Lanud Adisucipto menjadi basis pendidikan penerbang TNI AU [Formil]♆
Untuk mengurangi kepadatan penerbangan di Bandara Adisucipto Jogja yang dinilai overload, pemerintah berencana menfungsikan Bandara Gading di Gunungkidul sebagai tempat latihan terbang militer TNI Angkatan Udara (AU).
Pemanfaatan Bandara Gading akan dilakukan jika perbaikan dan pembangunan fasilitas pendukungnya selesai dilakukan. Jika itu terjadi, maka kepadatan latihan latihan terbang militer di Adisucipto bisa terkurangi setidaknya 50%.
“Kami siap menggunakan Bandara Gading jika seluruh sarana dan prasarananya siap,” ujar Komandan Lanud Adisutjipto, Marsekal Pertama (Marsma) TNI Imran Baidirus di Kepatihan Jogja, Senin (8/6/2015).
Dia menjelaskan, dalam satu hari ada lebih 100 kali penerbangan militer dan 80 kali penerbangan sipil yang ada di Bandara Adisitjipto. Dengan kondisi tersebut, katanya, trafik penerbangan di bandara tersebut sangat padat padahal luas bandara sangat sempit.
“Kalau Bandara Gading difungsikan, maka itu bisa mengakomodasi latihan terbang touch and go atau take off dan landing. Selain itu, load factor frekuensi penerbangan militer bisa ditekan di Bandara Adisutjipto,” imbuhnya.
Asekda Perekonomian dan Pembangunan Setda DIY, Didik Purwadi ?mengatakan, Pemerintah DIY masih membahas bersama Kementrian Perhubungan terkait persiapan Bandara Gading di Gunungkidul untuk TNI AU.
Pembangunan Bandara Gading, menurutnya sudah dianggarkan di Kemenhub pada 2014 lalu.
Tapi anggaran tersebut tidak bisa dicairkan karena ditandai bintang oleh Kemenkeu. “Jadi, proggresnya sampai sekarang, masih terkendala persoalan anggaran [perbaikan]. Untuk menyikapi masalah ini, kami sudah membentuk tim kecil untuk berkonsultasi dengan Kementrian Keuangan,” jawab Didik.
Dia menambahkan, sejak 2003 lalu sudah ada kesepakatan antara Gubernur DIY dan Mabes TNI AU untuk memanfaatkan Bandara Gading sebagai tempat latihan terbang personel AAU. Pemindahan latihan terbang ke Bandara Gading, diakuinya, mampu mengurangi volume penerbangan di Bandara Adisutjipto.
“Proses pembangunan Bandara Gading terus dikerjakan sejak 2004 lalu dan sampai kini belum kunjung selesai karena masih butuh anggaran dari APBN,” terang Didik.
Untuk mengurangi kepadatan penerbangan di Bandara Adisucipto Jogja yang dinilai overload, pemerintah berencana menfungsikan Bandara Gading di Gunungkidul sebagai tempat latihan terbang militer TNI Angkatan Udara (AU).
Pemanfaatan Bandara Gading akan dilakukan jika perbaikan dan pembangunan fasilitas pendukungnya selesai dilakukan. Jika itu terjadi, maka kepadatan latihan latihan terbang militer di Adisucipto bisa terkurangi setidaknya 50%.
“Kami siap menggunakan Bandara Gading jika seluruh sarana dan prasarananya siap,” ujar Komandan Lanud Adisutjipto, Marsekal Pertama (Marsma) TNI Imran Baidirus di Kepatihan Jogja, Senin (8/6/2015).
Dia menjelaskan, dalam satu hari ada lebih 100 kali penerbangan militer dan 80 kali penerbangan sipil yang ada di Bandara Adisitjipto. Dengan kondisi tersebut, katanya, trafik penerbangan di bandara tersebut sangat padat padahal luas bandara sangat sempit.
“Kalau Bandara Gading difungsikan, maka itu bisa mengakomodasi latihan terbang touch and go atau take off dan landing. Selain itu, load factor frekuensi penerbangan militer bisa ditekan di Bandara Adisutjipto,” imbuhnya.
Asekda Perekonomian dan Pembangunan Setda DIY, Didik Purwadi ?mengatakan, Pemerintah DIY masih membahas bersama Kementrian Perhubungan terkait persiapan Bandara Gading di Gunungkidul untuk TNI AU.
Pembangunan Bandara Gading, menurutnya sudah dianggarkan di Kemenhub pada 2014 lalu.
Tapi anggaran tersebut tidak bisa dicairkan karena ditandai bintang oleh Kemenkeu. “Jadi, proggresnya sampai sekarang, masih terkendala persoalan anggaran [perbaikan]. Untuk menyikapi masalah ini, kami sudah membentuk tim kecil untuk berkonsultasi dengan Kementrian Keuangan,” jawab Didik.
Dia menambahkan, sejak 2003 lalu sudah ada kesepakatan antara Gubernur DIY dan Mabes TNI AU untuk memanfaatkan Bandara Gading sebagai tempat latihan terbang personel AAU. Pemindahan latihan terbang ke Bandara Gading, diakuinya, mampu mengurangi volume penerbangan di Bandara Adisutjipto.
“Proses pembangunan Bandara Gading terus dikerjakan sejak 2004 lalu dan sampai kini belum kunjung selesai karena masih butuh anggaran dari APBN,” terang Didik.
♆ solopos
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.