Kompleks industri militer Rusia mengukir pertumbuhan yang mencengangkan pada akhir 2013, yakni meningkat sebesar 20 persen. Hal tersebut diberitakan oleh Kommersant berdasarkan laporan Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI). Para pakar militer Rusia berpendapat tren serupa terjadi pada 2014, namun memprediksi tahun ini terdapat penurunan omzet penjualan senjata akibat penerapan sanksi dan perampingan anggaran. Satu-satunya negara yang mampu meningkatkan omzet penjualan senjata secara signifikan adalah Rusia, dengan pertumbuhan 20 persen. Foto: Mikhail Mukroshin/RIA Novosti
Berdasarkan data SIPRI, jumlah senjata, teknologi, dan layanan jasa militer yang dijual oleh seratus produsen senjata terbesar di dunia pada 2013 bernilai hingga 402 miliar dolar AS, tidak termasuk omzet penjualan dari perusahaan Tiongkok karena kurangnya data yang tersedia. Jumlah tersebut menurun dua persen dibanding tahun sebelumnya. Penurunan terbesar dialami oleh perusahaan Italia (lebih dari 15 persen) dan AS (lebih dari lima persen). Sementara perusahaan yang menempati peringkat lima teratas dalam rating keluaran SIPRI ialah Lockheed Martin, Boeing, BAE Systems, Raytheon, dan Northrop Grumman. Kelimanya merupakan perusahaan AS.
Satu-satunya negara yang mampu meningkatkan omzet penjualan senjata secara signifikan adalah Rusia, dengan pertumbuhan 20 persen. Terdapat sepuluh perusahaan Rusia yang masuk dalam daftar “Top 100” versi SIPRI, bertambah satu perusahaan dibanding 2012 lalu. Peringkat Konsorsium Sozvezdiye meningkat tajam dari posisi 109 menjadi 89. Adapun peningkatan omzet penjualan terbesar diraih oleh perusahaan Takticheskoye Raketnoye Vooruzheniye yang omzetnya tumbuh sebesar 118 persen, disusul oleh konsorsium sistem pertahanan udara Almaz-Antey dengan peningkatan 34 persen, dan Obyedinennaya Aviastroitelnaya Korporatsiya dengan peningkatan 20 persen. Pertumbuhan omzet penjualan senjata dari produsen asal Rusia ditetapkan oleh SIPRI berdasarkan omzet penjualan tahun sebelumnya.
Para pakar dari SIPRI menilai kesuksesan yang diraih oleh para produsen senjata Rusia dipengaruhi oleh faktor internal, terutama peningkatan jumlah pesanan dari pemerintah. Sesuai rencana reformasi militer Rusia, pemerintah Rusia telah mengalokasikan dana sebesar 19 triliun rubel untuk program peningkatan persenjataan tentara Rusia hingga 2020. Selain itu, Rusia merupakan salah satu eksportir senjata terbesar di dunia. Berdasarkan data SIPRI, Rusia menempati posisi kedua berdasarkan omzet penjualan senjata, dengan pangsa pasar 27 persen dalam pasar senjata dunia. Posisi pertama ditempati oleh AS dengan pangsa pasar 29 persen.
Surplus Penjualan
Instansi pemerintah Rusia mengklarifikasi bahwa omzet penjualan dari produsen senjata Rusia sebenarnya lebih banyak dari data yang dimuat dalam laporan SIPRI. “Lembaga analisis Rusia maupun luar negeri kerap menggunakan metode perhitungan yang berbeda dengan kami, sehingga angka yang dihasilkan seringkali tidak cocok dengan angka kami. SIPRI contohnya, data tentang kegiatan bisnis kami berbeda jauh dengan angka yang kami miliki, dan biasanya bernilai lebih rendah,” ungkap Direktur Utama perusahaan eksportir khusus senjata Rosoboroneksport Anatoliy Isaykin. “Itu terjadi karena mereka tidak memiliki informasi yang lengkap,” tambah Isaykin.
Berdasarkan pernyataan salah seorang narasumber Kommersant dari lembaga kerja sama teknologi militer Rusia, hal yang sama terjadi pada tahun 2014. “Data dari SIPRI berbeda dengan angka sebenarnya karena mereka menggunakan informasi dari narasumber terbuka, semetara kami bertumpu pada data-data tertutup yang sebagian besar menyandang kode ‘rahasia’,” terang sang narasumber Kommersant.
Berdasarkan data SIPRI, jumlah senjata, teknologi, dan layanan jasa militer yang dijual oleh seratus produsen senjata terbesar di dunia pada 2013 bernilai hingga 402 miliar dolar AS, tidak termasuk omzet penjualan dari perusahaan Tiongkok karena kurangnya data yang tersedia. Jumlah tersebut menurun dua persen dibanding tahun sebelumnya. Penurunan terbesar dialami oleh perusahaan Italia (lebih dari 15 persen) dan AS (lebih dari lima persen). Sementara perusahaan yang menempati peringkat lima teratas dalam rating keluaran SIPRI ialah Lockheed Martin, Boeing, BAE Systems, Raytheon, dan Northrop Grumman. Kelimanya merupakan perusahaan AS.
Satu-satunya negara yang mampu meningkatkan omzet penjualan senjata secara signifikan adalah Rusia, dengan pertumbuhan 20 persen. Terdapat sepuluh perusahaan Rusia yang masuk dalam daftar “Top 100” versi SIPRI, bertambah satu perusahaan dibanding 2012 lalu. Peringkat Konsorsium Sozvezdiye meningkat tajam dari posisi 109 menjadi 89. Adapun peningkatan omzet penjualan terbesar diraih oleh perusahaan Takticheskoye Raketnoye Vooruzheniye yang omzetnya tumbuh sebesar 118 persen, disusul oleh konsorsium sistem pertahanan udara Almaz-Antey dengan peningkatan 34 persen, dan Obyedinennaya Aviastroitelnaya Korporatsiya dengan peningkatan 20 persen. Pertumbuhan omzet penjualan senjata dari produsen asal Rusia ditetapkan oleh SIPRI berdasarkan omzet penjualan tahun sebelumnya.
Para pakar dari SIPRI menilai kesuksesan yang diraih oleh para produsen senjata Rusia dipengaruhi oleh faktor internal, terutama peningkatan jumlah pesanan dari pemerintah. Sesuai rencana reformasi militer Rusia, pemerintah Rusia telah mengalokasikan dana sebesar 19 triliun rubel untuk program peningkatan persenjataan tentara Rusia hingga 2020. Selain itu, Rusia merupakan salah satu eksportir senjata terbesar di dunia. Berdasarkan data SIPRI, Rusia menempati posisi kedua berdasarkan omzet penjualan senjata, dengan pangsa pasar 27 persen dalam pasar senjata dunia. Posisi pertama ditempati oleh AS dengan pangsa pasar 29 persen.
Surplus Penjualan
Instansi pemerintah Rusia mengklarifikasi bahwa omzet penjualan dari produsen senjata Rusia sebenarnya lebih banyak dari data yang dimuat dalam laporan SIPRI. “Lembaga analisis Rusia maupun luar negeri kerap menggunakan metode perhitungan yang berbeda dengan kami, sehingga angka yang dihasilkan seringkali tidak cocok dengan angka kami. SIPRI contohnya, data tentang kegiatan bisnis kami berbeda jauh dengan angka yang kami miliki, dan biasanya bernilai lebih rendah,” ungkap Direktur Utama perusahaan eksportir khusus senjata Rosoboroneksport Anatoliy Isaykin. “Itu terjadi karena mereka tidak memiliki informasi yang lengkap,” tambah Isaykin.
Berdasarkan pernyataan salah seorang narasumber Kommersant dari lembaga kerja sama teknologi militer Rusia, hal yang sama terjadi pada tahun 2014. “Data dari SIPRI berbeda dengan angka sebenarnya karena mereka menggunakan informasi dari narasumber terbuka, semetara kami bertumpu pada data-data tertutup yang sebagian besar menyandang kode ‘rahasia’,” terang sang narasumber Kommersant.
★ RBTH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.