Kjartan Sekkingstad (tengah/bercambang) bersama tiga warga Indonesia yang disandera Abu Sayyaf, saat hendak diserahterimakan kepada perwakilan pemerintah Filipina di kota Indanan, Pulau Jolo, Filipina. [AFP] ○
Seorang warga negara Norwegia yang dibebaskan dari sekapan kelompok militan Abu Sayyaf, Minggu (18/9/2016), menceritakan teror yang dialaminya setelah mengetahui sandera lain sudah tewas dipenggal.
Kjartan Sekkingstad, yang wajahnya ditumbuhi cambang dan terlihat sangat lelah, yang dibebaskan pada Sabtu kemarin.
Dia mengatakan, hampir tewas akibat serangan militer Filipina yang mengincar para penculiknya.
"Pada dasarnya saya diperlakukan seperti budak. Saya disuruh membawa barang-barang mereka. Dan hampir setiap waktu dilecehkan," kata Sekkingstad saat diserahterimakan kepada wakil pemerintah di kota Indanan di Pulau Jolo.
Sekkingstad menambahkan, salah satu hal terberat yang harus dialaminya adalah siksaan psikologis karena kelompok itu berulang kali mengancam akan memenggalnya.
Pria berusia 56 tahun itu diculik pada September 2015 dari sebuah resor wisata di Filipina dan dibawa ke Pulau Jolo, basis kelompok Abu Sayyaf.
Saat itu, dua warga Kanada yang berada di resor yang sama juga diculik. Mereka adalah John Ridsdel dan Robert Hall.
Kedua warga Kanada ini tewas dipenggal setelah uang tebusan sebesar 6,5 juta dolar AS yang dituntut Abu Sayyaf tak dipenuhi.
Sekkingstad masih bisa mengingat jelas saat kedua warga Kanada itu dieksekusi secara terpisah pada April dan Juni.
"Dalam kondisi diborgol mereka dibawa pergi, tetapi masih cukup dekat sehingga kami masih bisa mendengar teriakan mereka," kenang Sekkingstad.
"Kondisi itu sangat menakutkan," tambah dia dengan tubuh bergetar.
Kelompok Abu Sayyaf menyerahkan Sekkingstad kelompok pemberontak lainnya yang dipimpin Nur Misuari.
Kelompok Nur Misuari adalah yang membantu proses pembebasan dan sempat menampung Sekkingstad di kamp mereka selama satu malam.
Sambil dikawal pasukan kepolisian Jolo, pada Minggu (18/9/2016), Nur Misuari menyerahkan pria Norwegia itu dan tiga warga Indonesia kepada perwakilan pemerintah Filipina, Jesus Dureza.
Sekkingstad dan Dureza kemudian terbang ke kota Davao untuk bertemu dengan Presiden Rodrigo Duterte.
Sedangkan, tiga warga negara Indonesia dibawa ke kota Zamboanga tempat mereka dijemput oleh seorang jenderal purnawirawan.
Sejauh ini belum diketahui apakah pembebasan para sandera itu didahului pembayaran uang tebusan.
Pada Minggu malam, juru bicara Abu Sayyaf mengatakan, mereka sudah menerima uang sebesar 625.000 dolar AS untuk tebusan Sekkingstad.
Namun, juru bicara pemerintah Norwegia, Frode Andersen mengatakan, pemerintah negeri itu tidak pernah membayar uang tebusan dalam kasus ini atau kasus lainnya.
Pernyataan yang sama juga disampaikan juru bicara kepresidenan Filipina Martin Andanar. Dia menegaskan, pemerintah Filipina tetap kukuh tak akan membayar uang tebusan.
"Namun, jika ada pihak ketiga seperti keluarga yang kemudian membayar uang tebusan, kami tak mengetahui sama sekali soal itu," kata Andanar.
Seorang warga negara Norwegia yang dibebaskan dari sekapan kelompok militan Abu Sayyaf, Minggu (18/9/2016), menceritakan teror yang dialaminya setelah mengetahui sandera lain sudah tewas dipenggal.
Kjartan Sekkingstad, yang wajahnya ditumbuhi cambang dan terlihat sangat lelah, yang dibebaskan pada Sabtu kemarin.
Dia mengatakan, hampir tewas akibat serangan militer Filipina yang mengincar para penculiknya.
"Pada dasarnya saya diperlakukan seperti budak. Saya disuruh membawa barang-barang mereka. Dan hampir setiap waktu dilecehkan," kata Sekkingstad saat diserahterimakan kepada wakil pemerintah di kota Indanan di Pulau Jolo.
Sekkingstad menambahkan, salah satu hal terberat yang harus dialaminya adalah siksaan psikologis karena kelompok itu berulang kali mengancam akan memenggalnya.
Pria berusia 56 tahun itu diculik pada September 2015 dari sebuah resor wisata di Filipina dan dibawa ke Pulau Jolo, basis kelompok Abu Sayyaf.
Saat itu, dua warga Kanada yang berada di resor yang sama juga diculik. Mereka adalah John Ridsdel dan Robert Hall.
Kedua warga Kanada ini tewas dipenggal setelah uang tebusan sebesar 6,5 juta dolar AS yang dituntut Abu Sayyaf tak dipenuhi.
Sekkingstad masih bisa mengingat jelas saat kedua warga Kanada itu dieksekusi secara terpisah pada April dan Juni.
"Dalam kondisi diborgol mereka dibawa pergi, tetapi masih cukup dekat sehingga kami masih bisa mendengar teriakan mereka," kenang Sekkingstad.
"Kondisi itu sangat menakutkan," tambah dia dengan tubuh bergetar.
Kelompok Abu Sayyaf menyerahkan Sekkingstad kelompok pemberontak lainnya yang dipimpin Nur Misuari.
Kelompok Nur Misuari adalah yang membantu proses pembebasan dan sempat menampung Sekkingstad di kamp mereka selama satu malam.
Sambil dikawal pasukan kepolisian Jolo, pada Minggu (18/9/2016), Nur Misuari menyerahkan pria Norwegia itu dan tiga warga Indonesia kepada perwakilan pemerintah Filipina, Jesus Dureza.
Sekkingstad dan Dureza kemudian terbang ke kota Davao untuk bertemu dengan Presiden Rodrigo Duterte.
Sedangkan, tiga warga negara Indonesia dibawa ke kota Zamboanga tempat mereka dijemput oleh seorang jenderal purnawirawan.
Sejauh ini belum diketahui apakah pembebasan para sandera itu didahului pembayaran uang tebusan.
Pada Minggu malam, juru bicara Abu Sayyaf mengatakan, mereka sudah menerima uang sebesar 625.000 dolar AS untuk tebusan Sekkingstad.
Namun, juru bicara pemerintah Norwegia, Frode Andersen mengatakan, pemerintah negeri itu tidak pernah membayar uang tebusan dalam kasus ini atau kasus lainnya.
Pernyataan yang sama juga disampaikan juru bicara kepresidenan Filipina Martin Andanar. Dia menegaskan, pemerintah Filipina tetap kukuh tak akan membayar uang tebusan.
"Namun, jika ada pihak ketiga seperti keluarga yang kemudian membayar uang tebusan, kami tak mengetahui sama sekali soal itu," kata Andanar.
★ Kompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.