Direbutnya Provinsi Diyala memantik pertanyaan seberapa baik pasukan Irak mampu mempertahankan wilayah ini dan berupaya merekonstruksi kawasan yang rusak akibat pertempuran. (Reuters/Stringer)♕
Pasukan Irak berhasil merebut kembali seluruh daerah yang berisi warga sipil di provinsi Diyala, Irak timur, dari cengkraman kelompok militan ISIS, Senin (26/1).
Keberhasilan ini semakin mengobarkan semangat pasukan Irak yang kini tengah berusaha memukul mundur ISIS dari ibukota Baghdad.
"Kami mengumumkan pembebasan Diyala dari kelompok ISIS," kata Staf Letnan Jenderal Abdulamir al-Zaidi, seperti ditulis Al-Arabiya, Senin (26/1).
"Pasukan Irak telah kembali memegang kendali penuh atas seluruh daerah dan kabupaten di provinsi Diyala," kata Zaidi melanjutkan.
Diyala telah menjadi medan pertempuran antara pasukan militer Irak dan kelompok militan ISIS selama beberapa bulan terakhir, terutama di daerah Jalawla dan Saadiyah di sebelah utara provinsi ini. Kelompok militan ISIS juga berulang kali menyerang kota Muqdadiyah, namun tak pernah berhasil menguasai kota ini.
Pertempuran terakhir di daerah berpenghuni di provinsi Diyala dimulai pada Jumat (23/1) lalu di daerah desa dekat Muqdadiyah, sebelah timur dari ibukota Diyala, Baquba.
Zaidi dan kepala dewan distrik, Adnan al-Tamimi menyatakan bahwa pasukan Irak kini menguasai seluruh wilayah tersebut.
Namun, keberhasilan tersebut sarat dengan pertumpahan darah. Zaidi mengatakan bahwa sekitar 58 anggota pasukan pro-pemerintah tewas dan 248 lainnya terluka dalam pertempuran tersebut.
Sementara di pihak ISIS, lebih dari 50 anggota kelompok ini dipastikan meninggal.
Zaidi menambahkan bahwa ada ribuan bom yang ditinggalkan oleh ISIS di sekitar desa di sebelah utara Muqdadiyah. Ini merupakan pekerjaan rumah yang besar yang harus segera diselesaikan militer Irak.
Merebut Diyala bukan berarti pertempuran antara Irak dan ISIS selesai. Zaidi menekankan bahwa pertempuran dengan ISIS akan terus terjadi, diperkirakan di pedesaan sekitar pegunungan Hamreen pedesaan, yang membentang di beberapa provinsi, termasuk Diyala.
Keberhasilan pasukan Irak juga terlihat dengan semakin banyaknya kekuatan militer yang dibawa ke provinsi Salaheddin.
ISIS mempelopori serangan militan yang dimulai di kota Mosul, Irak utara pada bulan Juni lalu dan merebut sejumlah daerah untuk menggantikan pemerintahan Islam Sunni yang majoritas di negara ini.
Namun, untuk melawan ISIS, pasukan Irak federal, tentara Kurdi, milisi Syiah dan suku Sunni semua bergabung dan berjuang melawan kelompok militan ini di berbagai penjuru Irak dan Suriah.
Direbutnya Provinsi Diyala juga memantik pertanyaan seberapa baik pasukan Irak mampu mempertahankan wilayah ini dan berupaya merekonstruksi kawasan yang rusak akibat pertempuran.
Diamankannya Diyala bertepatan dengan pemukulan mundur ISIS dari Kobani, Suriah, oleh pasukan Kurdi.
Meskipun demikian, anggota ISIS diperkirakan masih tersebar di ratusan desa di sekitar Kobani.
"Seluruh kota Kobani memang telah berhasil direbut kembali, namun pertempuran akan terjadi di desa-desa sekitar Kobani," kata Perwer Mohammed Ali, seorang wartawan dari kota yang berada di garis depan dengan pasukan YPG.
Pejabat dari pemerintahan daerah Kobani, Idris Nassan menyatakan bahwa pertempuran selama empat bulan terakhir telah mengakibatkan setengah dari kota Kobani hancur lebur, dan sebagian lainnya mengalami kerusakan parah.(ama)
Pasukan Irak berhasil merebut kembali seluruh daerah yang berisi warga sipil di provinsi Diyala, Irak timur, dari cengkraman kelompok militan ISIS, Senin (26/1).
Keberhasilan ini semakin mengobarkan semangat pasukan Irak yang kini tengah berusaha memukul mundur ISIS dari ibukota Baghdad.
"Kami mengumumkan pembebasan Diyala dari kelompok ISIS," kata Staf Letnan Jenderal Abdulamir al-Zaidi, seperti ditulis Al-Arabiya, Senin (26/1).
"Pasukan Irak telah kembali memegang kendali penuh atas seluruh daerah dan kabupaten di provinsi Diyala," kata Zaidi melanjutkan.
Diyala telah menjadi medan pertempuran antara pasukan militer Irak dan kelompok militan ISIS selama beberapa bulan terakhir, terutama di daerah Jalawla dan Saadiyah di sebelah utara provinsi ini. Kelompok militan ISIS juga berulang kali menyerang kota Muqdadiyah, namun tak pernah berhasil menguasai kota ini.
Pertempuran terakhir di daerah berpenghuni di provinsi Diyala dimulai pada Jumat (23/1) lalu di daerah desa dekat Muqdadiyah, sebelah timur dari ibukota Diyala, Baquba.
Zaidi dan kepala dewan distrik, Adnan al-Tamimi menyatakan bahwa pasukan Irak kini menguasai seluruh wilayah tersebut.
Namun, keberhasilan tersebut sarat dengan pertumpahan darah. Zaidi mengatakan bahwa sekitar 58 anggota pasukan pro-pemerintah tewas dan 248 lainnya terluka dalam pertempuran tersebut.
Sementara di pihak ISIS, lebih dari 50 anggota kelompok ini dipastikan meninggal.
Zaidi menambahkan bahwa ada ribuan bom yang ditinggalkan oleh ISIS di sekitar desa di sebelah utara Muqdadiyah. Ini merupakan pekerjaan rumah yang besar yang harus segera diselesaikan militer Irak.
Merebut Diyala bukan berarti pertempuran antara Irak dan ISIS selesai. Zaidi menekankan bahwa pertempuran dengan ISIS akan terus terjadi, diperkirakan di pedesaan sekitar pegunungan Hamreen pedesaan, yang membentang di beberapa provinsi, termasuk Diyala.
Keberhasilan pasukan Irak juga terlihat dengan semakin banyaknya kekuatan militer yang dibawa ke provinsi Salaheddin.
ISIS mempelopori serangan militan yang dimulai di kota Mosul, Irak utara pada bulan Juni lalu dan merebut sejumlah daerah untuk menggantikan pemerintahan Islam Sunni yang majoritas di negara ini.
Namun, untuk melawan ISIS, pasukan Irak federal, tentara Kurdi, milisi Syiah dan suku Sunni semua bergabung dan berjuang melawan kelompok militan ini di berbagai penjuru Irak dan Suriah.
Direbutnya Provinsi Diyala juga memantik pertanyaan seberapa baik pasukan Irak mampu mempertahankan wilayah ini dan berupaya merekonstruksi kawasan yang rusak akibat pertempuran.
Diamankannya Diyala bertepatan dengan pemukulan mundur ISIS dari Kobani, Suriah, oleh pasukan Kurdi.
Meskipun demikian, anggota ISIS diperkirakan masih tersebar di ratusan desa di sekitar Kobani.
"Seluruh kota Kobani memang telah berhasil direbut kembali, namun pertempuran akan terjadi di desa-desa sekitar Kobani," kata Perwer Mohammed Ali, seorang wartawan dari kota yang berada di garis depan dengan pasukan YPG.
Pejabat dari pemerintahan daerah Kobani, Idris Nassan menyatakan bahwa pertempuran selama empat bulan terakhir telah mengakibatkan setengah dari kota Kobani hancur lebur, dan sebagian lainnya mengalami kerusakan parah.(ama)
♕ CNN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.