Salah Satu Pesawat C-130H Hibah |
Penyebutan hibah ini diduga kamuflase untuk menutupi pembelian pesawat yang sudah tua.
"Pemerintah harus menjelaskannya (biaya hibah). Dan kami sudah minta untuk memanggil Kemhan, karena hal ini menyangkut penggunaan anggaran yang harus lebih dahulu disetujui DPR," kata Anggota Komisi I DPR RI, Helmi Fauzi, Minggu (21/7).
Seperti diketahui, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertahanan dan Australia telah menandatangani acara serah terima hibah empat pesawat Hercules C-13 tipe H.
Pesawat yang sudah dipensiunkan Angkatan Udara Australia (Royal Australian Air Force) akan didatangkan secara bertahap mulai Oktober 2013 hingga Desember 2014 mendatang.
Kementerian Pertahanan sendiri mengakui, Indonesia merogoh kocek sebesar 63 juta dolar Australia. Biaya mencakup pemeliharaan tingkat berat, teknisi, pelatihan pilot hingga pengecatan pesawat.
Komisi I DPR cukup tersentak atas adanya biaya pada hibah pesawat tersebut lantaran pemerintah sama sekali belum pernah menjelaskannya.
Helmy menyatakan, jika pesawat itu hibah, seyogianya bebas biaya. Namun, jika keempat pesawat tua itu dibeli, maka Kemhan dan TNI harus jujur dan transparan.
Apalagi, peremajaan keempat pesawat tidak memberdayakan industri pertahanan dalam negeri yang sudah memiliki sumber daya manusia berklasifikasi internasional.
"Pemerintah kok aneh. Ingin memajukan industri pertahanan tapi implementasinya bertolak belakang. Lebih senang pesawat tua," sindir Helmy.
DPR sendiri memang meminta pemerintah menambah alutsista TNI, namun bukan pengadaan pesawat yang sudah sangat tua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.