Si cantik ini anggota Brimob antiteror pertama di Aceh Bripda Nina. ©2015 ♔
Senapan mesin jenis Steyr AUG ditenteng di tangannya. Berseragam serba hitam, helm baja di kepala dan berkacamata terlihat gagah saat memperagakan aksi penyergapan antiteror di lokasi latihan markas Gegana, Polisi Daerah (Polda) Aceh.
Di depan tertulis jelas polisi dan di lengan kanan tertera Gegana Korps Brimob. Dialah Dripda Nina Oktoviana pasukan Wanteror Brimob Aceh perempuan pertama di Aceh.
Bripda Nina juga putri ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Ismail dan Mawarni ini berasal dari Kecamatan Samahani, Kabupaten Aceh Besar terlahir bukan dari keluarga besar polisi atau TNI. Tetapi ayahnya hanya seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga.
Saat ditemui merdeka.com di markas Gegana Brimob Polda Aceh, Senin (2/1), Bripda Nina Oktoviana yang akrab disapa Nina menggunakan seragam hitam tidak terlintas seperti seorang perempuan. Saat memegang senjata dan terselip pistol di pinggangnya, Nina terlihat lincah bergerak saat memperagakan sedang menghadapi teror.
"Saya memang cita-cita ingin menjadi anggota Brimob, karena saya suka tantangan," kata Bripda Nina Oktoviani.
Dara asli Aceh kelahiran Samahani, 24 Oktober 1993 ini mulai bergabung dengan Polisi Wanita (Polwan) di Polda Aceh medio Januari 2014 dan ditempatkan di Polda Aceh. Kemudian pada bulan Juni 2014 juga Nina ditugaskan di Brimob Aceh.
Lantas Nina pun meminta kepada Kepala Detasemen (Kaden) untuk ditempatkan dalam pasukan. Mulanya Nina hendak ditempatkan di staf biasa, namun Nina mengaku ingin ditempatkan dalam pasukan wanteror yang memiliki tantangan.
"Saya minta sendiri masuk dalam pasukan, memang benar ada rencana ditempatkan di staf, tapi saya minta di pasukan," tegasnya.
Menurutnya, ilmu di pasukan Wanteror menarik dan penuh tantangan. Bahkan dia berkeinginan bisa terlibat langsung bila ada terjadi teror. Dia ingin merasakan langsung tantangan tersebut saat operasi sesungguhnya di lapangan.
"Sekarang memang belum pernah terjun langsung, karena saya baru bergabung di sini, tetapi saya ingin sekali terlibat langsung," ulasnya.
Menjadi pasukan Wanteror akan berhadapan dengan aksi-aksi teror yang harus mempertaruhkan nyawa. Baik aksi teror maupun bom harus selalu di hadapi. Namun bagi orang tuanya tidak mempermasalahkan, selalu mendapat dukungan dari keluarga besarnya.
"Ayah sama Ibu tidak mempermasalahkan, selalu mendukung saya," imbuhnya.Hijab tak halangi Bripda Nina atasi aksi-aksi teror Menjadi pasukan Wanteror Brimob bukan perkara mudah. Membutuhkan latihan dan fisik yang kuat serta mental yang teruji. Hal ini lantaran pasukan ini akan dihadapkan dengan aksi-aksi teror dan bahkan bom membutuhkan nyali yang tangguh.
Pasukan Wanteror yang memiliki moto Cepat dan Tepat tentu membutuhkan kedisiplinan, keberanian, kecermatan dan ketangguhan secara fisik. Beraksi cepat dalam setiap gerakan menjadi modal utama pasukan Wanteror ini yang memang dilatih secara khusus.
Meskipun penuh tantangan dan juga selalu dilatih bergerak cepat dan tepat sesuai dengan moto detasemen Gegana Wanteror ini. Tidak menghalangi Bripda Nina Octoviana (22), gadis asli Aceh bergerak, meskipun menggunakan jilbab.
Hijab baginya sudah menjadi bagian dari busana yang dia kenakan setiap hari. Setiap saat, hijab selalu melekat menutup seluruh rambutnya dan dia mengaku tidak pernah menanggalkan hijab, meskipun sedang latihan dan bertugas. "Tidak masalah dengan jilbab, tidak menghalangi tugas," kata Bripda Nina Octoviana, Senin (2/2) di markas Gegana Brimob Polda Aceh.
Bripda Nina tidak pernah menanggalkan hijab, karena Nina sadar, ini merupakan indentitas Aceh yang kental dengan Islam dan wajib menggunakan hijab. Sehingga dia selalu mempertahankan jilbab walau dalam kondisi apapun.
Pengakuan Bripda Nina ini juga diakui oleh komandannya Kepala Detasemen (Kaden) Kompol Asnawi yang turut didampingi Kepala Sub Detasemen I (Kasubden I) AKP Akmal. Menurut Kompol Asnawi, dirinya tidak pernah melihat rambut gadis Aceh ini.
"Saya sendiri tidak pernah melihat bagaimana bentuk rambut dia, apa keriting atau lurus, karena memang tidak pernah melepaskan jilbab," terang Kompol Asnawi di markas Gegana Brimob Polda Aceh.
Kompol Asnawi sendiri tidak pernah meminta Bripda Nina untuk melepaskan jilbab baik saat latihan maupun bertugas. Karena dari amatannya, tidak menghalangi tugasnya sebagai anggota Wanteror yang membutuhkan kecepatan dan ketepatan.
Hal senada juga disampaikan oleh AKP Akmal, menurutnya ini menjadi nilai lebih di Aceh bahwa perempuan yang menjadi anggota Wanteror sekalipun bisa menggunakan hijab. "Inilah nilai lebih kita, karena menjadi pasukan Wanteror ini bukan mudah, butuh latihan dan fisik yang kuat," tutupnya.[hhw]
Senapan mesin jenis Steyr AUG ditenteng di tangannya. Berseragam serba hitam, helm baja di kepala dan berkacamata terlihat gagah saat memperagakan aksi penyergapan antiteror di lokasi latihan markas Gegana, Polisi Daerah (Polda) Aceh.
Di depan tertulis jelas polisi dan di lengan kanan tertera Gegana Korps Brimob. Dialah Dripda Nina Oktoviana pasukan Wanteror Brimob Aceh perempuan pertama di Aceh.
Bripda Nina juga putri ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Ismail dan Mawarni ini berasal dari Kecamatan Samahani, Kabupaten Aceh Besar terlahir bukan dari keluarga besar polisi atau TNI. Tetapi ayahnya hanya seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga.
Saat ditemui merdeka.com di markas Gegana Brimob Polda Aceh, Senin (2/1), Bripda Nina Oktoviana yang akrab disapa Nina menggunakan seragam hitam tidak terlintas seperti seorang perempuan. Saat memegang senjata dan terselip pistol di pinggangnya, Nina terlihat lincah bergerak saat memperagakan sedang menghadapi teror.
"Saya memang cita-cita ingin menjadi anggota Brimob, karena saya suka tantangan," kata Bripda Nina Oktoviani.
Dara asli Aceh kelahiran Samahani, 24 Oktober 1993 ini mulai bergabung dengan Polisi Wanita (Polwan) di Polda Aceh medio Januari 2014 dan ditempatkan di Polda Aceh. Kemudian pada bulan Juni 2014 juga Nina ditugaskan di Brimob Aceh.
Lantas Nina pun meminta kepada Kepala Detasemen (Kaden) untuk ditempatkan dalam pasukan. Mulanya Nina hendak ditempatkan di staf biasa, namun Nina mengaku ingin ditempatkan dalam pasukan wanteror yang memiliki tantangan.
"Saya minta sendiri masuk dalam pasukan, memang benar ada rencana ditempatkan di staf, tapi saya minta di pasukan," tegasnya.
Menurutnya, ilmu di pasukan Wanteror menarik dan penuh tantangan. Bahkan dia berkeinginan bisa terlibat langsung bila ada terjadi teror. Dia ingin merasakan langsung tantangan tersebut saat operasi sesungguhnya di lapangan.
"Sekarang memang belum pernah terjun langsung, karena saya baru bergabung di sini, tetapi saya ingin sekali terlibat langsung," ulasnya.
Menjadi pasukan Wanteror akan berhadapan dengan aksi-aksi teror yang harus mempertaruhkan nyawa. Baik aksi teror maupun bom harus selalu di hadapi. Namun bagi orang tuanya tidak mempermasalahkan, selalu mendapat dukungan dari keluarga besarnya.
"Ayah sama Ibu tidak mempermasalahkan, selalu mendukung saya," imbuhnya.Hijab tak halangi Bripda Nina atasi aksi-aksi teror Menjadi pasukan Wanteror Brimob bukan perkara mudah. Membutuhkan latihan dan fisik yang kuat serta mental yang teruji. Hal ini lantaran pasukan ini akan dihadapkan dengan aksi-aksi teror dan bahkan bom membutuhkan nyali yang tangguh.
Pasukan Wanteror yang memiliki moto Cepat dan Tepat tentu membutuhkan kedisiplinan, keberanian, kecermatan dan ketangguhan secara fisik. Beraksi cepat dalam setiap gerakan menjadi modal utama pasukan Wanteror ini yang memang dilatih secara khusus.
Meskipun penuh tantangan dan juga selalu dilatih bergerak cepat dan tepat sesuai dengan moto detasemen Gegana Wanteror ini. Tidak menghalangi Bripda Nina Octoviana (22), gadis asli Aceh bergerak, meskipun menggunakan jilbab.
Hijab baginya sudah menjadi bagian dari busana yang dia kenakan setiap hari. Setiap saat, hijab selalu melekat menutup seluruh rambutnya dan dia mengaku tidak pernah menanggalkan hijab, meskipun sedang latihan dan bertugas. "Tidak masalah dengan jilbab, tidak menghalangi tugas," kata Bripda Nina Octoviana, Senin (2/2) di markas Gegana Brimob Polda Aceh.
Bripda Nina tidak pernah menanggalkan hijab, karena Nina sadar, ini merupakan indentitas Aceh yang kental dengan Islam dan wajib menggunakan hijab. Sehingga dia selalu mempertahankan jilbab walau dalam kondisi apapun.
Pengakuan Bripda Nina ini juga diakui oleh komandannya Kepala Detasemen (Kaden) Kompol Asnawi yang turut didampingi Kepala Sub Detasemen I (Kasubden I) AKP Akmal. Menurut Kompol Asnawi, dirinya tidak pernah melihat rambut gadis Aceh ini.
"Saya sendiri tidak pernah melihat bagaimana bentuk rambut dia, apa keriting atau lurus, karena memang tidak pernah melepaskan jilbab," terang Kompol Asnawi di markas Gegana Brimob Polda Aceh.
Kompol Asnawi sendiri tidak pernah meminta Bripda Nina untuk melepaskan jilbab baik saat latihan maupun bertugas. Karena dari amatannya, tidak menghalangi tugasnya sebagai anggota Wanteror yang membutuhkan kecepatan dan ketepatan.
Hal senada juga disampaikan oleh AKP Akmal, menurutnya ini menjadi nilai lebih di Aceh bahwa perempuan yang menjadi anggota Wanteror sekalipun bisa menggunakan hijab. "Inilah nilai lebih kita, karena menjadi pasukan Wanteror ini bukan mudah, butuh latihan dan fisik yang kuat," tutupnya.[hhw]
♔ Merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.