KRI Dewaruci (TNI AL) |
KRI Dewaruci telah memasuki tahap akhir dari pelayaran panjang keliling dunia yang kedua kali.
Sembilan
bulan lalu, kapal layar tiang tinggi buatan galangan kapal Stulcken
& Sohns, Hamburg, Jerman Barat, 1953, itu meninggalkan dermaga
Komando Armada Indonesia Kawasan Timur TNI AL.
Berlayar
terus ke timur, Jayapura menjadi kota terakhir di wilayah Indonesia
sebelum dia mengarungi Samudera Pasifik, Terusan Panama, Teluk Meksiko,
Samudera Atlantik, Teluk Biscay, Gibraltar, Laut Mediterania, Terusan
Suez, Laut Merah, Laut Arab, Laut Andaman, dan… Selat Malaka di sisi
Indonesia!
Lorong sempit berukuran 1,5 meter
di dek 2, tempat kompartemen-kompartemen berlokasi, mendadak ramai
dengan teriakan sekitar 84 Anak Buah Kapal (ABK). Riuh teriakan ABK
terdengar setelah pengumuman freijen dari anjungan.
TNI AL masih memakai istilah-istilah "warisan" Belanda dalam kehidupan bahari mereka hingga kini. Freijen adalah pengeras suara yang diletakkan di titik-titik strategis kapal, di antaranya di lorong-lorong itu.
Tanda-tanda
KRI Dewaruci sudah mulai memasuki perairan Indonesia dari sisi barat
adalah perubahan waktu. Dimulai dari pengumuman perubahan waktu GMT+5,5
menjadi GMT+7; dari pukul 10.00 WIB menjadi 11.30 WIB, saat freijen itu bersuara keras dari anjungan.
Mendengar
perubahan waktu yang berarti telah sama dengan WIB --sudah dekat
rumah!-- itulah yang membuat puluhan ABK itu kegirangan luar biasa.
Maklum,
sembilan bulan meninggalkan rumah, anak dan istri, orangtua, mertua,
tunangan, pacar, teman, dan kerabat lain; demi tugas suci menyatakan
kebesaran Indonesia ke seluruh dunia sesuai perintah kepala staf TNI
AL.
Bukan waktu sebentar, apalagi itu adalah
berlayar. Namun kepemimpinan komandan kapal, Letnan Kolonel Pelaut Haris
Bima Bayuseto, dan kerja sama seluruh ABK memungkinkan itu terlaksana
baik.
Sejurus freijen itu mengumumkan perubahan waktu, menyusul kemudian lagu Tanah Airku dan Padamu Negeri,
terdengar di banyak bagian kapal. Ya, bagimu negeri, KRI Dewaruci
berlayar menempuh lebih dari 30.000 mil laut dari timur ke barat
berkeliling dunia.
Selama sembilan bulan itu, berbagai invitasi maritim internasional mereka ikuti, di antaranya menyelesaikan kegiatan Operation Sail (Opsail) 2012 dalam rangka 200 Tahun Perang Besar (200th Anniversary of The Great War) di Amerika.
KRI
Dewaruci menjadi peserta paling jauh yang hadir di pantai timur Amerika
Serikat itu. Kembali dia "bersua" dengan Patung Liberty di Staten
Island, New York, setelah hal itu pernah terjadi pada 1964 di bawah
kepemimpinan komandan kapal Mayor Pelaut Sumantri dengan perwira
pelaksana, Kapten Nasution.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.