Tim penyelam gabungan TNI AL merupakan sosok yang kerap muncul dalam pencarian dan evakuasi AirAsia QZ8501. Tapi di balik itu ada kru KRI Banda Aceh yang tidak kalah penting, yaitu juru masak atau koki.
Ada sekitar 250 orang baik kru atau non-kru yang berada di KRI Banda Aceh dan empat diantaranya adalah koki yang bertugas memenuhi menu makan pagi, siang, dan malam selama perjalanan.
"Sebenarnya ada lima, yang satu cuti," kata Pelda Iskandar salah satu juru masak KRI Banda Aceh yang bertugas di dapur kepada detikcom dalam pelayaran di Laut Jawa belum lama ini.
Empat tentara itu sudah mulai memasak sejak pukul 01.00 dini hari agar sarapan bisa tersaji tepat waktu. Dari pengalaman detikcom di KRI Banda Aceh, menu sarapan yang disajikan setiap pukul 07.00 adalah telur dan sayur.
"Jam 01.00 mulai masak agar jam 04.30 sudah selesai," tandasnya.
Pelda Iskandar, KLK Husnul, Kopda Andi, dan KLD Sutris kembali mulai memasak pukul 08.00 untuk makan siang. Sorenya memasak lagi untuk makan malam.
Bahan makanan berupa daging dan sayur disimpan dalam freshroom dekat dengan dapur. Dapurnya pun tidak biasa, semua serba besar seperti wajan, panci, dan kompor karena digunakan untuk memasak massal.
Koki di KRI Banda Aceh memang semuanya pria, meski demikian masakan yang mereka buat selalu sesuai selera. Menu yang biasa disajikan selain telur yaitu ayam goreng dan berbagai jenis ikan. Sayur yang beragam disajikan bergantian setiap waktu makan.
Logistik di KRI Banda Aceh jika terisi penuh bisa untuk memenuhi tiga bulan perjalanan di laut. Pernah dalam suatu perjalanan jumlah penumpang mencapai 1.000 orang. Bisa dibayangkan betapa kerja kerasnya lima koki KRI Banda Aceh.
"Sekarang sekitar 250 orang. Bisa sampai 1.000 orang," kata Pelda Iskandar.
Sayang, para koki ini enggan difoto detikcom. Sepertinya mereka memang ingin tetap berada di balik dapur sesuai tugasnya. Jika pada akhirnya evakuasi korban dan puing AirAsia lancar, bisa dibilang koki adalah pahlawan. Hanya saja, arena mereka berbeda dibandingkan pahlawan-pahlawan lainnya dalam tragedi AirAsia.
Ada sekitar 250 orang baik kru atau non-kru yang berada di KRI Banda Aceh dan empat diantaranya adalah koki yang bertugas memenuhi menu makan pagi, siang, dan malam selama perjalanan.
"Sebenarnya ada lima, yang satu cuti," kata Pelda Iskandar salah satu juru masak KRI Banda Aceh yang bertugas di dapur kepada detikcom dalam pelayaran di Laut Jawa belum lama ini.
Empat tentara itu sudah mulai memasak sejak pukul 01.00 dini hari agar sarapan bisa tersaji tepat waktu. Dari pengalaman detikcom di KRI Banda Aceh, menu sarapan yang disajikan setiap pukul 07.00 adalah telur dan sayur.
"Jam 01.00 mulai masak agar jam 04.30 sudah selesai," tandasnya.
Pelda Iskandar, KLK Husnul, Kopda Andi, dan KLD Sutris kembali mulai memasak pukul 08.00 untuk makan siang. Sorenya memasak lagi untuk makan malam.
Bahan makanan berupa daging dan sayur disimpan dalam freshroom dekat dengan dapur. Dapurnya pun tidak biasa, semua serba besar seperti wajan, panci, dan kompor karena digunakan untuk memasak massal.
Koki di KRI Banda Aceh memang semuanya pria, meski demikian masakan yang mereka buat selalu sesuai selera. Menu yang biasa disajikan selain telur yaitu ayam goreng dan berbagai jenis ikan. Sayur yang beragam disajikan bergantian setiap waktu makan.
Logistik di KRI Banda Aceh jika terisi penuh bisa untuk memenuhi tiga bulan perjalanan di laut. Pernah dalam suatu perjalanan jumlah penumpang mencapai 1.000 orang. Bisa dibayangkan betapa kerja kerasnya lima koki KRI Banda Aceh.
"Sekarang sekitar 250 orang. Bisa sampai 1.000 orang," kata Pelda Iskandar.
Sayang, para koki ini enggan difoto detikcom. Sepertinya mereka memang ingin tetap berada di balik dapur sesuai tugasnya. Jika pada akhirnya evakuasi korban dan puing AirAsia lancar, bisa dibilang koki adalah pahlawan. Hanya saja, arena mereka berbeda dibandingkan pahlawan-pahlawan lainnya dalam tragedi AirAsia.
♔ detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.