Abbot : Penyadapan Indonesia Bukan Untuk Tujuan Komersial
Seperti yang sudah-sudah, Australia tolak mengakui penyadapan.
Seperti yang sudah-sudah, pemerintah Australia menolak berkomentar soal aksi penyadapan mereka terhadap Indonesia. Laporan terbaru Edward Snowden, Australia dan Amerika Serikat menyadap percakapan soal sengketa dagang Indonesia dengan pemerintah Paman Sam.
Diberitakan ZDNet.com, Minggu 16 Februari 2014, Perdana Menteri Australia Tony Abbott menjawab, "kami tidak mengomentari masalah operasi intelijen", saat ditanya masalah ini. Ditemui di Bourke, New South Wales, dia hanya mengatakan bahwa hasil penyadapan tidak bermaksud "untuk merugikan negara lain."
"Kami menggunakannya untuk negara-negara sahabat kami. Kami menggunakannya untuk menegakkan nilai-nilai kami. Untuk melindungi rakyat kami dan rakyat negara lain," kata Abbott.
"Kami tentu saja tidak menggunakannya untuk tujuan komersial," lanjutnya.
Pernyataan ini sama dengan pernyataan sekutu dekat Australia soal ini, AS, yang menyatakan bahwa penyadapan mereka hanya untuk mencegah tindak terorisme dan keamanan negara.
Namun bocoran Snowden yang diulas tuntas di New York Times kemarin menunjukkan penyadapan agen Australia, Australia Signals Directorate (ASD), dan agen AS, National Security Agency (NSA), tidak sepenuhnya untuk alasan keamanan. Dalam dokumen 2013 itu, intel kedua negara justru menyadap percakapan negosiasi sengketa dagang Indonesia-AS.
Dalam bocoran tersebut dikatakan, ASD meminta arahan dan restu dari NSA untuk menyadap percakapan perusahaan AS yang bekerja untuk Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dagang rokok kretek dan udang 2010 lalu.
NSA membantah telah memberikan arahan pada ASD untuk melanjutkan operasi penyadapan tersebut.
Pada pernyataannya, NSA mengatakan bahwa "Kami tidak akan meminta mitra luar negeri kami untuk melakukan aktivitas intelijen yang pemerintah AS sendiri dilarang secara hukum untuk melakukannya."
Selain itu disebutkan bahwa ASD dengan bantuan NSA telah mengakses jutaan data pengguna Indosat dan Telkomsel di Indonesia. Kedua operator ini menguasai 77 persen pelanggan seluler di negara ini.
Seperti yang sudah-sudah, Australia tolak mengakui penyadapan.
Seperti yang sudah-sudah, pemerintah Australia menolak berkomentar soal aksi penyadapan mereka terhadap Indonesia. Laporan terbaru Edward Snowden, Australia dan Amerika Serikat menyadap percakapan soal sengketa dagang Indonesia dengan pemerintah Paman Sam.
Diberitakan ZDNet.com, Minggu 16 Februari 2014, Perdana Menteri Australia Tony Abbott menjawab, "kami tidak mengomentari masalah operasi intelijen", saat ditanya masalah ini. Ditemui di Bourke, New South Wales, dia hanya mengatakan bahwa hasil penyadapan tidak bermaksud "untuk merugikan negara lain."
"Kami menggunakannya untuk negara-negara sahabat kami. Kami menggunakannya untuk menegakkan nilai-nilai kami. Untuk melindungi rakyat kami dan rakyat negara lain," kata Abbott.
"Kami tentu saja tidak menggunakannya untuk tujuan komersial," lanjutnya.
Pernyataan ini sama dengan pernyataan sekutu dekat Australia soal ini, AS, yang menyatakan bahwa penyadapan mereka hanya untuk mencegah tindak terorisme dan keamanan negara.
Namun bocoran Snowden yang diulas tuntas di New York Times kemarin menunjukkan penyadapan agen Australia, Australia Signals Directorate (ASD), dan agen AS, National Security Agency (NSA), tidak sepenuhnya untuk alasan keamanan. Dalam dokumen 2013 itu, intel kedua negara justru menyadap percakapan negosiasi sengketa dagang Indonesia-AS.
Dalam bocoran tersebut dikatakan, ASD meminta arahan dan restu dari NSA untuk menyadap percakapan perusahaan AS yang bekerja untuk Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dagang rokok kretek dan udang 2010 lalu.
NSA membantah telah memberikan arahan pada ASD untuk melanjutkan operasi penyadapan tersebut.
Pada pernyataannya, NSA mengatakan bahwa "Kami tidak akan meminta mitra luar negeri kami untuk melakukan aktivitas intelijen yang pemerintah AS sendiri dilarang secara hukum untuk melakukannya."
Selain itu disebutkan bahwa ASD dengan bantuan NSA telah mengakses jutaan data pengguna Indosat dan Telkomsel di Indonesia. Kedua operator ini menguasai 77 persen pelanggan seluler di negara ini.
♞ Vivanews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.