Inovasi AlutsistaMahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Achmad Jainudin memperagakan senjata berbasis mikrokontroler disertai penginderaan karya penelitiannya di Surabaya, Jawa Timur, kemarin. ○
Banyak inovator muda, tepatnya mahasiswa, berupaya mempercepat program pemerintah mewujudkan program kemandirian produksi alutsista. Inovasi itu tercipta dari banyak inspirasi, termasuk menonton film yang tokohnya menggunakan senjata laras panjang.
Shooter atau Sniper adalah dua judul film yang menarik perhatian para pencinta sinema. Achmad Jainudin, mahasiswa Program Studi Teknik Informatik, Fakultas Teknik, Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, salah satunya. Dari film-film yang ditonton, bungsu dua bersaudara dari pasangan Nasrun dan Susiani ini akhirnya mendapatkan inspirasi membuat senjata berbasis microcontroller disertai penginderaan.
Karya nyata ini bagian tugas akhir (TA) bagi alumni SMA Negeri 1, Kecamatan Driyorejo, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Senjata rakitan karya Achmad ini dipamerkan, bahkan diujicobakan di kampus Untag, kemarin. Mahasiswa kelahiran Gresik, 24 Januari 1992 ini juga tidak ragu mengupas bagian demi bagian dan mengoperasikan senjatanya.
”Saya banyak nonton film yang menceritakan sniper yang bukan hanya beradu skill menembak, juga taktik, dan bahkan teknologi. Dari sini muncul inspirasi membuat senapan laras panjang berteknologi,” paparnya. Sistem senjata ini terdiri dari dua komponen utama, yaitu kamera yang berfungsi sebagai penginderaan, dan komponen kedua adalah mikroprosesor yang berfungsi sebagai otak dari penggerak alat tersebut.
Bagian dari alat ini adalah senapan angin laras panjang, lengkap dengan teleskopnya. Komponen lainnya adalah, control joystick wireless, kamera, standing jack empat kaki yang berfungsi sebagai tumpuan senjata laras panjang, serta motor servo yang dapat menggerakkan senapan laras panjang untuk tengok kiri-kanan hingga 180 derajat dan atas bawah (naikturun) hingga 15 derajat.
Kamera dengan teleskop pada senjata terhubung dengan bantuan wireless atau wifi . Dari kamera yang dirakit menjadi satu dengan remote control, Achmad bisa melihat sasaran dengan jelas. Untuk menggerakkan moncong senjata hingga tepat sasaran, Achmad menggunakan joy stick pada remote control layaknya bermain PlayStation (PS).
Begitu tombol tembak ditekan, secara otomatis motor servo menarik pelatuk, dan melesatlah pelor senapan angin berbahan timah. ”Total biaya perakitan dan pengadaan perangkat pendukungnya ini habis Rp 6 juta. Semua dibiayai orang tua,” ujar Achmad. Tumpuan senjata berkaki empat yang dibuat di tukang las dirancang Achmad untuk menyangga senjata laras panjang sungguhan, sejenis Avtomat Kalashnikova 1947 (AK-47) bikinan Rusia.
Bahkan, Senjata Serbu-1 (SS- 1) bikinan PT Pindad mampu ditopang dengan penyangga buatan Achmad. Singkatnya, sistem karya Achmad ini mampu menjadikan senjata laras panjang menjadi stand gun dengan nilai lebih, digerakkan dengan radius tertentu. ”Sementara ini control joystick wireless bisa dioperasikan dari jarak 20 meter. Hanya jarak ini tidak efektif karena tergantung wireless, terkadang putus,” tegasnya.
Achmad siap memberikan cara pembuatan dan perakitan senjata berbasis microcontroller ini pada siapa saja. Bahkan, kepada PT Pindad yang selama ini aktif memproduksi senjata di dalam negeri, Kementerian Pertahanan, Badan Intelejen Negara (BIN) atau pihak lain.
Soeprayitno (bbg)
Banyak inovator muda, tepatnya mahasiswa, berupaya mempercepat program pemerintah mewujudkan program kemandirian produksi alutsista. Inovasi itu tercipta dari banyak inspirasi, termasuk menonton film yang tokohnya menggunakan senjata laras panjang.
Shooter atau Sniper adalah dua judul film yang menarik perhatian para pencinta sinema. Achmad Jainudin, mahasiswa Program Studi Teknik Informatik, Fakultas Teknik, Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, salah satunya. Dari film-film yang ditonton, bungsu dua bersaudara dari pasangan Nasrun dan Susiani ini akhirnya mendapatkan inspirasi membuat senjata berbasis microcontroller disertai penginderaan.
Karya nyata ini bagian tugas akhir (TA) bagi alumni SMA Negeri 1, Kecamatan Driyorejo, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Senjata rakitan karya Achmad ini dipamerkan, bahkan diujicobakan di kampus Untag, kemarin. Mahasiswa kelahiran Gresik, 24 Januari 1992 ini juga tidak ragu mengupas bagian demi bagian dan mengoperasikan senjatanya.
”Saya banyak nonton film yang menceritakan sniper yang bukan hanya beradu skill menembak, juga taktik, dan bahkan teknologi. Dari sini muncul inspirasi membuat senapan laras panjang berteknologi,” paparnya. Sistem senjata ini terdiri dari dua komponen utama, yaitu kamera yang berfungsi sebagai penginderaan, dan komponen kedua adalah mikroprosesor yang berfungsi sebagai otak dari penggerak alat tersebut.
Bagian dari alat ini adalah senapan angin laras panjang, lengkap dengan teleskopnya. Komponen lainnya adalah, control joystick wireless, kamera, standing jack empat kaki yang berfungsi sebagai tumpuan senjata laras panjang, serta motor servo yang dapat menggerakkan senapan laras panjang untuk tengok kiri-kanan hingga 180 derajat dan atas bawah (naikturun) hingga 15 derajat.
Kamera dengan teleskop pada senjata terhubung dengan bantuan wireless atau wifi . Dari kamera yang dirakit menjadi satu dengan remote control, Achmad bisa melihat sasaran dengan jelas. Untuk menggerakkan moncong senjata hingga tepat sasaran, Achmad menggunakan joy stick pada remote control layaknya bermain PlayStation (PS).
Begitu tombol tembak ditekan, secara otomatis motor servo menarik pelatuk, dan melesatlah pelor senapan angin berbahan timah. ”Total biaya perakitan dan pengadaan perangkat pendukungnya ini habis Rp 6 juta. Semua dibiayai orang tua,” ujar Achmad. Tumpuan senjata berkaki empat yang dibuat di tukang las dirancang Achmad untuk menyangga senjata laras panjang sungguhan, sejenis Avtomat Kalashnikova 1947 (AK-47) bikinan Rusia.
Bahkan, Senjata Serbu-1 (SS- 1) bikinan PT Pindad mampu ditopang dengan penyangga buatan Achmad. Singkatnya, sistem karya Achmad ini mampu menjadikan senjata laras panjang menjadi stand gun dengan nilai lebih, digerakkan dengan radius tertentu. ”Sementara ini control joystick wireless bisa dioperasikan dari jarak 20 meter. Hanya jarak ini tidak efektif karena tergantung wireless, terkadang putus,” tegasnya.
Achmad siap memberikan cara pembuatan dan perakitan senjata berbasis microcontroller ini pada siapa saja. Bahkan, kepada PT Pindad yang selama ini aktif memproduksi senjata di dalam negeri, Kementerian Pertahanan, Badan Intelejen Negara (BIN) atau pihak lain.
Soeprayitno (bbg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.