Fast Eagle 102, satu dari F_14 yang terlibat dalam pertempuran udara melawan SU-22 Libya
19 Agustus merupakan hari bersejarah bagi F-14 Tomcat. Karena pada hari itu tahun 1981 untuk kali pertamanya pesawat ini dilibatkan penuh dalam pertempuran udara. Dan dalam operasinya Tomcat berhasil menembak jatuh dua Su-22 Fitter milik Libya. Bagaimana kisahnya?
Seperti diketahui pada 1974 Kolonel Khadafi memprotes Amerika Serikat yang dianggap melanggar wilayah perarirannya. Kala itu AS hanya diam saja. Bahkan ketika enam tahun kemudian sebuah pesawat pengintai Amerika diserang di zona itu, Presiden Carter memerintahkan Armada Keenam untuk menjauh dari daerah tersebut.
Tetapi beda ceritanya ketika Reagan berkuasa. Kebijakannya pun berubah. Dia pun memerintahkan Angkatan Laut untuk melakukan latihan besar-besaran di dekat wilayah itu. Latihan digelar Agustus 1981 dengan melibatkan USS Forrestal (CV – 59) dan USS Nimitz. Pelatihan jelas untuk memberi peringatan kepada Libya bahwa mereka serius tentang haknya untuk menggelar pasukan di perairan tersebut karena sudah masuk wilayah perarairan internasional.
Libya tak pantang kendur. Menghadapi tantangan Angkatan Laut Amerika, Khadafi mulai memanasi mesin tempur mereka seperti Su – 22 Fitter, MiG – 23 Flogger, MiG – 25 Foxbat dan dan Mirage F.1 dan 5D buatan Prancis.
Ketika latihan dimulai pada 18 Agustus 1981 sebuah pesawat MiG – 25 segera mendekati pasukan Amerika. Namun segera dicegat oleh F – 4J Phantom milik USS Forrestal dan F – 14 yang meluncur dari USS Nimitz. Libya berusaha untuk mendeteksi kapal induk dan mendapatkan informasi bahwa Amerika membawa sedikitnya 35 pasang pesawat tempur dari berbagai jenis. Pesawat-pesawat Libya tidak menyerang tetapi hanya melakukan manuver di sekitar kapal induk.
Namun situasi kian tegang di hari kedua latihan. Pagi hari 19 Agustus, dua F-14 Tomcat dengan kode panggilan Fast Eagle 102 dan “Fast Eagle 107″ dilepas untuk melakukan patroli di lepas Pantai Libya. Menjelang akhir patroli sekitar pukul 07.15 Komandan Henry ”Hank” Kleemann dan Letnan Dave Venlet yang ada di Fast Eagle 102 serta Letnan Larry Muczynski bersama Letnan James Anderson di Fast Eagle 107 mendeteksi sepasang Su-22 Fitter mendekati mereka. Sesaat kemudian terjadilah dogfight atau pertempuran udara yang cukup seru.
Dua tahun setelah kejadian tersebut, Letnan Muczynski akhirnya baru membuka informasi tentang apa yang terjadi di sebuah buku berjudul Bert kinzey Detail & Scale F-14A & B Tomcat.
”Kami tiba di sana dan pergi ke pola orbit di stasiun CAP. Sehari sebelumnya, stasiun ini hanya memiliki satu intercept jadi kami tidak benar-benar senang dikirim,” katanya dalam buku tersebut.
Setelah empat puluh lima menit di stasiun ”Kami berbelok ke selatan sekali lagi, dan Dave Venlet, petugas radar Komandan Kleemann mengambil target keluar dari lapangan udara kami sedang menonton di Libya. Tak lama kemudian, petugas radar, Jim Anderson, mengambil target yang sama. Segera menjadi jelas bahwa mereka datang ke arah kami yang berada di ketinggian 20.000 kaki. Mereka terus mempercepat larinya hingga 540 knot. Komandan Kleemann memimpin, dan saya terbang sebagai wingman. Sekitar satu atau dua mil, sehingga mudah untuk melihat dia. Tetapi kita diganggu oleh Libya. Mereka memiliki GCI (Ground Control Intercept) sehingga setiap kali kita mencoba mengunci mereka selalu dinetralisir,” Pada titik ini menjadi jelas bahwa tidak mungkin untuk dua Tomcat untuk memperoleh keuntungan awal. Akhirnya diputuskan dua F – 14 itu melesat di zona lima afterbuner yang mampu mempercepat hingga 500 knot .
Ketika jarak tinggal 1.000 kaki dan F-14 berada sekitar 500 meter di atas Su-22, Komandan Kleemann bermanuver ke arah kiri agar bisa lurus dengan mereka untuk mendapatkan visual yang jelas. Pada saat itu sisi kiri pesawat Libya menyala dan rudal menyalak. ”Aku berada di sisi itu jadi itu sangat jelas bagi saya dengan luar biasa bagaimana rudal dengan asap tebal meluncur ke arah pesawat Komandan Kleemann tetapi kemudian melengkung ke arah saya. Tetapi serangan itu bisa dihindari. Su-22 milik Libya
Akhirnya pertempuran udara tak bisa dihentikan lagi. F-14 mulai bersiap untuk melakukan serangan. Saat itu situasi sudah mulai senja. Komandan Kleemann berada sekitar empat puluh derajat di belakang salah satu SU-22 dengan jarak sekitar tiga perempat mil. Kleemann kemudian menembakkan rudal AIM – 9L dari stasiun 1A (sayap kiri). Rudal melesat dan membalik sekitar 90 derajat sebelum kemudian menghantam pesawat musuh. Kini giliran satu F-14 untuk menghantam musuh satu lainnya.
Muczynski menuturkan dirinya terbang mendaki menuju arah barat laut dan bisa bermanuver hingga berada tepat di belakang pesawat musuh ”Aku melesatkan AIM – 9L, dari stasiun 1A dan tepat menghantam mesin musuh. Api berkobar hebat. Karena jaraknya hanya satu setengah mil saya takut saya akan tertembak juga akhirnya saya melesat turun dan melakukan 6 putaran dan kembali gerakan vertikal, aku berguling terbalik dan melihat dari sayap pesawat musuh terbakar. Setelah sekitar dua putaran aku melihat kursi pelontar keluar tetapi saya tidak melihat parasut berkembang dengan baik.
Muczynski mengaku bahwa apa yang dilakukan bukan sebagai sebuah hal yang luar biasa. Semua pilot bisa melakukan karena memang mereka dilatih untuk itu. ”Satu hal yang saya ingin katakan adalah bahwa saya merasa bahwa siapa pun di skuadron saya bisa melakukan hal yang sama dengan yang saya lakukan. Kebetulan saya berada di waktu dan tempat yang tepat. Saya yakin bahwa Dave, Kapten (Komandan Kleemann), dan Jim Anderson semua merasakan hal yang sama. Kami semua dilatih sama, kita semua melakukan terbang yang sama, kita semua terbang pesawat yang sama. Tidak ada yang lebih baik daripada yang lain. Dan semua juga didukung F-14 yang fantastis.”
Dua F-14 itu akhirnya bisa kembali dengan selamat. Sementara Libya memulai pencarian dan penyelamatan misi untuk pilot mereka. Satu jam kemudian dua Foxbats dengan kecepatan Mach 1,5 meluncur ke arah mereka. Tetapi pesawat F–14 diluncurkan untuk mencegat MiG–25 dan telah mendeteksi mereka dengan radar AN/AWG-9. Tahu dirinya sudah terdeteksi, dua pesawat Libya itupun putar balik.
Pertempuran di Libya ini menjadi pertempuran pertama Tomcat. Bukan itu saja, pertempuran itu disebut-sebut sebagai pertempuran pertama dua pesawat dengan sayap mengayun ke belakang. Pertempuran itu sendiri berjalan tidak lebih dari 45 detik sebelum dua Su-22 jatuh.[The Aviationist]
19 Agustus merupakan hari bersejarah bagi F-14 Tomcat. Karena pada hari itu tahun 1981 untuk kali pertamanya pesawat ini dilibatkan penuh dalam pertempuran udara. Dan dalam operasinya Tomcat berhasil menembak jatuh dua Su-22 Fitter milik Libya. Bagaimana kisahnya?
Seperti diketahui pada 1974 Kolonel Khadafi memprotes Amerika Serikat yang dianggap melanggar wilayah perarirannya. Kala itu AS hanya diam saja. Bahkan ketika enam tahun kemudian sebuah pesawat pengintai Amerika diserang di zona itu, Presiden Carter memerintahkan Armada Keenam untuk menjauh dari daerah tersebut.
Tetapi beda ceritanya ketika Reagan berkuasa. Kebijakannya pun berubah. Dia pun memerintahkan Angkatan Laut untuk melakukan latihan besar-besaran di dekat wilayah itu. Latihan digelar Agustus 1981 dengan melibatkan USS Forrestal (CV – 59) dan USS Nimitz. Pelatihan jelas untuk memberi peringatan kepada Libya bahwa mereka serius tentang haknya untuk menggelar pasukan di perairan tersebut karena sudah masuk wilayah perarairan internasional.
Libya tak pantang kendur. Menghadapi tantangan Angkatan Laut Amerika, Khadafi mulai memanasi mesin tempur mereka seperti Su – 22 Fitter, MiG – 23 Flogger, MiG – 25 Foxbat dan dan Mirage F.1 dan 5D buatan Prancis.
Ketika latihan dimulai pada 18 Agustus 1981 sebuah pesawat MiG – 25 segera mendekati pasukan Amerika. Namun segera dicegat oleh F – 4J Phantom milik USS Forrestal dan F – 14 yang meluncur dari USS Nimitz. Libya berusaha untuk mendeteksi kapal induk dan mendapatkan informasi bahwa Amerika membawa sedikitnya 35 pasang pesawat tempur dari berbagai jenis. Pesawat-pesawat Libya tidak menyerang tetapi hanya melakukan manuver di sekitar kapal induk.
Namun situasi kian tegang di hari kedua latihan. Pagi hari 19 Agustus, dua F-14 Tomcat dengan kode panggilan Fast Eagle 102 dan “Fast Eagle 107″ dilepas untuk melakukan patroli di lepas Pantai Libya. Menjelang akhir patroli sekitar pukul 07.15 Komandan Henry ”Hank” Kleemann dan Letnan Dave Venlet yang ada di Fast Eagle 102 serta Letnan Larry Muczynski bersama Letnan James Anderson di Fast Eagle 107 mendeteksi sepasang Su-22 Fitter mendekati mereka. Sesaat kemudian terjadilah dogfight atau pertempuran udara yang cukup seru.
Dua tahun setelah kejadian tersebut, Letnan Muczynski akhirnya baru membuka informasi tentang apa yang terjadi di sebuah buku berjudul Bert kinzey Detail & Scale F-14A & B Tomcat.
”Kami tiba di sana dan pergi ke pola orbit di stasiun CAP. Sehari sebelumnya, stasiun ini hanya memiliki satu intercept jadi kami tidak benar-benar senang dikirim,” katanya dalam buku tersebut.
Setelah empat puluh lima menit di stasiun ”Kami berbelok ke selatan sekali lagi, dan Dave Venlet, petugas radar Komandan Kleemann mengambil target keluar dari lapangan udara kami sedang menonton di Libya. Tak lama kemudian, petugas radar, Jim Anderson, mengambil target yang sama. Segera menjadi jelas bahwa mereka datang ke arah kami yang berada di ketinggian 20.000 kaki. Mereka terus mempercepat larinya hingga 540 knot. Komandan Kleemann memimpin, dan saya terbang sebagai wingman. Sekitar satu atau dua mil, sehingga mudah untuk melihat dia. Tetapi kita diganggu oleh Libya. Mereka memiliki GCI (Ground Control Intercept) sehingga setiap kali kita mencoba mengunci mereka selalu dinetralisir,” Pada titik ini menjadi jelas bahwa tidak mungkin untuk dua Tomcat untuk memperoleh keuntungan awal. Akhirnya diputuskan dua F – 14 itu melesat di zona lima afterbuner yang mampu mempercepat hingga 500 knot .
Ketika jarak tinggal 1.000 kaki dan F-14 berada sekitar 500 meter di atas Su-22, Komandan Kleemann bermanuver ke arah kiri agar bisa lurus dengan mereka untuk mendapatkan visual yang jelas. Pada saat itu sisi kiri pesawat Libya menyala dan rudal menyalak. ”Aku berada di sisi itu jadi itu sangat jelas bagi saya dengan luar biasa bagaimana rudal dengan asap tebal meluncur ke arah pesawat Komandan Kleemann tetapi kemudian melengkung ke arah saya. Tetapi serangan itu bisa dihindari. Su-22 milik Libya
Akhirnya pertempuran udara tak bisa dihentikan lagi. F-14 mulai bersiap untuk melakukan serangan. Saat itu situasi sudah mulai senja. Komandan Kleemann berada sekitar empat puluh derajat di belakang salah satu SU-22 dengan jarak sekitar tiga perempat mil. Kleemann kemudian menembakkan rudal AIM – 9L dari stasiun 1A (sayap kiri). Rudal melesat dan membalik sekitar 90 derajat sebelum kemudian menghantam pesawat musuh. Kini giliran satu F-14 untuk menghantam musuh satu lainnya.
Muczynski menuturkan dirinya terbang mendaki menuju arah barat laut dan bisa bermanuver hingga berada tepat di belakang pesawat musuh ”Aku melesatkan AIM – 9L, dari stasiun 1A dan tepat menghantam mesin musuh. Api berkobar hebat. Karena jaraknya hanya satu setengah mil saya takut saya akan tertembak juga akhirnya saya melesat turun dan melakukan 6 putaran dan kembali gerakan vertikal, aku berguling terbalik dan melihat dari sayap pesawat musuh terbakar. Setelah sekitar dua putaran aku melihat kursi pelontar keluar tetapi saya tidak melihat parasut berkembang dengan baik.
Muczynski mengaku bahwa apa yang dilakukan bukan sebagai sebuah hal yang luar biasa. Semua pilot bisa melakukan karena memang mereka dilatih untuk itu. ”Satu hal yang saya ingin katakan adalah bahwa saya merasa bahwa siapa pun di skuadron saya bisa melakukan hal yang sama dengan yang saya lakukan. Kebetulan saya berada di waktu dan tempat yang tepat. Saya yakin bahwa Dave, Kapten (Komandan Kleemann), dan Jim Anderson semua merasakan hal yang sama. Kami semua dilatih sama, kita semua melakukan terbang yang sama, kita semua terbang pesawat yang sama. Tidak ada yang lebih baik daripada yang lain. Dan semua juga didukung F-14 yang fantastis.”
Dua F-14 itu akhirnya bisa kembali dengan selamat. Sementara Libya memulai pencarian dan penyelamatan misi untuk pilot mereka. Satu jam kemudian dua Foxbats dengan kecepatan Mach 1,5 meluncur ke arah mereka. Tetapi pesawat F–14 diluncurkan untuk mencegat MiG–25 dan telah mendeteksi mereka dengan radar AN/AWG-9. Tahu dirinya sudah terdeteksi, dua pesawat Libya itupun putar balik.
Pertempuran di Libya ini menjadi pertempuran pertama Tomcat. Bukan itu saja, pertempuran itu disebut-sebut sebagai pertempuran pertama dua pesawat dengan sayap mengayun ke belakang. Pertempuran itu sendiri berjalan tidak lebih dari 45 detik sebelum dua Su-22 jatuh.[The Aviationist]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.