Teknologi militer Rusia terus berkembang. Kali ini RBTH Indonesia menyajikan berita terakhir mengenai Yars yang akan menggantikan rudal Topol di angkatan bersenjata Rusia.
Peningkatan kekuatan militer Pasukan Roket Strategis (PRS) Rusia terjadi berkat perubahan senjata milik resimen dan divisi satuan tersebut ke penggunaan kompleks peluncur rudal nuklir stasioner.
Peningkatan kekuatan militer Pasukan Roket Strategis (PRS) Rusia terjadi berkat perubahan senjata milik resimen dan divisi satuan tersebut ke penggunaan kompleks peluncur rudal nuklir stasioner. Hal itu diumumkan Komandan PRS Sergey Karakayev dalam sidang Dewan Badan Militer PRS.
“Dalam rangka pembentukan kelompok strategis menjelang akhir tahun ini, kami akan mengaktifkan 16 unit kompleks peluncur rudal Yars,” terang sang jenderal. Terdapat dua jenis kompleks Yars, yakni stasioner dan bergerak. Rudal tersebut akan menjalankan misinya sesuai penempatan tugas dan zona tanggung jawabnya, baik di instalasi bawah tanah, ataupun di atas kendaraan beroda. Jika rudal terpasang di atas kendaraan beroda, pengendalian kompleks peluncur tersebut akan dilaksanakan dari pusat komando bergerak.
Kelompok Penyerbu
Kementerian Pertahanan Rusia menerangkan bahwa dalam dekade ini, Yars akan bekerja sama dengan Topol-M untuk kepentingan kelompok PRS. “Mereka tidak hanya memperkuat kemampuan perang pasukan, tetapi juga dapat meningkatkan potensi triad penangkal nuklir Rusia,” terang pihak kementerian. Yars akan menggantikan kompleks peluncur rudal nuklir Topol yang dinilai masih layak digunakan namun usianya sudah mulai menua.
Saat ini, Satuan Rudal Divisi Teykovsky telah beralih ke peluncur bergerak Yars. Divisi Tagilskaya dan Novosibirskaya pun sudah dipersenjatai kompleks peluncur darat bergerak tersebut. Sedangkan Satuan Rudal Divisi Kozelskaya tengah menjalani tahap uji coba militer untuk meluncurkan kompleks Yars yang terdiri dari empat peluncur bawah tanah dan pusat komando terpadu.
Kompleks Yars dikembangkan dari Topol, namun dengan spesifikasi yang lebih baik. Roket RS-24 untuk Yars memiliki berat luncur 20 persen lebih besar dibanding roket RS-12 milik Topol. Yars membawa tiga hingga empat blok nuklir, namun para konstruktornya mampu mempertahankan jangkauan tembak roket strategis ini lebih dari sepuluh ribu kilometer. Roket tersebut merupakan roket peluncuran tiga tahap. Roket ini dilindungi oleh cat khusus yang dapat mengurangi efek dari berbagai faktor pengganggu, termasuk ledakan nuklir. Selain itu, dalam tahap awal peluncuran, roket ini dapat diprogram untuk melakukan manuver. Hal ini dapat membantu untuk mengarahkan roket tersebut menghindari awan radioaktif pada saat musuh menyerang Yars dengan proyektil balistik.
Berdasarkan pernyataan dari para pakar, pembuatan RS-24 dilakukan menggunakan teknologi modern yang mampu menjamin proyektil ini memiliki ketahanan yang lebih tinggi saat menghadapi sistem pertahanan udara apapun. Peluncur strategis Yars tak gentar menghadapi sistem pertahanan antiroket, termasuk sistem pertahanan berbasis antariksa.
Sarmat Telah Mendekat
Saat ini terdapat sekitar 400 peluncur rudal balistik antarbenua dalam Pasukan Roket Strategis Rusia. Jumlah tersebut dibatasi oleh peraturan internasional. Oleh sebab itu, pertumbuhan triad nuklir peluncur rudal nuklir Rusia saat ini berjalan melalui dua cara, pertama melalui modernisasi kompleks peluncur bawah tanah dan peluncur bergerak dalam persenjataan Rusia, dan kedua melalui pengembangan amunisi rudal strategis yang baru. Di tahun 2018-2020, instansi militer Rusia mengatakan bahwa Pasukan Rudal Strategis akan mendapatkan persenjataan dashyat yang baru. Mungkin, yang dimaksud adalah kompleks peluncur stasioner Sarmat dengan rudal balistik antarbenua kelas berat yang dimilikinya.
Pembangunan dan uji coba proyek ini dilakukan oleh perusahaan industri yang dipimpin oleh Pusat Roket Negara Rusia Makeyev. Proyek ini rencananya akan selesai dalam waktu lima hingga enam tahun. Mantan Kepala Staf Utama Pasukan Roket Strategis Viktor Esin menjelaskan bahwa Sarmat akan menggantikan RS-20B Satan. Sedangkan mantan Kepala Institusi Pusat Penelitian dan Ilmu Pengetahuan Kementerian Pertahanan Rusia Vladimir Vasilenko menilai bahwa rudal balistik kelas berat antarbenua berbasis bawah tanah dapat mengirim blok rudal ke sasaran, tidak hanya menggunakan lintasan optimal untuk efisiensi energi dengan azimut penerbangan ekstrim, tetapi juga dapat menghancurkan sasaran dari arah yang berbeda, termasuk dari Kutub Selatan.
Pertama kali dipublikasikan dalam bahasa Rusia di Rossiyskaya Gazeta.
Peningkatan kekuatan militer Pasukan Roket Strategis (PRS) Rusia terjadi berkat perubahan senjata milik resimen dan divisi satuan tersebut ke penggunaan kompleks peluncur rudal nuklir stasioner. Hal itu diumumkan Komandan PRS Sergey Karakayev dalam sidang Dewan Badan Militer PRS.
“Dalam rangka pembentukan kelompok strategis menjelang akhir tahun ini, kami akan mengaktifkan 16 unit kompleks peluncur rudal Yars,” terang sang jenderal. Terdapat dua jenis kompleks Yars, yakni stasioner dan bergerak. Rudal tersebut akan menjalankan misinya sesuai penempatan tugas dan zona tanggung jawabnya, baik di instalasi bawah tanah, ataupun di atas kendaraan beroda. Jika rudal terpasang di atas kendaraan beroda, pengendalian kompleks peluncur tersebut akan dilaksanakan dari pusat komando bergerak.
Kelompok Penyerbu
Kementerian Pertahanan Rusia menerangkan bahwa dalam dekade ini, Yars akan bekerja sama dengan Topol-M untuk kepentingan kelompok PRS. “Mereka tidak hanya memperkuat kemampuan perang pasukan, tetapi juga dapat meningkatkan potensi triad penangkal nuklir Rusia,” terang pihak kementerian. Yars akan menggantikan kompleks peluncur rudal nuklir Topol yang dinilai masih layak digunakan namun usianya sudah mulai menua.
Saat ini, Satuan Rudal Divisi Teykovsky telah beralih ke peluncur bergerak Yars. Divisi Tagilskaya dan Novosibirskaya pun sudah dipersenjatai kompleks peluncur darat bergerak tersebut. Sedangkan Satuan Rudal Divisi Kozelskaya tengah menjalani tahap uji coba militer untuk meluncurkan kompleks Yars yang terdiri dari empat peluncur bawah tanah dan pusat komando terpadu.
Kompleks Yars dikembangkan dari Topol, namun dengan spesifikasi yang lebih baik. Roket RS-24 untuk Yars memiliki berat luncur 20 persen lebih besar dibanding roket RS-12 milik Topol. Yars membawa tiga hingga empat blok nuklir, namun para konstruktornya mampu mempertahankan jangkauan tembak roket strategis ini lebih dari sepuluh ribu kilometer. Roket tersebut merupakan roket peluncuran tiga tahap. Roket ini dilindungi oleh cat khusus yang dapat mengurangi efek dari berbagai faktor pengganggu, termasuk ledakan nuklir. Selain itu, dalam tahap awal peluncuran, roket ini dapat diprogram untuk melakukan manuver. Hal ini dapat membantu untuk mengarahkan roket tersebut menghindari awan radioaktif pada saat musuh menyerang Yars dengan proyektil balistik.
Berdasarkan pernyataan dari para pakar, pembuatan RS-24 dilakukan menggunakan teknologi modern yang mampu menjamin proyektil ini memiliki ketahanan yang lebih tinggi saat menghadapi sistem pertahanan udara apapun. Peluncur strategis Yars tak gentar menghadapi sistem pertahanan antiroket, termasuk sistem pertahanan berbasis antariksa.
Sarmat Telah Mendekat
Saat ini terdapat sekitar 400 peluncur rudal balistik antarbenua dalam Pasukan Roket Strategis Rusia. Jumlah tersebut dibatasi oleh peraturan internasional. Oleh sebab itu, pertumbuhan triad nuklir peluncur rudal nuklir Rusia saat ini berjalan melalui dua cara, pertama melalui modernisasi kompleks peluncur bawah tanah dan peluncur bergerak dalam persenjataan Rusia, dan kedua melalui pengembangan amunisi rudal strategis yang baru. Di tahun 2018-2020, instansi militer Rusia mengatakan bahwa Pasukan Rudal Strategis akan mendapatkan persenjataan dashyat yang baru. Mungkin, yang dimaksud adalah kompleks peluncur stasioner Sarmat dengan rudal balistik antarbenua kelas berat yang dimilikinya.
Pembangunan dan uji coba proyek ini dilakukan oleh perusahaan industri yang dipimpin oleh Pusat Roket Negara Rusia Makeyev. Proyek ini rencananya akan selesai dalam waktu lima hingga enam tahun. Mantan Kepala Staf Utama Pasukan Roket Strategis Viktor Esin menjelaskan bahwa Sarmat akan menggantikan RS-20B Satan. Sedangkan mantan Kepala Institusi Pusat Penelitian dan Ilmu Pengetahuan Kementerian Pertahanan Rusia Vladimir Vasilenko menilai bahwa rudal balistik kelas berat antarbenua berbasis bawah tanah dapat mengirim blok rudal ke sasaran, tidak hanya menggunakan lintasan optimal untuk efisiensi energi dengan azimut penerbangan ekstrim, tetapi juga dapat menghancurkan sasaran dari arah yang berbeda, termasuk dari Kutub Selatan.
Pertama kali dipublikasikan dalam bahasa Rusia di Rossiyskaya Gazeta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.