Ujicoba bom P100 |
Hal itu terungkap dalam kunjungan Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta ke Energetic Material Center (EMC) PT Dahana (Persero) di Jalan Raya Subang-Cikamurang, Cibogo, Subang, Jumat (20/1).
Dirut PT Dahana (Persero) Tanto Dirgantoro menyatakan, pihaknya komit untuk terus mengembangkan alutsista tersebut. Hal itu bertujuan untuk tercapainya kemandirian bangsa dalam menghasilkan alutsista.
Disebutkan, selain memproduksi bahan berenergi tinggi untuk militer rencanya pabrik ini juga akan memproduksi bahan peledak guna untuk komersial khusunya untuk keperluan pertambangan migas, pertambangan umum dan konstruksi.
"PT Dahana sebagai salah satu BUMN akan terus berupaya mengoptimalkan perolehan bisnis dari jasa peledakan terutama pengeboran (drilling), blasting (peledakan), jasa-jasa terkait lainnya serta memperbanyak aneka produk explosive manufacturing," katanya.
Menurut Deputi Direktur Perencanaan Perusahaan dan Logistik PT Dahana, Heri Heriswan, bom P-100 untuk mempersenjatai pesawat tempur Sukhoi yang selama ini diimpor dari Bulgaria dan negara-negara Eropa Timut, kini sudah bisa diproduksi. Bom kaliber 100 kiogram ini dibuat bekerja sama dengan Sari Bahari.
Sedangkan, roket R-Han yang mempunyai jangkauan 15-20 kilometer diproduksi Dahana bersama PT Dirgantara Indonesia, PT Pindad, dan PT Krakatau Steel. Saat ini sudah 22 roket diluncurkan.
"Sebanyak 78 roket R-Han akan diluncurkan pada tahun ini, sehingga pada 2012 yang sudah diluncurkan menjadi 100 buah. Dalam lima tahun ke depan menjadi 1.000 buah roket. Dengan demikian, roket ini makin terbukti andal," kata Heri.
Menristek Gusti Mohammad Hatta mengakui bangga dengan perkembangan tersebut. "Pembangunan ini ditujukan guna melepaskan ketergantungan kita akan kebutuhan bahan baku propelan impor," katanya.
Menurut dia, saat ini Indonesia sedang giat-giatnya meningkatkan kemandirian bangsa di bidang penguasaan teknologi pertahanan. Propelan yang merupakan bahan bakar roket menjadi salah satu indikator kemandirian tersebut. Namun, produksinya haruslah di sertai dengan produk komersialnya.
"Produksi militer harus didukung oleh produk komersial agar perusahaan bisa tetap beroperasi. Selain itu, sinergi dengan lembaga-lembaga riset untuk kepentingan penelitian dan pengembangan material dan peroketan nasional haruslah lebih ditingkatkan lagi," ujarnya.
Kebanggan lainnya, lanjut Hatta, adalah gedung yang berisikan bahan-bahan peledak itu ternyata menjadi gedung pertama di Indonesia yang mendapat sertifikasi Green Building dan mencapai kategori platinum untuk gedung baru.
Pada kesempatan itu dilakukan penandatanganan kerja sama antara PT Dahana dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), dan PT Dahana dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Hadir Dirut PT Dahana Tanto Dirgantoro, Kepala Lapan Bambang Tedjasukmana dan Kepala BPPT Marzan A. Iskandar. (A-78/A-89)***(Pikiranrakyat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.