Presiden Gambia Yahya Jammeh merebut kekuasaan 20 tahun lalu melalui kudeta di Gambia dan memerintah dengan tangan besi. (Getty Images/Mark Wilson)
Jaksa federal Amerika Serikat mendakwa pengusaha asal Texas dan seorang sersan AS dengan upaya kudeta berdarah di Gambia, Afrika.
Sejumlah orang pelaku kudeta ini dipimpin dan dibiayai oleh Cherno Njie, 57 tahun, seorang pengusaha pengembang perumahan asal Austin yang berniat menjadi presiden Gambia.
Mereka berharap para penjaga istana presiden akan kabur setelah mendengar tembakan di udara ketika terjadi serangan pada 30 Desember lalu.
Tetapi para penjaga istana membalas tembakan, sehingga satu regu pelaku tewas sementara tentara Gambia yang bersimpati terhadap aksi kudeta ini tidak muncul untuk membantu seperti rencana semula.
Berkas kasus yang diajukan ke pengadilan menyebutkan bahwa para pelaku yang selamat melarikan diri dan harapan untuk menyingkirkan Presiden Yahya Jammeh dan mengembalikan demokrasi melalui kudeta tak berdarah pun gagal.
Jaksa federal di negara bagian Minnesota menuduh Njie dan papa Faal, seorang mantan sersan militer AS, bersekongkol melakukan kudeta dan pelanggaran kepemilikan senjata.
Kedua orang ini adalah warga negara Amerika Serikat yang memiliki hubungan dengan Gambia.
“Amerika Serikat mengecam keras persekongkolan semacam ini. Dengan tuduhan serius ini, pemerintah AS bertekad meminta pertanggungjawaban dari kedua pelaku,” ujar Jaksa Agung Eric Holder dalam pernyataan tertulis.
Jammeh, yang berkuasa melalui satu kudeta 20 tahun lalu dan memerintah Gambia dengan tangan besi, mengatakan serangan itu dilakukan oleh “kelompok teroris yang didukung oleh sejumlah kekuatan asing.”
Setelah kudeta gagal, AS dan PBB mengecam upaya itu.
Berkas kasus ini menyebutkan bahwa Njie berencana menjadi pemimpin Gambia, satu negara kecil dengan penduduk sekitar 1,8 juta.
Bukti Ditemukan
Njie adalah president Songhai Development Co LLC di Austin, Texas, yang bergerak dalam pengembangan kompleks perumahan termasuk juga perumahan untuk para pensiunan.
Seoranga pejabat Pentagon mengatakan Faal sebelumnya pernah bertugas di Afghansitan sebelum keluar dari militer pada 2012.
Berkas kasus menyebutkan bahwa Faal, yang meninggalkan Gambia 23 tahun lalu, didekati oleh pelaku lain pada Agustus.
Faal mengatakan kepada Biro Penyelidik Federal bahwa seluruh pelaku adalah keturunan Gambia dan sebagian besar tinggal di AS dan Jerman.
Pada akhirnya, hanya sekitar 10 atau 12 pelaku yang berhasil masuk ke Gambia dan pertama kali bertemu muka satu sama lain.
Jumlah seluruh pelaku tidak disebutkan, dan Njie membiayai aksi kudeta ini, sementara setiap pelaku dibekali dana sebesar US$ 4.000 untuk membayar operasi mereka di Gambia.
Pelaku kudeta dituduh berencana menyerang Jammeh di satu jalan, tetapi memutuskan untuk menyerang istana ketika dia akan pergi ke luar negeri setelah 26 Desember.
Menurut rencana, setelah istana presiden direbut, Njie akan mencoba membujuk kepala militer Gambia mendukung kudeta ini.
Mereka memperkirakan para penjaga istana akan lari setelah ditembaki dan satu batalion tentara Gambia yang menyatakan diri siap memberontak akan mendukung mereka.
Tetapi penjagaan istana telah diperkuat dan membalas tembakan pelaku kudeta, Faal mengatakan seluruh anggota satu tim dari dua tim penyerang tewas sementara sisanya melarikan diri.
Faal menyembunyikan peralatan militernya, dan menyebrang ke Senegal untuk kemudian menyerahkan diri ke Kedutaan Besar AS di Dakkar.
Dia diwawancara dan diterbangkan ke Amerika Serikat untuk ditanyai oleh agen FBI.
Penggeledahan rumah Faal oleh FBI menemukan buku petunjuk penggunaan senjata M4 dan bon pembeliannya.
Ditemukan juga gambar satelit wilayah Gambia yang dimasukkan ke dalam map bertuliskan “rahasia” yang digaribawahi dengan spidol hitam.
Agen-agen FBI kemudian menangkap Njie di bandara Dulles, Washington DC dan diajukan ke pengadilan Baltimore.
“Ya, saya mengerti tuan hakim,” jawab Njie ketika ditanya hakim apakah dia mengerti tuduhan yang diajukan terhadapnya.
Dia akan diajukan ke pengadilan Minnesota dalam kasus ini bersama dengan Faal.(yns)
Jaksa federal Amerika Serikat mendakwa pengusaha asal Texas dan seorang sersan AS dengan upaya kudeta berdarah di Gambia, Afrika.
Sejumlah orang pelaku kudeta ini dipimpin dan dibiayai oleh Cherno Njie, 57 tahun, seorang pengusaha pengembang perumahan asal Austin yang berniat menjadi presiden Gambia.
Mereka berharap para penjaga istana presiden akan kabur setelah mendengar tembakan di udara ketika terjadi serangan pada 30 Desember lalu.
Tetapi para penjaga istana membalas tembakan, sehingga satu regu pelaku tewas sementara tentara Gambia yang bersimpati terhadap aksi kudeta ini tidak muncul untuk membantu seperti rencana semula.
Berkas kasus yang diajukan ke pengadilan menyebutkan bahwa para pelaku yang selamat melarikan diri dan harapan untuk menyingkirkan Presiden Yahya Jammeh dan mengembalikan demokrasi melalui kudeta tak berdarah pun gagal.
Jaksa federal di negara bagian Minnesota menuduh Njie dan papa Faal, seorang mantan sersan militer AS, bersekongkol melakukan kudeta dan pelanggaran kepemilikan senjata.
Kedua orang ini adalah warga negara Amerika Serikat yang memiliki hubungan dengan Gambia.
“Amerika Serikat mengecam keras persekongkolan semacam ini. Dengan tuduhan serius ini, pemerintah AS bertekad meminta pertanggungjawaban dari kedua pelaku,” ujar Jaksa Agung Eric Holder dalam pernyataan tertulis.
Jammeh, yang berkuasa melalui satu kudeta 20 tahun lalu dan memerintah Gambia dengan tangan besi, mengatakan serangan itu dilakukan oleh “kelompok teroris yang didukung oleh sejumlah kekuatan asing.”
Setelah kudeta gagal, AS dan PBB mengecam upaya itu.
Berkas kasus ini menyebutkan bahwa Njie berencana menjadi pemimpin Gambia, satu negara kecil dengan penduduk sekitar 1,8 juta.
Bukti Ditemukan
Njie adalah president Songhai Development Co LLC di Austin, Texas, yang bergerak dalam pengembangan kompleks perumahan termasuk juga perumahan untuk para pensiunan.
Seoranga pejabat Pentagon mengatakan Faal sebelumnya pernah bertugas di Afghansitan sebelum keluar dari militer pada 2012.
Berkas kasus menyebutkan bahwa Faal, yang meninggalkan Gambia 23 tahun lalu, didekati oleh pelaku lain pada Agustus.
Faal mengatakan kepada Biro Penyelidik Federal bahwa seluruh pelaku adalah keturunan Gambia dan sebagian besar tinggal di AS dan Jerman.
Pada akhirnya, hanya sekitar 10 atau 12 pelaku yang berhasil masuk ke Gambia dan pertama kali bertemu muka satu sama lain.
Jumlah seluruh pelaku tidak disebutkan, dan Njie membiayai aksi kudeta ini, sementara setiap pelaku dibekali dana sebesar US$ 4.000 untuk membayar operasi mereka di Gambia.
Pelaku kudeta dituduh berencana menyerang Jammeh di satu jalan, tetapi memutuskan untuk menyerang istana ketika dia akan pergi ke luar negeri setelah 26 Desember.
Menurut rencana, setelah istana presiden direbut, Njie akan mencoba membujuk kepala militer Gambia mendukung kudeta ini.
Mereka memperkirakan para penjaga istana akan lari setelah ditembaki dan satu batalion tentara Gambia yang menyatakan diri siap memberontak akan mendukung mereka.
Tetapi penjagaan istana telah diperkuat dan membalas tembakan pelaku kudeta, Faal mengatakan seluruh anggota satu tim dari dua tim penyerang tewas sementara sisanya melarikan diri.
Faal menyembunyikan peralatan militernya, dan menyebrang ke Senegal untuk kemudian menyerahkan diri ke Kedutaan Besar AS di Dakkar.
Dia diwawancara dan diterbangkan ke Amerika Serikat untuk ditanyai oleh agen FBI.
Penggeledahan rumah Faal oleh FBI menemukan buku petunjuk penggunaan senjata M4 dan bon pembeliannya.
Ditemukan juga gambar satelit wilayah Gambia yang dimasukkan ke dalam map bertuliskan “rahasia” yang digaribawahi dengan spidol hitam.
Agen-agen FBI kemudian menangkap Njie di bandara Dulles, Washington DC dan diajukan ke pengadilan Baltimore.
“Ya, saya mengerti tuan hakim,” jawab Njie ketika ditanya hakim apakah dia mengerti tuduhan yang diajukan terhadapnya.
Dia akan diajukan ke pengadilan Minnesota dalam kasus ini bersama dengan Faal.(yns)
♙ CNN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.