Kapal RSS SWIFT milik Singapura menemukan lokasi badan Pesawat AirAsia QZ8501. Basarnas pun besok akan menerjunkan penyelam-penyelam untuk mendapati kondisi di dasar laut sehingga bisa memperkirakan bagaimana proses pengangkatan main body.
"Penyelam harus turun dulu untuk mengkalkulasi berapa berat dan panjangnya, berapa sudah tertimbun lumpur. Dia mulai lihat gimana cara mengikatnya," ujar Direktur Operasional Basarnas Marsma SB Supriyadi di Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalteng, Rabu (14/1/2014).
Penyelam-penyelam akan memulai operasinya sejak pagi. Basarnas mengaku sudah siap untuk mengevakuasi main body AirAsia dan jenazah korban yang diprediksi masih ada di dalamnya.
"Apakah diikat dengan tali sling di sampingnya, atau atasnya, atau (tali) diputerin di badan pesawat tapi kalau diputerin kan harus lewati lumpur. Atau dikasih bantalan samping-sampignya baru bantalannya diangkat (dengan lifting bag)," kata Supriyadi.
Perwira Tinggi TNI AU Bintang 1 ini pun berharap agar proses pengangkatan bisa berjalan dengan lancar serta cuaca mendukung. Pasalnya melihat pengangkatan ekor pesawat beberapa waktu lalu, proses memakan waktu lebih dari satu hari.
"Kayak ekor kemarin butuh waktu 2 hari kan untuk iket doang, itu pun juga ada yang jatuh. Kita sebenarnya dari kemarin-kemarin penyelam sudah siap, kapal-kapal siap, alat-alat siap. Tapi obyek yang kita deteksi belum jelas. Kita kan butuh bukti," Supriyadi memaparkan.
"Kemarin ROV (Robotic Operated Vehicle) kita nggak bisa karena visibility cuma 1 meter. Kemungkinan dia (Singapura) pakai side scan. Masalahnya itu dia (Kapal SWIFT) baru masuk wilayah sini, di zona 4. Dia tadinya di Zona 1," sambungnya.
Basarnas sendiri mengaku sudah mendapatkan informasi mengenai keberadaan main body ini dari hasil deteksi Kapal Geo Survey. Sayang gambar yang didapat tidak sebagus hasil Kapal Singapura.
"Masalahnya hasil side scan kemarin nggak jelas. Gambarnya tidak jelas padahal dia dah 3 dimensi itu dari Geo Survey, jadi cuma bayangannya. Deteksi sonar sudah mengangkat, side scan nggak jelas, ROV yang turun juga gak jelas. Kelihatannya merah semua. Metal semua karena sudah terkubur lumpur," Supriyadi menjelaskan.
Gambar yang tidak jelas membuat Basarnas tidak bisa terus menerus meminta penyelam mencari sesuatu yang tidak pasti. Namun dengan adanya bukti dari Kapal Singapura, penyelam pun bisa langsung turun di lokasi.
"Karena kalau cuma serpihan rongsok nggak ada artinya makanya kita perintahkan naik lagi. Pagi-pagi anak-anak sudah turun, konsentrasi di situ (lokasi penemuan)," ucap Supriyadi.
Main Body ini disebut berjarak 3.000 meter dari penemuan ekor pesawat AirAsia. Kedalamannya pun disebut Supriyadi berkisar hingga 32 meter dan main body telah tertutup lumpur.
"Kalau lihat dari scan jadi satu itu main body-nya. Kepalanya hilang, sayapnya hilang, ekornya hilang. Kedalaman sekitar 32 meter," tutupnya.
"Penyelam harus turun dulu untuk mengkalkulasi berapa berat dan panjangnya, berapa sudah tertimbun lumpur. Dia mulai lihat gimana cara mengikatnya," ujar Direktur Operasional Basarnas Marsma SB Supriyadi di Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalteng, Rabu (14/1/2014).
Penyelam-penyelam akan memulai operasinya sejak pagi. Basarnas mengaku sudah siap untuk mengevakuasi main body AirAsia dan jenazah korban yang diprediksi masih ada di dalamnya.
"Apakah diikat dengan tali sling di sampingnya, atau atasnya, atau (tali) diputerin di badan pesawat tapi kalau diputerin kan harus lewati lumpur. Atau dikasih bantalan samping-sampignya baru bantalannya diangkat (dengan lifting bag)," kata Supriyadi.
Perwira Tinggi TNI AU Bintang 1 ini pun berharap agar proses pengangkatan bisa berjalan dengan lancar serta cuaca mendukung. Pasalnya melihat pengangkatan ekor pesawat beberapa waktu lalu, proses memakan waktu lebih dari satu hari.
"Kayak ekor kemarin butuh waktu 2 hari kan untuk iket doang, itu pun juga ada yang jatuh. Kita sebenarnya dari kemarin-kemarin penyelam sudah siap, kapal-kapal siap, alat-alat siap. Tapi obyek yang kita deteksi belum jelas. Kita kan butuh bukti," Supriyadi memaparkan.
"Kemarin ROV (Robotic Operated Vehicle) kita nggak bisa karena visibility cuma 1 meter. Kemungkinan dia (Singapura) pakai side scan. Masalahnya itu dia (Kapal SWIFT) baru masuk wilayah sini, di zona 4. Dia tadinya di Zona 1," sambungnya.
Basarnas sendiri mengaku sudah mendapatkan informasi mengenai keberadaan main body ini dari hasil deteksi Kapal Geo Survey. Sayang gambar yang didapat tidak sebagus hasil Kapal Singapura.
"Masalahnya hasil side scan kemarin nggak jelas. Gambarnya tidak jelas padahal dia dah 3 dimensi itu dari Geo Survey, jadi cuma bayangannya. Deteksi sonar sudah mengangkat, side scan nggak jelas, ROV yang turun juga gak jelas. Kelihatannya merah semua. Metal semua karena sudah terkubur lumpur," Supriyadi menjelaskan.
Gambar yang tidak jelas membuat Basarnas tidak bisa terus menerus meminta penyelam mencari sesuatu yang tidak pasti. Namun dengan adanya bukti dari Kapal Singapura, penyelam pun bisa langsung turun di lokasi.
"Karena kalau cuma serpihan rongsok nggak ada artinya makanya kita perintahkan naik lagi. Pagi-pagi anak-anak sudah turun, konsentrasi di situ (lokasi penemuan)," ucap Supriyadi.
Main Body ini disebut berjarak 3.000 meter dari penemuan ekor pesawat AirAsia. Kedalamannya pun disebut Supriyadi berkisar hingga 32 meter dan main body telah tertutup lumpur.
"Kalau lihat dari scan jadi satu itu main body-nya. Kepalanya hilang, sayapnya hilang, ekornya hilang. Kedalaman sekitar 32 meter," tutupnya.
♔ detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.