75 Pasukan perdamaian Filipina yang terkepung di wilayah Golan Heights, wilayah perbatasan Israel dan Suriah berhasil menyelamatkan diri. Mereka dikepung oleh milisi bersenjata dan diminta untuk menyerahkan diri dan senjata yang mereka bawa.
Perlu diketahui milisi tersebut merupakan pemberontak dari kelompok Al-Nusra Front yang berafiliasi dengan Al-Qaeda dan menyerbu perlintasan Quneitra pada Rabu (27/8) lalu, hingga memicu baku tembak dengan tentara Israel. Wilayah Quneitra merupakan satu-satunya perlintasan perbatasan antara Suriah dengan Israel. Separuh wilayah Golan Heights dikuasai oleh Suriah, dan sebagian lagi dikuasai Israel.
Seperti diberitakan AFP, Minggu (31/8/2014), komandan militer Filipina Jenderal Gregorio Catapang mengatakan tindakan pasukannya sebagai penyelamatan yang hebat. "Meskipun mereka dikepung dan kalah dalam jumlah," katanya kepada wartawan.
"Kami dalam posisi aman saat ini. Kami meninggalkan pos lama kami dan membawa semua senjata yang kami miliki," tambahnya.
Pasukan perdamaian telah berada di Golan Heights sejak tahun 1974 untuk menjaga perdamaian antara Suriah dan Israel.
Awalnya, 35 tentara Filipina dijemput dari pos terakhir mereka oleh pasukan PBB yang berasal dari Irlandia dengan kendaraan lapis baja pada Sabtu (30/8/2014), setelah pemberontak Suriah menyerang pasukan tersebut. Sisanya, sekitar 40 pasukan Filipina terlihat dalam aksi baku tembak selama 7 jam dengan para pemberontak yang membawa sebuah truk pick-up yang membawa senjata anti-pesawat udara.
Pasukan PBB asal Filipina itu kemudian harus berjalan dua kilometer jauhnya menuju pos terdekat PBB. Dalam sebuah pernyataan, PBB mengatakan 40 pasukan penjaga perdamaian Filipina mundur tak lama setelah tengah malam terjadi kesepakatan gencatan senjata.
Pasukan asal Filipina tersebut berjalan dalam cuaca dingin sekitar satu jam dan 40 menit dalam gelap menuju garis aman. Setelah selamat, seluruh pasukan PBB asal Filipina dipindahkan ke Camp Ziouani. "Tidak ada lagi kebuntuan. Semua aman," kata seorang juru bicara militer Filipina Zagala.
Perlu diketahui milisi tersebut merupakan pemberontak dari kelompok Al-Nusra Front yang berafiliasi dengan Al-Qaeda dan menyerbu perlintasan Quneitra pada Rabu (27/8) lalu, hingga memicu baku tembak dengan tentara Israel. Wilayah Quneitra merupakan satu-satunya perlintasan perbatasan antara Suriah dengan Israel. Separuh wilayah Golan Heights dikuasai oleh Suriah, dan sebagian lagi dikuasai Israel.
Seperti diberitakan AFP, Minggu (31/8/2014), komandan militer Filipina Jenderal Gregorio Catapang mengatakan tindakan pasukannya sebagai penyelamatan yang hebat. "Meskipun mereka dikepung dan kalah dalam jumlah," katanya kepada wartawan.
"Kami dalam posisi aman saat ini. Kami meninggalkan pos lama kami dan membawa semua senjata yang kami miliki," tambahnya.
Pasukan perdamaian telah berada di Golan Heights sejak tahun 1974 untuk menjaga perdamaian antara Suriah dan Israel.
Awalnya, 35 tentara Filipina dijemput dari pos terakhir mereka oleh pasukan PBB yang berasal dari Irlandia dengan kendaraan lapis baja pada Sabtu (30/8/2014), setelah pemberontak Suriah menyerang pasukan tersebut. Sisanya, sekitar 40 pasukan Filipina terlihat dalam aksi baku tembak selama 7 jam dengan para pemberontak yang membawa sebuah truk pick-up yang membawa senjata anti-pesawat udara.
Pasukan PBB asal Filipina itu kemudian harus berjalan dua kilometer jauhnya menuju pos terdekat PBB. Dalam sebuah pernyataan, PBB mengatakan 40 pasukan penjaga perdamaian Filipina mundur tak lama setelah tengah malam terjadi kesepakatan gencatan senjata.
Pasukan asal Filipina tersebut berjalan dalam cuaca dingin sekitar satu jam dan 40 menit dalam gelap menuju garis aman. Setelah selamat, seluruh pasukan PBB asal Filipina dipindahkan ke Camp Ziouani. "Tidak ada lagi kebuntuan. Semua aman," kata seorang juru bicara militer Filipina Zagala.
★ detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.