Pendobrak andalan Kopassus buatan Pindad Komodo
Komando Pasukan Khusus TNI AD memamerkan aneka kendaraan tempur mereka saat car free day di depan Mako Kopassus, Cijantung, Jakarta Timur. Warga yang berolah raga antusias menyaksikan peralatan yang biasa digunakan salah satu pasukan terbaik di dunia ini.
Salah satu kendaraan yang banyak menyita perhatian warga adalah Ranpur Komodo. Sosok mobil lapis baja 4X4 ini nampak gagah, tak kalah dengan humvee buatan Amerika Serikat.
Komodo asli buatan PT Pindad Bandung. Salah satu produk karya anak negeri yang tak kalah dengan alutsista buatan luar negeri.
"Komodo ini buatan Pindad, digunakan untuk penyerbuan gedung dan pesawat," kata salah satu perwira Kopassus Letkol Murbianto saat berbincang dengan merdeka.com, Minggu (7/12).
Selain Kopassus, Komodo juga digunakan oleh Brimob dan pasukan Arhanud TNI AD. Untuk Arhanud, kendaraan ini digunakan untuk mengangkut roket anti serangan udara. Sementara Brimob menggunakannya sebagai kendaraan pengangkut personel.
Tipe yang dipesan Kopassus adalah versi Pendobrak atau Battering Ram. Kendaraan ini mampu menjebol dinding beton setebal 30 cm. Selain itu bisa dilengkapi tangga untuk misi pembebasan sandera di pesawat terbang.
Keunggulan lainnya, si Komodo ini juga mampu melaju dalam gelap lantaran pengemudinya dilengkapi night vision google. Dalam misi-misi khusus, mobil bisa melaju di kegelapan tanpa perlu menyalakan lampu. Komodo pun jadi andalan satuan penanggulangan teror (Gultor Kopassus).
Ranpur Komodo mampu melaju 100 km/jam di jalan aspal. Di medan off road dia bisa digeber hingga 50 km/jam. Kapasitas tangki 200 liter solar dan mampu dipakai menjelajah hingga 450 km.
Komodo juga mampu melewati rintangan dengan kemiringan 60 derajat. Hal ini menunjang misi-misi khusus di hutan dan daerah pedalaman.
Komodo bisa mengangkut lima personel pasukan khusus lengkap dengan segala perlengkapannya. Proteksi lapis bajanya mampu melindungi pasukan dari siraman senapan mesin musuh. Kaca pengemudi juga dibuat tahan peluru.
Sejarah Ranpur Komodo dimulai pada 26 Oktober 2011. Saat itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengunjungi pameran alutsista di PT Dirgantara Indonesia. SBY memberikan tantangan pada tim Pengembangan Produk dari Pindad untuk membuat kendaraan taktis 4x4.
Para teknisi Divisi Kendaraan Khusus menyetujuinya. Lalu dimulailah perjalanan mewujudkan kendaraan taktis yang kini menjadi kebanggaan Pindad ini.
Informasi dari website PT Pindad, proyek ini dimulai pada bulan November 2011. Tim Pengembangan Produk Divisi Kendaraan Khusus sibuk merancang kendaraan ini.
Benchmarking pun dilakukan dengan mengamati berbagai macam desain kendaraan taktis sejenis yang berasal dari berbagai negara. Oskkosh, yang dipakai oleh US Army, AMPV dari Jerman, Aravis dan Sherpa dari Perancis, dan lain-lain.
Proses perancangan ini berakhir bulan Januari 2012 dengan satu pilihan desain yang dipilih oleh direksi dan dilanjutkan dengan pembuatan prototype kendaraan ini.
Keputusan pembuatan jenis kendaraan taktis ini bukanlah tanpa alasan yang kuat. Pembuatannya didasarkan pada arah evolusi kendaraan tempur di masa depan.
Arah perubahan kendaraan tempur akan mengarah pada penyusutan ukuran kendaraan. Kendaraan tempur tidak lagi mengutamakan ukuran yang gigantic, namun lebih diutamakan kendaraan yang berukuran kecil namun tetap lincah bergerak dan bisa bertahan di medan pertempuran.
Walaupun ukurannya tidak sebesar kendaraan tempur lain seperti Panser Anoa, kendaraan taktis ini tetap akan tangguh di medan karena dalam proses produksinya tetap memperhatikan tiga hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan kendaraan tempur.
Pertama adalah mobility, yaitu kemampuan pergerakan untuk menghindari serangan musuh dan juga kemampuan pergerakan di medan yang berat. Kedua adalah survivability yaitu kemampuan untuk bertahan dari serangan musuh dengan mengandalkan badan kendaraan yang bulletproof.
Terakhir adalah fire power, yaitu kekuatan untuk menyerang musuh, dengan cara menembak balik.
Semoga kelak Komodo dan alutsista buatan Indonesia bisa mengalahkan Humvee buatan Amerika Serikat.
Komando Pasukan Khusus TNI AD memamerkan aneka kendaraan tempur mereka saat car free day di depan Mako Kopassus, Cijantung, Jakarta Timur. Warga yang berolah raga antusias menyaksikan peralatan yang biasa digunakan salah satu pasukan terbaik di dunia ini.
Salah satu kendaraan yang banyak menyita perhatian warga adalah Ranpur Komodo. Sosok mobil lapis baja 4X4 ini nampak gagah, tak kalah dengan humvee buatan Amerika Serikat.
Komodo asli buatan PT Pindad Bandung. Salah satu produk karya anak negeri yang tak kalah dengan alutsista buatan luar negeri.
"Komodo ini buatan Pindad, digunakan untuk penyerbuan gedung dan pesawat," kata salah satu perwira Kopassus Letkol Murbianto saat berbincang dengan merdeka.com, Minggu (7/12).
Selain Kopassus, Komodo juga digunakan oleh Brimob dan pasukan Arhanud TNI AD. Untuk Arhanud, kendaraan ini digunakan untuk mengangkut roket anti serangan udara. Sementara Brimob menggunakannya sebagai kendaraan pengangkut personel.
Tipe yang dipesan Kopassus adalah versi Pendobrak atau Battering Ram. Kendaraan ini mampu menjebol dinding beton setebal 30 cm. Selain itu bisa dilengkapi tangga untuk misi pembebasan sandera di pesawat terbang.
Keunggulan lainnya, si Komodo ini juga mampu melaju dalam gelap lantaran pengemudinya dilengkapi night vision google. Dalam misi-misi khusus, mobil bisa melaju di kegelapan tanpa perlu menyalakan lampu. Komodo pun jadi andalan satuan penanggulangan teror (Gultor Kopassus).
Ranpur Komodo mampu melaju 100 km/jam di jalan aspal. Di medan off road dia bisa digeber hingga 50 km/jam. Kapasitas tangki 200 liter solar dan mampu dipakai menjelajah hingga 450 km.
Komodo juga mampu melewati rintangan dengan kemiringan 60 derajat. Hal ini menunjang misi-misi khusus di hutan dan daerah pedalaman.
Komodo bisa mengangkut lima personel pasukan khusus lengkap dengan segala perlengkapannya. Proteksi lapis bajanya mampu melindungi pasukan dari siraman senapan mesin musuh. Kaca pengemudi juga dibuat tahan peluru.
Sejarah Ranpur Komodo dimulai pada 26 Oktober 2011. Saat itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengunjungi pameran alutsista di PT Dirgantara Indonesia. SBY memberikan tantangan pada tim Pengembangan Produk dari Pindad untuk membuat kendaraan taktis 4x4.
Para teknisi Divisi Kendaraan Khusus menyetujuinya. Lalu dimulailah perjalanan mewujudkan kendaraan taktis yang kini menjadi kebanggaan Pindad ini.
Informasi dari website PT Pindad, proyek ini dimulai pada bulan November 2011. Tim Pengembangan Produk Divisi Kendaraan Khusus sibuk merancang kendaraan ini.
Benchmarking pun dilakukan dengan mengamati berbagai macam desain kendaraan taktis sejenis yang berasal dari berbagai negara. Oskkosh, yang dipakai oleh US Army, AMPV dari Jerman, Aravis dan Sherpa dari Perancis, dan lain-lain.
Proses perancangan ini berakhir bulan Januari 2012 dengan satu pilihan desain yang dipilih oleh direksi dan dilanjutkan dengan pembuatan prototype kendaraan ini.
Keputusan pembuatan jenis kendaraan taktis ini bukanlah tanpa alasan yang kuat. Pembuatannya didasarkan pada arah evolusi kendaraan tempur di masa depan.
Arah perubahan kendaraan tempur akan mengarah pada penyusutan ukuran kendaraan. Kendaraan tempur tidak lagi mengutamakan ukuran yang gigantic, namun lebih diutamakan kendaraan yang berukuran kecil namun tetap lincah bergerak dan bisa bertahan di medan pertempuran.
Walaupun ukurannya tidak sebesar kendaraan tempur lain seperti Panser Anoa, kendaraan taktis ini tetap akan tangguh di medan karena dalam proses produksinya tetap memperhatikan tiga hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan kendaraan tempur.
Pertama adalah mobility, yaitu kemampuan pergerakan untuk menghindari serangan musuh dan juga kemampuan pergerakan di medan yang berat. Kedua adalah survivability yaitu kemampuan untuk bertahan dari serangan musuh dengan mengandalkan badan kendaraan yang bulletproof.
Terakhir adalah fire power, yaitu kekuatan untuk menyerang musuh, dengan cara menembak balik.
Semoga kelak Komodo dan alutsista buatan Indonesia bisa mengalahkan Humvee buatan Amerika Serikat.
♞ Merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.