Jika Kongres AS "Bunuh" Kesepakatan Nuklir Iran, Israel Hujan RoketPresiden Obama menyatakan, jika Kongres AS 'membunuh' kesepakatan nuklir Iran, Israel bisa dihujani roket militan pro-Teheran. (Reuters) ○
Jika Kongres Amerika Serikat (AS) “membunuh” kesepakatan nuklir Iran, Pemerintah AS akhirnya dipaksa melakukan serangan militer terhadap fasilitas nuklir Teheran yang imbasnya Israel akan dihujani roket oleh kelompok militan pro-Iran.
Hal itu disampaikan Presiden AS, Barack Obama, kepada para pemimpin Yahudi pada pertemuan hari Selasa. Seorang sumber yang hadir dalam pertemuan itu membocorkan pesan-pesan yang disampaikan Obama terkait kesepakatan nulklir Iran.
Greg Rosenbaum, Ketua Dewan Demokrat Yahudi Nasional, mengatakan selama pertemuan dua jam, Obama menyampaikan bahwa sah jika para penentang kesepakatan nuklir Iran melobi anggota parlemen AS untuk menolak kesepakatan itu. Tapi, hal itu bisa membahayakan Israel.
Ada 20 pemimpin Yahudi dari seluruh spektrum politik dan agama yang melakukan pertemuan dengan Presiden Obama dan Wakil Presiden Joe Biden di Ruang Kabinet Gedung Putih. Pertemuan tersebut hanya berselang beberapa jam setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mendesak anggota Federasi Yahudi Amerika Utara untuk melawan kesepakatan nuklir Iran.
Menurut Rosenbaum, Obama telah cermat untuk menghilangkan prasangka argumen terhadap kesepakatan nuklir Iran. Tapi, kata dia, Obama mengakui jika kesepakatan nuklir Iran itu tidak sempurna.
Rosenbaum melanjutkan, beberapa pejabat yang hadir dalam pertemuan tersebut menggambarkan diri mereka sebagai penghasut perang. Sebab, menurut mereka satu-satunya alternatif untuk kesepakatan nuklir antara Iran dan enam negara kekuatan dunia (P5+1) di Wina adalah perang.
Tapi, Obama memperingatkan bahwa jika solusi itu yang digunakan dan Kongres menolak kesepakatan nuklir Iran maka hasil akhirnya adalah serangan militer. ”Tapi hasil dari aksi serangan tersebut (AS) tidak akan berperang dengan Iran,” kata Rosenbaum, menirukan ucapan Obama.
Obama mengklaim Iran tidak mungkin meluncurkan serangan terhadap AS yang memiliki anggaran militer tahunan yang besar. Sebaliknya, serangan “proxy” Iran berpotensi menyasar AS dan Israel. Contoh, Iran akan mempersenjatai kelompok-kelompok militan di sepanjang perbatasan Israel.
”Mereka akan melawan asimetris ini. Itu berarti lebih banyak dukungan untuk terorisme, roket-roket Hizbullah akan jatuh di Tel Aviv,” lanjut Rosenbaum yang menirukan pernyataan Obama, seperti dikutip Times of Israel, Rabu (5/8/2015). (mas)Tanpa Kesepakatan Nuklir Iran, Timur Tengah Perang LagiPresiden Barack Obama menyatakan, tanpa kesepakatan nuklir Iran, perang di Timur Tengah bisa pecah lagi. (Reuters) ○
Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama, telah memperingatkan bahwa tanpa kesepakatan nuklir Iran, akan ada perang lagi di Timur Tengah. Menurutnya, mereka yang pernah memilih untuk perang di Irak kini menentang diplomasi dengan Iran.
”Pilihan yang kita hadapi pada akhirnya antara diplomasi dan semacam perang, mungkin tidak besok, mungkin tidak tiga bulan dari sekarang, tapi segera. Aksi militer akan jauh lebih efektif daripada kesepakatan ini dalam mencegah Iran untuk memperoleh senjata nuklir,” kata Presiden Obama.
Obama berpendapat bahwa, kesepakatan dengan Iran adalah solusi terbaik untuk mencegah negara itu memperoleh senjata nuklir dan untuk mencegah perang. Jika kesepakatan nuklir Iran ditolak oleh Kongres AS, maka hal itu buruk bagi keamanan AS.
“Banyak orang yang berpendapat untuk perang di Irak (dulu), sekarang membuat kasus terhadap kesepakatan nuklir Iran,” ujar Presiden AS yang masa kecilnya pernah tinggal di Menteng, Jakarta itu.
“Sekarang, ketika saya mencalonkan diri sebagai presiden delapan tahun lalu, sebagai calon yang menentang keputusan untuk pergi berperang di Irak. Saya mengatakan kemudian bahwa Amerika tidak hanya harus mengakhiri perang itu, kami harus mengakhiri pola pikir yang membuat kami ada di tempat pertama dari mereka yang menyerukan perang,” ucap Obama, seperti dilansir Russia Today, semalam.
Presiden Obama menambahkan bahwa kebijakan sanksi sepihak tidak hanya tidak akan bekerja, tetapi dapat menyebabkan efek yang merugikan bagi AS itu sendiri. Obama mencontohkan kasus itu terhadap China.
”Ketika kita harus memotong China dari sistem keuangan Amerika. Dan karena mereka berada sebagai pembeli utama dari utang kami, tindakan tersebut bisa memicu gangguan parah pada perekonomian kita sendiri, dan dengan cara, menimbulkan pertanyaan internasional tentang peran dolar sebagai mata uang cadangan dunia.”
Obama mencatat, Israel sebagai negara yang blak-blakan menentang kesepakatan nuklir Iran. Padahal, sikap Israel itu, menurut Obama, bisa membahayakan keamanan Israel. (mas)Presiden Israel Kritik Sikap NetanyahuBenyamin Netanyahu. (Reuters) ○
Sikap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang menolak perjanjian damai terkait program nuklir Iran menuai kritik dari Presiden Israel, Reuven Rivlin. Sikap Netanyahu dinilai bisa membuat negeri Zionis itu terisolasi dari pergaulan dunia Internasional dan telah membuka "medan perang" dengan Washington.
"Perdana Menteri telah mengobarkan kampanye melawan Amerika Serikat (AS), dimana keduanya merasa benar dan ini menyakiti rakyat Israel," ucap Rivlin, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (7/8/2015).
Meski mengakui Netanyahu lebih mengenal AS ketimbang dirinya, namun Rivlin menilai sikap sang Perdana Menteri hanya akan merugikan Israel. Ia pun telah mengingatkan hal itu kepada Netanyahu dan mendesak segera memperbaiki hubungannya dengan Obama.
Di mata Rivlin, kedua sosok tersebut memiliki kepribadian yang sama. "Sangat tidak baik bagi keduanya untuk mengganggu satu sama lain dengan mengorbankan hubungan AS dan Israel," tukasnya.
Untuk diketahui, Rivlin memang kerap bertentangan dengan Netanyahu terkait kebijakan mengenai Iran. Ia beberapa kali berkomentar pedas terkait kebijakan Netanyahu dalam menyikapi masalah negeri Mullah itu.
Sebelumnya, Presiden AS Barack Obama mengaku telah terjadi ketegangan antara dirinya dengan Netanyahu. Netanyahu menilai kesepakan mengenai nuklir Iran adalah ancaman terhadap keberlangsungan Israel dan meminta Kongres AS untuk menentang kesepakan itu. Namun, keinginan Netanyahu itu ditentang oleh Obama. (esn)Takut Bom Atom, Israel Isyaratkan Habisi Ilmuwan Nuklir IranMenteri Pertahanan Israel, Moshe Yalon, mengeluarkan ancaman pada para ilmuwan nuklir Iran. (Defense Ministry/Times of Israel) ○
Israel mengeluarkan ancaman terselubung terhadap para ilmuwan nuklir Iran karena takut mereka membuat bom atom. Menteri Pertahanan Israel, Moshe Yaalon, secara eksplisit memberi sinyal bahwa Israel akan menghabisi para ilmuwan nuklir Iran.
Negara Yahudi tersebut, kata Yalon, berhak untuk membela diri. Dia blak-blakan mengatakan tidak bertanggung jawab atas keselamatan nyawa para ilmuwan Iran.
Ancaman terselubung Menteri Pertahanan Israel itu disampaikan dalam wawancara dengan Der Spiegel yang dilansir Sabtu (8/8/2015). ”Ambisi nuklir Iran harus berhenti pada satu cara atau cara lain,” katanya.
”Kami ingin ini dilakukan melalui perjanjian atau sanksi,” katanya lagi. ”Tapi akhirnya, Israel harus berada dalam posisi untuk membela diri.”
Ditanya khusus tentang ancaman untuk menargetkan para ilmuwan Iran atau upaya sabotase, Yalon berujar; ”Saya tidak bertanggung jawab atas kehidupan para ilmuwan Iran.”
Beberapa ilmuwan Iran telah dibunuh. Situs nuklir Iran juga kerap jadi target peretasan atau serangan cyber. Iran selama ini menyalahkan Israel dan Amerika Serikat (AS) sebagai pelakunya.
Iran dan enam negara kekuatan dunia yakni, AS, Inggris, China, Prancis, Jerman dan Rusia, telah mencapai kesepakatan nuklir untuk memastikan bahwa program nuklir Iran tidak untuk membuat bom atom. Sebagai kompensasinya, sanksi terhadap Iran dicabut secara bertahap.
Yaalon mengatakan, jika Iran tidak menghormati kesepakatan nuklir itu, Israel bisa melancarkan serangan udara. (mas)Musuh Kita Adalah Iran, Bukan ASMenteri Kehakiman Israel, Tzipi Livni (Reuters) ○
Suara pro dan kontra mengenai kesepakatan nuklir antara Iran dan Amerika Serikat tidak hanya terjadi di kedua negara, tetapi juga di Israel. Setelah sebelumnya Presiden Israel mengkritik sikap Perdana Manteri Benjamin Netanyahu yang menolak kesepakatan tersebut, kini giliran Menteri Kehakiman Israel, Tzipi Livni, angkat bicara.
Menurut Livni, Israel harus bisa menerima dan belajar untuk menghadapi kesepakatan tersebut. Hal ini diungkapkannya saat menjadi pembicara pada sebuah acara budaya.
"Kita harus ingat, bahwa Iran adalah musuh kita, bukan Amerika Serikat. Kita tidak bisa mengubah kesepakatan ini, dan kita tidak bisa mengubah implikasinya," kata Livni seperti dikutip dari laman Jpost, Minggu (9/8/2015).
Dikatakan Livni, Israel harus menegaskan posisinya terhadap perjanjian itu dan harus memahami jika "kereta telah meninggalkan stasiun". Akan ada dampak dari perjanjian itu dan harus segera ditangani sejak AS sebagai negara adikuasa sudah setuju dengan kesepakatan tersebut dan mengirim uang serta senjata kepada Teheran.
"Israel perlu mempersiapkan diri dengan dengan baik untuk menghadapi realitas yang baru dan mempersiapkan kebijakan untuk sejumlah skenario, meski nantinya Kongres AS menerima atau menolak perjanjian tersebut," tegasnya.
Lebih jauh Livni mengatakan, yang harus dikhawatirkan oleh Israel adalah terkait keamanan dan kepentingan diplomatik negara tersebut menghadapi negara yang memiliki nuklir dan berhubungan dengan terorisme yang kini telah memiliki legitimasi.
"Kita harus meminta kepada Amerika Serikat sebuah jaminan dan membentuk aliansi yang diperlukan di wilayah ini," pungkasnya. (esn)Netanyahu Coba Campuri Urusan Luar Negeri ASPresiden AS Barack Obama dalam sebuah wawancara dengan media setempat secara tersirat menyebut bahhwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netantanyahu mencoba mencampuri urusan luar negeri AS. (Reuters) ○
Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama dalam sebuah wawancara dengan media setempat secara tersirat menyebut bahhwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netantanyahu mencoba mencampuri urusan luar negeri AS. Dirinya merujuk pada usaha Netanyahu untuk membatalkan kesepakatan nuklir Iran.
Obama, dalam wawancara tersebut mengatakan, apa yang dilakukan Netanyahu itu merupakan gangguan bagi kebijakan luar negeri AS, dan dirinya menuturkan belum pernah ada Kepala Negara lain yang mencoba melakukan hal semacam itu.
"Gangguan yang dilakukan Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu dalam urusan AS belum pernah terjadi sebelumnya," kata Obama, seperti dilansir Arutz Sheva pada Minggu (9/8/2015).
Ketika disinggung apakah hal semacam itu pantas dilakukan oleh dilakukan oleh Kepala Negara lain, dengan mencampuri urusan luar negeri negara lain. Obama berkelit, dan justru meminta kepada sang pewancara untuk bertanya langsung kepada Netanyahu apakah hal itu pantas, dan apakah hal itu sebelumnya pernah dilakukan oleh Kepala Negara lain.
Seperti diketahui, Netanyahu merupakan salah satu sosok yang paling menentang keras kesepakatan nuklir Iran. Dirinya bahkan tidak segan meminta kepada Kongres AS untuk menolak kesepakatan itu, yang dalam pandanganya hanya akan membuat terorisme tumbuh semakin subur di Timur Tengah. (esn)
Jika Kongres Amerika Serikat (AS) “membunuh” kesepakatan nuklir Iran, Pemerintah AS akhirnya dipaksa melakukan serangan militer terhadap fasilitas nuklir Teheran yang imbasnya Israel akan dihujani roket oleh kelompok militan pro-Iran.
Hal itu disampaikan Presiden AS, Barack Obama, kepada para pemimpin Yahudi pada pertemuan hari Selasa. Seorang sumber yang hadir dalam pertemuan itu membocorkan pesan-pesan yang disampaikan Obama terkait kesepakatan nulklir Iran.
Greg Rosenbaum, Ketua Dewan Demokrat Yahudi Nasional, mengatakan selama pertemuan dua jam, Obama menyampaikan bahwa sah jika para penentang kesepakatan nuklir Iran melobi anggota parlemen AS untuk menolak kesepakatan itu. Tapi, hal itu bisa membahayakan Israel.
Ada 20 pemimpin Yahudi dari seluruh spektrum politik dan agama yang melakukan pertemuan dengan Presiden Obama dan Wakil Presiden Joe Biden di Ruang Kabinet Gedung Putih. Pertemuan tersebut hanya berselang beberapa jam setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mendesak anggota Federasi Yahudi Amerika Utara untuk melawan kesepakatan nuklir Iran.
Menurut Rosenbaum, Obama telah cermat untuk menghilangkan prasangka argumen terhadap kesepakatan nuklir Iran. Tapi, kata dia, Obama mengakui jika kesepakatan nuklir Iran itu tidak sempurna.
Rosenbaum melanjutkan, beberapa pejabat yang hadir dalam pertemuan tersebut menggambarkan diri mereka sebagai penghasut perang. Sebab, menurut mereka satu-satunya alternatif untuk kesepakatan nuklir antara Iran dan enam negara kekuatan dunia (P5+1) di Wina adalah perang.
Tapi, Obama memperingatkan bahwa jika solusi itu yang digunakan dan Kongres menolak kesepakatan nuklir Iran maka hasil akhirnya adalah serangan militer. ”Tapi hasil dari aksi serangan tersebut (AS) tidak akan berperang dengan Iran,” kata Rosenbaum, menirukan ucapan Obama.
Obama mengklaim Iran tidak mungkin meluncurkan serangan terhadap AS yang memiliki anggaran militer tahunan yang besar. Sebaliknya, serangan “proxy” Iran berpotensi menyasar AS dan Israel. Contoh, Iran akan mempersenjatai kelompok-kelompok militan di sepanjang perbatasan Israel.
”Mereka akan melawan asimetris ini. Itu berarti lebih banyak dukungan untuk terorisme, roket-roket Hizbullah akan jatuh di Tel Aviv,” lanjut Rosenbaum yang menirukan pernyataan Obama, seperti dikutip Times of Israel, Rabu (5/8/2015). (mas)Tanpa Kesepakatan Nuklir Iran, Timur Tengah Perang LagiPresiden Barack Obama menyatakan, tanpa kesepakatan nuklir Iran, perang di Timur Tengah bisa pecah lagi. (Reuters) ○
Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama, telah memperingatkan bahwa tanpa kesepakatan nuklir Iran, akan ada perang lagi di Timur Tengah. Menurutnya, mereka yang pernah memilih untuk perang di Irak kini menentang diplomasi dengan Iran.
”Pilihan yang kita hadapi pada akhirnya antara diplomasi dan semacam perang, mungkin tidak besok, mungkin tidak tiga bulan dari sekarang, tapi segera. Aksi militer akan jauh lebih efektif daripada kesepakatan ini dalam mencegah Iran untuk memperoleh senjata nuklir,” kata Presiden Obama.
Obama berpendapat bahwa, kesepakatan dengan Iran adalah solusi terbaik untuk mencegah negara itu memperoleh senjata nuklir dan untuk mencegah perang. Jika kesepakatan nuklir Iran ditolak oleh Kongres AS, maka hal itu buruk bagi keamanan AS.
“Banyak orang yang berpendapat untuk perang di Irak (dulu), sekarang membuat kasus terhadap kesepakatan nuklir Iran,” ujar Presiden AS yang masa kecilnya pernah tinggal di Menteng, Jakarta itu.
“Sekarang, ketika saya mencalonkan diri sebagai presiden delapan tahun lalu, sebagai calon yang menentang keputusan untuk pergi berperang di Irak. Saya mengatakan kemudian bahwa Amerika tidak hanya harus mengakhiri perang itu, kami harus mengakhiri pola pikir yang membuat kami ada di tempat pertama dari mereka yang menyerukan perang,” ucap Obama, seperti dilansir Russia Today, semalam.
Presiden Obama menambahkan bahwa kebijakan sanksi sepihak tidak hanya tidak akan bekerja, tetapi dapat menyebabkan efek yang merugikan bagi AS itu sendiri. Obama mencontohkan kasus itu terhadap China.
”Ketika kita harus memotong China dari sistem keuangan Amerika. Dan karena mereka berada sebagai pembeli utama dari utang kami, tindakan tersebut bisa memicu gangguan parah pada perekonomian kita sendiri, dan dengan cara, menimbulkan pertanyaan internasional tentang peran dolar sebagai mata uang cadangan dunia.”
Obama mencatat, Israel sebagai negara yang blak-blakan menentang kesepakatan nuklir Iran. Padahal, sikap Israel itu, menurut Obama, bisa membahayakan keamanan Israel. (mas)Presiden Israel Kritik Sikap NetanyahuBenyamin Netanyahu. (Reuters) ○
Sikap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang menolak perjanjian damai terkait program nuklir Iran menuai kritik dari Presiden Israel, Reuven Rivlin. Sikap Netanyahu dinilai bisa membuat negeri Zionis itu terisolasi dari pergaulan dunia Internasional dan telah membuka "medan perang" dengan Washington.
"Perdana Menteri telah mengobarkan kampanye melawan Amerika Serikat (AS), dimana keduanya merasa benar dan ini menyakiti rakyat Israel," ucap Rivlin, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (7/8/2015).
Meski mengakui Netanyahu lebih mengenal AS ketimbang dirinya, namun Rivlin menilai sikap sang Perdana Menteri hanya akan merugikan Israel. Ia pun telah mengingatkan hal itu kepada Netanyahu dan mendesak segera memperbaiki hubungannya dengan Obama.
Di mata Rivlin, kedua sosok tersebut memiliki kepribadian yang sama. "Sangat tidak baik bagi keduanya untuk mengganggu satu sama lain dengan mengorbankan hubungan AS dan Israel," tukasnya.
Untuk diketahui, Rivlin memang kerap bertentangan dengan Netanyahu terkait kebijakan mengenai Iran. Ia beberapa kali berkomentar pedas terkait kebijakan Netanyahu dalam menyikapi masalah negeri Mullah itu.
Sebelumnya, Presiden AS Barack Obama mengaku telah terjadi ketegangan antara dirinya dengan Netanyahu. Netanyahu menilai kesepakan mengenai nuklir Iran adalah ancaman terhadap keberlangsungan Israel dan meminta Kongres AS untuk menentang kesepakan itu. Namun, keinginan Netanyahu itu ditentang oleh Obama. (esn)Takut Bom Atom, Israel Isyaratkan Habisi Ilmuwan Nuklir IranMenteri Pertahanan Israel, Moshe Yalon, mengeluarkan ancaman pada para ilmuwan nuklir Iran. (Defense Ministry/Times of Israel) ○
Israel mengeluarkan ancaman terselubung terhadap para ilmuwan nuklir Iran karena takut mereka membuat bom atom. Menteri Pertahanan Israel, Moshe Yaalon, secara eksplisit memberi sinyal bahwa Israel akan menghabisi para ilmuwan nuklir Iran.
Negara Yahudi tersebut, kata Yalon, berhak untuk membela diri. Dia blak-blakan mengatakan tidak bertanggung jawab atas keselamatan nyawa para ilmuwan Iran.
Ancaman terselubung Menteri Pertahanan Israel itu disampaikan dalam wawancara dengan Der Spiegel yang dilansir Sabtu (8/8/2015). ”Ambisi nuklir Iran harus berhenti pada satu cara atau cara lain,” katanya.
”Kami ingin ini dilakukan melalui perjanjian atau sanksi,” katanya lagi. ”Tapi akhirnya, Israel harus berada dalam posisi untuk membela diri.”
Ditanya khusus tentang ancaman untuk menargetkan para ilmuwan Iran atau upaya sabotase, Yalon berujar; ”Saya tidak bertanggung jawab atas kehidupan para ilmuwan Iran.”
Beberapa ilmuwan Iran telah dibunuh. Situs nuklir Iran juga kerap jadi target peretasan atau serangan cyber. Iran selama ini menyalahkan Israel dan Amerika Serikat (AS) sebagai pelakunya.
Iran dan enam negara kekuatan dunia yakni, AS, Inggris, China, Prancis, Jerman dan Rusia, telah mencapai kesepakatan nuklir untuk memastikan bahwa program nuklir Iran tidak untuk membuat bom atom. Sebagai kompensasinya, sanksi terhadap Iran dicabut secara bertahap.
Yaalon mengatakan, jika Iran tidak menghormati kesepakatan nuklir itu, Israel bisa melancarkan serangan udara. (mas)Musuh Kita Adalah Iran, Bukan ASMenteri Kehakiman Israel, Tzipi Livni (Reuters) ○
Suara pro dan kontra mengenai kesepakatan nuklir antara Iran dan Amerika Serikat tidak hanya terjadi di kedua negara, tetapi juga di Israel. Setelah sebelumnya Presiden Israel mengkritik sikap Perdana Manteri Benjamin Netanyahu yang menolak kesepakatan tersebut, kini giliran Menteri Kehakiman Israel, Tzipi Livni, angkat bicara.
Menurut Livni, Israel harus bisa menerima dan belajar untuk menghadapi kesepakatan tersebut. Hal ini diungkapkannya saat menjadi pembicara pada sebuah acara budaya.
"Kita harus ingat, bahwa Iran adalah musuh kita, bukan Amerika Serikat. Kita tidak bisa mengubah kesepakatan ini, dan kita tidak bisa mengubah implikasinya," kata Livni seperti dikutip dari laman Jpost, Minggu (9/8/2015).
Dikatakan Livni, Israel harus menegaskan posisinya terhadap perjanjian itu dan harus memahami jika "kereta telah meninggalkan stasiun". Akan ada dampak dari perjanjian itu dan harus segera ditangani sejak AS sebagai negara adikuasa sudah setuju dengan kesepakatan tersebut dan mengirim uang serta senjata kepada Teheran.
"Israel perlu mempersiapkan diri dengan dengan baik untuk menghadapi realitas yang baru dan mempersiapkan kebijakan untuk sejumlah skenario, meski nantinya Kongres AS menerima atau menolak perjanjian tersebut," tegasnya.
Lebih jauh Livni mengatakan, yang harus dikhawatirkan oleh Israel adalah terkait keamanan dan kepentingan diplomatik negara tersebut menghadapi negara yang memiliki nuklir dan berhubungan dengan terorisme yang kini telah memiliki legitimasi.
"Kita harus meminta kepada Amerika Serikat sebuah jaminan dan membentuk aliansi yang diperlukan di wilayah ini," pungkasnya. (esn)Netanyahu Coba Campuri Urusan Luar Negeri ASPresiden AS Barack Obama dalam sebuah wawancara dengan media setempat secara tersirat menyebut bahhwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netantanyahu mencoba mencampuri urusan luar negeri AS. (Reuters) ○
Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama dalam sebuah wawancara dengan media setempat secara tersirat menyebut bahhwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netantanyahu mencoba mencampuri urusan luar negeri AS. Dirinya merujuk pada usaha Netanyahu untuk membatalkan kesepakatan nuklir Iran.
Obama, dalam wawancara tersebut mengatakan, apa yang dilakukan Netanyahu itu merupakan gangguan bagi kebijakan luar negeri AS, dan dirinya menuturkan belum pernah ada Kepala Negara lain yang mencoba melakukan hal semacam itu.
"Gangguan yang dilakukan Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu dalam urusan AS belum pernah terjadi sebelumnya," kata Obama, seperti dilansir Arutz Sheva pada Minggu (9/8/2015).
Ketika disinggung apakah hal semacam itu pantas dilakukan oleh dilakukan oleh Kepala Negara lain, dengan mencampuri urusan luar negeri negara lain. Obama berkelit, dan justru meminta kepada sang pewancara untuk bertanya langsung kepada Netanyahu apakah hal itu pantas, dan apakah hal itu sebelumnya pernah dilakukan oleh Kepala Negara lain.
Seperti diketahui, Netanyahu merupakan salah satu sosok yang paling menentang keras kesepakatan nuklir Iran. Dirinya bahkan tidak segan meminta kepada Kongres AS untuk menolak kesepakatan itu, yang dalam pandanganya hanya akan membuat terorisme tumbuh semakin subur di Timur Tengah. (esn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.