Serangan Biadab Taliban Serangan kelompok militan Taliban ke sebuah sekolah militer di Peshawar, Pakistan, mengakibatkan setidaknya 130 orang tewas, sebagian besar adalah para siswa berusia 10-20 tahun.(Reuters/Khuram Parvez)
Situasi di Sekolah Negeri Angkatan Darat milik militer di Peshawar pada Selasa (16/12) pagi terlihat sama seperti hari biasanya. Para siswa sibuk menulis dan memperhatikan penjelasan guru depan kelas.
Namun, keheningan itu pecah dalam sekejap ketika sekitar pukul 10 pagi waktu setempat serentetan peluru dan ledakan meletus, menimbulkan asap di mana-mana.
Dengan mengenakan seragam militer dan rompi yang dilengkapi bahan peledak, sebanyak sembilan orang anggota bersenjata Taliban melancarkan tembakan dengan membabi buta ke arah guru dan siswa.
Situasi berubah menjadi kacau dan kepanikan menyebar ketika terlihat sejumlah jenazah tergeletak di ruang-ruang kelas dan koridor sekolah.
Serangan kelompok militan Taliban yang mengejutkan ini mengakibatkan setidaknya 130 orang tewas, sebagian besar adalah para siswa berusia 10-20 tahun, yang menjadi sandera.
Shahrukh Khan, siswa berusia 15 tahun, yang mengalami luka tembak di kedua kakinya berhasil selamat setelah bersembunyi di bawah bangku.
"Salah satu guru saya menangis kesakitan karena ditembak di tangan," kata Shahrukh sambil berbaring di tempat tidur di Rumah Sakit Lady Reading, Peshawar, kepada Reuters, Selasa (16/12).
"Salah satu penyandera kemudian mendekatinya dan menembakinya hingga dia berhenti bersuara. Di Sekitar saya, teman-teman saya tergeletak tak bernyawa atau terluka," kata Shahrukh melanjutkan.
Ketika serangan dimulai, setidaknya 500 siswa berada di dalam gedung sekolah.
Sejumlah siswa melaporkan beberapa dari penyandera menggunakan bahasa asing untuk berkomunikasi.
"Mereka nampaknya berbicara dalam bahasa Arab atau Farsi," kata Shahrukh.
"Kelas 8 hingga kelas 10 tengah menghadiri sebuah seminar khusus tentang pertolongan pertama di ruang utama ketika siswa mendengar suara tembakan," kata Khan melanjutkan.
Siswa lain menyatakan bahwa pelaku memiliki jenggot panjang dan mengenakan pakaian tradisional shalwar kameez.
Ketika aksi tembak-menembak antara militan Taliban dan pasukan militer Pakistan terjadi, setidaknya tiga penyandera meledakkan diri, mengakibatkan lebih banyak korban berjatuhan. Ketika serangan dimulai, setidaknya 500 siswa, berusia antara 10-20 tahun, berada di dalam gedung sekolah. (Reuters/Fayaz Aziz)
Seorang koresponden Reuters yang mengunjungi rumah sakit militer setempat mengatakan rumah sakit tersebut penuh dengan siswa yang tewas. Seragam mereka yang berwarna hijau dan kuning menyembul keluar dari puluhan kantong mayat berwarna putih.
Salah satu anggota keluarga korban bahkan melaporkan terjadi kesalahan identifikasi korban tewas, karena karena wajah para siswa telah hangus terbakar dan tak bisa lagi dikenali, akibat ledakan bom bunuh diri militan Taliban.
Khalid Khan, siswa berusia 13 tahun, mengatakan dia dan sekitar 150 siswa sekelasnya tengah mengikuti seminar di ruang utama ketika dua orang bersenjata mengenakan baju putih dan jaket hitam memasuki ruangan.
"Mereka melepaskan tembakan ke para siswa dan kemudian pergi. Kami lalu mengunci pintu dari dalam namun mereka berhasil mendobrak dan melepaskan tembakan lagi," kata Khalid. Rumah sakit militer setempat penuh dengan siswa yang tewas. Seragam mereka yang berwarna hijau dan kuning menyembul keluar dari puluhan kantong mayat berwarna putih.(Reuters/Zohra Bensemra)
Khalid menambahkan banyak siswa yang bersembunyi di bawah meja, namun tetap terkena tembakan.
"Mereka membunuh sebagian besar teman sekelas saya dan kemudian saya tidak tahu apa yang terjadi karena saya dibawa ke rumah sakit, " kata Khan sembari terisak.
Siswa lain, Jalal Ahmed, 15 tahun, hampir tidak bisa bicara dan beruraian air mata ketika tengah mencoba menceritakan kembali kejadian yang menimpanya.
"Saya seorang siswa biokimia dan tengah menghadiri seminar dia aula utama yang memiliki lima buah pintu. Tiba-tiba seseorang menendang pintu belakang, dan terdengar bunyi tembakan. Guru kami mengatakan kami harus tetap tenang," kata Jalal yang kini terbaring di rumah sakit.
"Namun kemudian sekelompok orang datang dengan senjata besar," kata Jalal dengan suara tercekat dan tidak mau melanjutkan pembicaraan.
Ayah Jalal, Mushtaq Ahmed yang berdiri di samping tempat tidurnya menyatakan Jalal terus berteriak, "Bawa aku pulang. Mereka akan datang kembali dan membunuh saya!"
Siswa lain yang berusia sembilan tahun, bersedia untuk memberikan komentar namun tak mau disebutkan namanya karena takut. Siswa tersebut menyatakan dia berhasil selamat karena gurunya menggiringnya dan beberapa siswa lain keluar melalui pintu belakang, sesaat setelah penembakan dimulai.
"Guru meminta kami untuk melafalkan ayat Al-Quran dengan perlahan. Ketika kami keluar dari pintu belakang, ada kerumunan orang tua, termasuk ayah saya, menangis," kata sang siswa. Setidaknya 130 orang tewas dalam serangan Taliban ke Sekolah Negeri Angkatan Darat milik militer di Peshawar. (Reuters/Khuram Parvez)
Juru bicara Taliban, Muhammad Umar Khorasani, mengaku kelompoknya bertanggung jawab atas penyanderaan ini.
Khorasani mengatakan serangan Taliban ke jantung militer Pakistan ini merupakan aksi balasan atas operasi militer pemerintah terhadap para gerilyawan di penjuru Pakistan.
Seperti dilaporkan Reuters, saksi mata menyatakan sebagian besar korban adalah korban penembakan membabi buta yang diluncurkan oleh anggota Taliban ketika mereka memasuki gedung sekolah.
Saksi mata juga menyatakan, korban tewas juga mungkin berjatuhan dalam aksi tembak-menembak dengan angkatan bersenjata Pakistan yang menyerbu gedung sekolah.
Peshawar merupakan kota Pakistan yang berbatasan dengan sejumlah kawasan yang bergolak di negara itu. Sekolah Negeri Angkatan Darat yang terletak di Peshawar sebagian besar diikuti oleh anak dari personel militer pemerintah, meskipun ada beberapa siswa yang merupakan anak dari warga sipil.
Kelompok militan Taliban berperang melawan Pakistan sebagai upaya untuk menggulingkan pemerintah dan mendirikan negara Islam.
Serangan mengerikan ini mengingatkan kepada aksi penyanderaan serupa di daerah Beslan, Rusia, oleh militan Chechnya pada tahun 2004 silam, menewaskan lebih dari 330 siswa.(ama)
Situasi di Sekolah Negeri Angkatan Darat milik militer di Peshawar pada Selasa (16/12) pagi terlihat sama seperti hari biasanya. Para siswa sibuk menulis dan memperhatikan penjelasan guru depan kelas.
Namun, keheningan itu pecah dalam sekejap ketika sekitar pukul 10 pagi waktu setempat serentetan peluru dan ledakan meletus, menimbulkan asap di mana-mana.
Dengan mengenakan seragam militer dan rompi yang dilengkapi bahan peledak, sebanyak sembilan orang anggota bersenjata Taliban melancarkan tembakan dengan membabi buta ke arah guru dan siswa.
Situasi berubah menjadi kacau dan kepanikan menyebar ketika terlihat sejumlah jenazah tergeletak di ruang-ruang kelas dan koridor sekolah.
Serangan kelompok militan Taliban yang mengejutkan ini mengakibatkan setidaknya 130 orang tewas, sebagian besar adalah para siswa berusia 10-20 tahun, yang menjadi sandera.
Shahrukh Khan, siswa berusia 15 tahun, yang mengalami luka tembak di kedua kakinya berhasil selamat setelah bersembunyi di bawah bangku.
"Salah satu guru saya menangis kesakitan karena ditembak di tangan," kata Shahrukh sambil berbaring di tempat tidur di Rumah Sakit Lady Reading, Peshawar, kepada Reuters, Selasa (16/12).
"Salah satu penyandera kemudian mendekatinya dan menembakinya hingga dia berhenti bersuara. Di Sekitar saya, teman-teman saya tergeletak tak bernyawa atau terluka," kata Shahrukh melanjutkan.
Ketika serangan dimulai, setidaknya 500 siswa berada di dalam gedung sekolah.
Sejumlah siswa melaporkan beberapa dari penyandera menggunakan bahasa asing untuk berkomunikasi.
"Mereka nampaknya berbicara dalam bahasa Arab atau Farsi," kata Shahrukh.
"Kelas 8 hingga kelas 10 tengah menghadiri sebuah seminar khusus tentang pertolongan pertama di ruang utama ketika siswa mendengar suara tembakan," kata Khan melanjutkan.
Siswa lain menyatakan bahwa pelaku memiliki jenggot panjang dan mengenakan pakaian tradisional shalwar kameez.
Ketika aksi tembak-menembak antara militan Taliban dan pasukan militer Pakistan terjadi, setidaknya tiga penyandera meledakkan diri, mengakibatkan lebih banyak korban berjatuhan. Ketika serangan dimulai, setidaknya 500 siswa, berusia antara 10-20 tahun, berada di dalam gedung sekolah. (Reuters/Fayaz Aziz)
Seorang koresponden Reuters yang mengunjungi rumah sakit militer setempat mengatakan rumah sakit tersebut penuh dengan siswa yang tewas. Seragam mereka yang berwarna hijau dan kuning menyembul keluar dari puluhan kantong mayat berwarna putih.
Salah satu anggota keluarga korban bahkan melaporkan terjadi kesalahan identifikasi korban tewas, karena karena wajah para siswa telah hangus terbakar dan tak bisa lagi dikenali, akibat ledakan bom bunuh diri militan Taliban.
Khalid Khan, siswa berusia 13 tahun, mengatakan dia dan sekitar 150 siswa sekelasnya tengah mengikuti seminar di ruang utama ketika dua orang bersenjata mengenakan baju putih dan jaket hitam memasuki ruangan.
"Mereka melepaskan tembakan ke para siswa dan kemudian pergi. Kami lalu mengunci pintu dari dalam namun mereka berhasil mendobrak dan melepaskan tembakan lagi," kata Khalid. Rumah sakit militer setempat penuh dengan siswa yang tewas. Seragam mereka yang berwarna hijau dan kuning menyembul keluar dari puluhan kantong mayat berwarna putih.(Reuters/Zohra Bensemra)
Khalid menambahkan banyak siswa yang bersembunyi di bawah meja, namun tetap terkena tembakan.
"Mereka membunuh sebagian besar teman sekelas saya dan kemudian saya tidak tahu apa yang terjadi karena saya dibawa ke rumah sakit, " kata Khan sembari terisak.
Siswa lain, Jalal Ahmed, 15 tahun, hampir tidak bisa bicara dan beruraian air mata ketika tengah mencoba menceritakan kembali kejadian yang menimpanya.
"Saya seorang siswa biokimia dan tengah menghadiri seminar dia aula utama yang memiliki lima buah pintu. Tiba-tiba seseorang menendang pintu belakang, dan terdengar bunyi tembakan. Guru kami mengatakan kami harus tetap tenang," kata Jalal yang kini terbaring di rumah sakit.
"Namun kemudian sekelompok orang datang dengan senjata besar," kata Jalal dengan suara tercekat dan tidak mau melanjutkan pembicaraan.
Ayah Jalal, Mushtaq Ahmed yang berdiri di samping tempat tidurnya menyatakan Jalal terus berteriak, "Bawa aku pulang. Mereka akan datang kembali dan membunuh saya!"
Siswa lain yang berusia sembilan tahun, bersedia untuk memberikan komentar namun tak mau disebutkan namanya karena takut. Siswa tersebut menyatakan dia berhasil selamat karena gurunya menggiringnya dan beberapa siswa lain keluar melalui pintu belakang, sesaat setelah penembakan dimulai.
"Guru meminta kami untuk melafalkan ayat Al-Quran dengan perlahan. Ketika kami keluar dari pintu belakang, ada kerumunan orang tua, termasuk ayah saya, menangis," kata sang siswa. Setidaknya 130 orang tewas dalam serangan Taliban ke Sekolah Negeri Angkatan Darat milik militer di Peshawar. (Reuters/Khuram Parvez)
Juru bicara Taliban, Muhammad Umar Khorasani, mengaku kelompoknya bertanggung jawab atas penyanderaan ini.
Khorasani mengatakan serangan Taliban ke jantung militer Pakistan ini merupakan aksi balasan atas operasi militer pemerintah terhadap para gerilyawan di penjuru Pakistan.
Seperti dilaporkan Reuters, saksi mata menyatakan sebagian besar korban adalah korban penembakan membabi buta yang diluncurkan oleh anggota Taliban ketika mereka memasuki gedung sekolah.
Saksi mata juga menyatakan, korban tewas juga mungkin berjatuhan dalam aksi tembak-menembak dengan angkatan bersenjata Pakistan yang menyerbu gedung sekolah.
Peshawar merupakan kota Pakistan yang berbatasan dengan sejumlah kawasan yang bergolak di negara itu. Sekolah Negeri Angkatan Darat yang terletak di Peshawar sebagian besar diikuti oleh anak dari personel militer pemerintah, meskipun ada beberapa siswa yang merupakan anak dari warga sipil.
Kelompok militan Taliban berperang melawan Pakistan sebagai upaya untuk menggulingkan pemerintah dan mendirikan negara Islam.
Serangan mengerikan ini mengingatkan kepada aksi penyanderaan serupa di daerah Beslan, Rusia, oleh militan Chechnya pada tahun 2004 silam, menewaskan lebih dari 330 siswa.(ama)
★ CNN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.