Oleh: Mayor Art Rico Ricardo Sirait, BS., Pusat Kesenjataan Artileri Medan
Artileri Medan sebagai bagian dan salah satu kesenjataan TNI AD dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD menetapkan sasaran pembinaannya untuk memenuhi kekuatan satuan Armed yang sesuai dengan tuntutan tugas dan prediksi ancaman dengan meningkatkan kemampuan satuan Armed dalam melaksanakan operasi pada tingkat strategis maupun taktis. Guna mewujudkan tertatanya gelar satuan Armed dalam mencapai sasaran Pembangunan Kekuatan Minimum (Minimum Essential Force) sesuai dengan kebijakan strategis TNI AD 2010-2029, diperlukan Alutsista Armed yang modern, berteknologi tinggi, memiliki jarak capai jauh dan daya ledak besar. Sehingga salah satu alternatif yang memenuhi kriteria tersebut adalah Alutsista MLRS untuk jajaran TNI AD.
Mengalir dari pemikiran tersebut, perlu dilakukan perbandingan secara teknis untuk mencari Alat utama sistem senjata MLRS yang saat ini sedang dalam proses pengadaan yaitu ASTROS II MK6 buatan AVIBRAS dari negara Brazil dengan T-122/300 buatan ROKETSAN dari negara Turki. Danpussenarmed selaku user Alutsista MLRS dan pembina fungsi kecabangan Armed memperhatikan setiap aspek teknis keunggulan dan kelemahan dari masing-masing Alutsista guna mendapatkan Sistem senjata yang terbaik. Semua data dan fakta serta spesifikasi teknis yang tercantum dalam perbandingan ini dibuat berdasarkan proposal penawaran dan presentasi penyedia dalam rapat TEP Pengadaan Alutsista MLRS di Kemhan RI pada tanggal 5 April 2012. Sehingga dengan perbandingan teknis ini diharapkan diperoleh gambaran Alutsista yang memiliki kehandalan tinggi, adaptabilitas terhadap karakteristik daerah operasi di Indonesia, daya tahan terhadap cuaca dan medan geografis Indonesia serta mendukung kegiatan operasional dan taktis TNI AD. Secara mendalam aspek persyaratan operasional, spesifikasi teknis serta konfigurasi yang telah ditawarkan dalam proses pengadaan, akan dibahas sebagai aspek perbandingan yang utama.
Artileri Medan sebagai bagian dan salah satu kesenjataan TNI AD dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD menetapkan sasaran pembinaannya untuk memenuhi kekuatan satuan Armed yang sesuai dengan tuntutan tugas dan prediksi ancaman dengan meningkatkan kemampuan satuan Armed dalam melaksanakan operasi pada tingkat strategis maupun taktis. Guna mewujudkan tertatanya gelar satuan Armed dalam mencapai sasaran Pembangunan Kekuatan Minimum (Minimum Essential Force) sesuai dengan kebijakan strategis TNI AD 2010-2029, diperlukan Alutsista Armed yang modern, berteknologi tinggi, memiliki jarak capai jauh dan daya ledak besar. Sehingga salah satu alternatif yang memenuhi kriteria tersebut adalah Alutsista MLRS untuk jajaran TNI AD.
Mengalir dari pemikiran tersebut, perlu dilakukan perbandingan secara teknis untuk mencari Alat utama sistem senjata MLRS yang saat ini sedang dalam proses pengadaan yaitu ASTROS II MK6 buatan AVIBRAS dari negara Brazil dengan T-122/300 buatan ROKETSAN dari negara Turki. Danpussenarmed selaku user Alutsista MLRS dan pembina fungsi kecabangan Armed memperhatikan setiap aspek teknis keunggulan dan kelemahan dari masing-masing Alutsista guna mendapatkan Sistem senjata yang terbaik. Semua data dan fakta serta spesifikasi teknis yang tercantum dalam perbandingan ini dibuat berdasarkan proposal penawaran dan presentasi penyedia dalam rapat TEP Pengadaan Alutsista MLRS di Kemhan RI pada tanggal 5 April 2012. Sehingga dengan perbandingan teknis ini diharapkan diperoleh gambaran Alutsista yang memiliki kehandalan tinggi, adaptabilitas terhadap karakteristik daerah operasi di Indonesia, daya tahan terhadap cuaca dan medan geografis Indonesia serta mendukung kegiatan operasional dan taktis TNI AD. Secara mendalam aspek persyaratan operasional, spesifikasi teknis serta konfigurasi yang telah ditawarkan dalam proses pengadaan, akan dibahas sebagai aspek perbandingan yang utama.
1. ASPEK PERSYARATAN OPERASIONAL
Kemajuan
perkembangan teknologi dunia khususnya di bidang persenjataan, telah
berpengaruh kepada munculnya jenis ? jenis senjata satuan Armed yang
memiliki jarak capai lebih jauh, tingkat akurasi dan mobilitas yang
tinggi. Kondisi ini memberikan sumbangan yang luar bisa terhadap
imbangan daya tempur dalam sudut pandang kepentingan taktis dah efek
tangkal yang tinggi dalam pandangan kebutuhan strategis pertahanan
Negara. Selaras dengan hal tersebut, maka penentuan Alutsista MLRS yang
modern harus memenuhi persyaratan operasional yang digariskan oleh unsur
pengguna (user).
Dari aspek persyaratan operasional perbandingan antara ASTROS II dengan T-122/300 ditinjau dari faktor adaptability (kemampuan adaptasi), sustainability (kemampuan daya tahan), interoperability (kemampuan operasional yang terintegrasi dengan fungsional lainnya), serta reliability (kehandalan Alutsista). Faktor-faktor diatas merupakan operational requirement yang dibutuhkan oleh TNI AD dalam menentukan Alutsista terbaik yang dapat memenuhi pencapaian tugas pokok TNI AD dalam kemungkinan Operasi Militer untuk Perang dihadapkan dengan faktor geografis Indonesia, taktik dan doktrin TNI AD, kemungkinan ancaman serta perkembangan teknologi Alutsista modern. Dari tiap-tiap faktor tersebut akan dibandingkan kemampuan teknis yang dimiliki oleh ASTROS II maupun T-122/300 (Lihat Perbandingan Teknis MLRS).
a. Adaptability. Dalam faktor ini dibahas mengenai kemampuan teknis Alutsista MLRS beradaptasi terhadap karakter daerah operasi dimana Alutsista MLRS akan digelar atau digunakan. Berdasarkan kajian pengembangan Alutsista Armed TNI AD diperoleh rencana penempatan Alutsista MLRS adalah di satuan jajaran Kostrad dengan tujuan sebagai kekuatan terpusat yang dapat dikerahkan ke seluruh wilayah NKRI dalam waktu relatif singkat.
Berdasarkan pembahasan ini maka dibutuhkan kemampuan mobilitas udara menggunakan pesawat TNI AU. Spesifikasi teknis dan dimensi yang dimiliki oleh ASTROS II memungkinkan untuk dapat diangkut oleh pesawat Hercules C-130 ke trouble spot di wilayah NKRI (penjelasan Lihat Perbandingan Teknis MLRS)
b. Sustainability. Pada faktor ini kemampuan daya tahan Alutsista MLRS baik terhadap pemakaian, terhadap cuaca dan medan yang berkaitan dengan daya tahan dalam pertempuran dan usia pakai menjadi pembahasan secara teknis. Kemampuan teknis yang dimiliki oleh ASTROS II pada pressurized cabin mampu untuk melindungi awaknya dari pengaruh senjata kimia dan biologi. Selain itu, pengalaman AVIBRAS sebagai produsen ASTROS sejak tahun 1983 dalam bidang pemeliharaan dan penyediaan suku cadang telah membuktikan bahwa produk AVIBRAS masih memiliki kemampuan operasional 90 % setelah kurun waktu penggunaan selama 25 tahun (ASTROS MK2 milik Angkatan Darat Saudi Arabia).
Di lain pihak, ROKETSAN menawarkan alih teknologi pengembangan roket dengan basis kemampuan yang dimiliki oleh Roketsan saat ini. Teknologi roket yang dimiliki oleh ROKETSAN merupakan alih teknologi yang diterima pada era tahun 1980an pada saat pengembangan Roket WS-1 milik Cina. Perkembangan teknologi roket saat ini sudah jauh lebih modern dibandingkan dengan teknologi roket WS-1. Sehingga perlu kajian yang lebih mendalam apabila Indonesia akan menerima tawaran alih teknologi dari ROKETSAN. Sedangkan alih teknologi yang ditawarkan AVIBRAS yaitu peningkatan kapabilitas Rantis ANOA buatan PT. PINDAD jauh lebih realistis untuk dicapai serta dapat meningkatkan standar produksi Nasional ke jenjang yang lebih tinggi (penjelasan Lihat Perbandingan Teknis MLRS)
c. Interoperability. Kemampuan joint interability atau joint operational dihadapkan dengan ketersediaan sistem manajemen pertempuran yang dapat diintegrasikan dengan sistem Komando dan Kendali yang dimiliki oleh TNI AD saat ini. Kemampuan integrasi antara sistem senjata dengan sistem komando kendali merupakan aspek kehandalan yang harus tercapai untuk mewujudkan sinergitas dalam operasi antar kecabangan sampai dengan pelaksanaan operasi gabungan antar Matra. Ditinjau dari kemampuan teknis kedua sistem senjata ini memiliki kemampuan yang relatif sama untuk diintegrasikan ke dalam sistem komando kendali yang dimiliki oleh TNI AD.
d. Reliability. Merupakan faktor kehandalan Alutsista MLRS yang dibutuhkan (needs) dihadapkan dengan asumsi kemampuan dan kekuatan militer asing yang akan dihadapi. Pada faktor ini, ASTROS II memiliki kemampuan yang lebih unggul pada jarak capai roket, teknologi multi kaliber, daya hancur (firepower), dan teknologi interchangeable antar platform Ranpurnya.
Disamping itu, kemampuan Combat Proven / teruji di medan pertempuran merupakan salah satu faktor kehandalan yang dipersyaratkan oleh TNI AD. Dengan terujinya sistem senjata di medan pertempuran dapat menunjukkan bukti otentik bahwa sistem senjata tersebut memiliki kapabilitas yang handal pada kondisi perang sesungguhnya. Sistem senjata yang sudah pernah terlibat dalam perang memberikan jaminan dan keyakinan bahwa keseluruhan aspek persyaratan operasional (adaptability, sustainability, Interoperability dan reliability) dapat terpenuhi. Sehingga Combat Proven merupakan faktor penentu yang sangat signifikan dalam pemilihan Alutsista.
Dari aspek persyaratan operasional perbandingan antara ASTROS II dengan T-122/300 ditinjau dari faktor adaptability (kemampuan adaptasi), sustainability (kemampuan daya tahan), interoperability (kemampuan operasional yang terintegrasi dengan fungsional lainnya), serta reliability (kehandalan Alutsista). Faktor-faktor diatas merupakan operational requirement yang dibutuhkan oleh TNI AD dalam menentukan Alutsista terbaik yang dapat memenuhi pencapaian tugas pokok TNI AD dalam kemungkinan Operasi Militer untuk Perang dihadapkan dengan faktor geografis Indonesia, taktik dan doktrin TNI AD, kemungkinan ancaman serta perkembangan teknologi Alutsista modern. Dari tiap-tiap faktor tersebut akan dibandingkan kemampuan teknis yang dimiliki oleh ASTROS II maupun T-122/300 (Lihat Perbandingan Teknis MLRS).
a. Adaptability. Dalam faktor ini dibahas mengenai kemampuan teknis Alutsista MLRS beradaptasi terhadap karakter daerah operasi dimana Alutsista MLRS akan digelar atau digunakan. Berdasarkan kajian pengembangan Alutsista Armed TNI AD diperoleh rencana penempatan Alutsista MLRS adalah di satuan jajaran Kostrad dengan tujuan sebagai kekuatan terpusat yang dapat dikerahkan ke seluruh wilayah NKRI dalam waktu relatif singkat.
Berdasarkan pembahasan ini maka dibutuhkan kemampuan mobilitas udara menggunakan pesawat TNI AU. Spesifikasi teknis dan dimensi yang dimiliki oleh ASTROS II memungkinkan untuk dapat diangkut oleh pesawat Hercules C-130 ke trouble spot di wilayah NKRI (penjelasan Lihat Perbandingan Teknis MLRS)
b. Sustainability. Pada faktor ini kemampuan daya tahan Alutsista MLRS baik terhadap pemakaian, terhadap cuaca dan medan yang berkaitan dengan daya tahan dalam pertempuran dan usia pakai menjadi pembahasan secara teknis. Kemampuan teknis yang dimiliki oleh ASTROS II pada pressurized cabin mampu untuk melindungi awaknya dari pengaruh senjata kimia dan biologi. Selain itu, pengalaman AVIBRAS sebagai produsen ASTROS sejak tahun 1983 dalam bidang pemeliharaan dan penyediaan suku cadang telah membuktikan bahwa produk AVIBRAS masih memiliki kemampuan operasional 90 % setelah kurun waktu penggunaan selama 25 tahun (ASTROS MK2 milik Angkatan Darat Saudi Arabia).
Di lain pihak, ROKETSAN menawarkan alih teknologi pengembangan roket dengan basis kemampuan yang dimiliki oleh Roketsan saat ini. Teknologi roket yang dimiliki oleh ROKETSAN merupakan alih teknologi yang diterima pada era tahun 1980an pada saat pengembangan Roket WS-1 milik Cina. Perkembangan teknologi roket saat ini sudah jauh lebih modern dibandingkan dengan teknologi roket WS-1. Sehingga perlu kajian yang lebih mendalam apabila Indonesia akan menerima tawaran alih teknologi dari ROKETSAN. Sedangkan alih teknologi yang ditawarkan AVIBRAS yaitu peningkatan kapabilitas Rantis ANOA buatan PT. PINDAD jauh lebih realistis untuk dicapai serta dapat meningkatkan standar produksi Nasional ke jenjang yang lebih tinggi (penjelasan Lihat Perbandingan Teknis MLRS)
c. Interoperability. Kemampuan joint interability atau joint operational dihadapkan dengan ketersediaan sistem manajemen pertempuran yang dapat diintegrasikan dengan sistem Komando dan Kendali yang dimiliki oleh TNI AD saat ini. Kemampuan integrasi antara sistem senjata dengan sistem komando kendali merupakan aspek kehandalan yang harus tercapai untuk mewujudkan sinergitas dalam operasi antar kecabangan sampai dengan pelaksanaan operasi gabungan antar Matra. Ditinjau dari kemampuan teknis kedua sistem senjata ini memiliki kemampuan yang relatif sama untuk diintegrasikan ke dalam sistem komando kendali yang dimiliki oleh TNI AD.
d. Reliability. Merupakan faktor kehandalan Alutsista MLRS yang dibutuhkan (needs) dihadapkan dengan asumsi kemampuan dan kekuatan militer asing yang akan dihadapi. Pada faktor ini, ASTROS II memiliki kemampuan yang lebih unggul pada jarak capai roket, teknologi multi kaliber, daya hancur (firepower), dan teknologi interchangeable antar platform Ranpurnya.
Disamping itu, kemampuan Combat Proven / teruji di medan pertempuran merupakan salah satu faktor kehandalan yang dipersyaratkan oleh TNI AD. Dengan terujinya sistem senjata di medan pertempuran dapat menunjukkan bukti otentik bahwa sistem senjata tersebut memiliki kapabilitas yang handal pada kondisi perang sesungguhnya. Sistem senjata yang sudah pernah terlibat dalam perang memberikan jaminan dan keyakinan bahwa keseluruhan aspek persyaratan operasional (adaptability, sustainability, Interoperability dan reliability) dapat terpenuhi. Sehingga Combat Proven merupakan faktor penentu yang sangat signifikan dalam pemilihan Alutsista.
2. ASPEK SPESIFIKASI TEKNIS
Dalam
aspek spesifikasi teknis beberapa faktor yang dibandingkan antara
ASTROS II dengan T-122/300 meliputi kemampuan teknis Launcher, platform
kendaraan dan sarana pendukung lainnya serta faktor taktis yang
dibutuhkan dalam operasional Alut oleh Armed TNI AD. Kepercayaan dunia
Internasional terhadap suatu produk sistem senjata merupakan salah satu
aspek yang dipertimbangkan oleh TNI AD dalam memilih produk yang tepat.
Saat ini ASTROS sudah digunakan di 5 negara di dunia sejak generasi I
tahun 1980an, sedangkan produk ROKETSAN yang terjual dalam jumlah lebih
dari 200 unit bukanlah produk yang ditawarkan kepada Indonesia khususnya
penggunaan teknologi sealed composite pod pada munisi roket 300 mm yang
masih pada tahap uji coba (data pendukung Lihat Perbandingan Teknis
MLRS).
Pada aspek kemampuan mobilitas udara, T-122/300 perlu modifikasi khusus dengan melaksanakan prosedur pelepasan beberapa bagian besar platform (Penjelasan teknis secara terperinci dapat dilihat pada lampiran halaman 13). Hal ini menunjukkan bahwa T-122/300 tidak memenuhi persyaratan operasional TNI AD untuk dapat dimobilisasi ke seluruh wilayah NKRI dalam waktu relatif singkat.
Aspek spesifikasi teknis sangat erat kaitannya dengan teknologi yang ditawarkan oleh kedua belah pihak penyedia barang. Jika dibandingkan secara umum dapat terlihat secara nyata bahwa teknologi yang digunakan oleh ASTROS II dan T-122/300 merupakan generasi yang berbeda. ASTROS II jauh lebih unggul secara teknologi dan kemampuan teknis ditinjau dari inovasi dan kapabilitas yang dimiliki. Launcher ASTROS II sudah compatible untuk digunakan meluncurkan roket taktis dengan jarak capai 300 km (Lihat Perbandingan Teknis MLRS).
Ketersediaan munisi latihan ASTROS II dapat digunakan dengan mekanisme tembakan dan pada platform yang sama. Sedangkan munisi latihan ROKETSAN akan menggunakan munisi kaliber 70 mm buatan PT. DI yang masih dalam tahap pengembangan sehingga belum dapat menjamin tercapainya tujuan latihan untuk meningkatkan kemampuan personel TNI AD pada pelaksanaan penembakan Roket sesungguhnya (data pendukung Lihat Perbandingan Teknis MLRS).
Pada aspek kemampuan mobilitas udara, T-122/300 perlu modifikasi khusus dengan melaksanakan prosedur pelepasan beberapa bagian besar platform (Penjelasan teknis secara terperinci dapat dilihat pada lampiran halaman 13). Hal ini menunjukkan bahwa T-122/300 tidak memenuhi persyaratan operasional TNI AD untuk dapat dimobilisasi ke seluruh wilayah NKRI dalam waktu relatif singkat.
Aspek spesifikasi teknis sangat erat kaitannya dengan teknologi yang ditawarkan oleh kedua belah pihak penyedia barang. Jika dibandingkan secara umum dapat terlihat secara nyata bahwa teknologi yang digunakan oleh ASTROS II dan T-122/300 merupakan generasi yang berbeda. ASTROS II jauh lebih unggul secara teknologi dan kemampuan teknis ditinjau dari inovasi dan kapabilitas yang dimiliki. Launcher ASTROS II sudah compatible untuk digunakan meluncurkan roket taktis dengan jarak capai 300 km (Lihat Perbandingan Teknis MLRS).
Ketersediaan munisi latihan ASTROS II dapat digunakan dengan mekanisme tembakan dan pada platform yang sama. Sedangkan munisi latihan ROKETSAN akan menggunakan munisi kaliber 70 mm buatan PT. DI yang masih dalam tahap pengembangan sehingga belum dapat menjamin tercapainya tujuan latihan untuk meningkatkan kemampuan personel TNI AD pada pelaksanaan penembakan Roket sesungguhnya (data pendukung Lihat Perbandingan Teknis MLRS).
3. ASPEK KONFIGURASI YANG DITAWARKAN
Untuk
aspek konfigurasi yang ditawarkan, ROKETSAN memiliki keunggulan dalam
pemenuhan konfigurasi yang diharapkan oleh TNI AD dari segi kuantitas.
Namun, secara kualitas perbandingan antara Alutsista ASTROS II dengan
T-122/300 tidak bisa disetarakan mengingat perbedaan teknologi yang
digunakan. Inovasi teknologi dan kehandalan kemampuan ASTROS berada di
generasi setingkat diatas T-122/300 sesuai dengan aspek spesifikasi
teknis sebelumnya.
Keunggulan kualitas AVIBRAS meliputi teknologi munisi container launcher yang memberikan fleksibilitas tinggi dalam penggunaan munisi berbagai kaliber sesuai kebutuhan. Kemampuan daya hancur terhadap personel dan materiil lapis baja munisi ASTROS II didukung oleh penggunaan teknologi sub munisi sehingga mampu melipatgandakan efek kehancuran daerah sasaran serta mampu menembus baja dengan ketebalan hingga 200 mm. Perbandingan daya hancur dihadapkan pada kuantitas munisi dapat terlihat pada lampiran halaman 36.
AVIBRAS menawarkan kelebihan pada kemampuan daya tempur dengan menambah jumlah peluncur roket atau Satbak namun berdampak pada pengurangan jumlah kendaraan suplai munisi. Dengan penambahan jumlah Satbak akan meningkatkan kemampuan daya hancur serta meningkatkan nilai keunggulan konfigurasi sistem senjata yang ditawarkan.
Demikian executive summary perbandingan teknis antara ASTROS II MK6, AVIBRAS dengan T-122/300, ROKETSAN dibuat secara seksama setelah melalui proses panjang diskusi panitia pengadaan dan pengamatan yang intensif terhadap presentasi penyedia dalam rapat TEP pengadaan Alutsista MLRS di Kemhan. Selanjutnya ringkasan penjelasan teknis ini merupakan pengantar awal perbandingan teknis Alutsista MLRS untuk bahan pertimbangan pimpinan dalam menentukan kebijaksanaan lebih lanjut.
Keunggulan kualitas AVIBRAS meliputi teknologi munisi container launcher yang memberikan fleksibilitas tinggi dalam penggunaan munisi berbagai kaliber sesuai kebutuhan. Kemampuan daya hancur terhadap personel dan materiil lapis baja munisi ASTROS II didukung oleh penggunaan teknologi sub munisi sehingga mampu melipatgandakan efek kehancuran daerah sasaran serta mampu menembus baja dengan ketebalan hingga 200 mm. Perbandingan daya hancur dihadapkan pada kuantitas munisi dapat terlihat pada lampiran halaman 36.
AVIBRAS menawarkan kelebihan pada kemampuan daya tempur dengan menambah jumlah peluncur roket atau Satbak namun berdampak pada pengurangan jumlah kendaraan suplai munisi. Dengan penambahan jumlah Satbak akan meningkatkan kemampuan daya hancur serta meningkatkan nilai keunggulan konfigurasi sistem senjata yang ditawarkan.
Demikian executive summary perbandingan teknis antara ASTROS II MK6, AVIBRAS dengan T-122/300, ROKETSAN dibuat secara seksama setelah melalui proses panjang diskusi panitia pengadaan dan pengamatan yang intensif terhadap presentasi penyedia dalam rapat TEP pengadaan Alutsista MLRS di Kemhan. Selanjutnya ringkasan penjelasan teknis ini merupakan pengantar awal perbandingan teknis Alutsista MLRS untuk bahan pertimbangan pimpinan dalam menentukan kebijaksanaan lebih lanjut.
sumber Tandef
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.