Pesawat Pengintai P-3 Orion
Pencarian kotak hitam pesawat AirAsia QZ8501 akan dilakukan oleh tim yang lebih kecil, menyusul dikuranginya bantuan kapal dan pesawat dari negara tetangga dalam proses pencarian dan evakuasi.
Menurut Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Madya F. H. Bambang Soelistyo, pengurangan bantuan dari negara lain demi efektifitas kinerja tim. "Bila bantuannya berlebihan, maka kami kembalikan," kata Soelistyo di Kantor Pusat Basarnas, Jakarta.
Keputusan untuk mengurangi bantuan luar negeri untuk evakuasi korban dan pesawat diambil berdasarkan hasil evaluasi operasi Basarnas dan Tim SAR Gabungan.
Salah satu bantuan asing yang dihentikan adalah yang berasal dari Korea Selatan. Hari ini, Senin (12/1), pesawat intai jenis P-3C Orion KN-01 tersebut akan kembali mengudara ke negara Korsel. Pesawat itu sebelumnya berjasa menemukan tiga jenazah korban QZ8501 dalam kondisi duduk berjajar.
"Kami kurangi lagi kekuatan udara asing, yaitu pesawat P-3C Orion KN-01 dari Korea Selatan. Oleh karena itu kekuatan udara nantinya berasal dari kami," kata Soelistyo.
Selain pesawat Korea Selatan, bantuan yang sebelumnya sudah lebih dulu dihentikan berasal dari Rusia, Jepang dan Australia.
Sementara bantuan asing yang masih dioperasikan untuk pencarian korban, serpihan pesawat, dan kotak hitam berasal dari Amerika Serikat, Singapura, Malaysia dan Tiongkok. "Kami masih akan mengerahkan dua kapal Singapura, dua kapal Malaysia, dua kapal Amerika dan satu kapal Tiongkok," kata Soelistyo.
Bantuan kapal dari negara-negara tersebut tetap digunakan karena masih dibutuhkan untuk melakukan tugas di area prioritas. "Saya butuh sistem untuk bertugas di area prioritas, contohnya USS Forth Worth kalau menemukan sesuatu bisa langsung konfirmasi dengan alatnya ke bawah laut sehingga membantu tugas kami," kata Soelistyo.
Basarnas akan terus melaporkan hasil evaluasi pelaksanaan operasi pencarian dan evakuasi korban QZ8501 kepada Presiden Joko Widodo. "Perintah Presiden (untuk evakuasi semua korban) harus dilaksanakan, tetapi pelaksanaannya harus dievaluasi. Nanti kami laporkan efektivitas dan efisiensi kegiatan kami," kata Soelistyo.
Hari ini tim sudah menyiapkan penyelam dari KN Jadayat yang dibantu Kapal Baruna Jaya dan KRI Banda Aceh untuk mengevakuasi korban dan mengangkat kotak hitam.(utd/agk)
Pencarian kotak hitam pesawat AirAsia QZ8501 akan dilakukan oleh tim yang lebih kecil, menyusul dikuranginya bantuan kapal dan pesawat dari negara tetangga dalam proses pencarian dan evakuasi.
Menurut Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Madya F. H. Bambang Soelistyo, pengurangan bantuan dari negara lain demi efektifitas kinerja tim. "Bila bantuannya berlebihan, maka kami kembalikan," kata Soelistyo di Kantor Pusat Basarnas, Jakarta.
Keputusan untuk mengurangi bantuan luar negeri untuk evakuasi korban dan pesawat diambil berdasarkan hasil evaluasi operasi Basarnas dan Tim SAR Gabungan.
Salah satu bantuan asing yang dihentikan adalah yang berasal dari Korea Selatan. Hari ini, Senin (12/1), pesawat intai jenis P-3C Orion KN-01 tersebut akan kembali mengudara ke negara Korsel. Pesawat itu sebelumnya berjasa menemukan tiga jenazah korban QZ8501 dalam kondisi duduk berjajar.
"Kami kurangi lagi kekuatan udara asing, yaitu pesawat P-3C Orion KN-01 dari Korea Selatan. Oleh karena itu kekuatan udara nantinya berasal dari kami," kata Soelistyo.
Selain pesawat Korea Selatan, bantuan yang sebelumnya sudah lebih dulu dihentikan berasal dari Rusia, Jepang dan Australia.
Sementara bantuan asing yang masih dioperasikan untuk pencarian korban, serpihan pesawat, dan kotak hitam berasal dari Amerika Serikat, Singapura, Malaysia dan Tiongkok. "Kami masih akan mengerahkan dua kapal Singapura, dua kapal Malaysia, dua kapal Amerika dan satu kapal Tiongkok," kata Soelistyo.
Bantuan kapal dari negara-negara tersebut tetap digunakan karena masih dibutuhkan untuk melakukan tugas di area prioritas. "Saya butuh sistem untuk bertugas di area prioritas, contohnya USS Forth Worth kalau menemukan sesuatu bisa langsung konfirmasi dengan alatnya ke bawah laut sehingga membantu tugas kami," kata Soelistyo.
Basarnas akan terus melaporkan hasil evaluasi pelaksanaan operasi pencarian dan evakuasi korban QZ8501 kepada Presiden Joko Widodo. "Perintah Presiden (untuk evakuasi semua korban) harus dilaksanakan, tetapi pelaksanaannya harus dievaluasi. Nanti kami laporkan efektivitas dan efisiensi kegiatan kami," kata Soelistyo.
Hari ini tim sudah menyiapkan penyelam dari KN Jadayat yang dibantu Kapal Baruna Jaya dan KRI Banda Aceh untuk mengevakuasi korban dan mengangkat kotak hitam.(utd/agk)
♞ CNN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.