Produsen AS yakin merebut penjualan di Asia P-3 Orion Brasil
Lockheed Martin yakin dapat memenangkan beberapa penawaran pesawat patroli maritim (MPA) di Asia selama dua tahun ke depan, termasuk menjual P-3 Orions ke India, Pakistan, Taiwan dan Thailand dan S-3 Viking ke India, Indonesia, Malaysia dan Filipina.
Patroli maritim merupakan kebutuhan utama bagi beberapa negara Asia karena untuk meningkatkan anti-pembajakan mereka dan kemampuan perlindungan zona ekonomi. Banyak produsen pesawat mencari cara untuk memasuki pasar Asia yang berkembang pesat, beberapa angkatan laut Asia membutuhkan pesawat berbadan besar. Banyak negara di Asia mencari pesawat dengan kemampuan yang bagus dan jarak jauh akan melihat pesawat turboprop besar seperti P-3, ungkap Richard Kirkland, wakil presiden Lockheed.
Pakistan kini bekerja sama dengan Lockheed dan Portugal Ogema untuk memperbaiki dua pesawat P-3 dan berencana untuk mengambil lagi delapan pesawat bekas Angkatan Laut AS, yang pertama akan diperbaharui di fasilitas Lockheed Carolina Selatan mulai bulan ini dan selesai tahun depan. Kirkland mengatakan Thailand juga telah meminta pesawat P-3 bekas, sementara Taiwan masih mencari untuk membeli 12 unit pesawat untuk misi perang anti-kapal selam yang sempat macet tapi akhirnya dapat maju kembali akhir tahun ini. Lockheed bulan ini akan mengirim tim untuk menilai kembali empat perusahaan lokal yang berkerjasama dalam memperbaiki pesawat bekas tersebut, seperti- Aerospace Industri Pertahanan Corporation, Air Asia, China Airlines dan Evergreen Aviation Technologies.Viking S-3B USN [wikimedia]
Brunei, angkatan udara Filipina, penjaga pantai India, Malaysia dan pelayanan perikanan Indonesia, mencari solusi lebih murah. Lockheed menawarkan C-130J di Brunei, tapi untuk persyaratan lainnya adalah mempromosikan S-3 yang lebih kecil, yang jangkauan dan daya tahan pesawatnya dibawah pesawat P3. Saingan Utama pesawat Viking adalah ATR 42, Bombardier Dash 8, Dassault Falcon 900, EADS Casa / Dirgantara Indonesia CN-235, Embraer ERJ-145, Fokker 50 dan Beechcraft King Air 350.
Kirkland mengatakan empat negara bukan Asia sudah meminta harga dan ketersediaan untuk 100 pesawat bekas S-3 AS yang tersedia dalam empat tahun ke depan dan mengatakan pada Asian Aerospace bulan lalu bahwa Lockheed "menghabiskan banyak waktu mendidik potensi pengguna Asia pada ketersediaan pesawat S-3". Dia mengatakan S-3 "hampir seketika" dengan layanan kelayakan sebanyak 11,000 jam terbang yang tersisa, sementara kelebihan pesawat P-3 harus dilengkapi dengan sayap baru untuk memberikan 15,000 jam terbang atau setidaknya menerima perbaikan bagian sayap yang kritis untuk memberikan penggunaan 5,000 jam terbang.
Angkatan Laut India, berencana untuk membeli delapan pesawat jarak jauh pengintai maritim, dan akan menerima tawaran akhir bulan ini untuk Il-38, P-3 dan P-8A.[flightglobal]
Lockheed Martin yakin dapat memenangkan beberapa penawaran pesawat patroli maritim (MPA) di Asia selama dua tahun ke depan, termasuk menjual P-3 Orions ke India, Pakistan, Taiwan dan Thailand dan S-3 Viking ke India, Indonesia, Malaysia dan Filipina.
Patroli maritim merupakan kebutuhan utama bagi beberapa negara Asia karena untuk meningkatkan anti-pembajakan mereka dan kemampuan perlindungan zona ekonomi. Banyak produsen pesawat mencari cara untuk memasuki pasar Asia yang berkembang pesat, beberapa angkatan laut Asia membutuhkan pesawat berbadan besar. Banyak negara di Asia mencari pesawat dengan kemampuan yang bagus dan jarak jauh akan melihat pesawat turboprop besar seperti P-3, ungkap Richard Kirkland, wakil presiden Lockheed.
Pakistan kini bekerja sama dengan Lockheed dan Portugal Ogema untuk memperbaiki dua pesawat P-3 dan berencana untuk mengambil lagi delapan pesawat bekas Angkatan Laut AS, yang pertama akan diperbaharui di fasilitas Lockheed Carolina Selatan mulai bulan ini dan selesai tahun depan. Kirkland mengatakan Thailand juga telah meminta pesawat P-3 bekas, sementara Taiwan masih mencari untuk membeli 12 unit pesawat untuk misi perang anti-kapal selam yang sempat macet tapi akhirnya dapat maju kembali akhir tahun ini. Lockheed bulan ini akan mengirim tim untuk menilai kembali empat perusahaan lokal yang berkerjasama dalam memperbaiki pesawat bekas tersebut, seperti- Aerospace Industri Pertahanan Corporation, Air Asia, China Airlines dan Evergreen Aviation Technologies.Viking S-3B USN [wikimedia]
Brunei, angkatan udara Filipina, penjaga pantai India, Malaysia dan pelayanan perikanan Indonesia, mencari solusi lebih murah. Lockheed menawarkan C-130J di Brunei, tapi untuk persyaratan lainnya adalah mempromosikan S-3 yang lebih kecil, yang jangkauan dan daya tahan pesawatnya dibawah pesawat P3. Saingan Utama pesawat Viking adalah ATR 42, Bombardier Dash 8, Dassault Falcon 900, EADS Casa / Dirgantara Indonesia CN-235, Embraer ERJ-145, Fokker 50 dan Beechcraft King Air 350.
Kirkland mengatakan empat negara bukan Asia sudah meminta harga dan ketersediaan untuk 100 pesawat bekas S-3 AS yang tersedia dalam empat tahun ke depan dan mengatakan pada Asian Aerospace bulan lalu bahwa Lockheed "menghabiskan banyak waktu mendidik potensi pengguna Asia pada ketersediaan pesawat S-3". Dia mengatakan S-3 "hampir seketika" dengan layanan kelayakan sebanyak 11,000 jam terbang yang tersisa, sementara kelebihan pesawat P-3 harus dilengkapi dengan sayap baru untuk memberikan 15,000 jam terbang atau setidaknya menerima perbaikan bagian sayap yang kritis untuk memberikan penggunaan 5,000 jam terbang.
Angkatan Laut India, berencana untuk membeli delapan pesawat jarak jauh pengintai maritim, dan akan menerima tawaran akhir bulan ini untuk Il-38, P-3 dan P-8A.[flightglobal]
★ Garuda Militer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.