrian Army) yang mereka dukung. Yang mengherankan, walaupun Turki tahu bahwa di Suriah berbagai kelompok bersenjata menguasai sistem rudal antitank canggih, militer mengirimkan M60A3 tanpa proteksi tambahan. Padahal Turki memiliki M60T yang dipasangi paket proteksi Sabra buatan Israel dan terbukti andal menangkis ATGM.
Benar saja, tim YPG di lapangan tidak seluruhnya taat pada perintah komando. Dengan gagah berani, tim antitank YPG/SDF mengincar tank-tank Turki bermodalkan ATGM di wilayah dekat desa Amelina yang masih dipertahankan oleh YPG, hanya tiga hari setelah Turki melancarkan serangan. Desa ini terletak 7 kilometer di sisi Selatan Jarablus. Dari video yang beredar di Youtube nampak bahwa pasukan Turki tidak siap mengantisipasi serangan, M60 yang sedang menanjak mendaki bukit langsung dihajar ATGM dari jarak 3 kilometer dan langsung terbakar hebat.
Sementara itu, Daesh yang diperangi oleh Turki dan FSA juga lebih ganas lagi, karena dimodali rudal antitank Kornet yang sangat mematikan. Dalam rekaman yang dirilis Daesh, mereka melakukan pencegatan di desa Al Rai, selatan kota Aleppo. Tank-tank M60 Turki tersebut disebar membentuk formasi pertahanan, di atas bukit dimana tidak ada proteksi memadai bagi tank-tanknya.
Larasnya semua diarahkan ke arah kanan, kemungkinan mengawasi jalan raya Dari jarak 4-5 kilometer, tim antitank Daesh yang bersembunyi di balik rerimbunan tanaman kebun dengan posisi lebih ke arah kanan (posisi kiri dari tank) meluncurkan rudalnya yang langsung menghantam tank pertama yang ada di sisi kanan. Tank langsung terbakar hebat dengan lidah api yang menyembur ke atas, namun padam dalam lima detik, kemungkinan karena sistem pemadamnya bekerja.
Ketika M60 pertama kena hantam, rekan-rekannya di tank lain justru tidak bergerak. Satu ACV nampak mulai meninggalkan area untuk melarikan diri. Sementara itu YPG meluncurkan kembali rudal kedua, yang menghantam sasaran M60 di sisi kanan tank yang terkena hantaman pertama kali. Tidak seperti tank pertama, tank kedua ini meledak hebat dengan melontarkan serpihan-serpihan baja.
Dari tiga insiden ini Turki menderita korban tiga awak tank yang gugur, plus lima orang lainnya luka berat. Belum diketahui apa langkah Turki berikutnya, tetapi yang jelas membuka dua front sekaligus untuk mengunci YPG dan Daesh sekaligus merupakan pekerjaan yang berat, terlebih dengan sikap awak tank yang kurang sigap menghadapi ancaman. Kunci dari keselamatan tank dalam medan pertempuran adalah pada mobilitas dan proteksinya, tanpa itu, siap-siap saja jatuh korban lagi.
Author: Aryo Nugroho
♘ Angkasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.