Rais Abin, Jenderal Bugar di Usia 83 Tahun
Rais Abin bukanlah berkewargaan negara asing. Dia putera bangsa yang lahir di Koto Gadang, Kabupaten Agam, Bukittinggi, Sumatera Barat, 15 Agustus 1926. Membawahi beberapa negara asing merupakan sebuah kebangaan bangsa ini. Hingga sekarang belum ada yang menandingi jabatan beliau sebagai Panglima Pasukan Perdamaian PBB.
Di samping itu, jabatan diusia mendekati 86 tahun sekarang ini, Rais Abin adalah Ketua Umum Legiun Veteran (LVRI) dan sebentar lagi melaksanakan Kongresnya pada 8-11 Oktober 2012.
Hari ini, Kamis, 26 Juli 2012, saya diajak Rais Abin menemui Pemimpin Umum dan Pendiri Harian Kompas Dr (HC) Jacob Oetama. Saya merasa bangga karena bisa menyaksikan kedua sahabat yang sezaman ini bersenda gurau di lantai VI Harian Kompas. Usia Jakob Oetama, tidak begitu jauh terpaut dengan Rais Abin karena beliau lahir di Borobudur, Magelang, 27 September 1931. Kini usianya mendekati 81 tahun.
Jacob Oetama sangat konsisten dengan tugasnya sebagai wartawan. Saat ini merupakan Presiden Direktur Kelompok Kompas-Gramedia. Seorang rekan pernah membisiki saya, apakah benar atau tidak informasi itu bahwa pada masa Pemerintahan Presiden Soeharto, beliau pernah ditawari jabatan Menteri Penerangan RI oleh Harmoko, tetapi Jacob Oetama menolak. Andai saja diterima, entah apa jadinya. Karena Harmoko menurut penuturan Almarhum Soedomo kepada saya, Harmoko adalah satu di antara tiga orang yang sangat dibenci Soeharto setelah lengser. Pada waktu pembicaraan ini Jacob Oetama ditemani Redaktur Senior Kompas August Parengkuan yang sebentar lagi dipercaya menjadi Duta Besar RI untuk Italia.
Pulang dari Harian Kompas saya diajak semobil dengan Rais Abin. Di perjalanan beliau banyak cerita tentang Veteran. “Bung,” ujarnya, “hari Selasa sore kemarin (24 Juli 2012) saya bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Presiden. Ya, sekalian melaporkan akan mengadakan Kongres bulan Oktober,” jelasnya lagi.
Pertemuan para Veteran memang berlangsung sore itu di Kantor Presiden, Jakarta, Rais Abin sebagai ketua rombongan mengajukan beberapa usul dan harapan agar Presiden SBY mendengar jeritah hati para Veteran selama ini.
Masalah kesejahteraan Veteran Perang menjadi topik hangat yang dibahas saat pertemuan Legiun Veteran RI dengan Presiden SBY. Mereka berharap pemerintah meningkatkan dana kehormatan yang saat ini hanya Rp250 ribu per bulan. "Apa salahnya uang yang Rp250 ribu itu ditingkatkan. Tetapi SBY menyanggupi mencari jalan keluar Bung,” ujarnya kepada saya.
"Jumlahnya ada sekitar 320.583 Veteran Pejuang dan 28.256 Veteran Pembela, usianya sudah 80-an tahun. Mereka anggota dari laskar perjuangan 1945 yang sudah keluar dari ketentaraan pada 1949. Tapi mereka tetap pejuang," ujar Rais Abin berapi-api kepada saya mengulang pembicaraannya dengan Presiden RI.
Sesampainya di Markas Besar Legiun Veteran RI, saya diberi laporan pembicaraan beliau dengan Presiden RI. Saya tertarik dengan harapan LVRI ke depan:
“Izinkan kami mensitir rintihan Veteran tua yang disampaikan seorang Pujangga Belanda yang mendalami Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Bangsa-Bangsa:
Kami bukan pembangun candi
Kami hanya pengangkut batu
Dari angkatan yang segera punah
Dengan harapan di atas pusara kami akan lahir generasi yang lebih sempurna.
Inilah landasan kami untuk menyampaikan kearifan/harapan kepada Bapak Presiden. Kami Veteran Tua menginginkan, maaf, Anda SBY, sebagai personifikasi generasi yang lebih sempurna. Benar atau tidak, dengan segala kekurangan kami merasa ikut mengasuh Anda sejak memasuki dunia keperwiraan dan hanya berharap agar perjuangan Anda berakhir dengan kejayaan.”
Inilah pengalaman saya hari ini berdekatan dengan salah seorang pejuang kemerdekaan 1945. Tetap ceria di usia senja (86 tahun) Rais Abin. Apakah generasi selanjutnya mampu memikul tanggung jawab para Veteran RI di Kongres LVRI ke depan, atau Rais Abin terpilih kembali karena mereka belum siap? Kita lihat saja. Tetapi yang jelas seorang pejuang ‘there is no journey’s end’. [*]
Letnan Jenderal (Purn) Rais Abin, mantan Duta Besar RI untuk Singapura
yang juga mantan Panglima UNIFIL 1, Jakarta, 31 Agustus 2006. [TEMPO]
Jakarta - Letjen TNI (Purn) Rais Abin mempunyai segudang kesibukan dengan posisinya sebagai Ketua Umum Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI).
Meski demikian, Rais Abin tidak pernah mengeluh keletihan meski telah berusia 83 tahun.
Mantan Duta Besar RI untuk Malaysia dan Singapura itu mengaku punya beberapa "resep" kesehatan sehingga mampu tetap bugar meski di usia senja.
Pertama, Rais Abin tidak mau terlalu memusingkan masalah yang dihadapinya tapi harus diselesaikan dengan cepat dan tuntas.
Prinsip tersebut ia terapkan dengan tidak mau menerima jabatan atau pekerjaan yang diperkirakan tidak sanggup dijalankan.
"Untuk apa pusing, kalau bisa menimbulkan masalah, tolak saja," kata pria yang pernah menjabat Sekjen KTT Non Blok pada periode 1991-1992 itu.
Kemudian, mantan Panglima Pasukan Perdamaian PBB di Timur Tengah itu juga rutin berolahraga tiga kali dalam seminggu.
"Saya selalu senam aerobik atau mengayuh sepeda statis selama 1,5 jam tiga kali seminggu," kata suami dari Dewi Asiyah Hidayat (76) itu.
Ia juga menyebutkan makan secara teratur dan secukupnya telah membuatnya mampu tetap bugar meski sudah mempunyai tiga anak, tujuh cucu dan satu cicit.
Ia mengaku, banyak teman-teman seangkatannya yang telah meninggal dunia atau berbaring tidak berdaya akibat penyakit seperti stroke dan lainnya.
Namun purnawirawan TNI yang pernah meraih Bintang Mahaputera Adipradana, Bintang Mahaputera Utama dan Medali Perdamaian PBB itu tetap bugar dan mampu bergelut dalam berbagai aktivitas, dari pagi hingga malam hari.
"Yang terpenting, tetaplah melatih otak dan syukuri apa pun yang diberikan Tuhan," kata pria yang lahir di Kotagedang, Sumatera Barat pada 15 Agustus 1926 itu.(*)
Rais Abin dan Jacob Oetama, Dua Sahabat Akrab
Oleh Dasman Djamaluddin
Letnan Jenderal (Purn) Rais Abin. Siapa yang tak kenal beliau. Berbicara perdamaian Timur Tengah antara Mesir dan Israel dengan disepakatinya Perjanjian Camp David, tahun 1979 tak seorang pun menyangka bahwa perdamaian itu bisa terselenggara berkat laporan Rais Abin kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (Sekjen PBB) yang dijabat Kurt Waldheim.
Meski demikian, Rais Abin tidak pernah mengeluh keletihan meski telah berusia 83 tahun.
Mantan Duta Besar RI untuk Malaysia dan Singapura itu mengaku punya beberapa "resep" kesehatan sehingga mampu tetap bugar meski di usia senja.
Pertama, Rais Abin tidak mau terlalu memusingkan masalah yang dihadapinya tapi harus diselesaikan dengan cepat dan tuntas.
Prinsip tersebut ia terapkan dengan tidak mau menerima jabatan atau pekerjaan yang diperkirakan tidak sanggup dijalankan.
"Untuk apa pusing, kalau bisa menimbulkan masalah, tolak saja," kata pria yang pernah menjabat Sekjen KTT Non Blok pada periode 1991-1992 itu.
Kemudian, mantan Panglima Pasukan Perdamaian PBB di Timur Tengah itu juga rutin berolahraga tiga kali dalam seminggu.
"Saya selalu senam aerobik atau mengayuh sepeda statis selama 1,5 jam tiga kali seminggu," kata suami dari Dewi Asiyah Hidayat (76) itu.
Ia juga menyebutkan makan secara teratur dan secukupnya telah membuatnya mampu tetap bugar meski sudah mempunyai tiga anak, tujuh cucu dan satu cicit.
Ia mengaku, banyak teman-teman seangkatannya yang telah meninggal dunia atau berbaring tidak berdaya akibat penyakit seperti stroke dan lainnya.
Namun purnawirawan TNI yang pernah meraih Bintang Mahaputera Adipradana, Bintang Mahaputera Utama dan Medali Perdamaian PBB itu tetap bugar dan mampu bergelut dalam berbagai aktivitas, dari pagi hingga malam hari.
"Yang terpenting, tetaplah melatih otak dan syukuri apa pun yang diberikan Tuhan," kata pria yang lahir di Kotagedang, Sumatera Barat pada 15 Agustus 1926 itu.(*)
Rais Abin dan Jacob Oetama, Dua Sahabat Akrab
Oleh Dasman Djamaluddin
Letnan Jenderal (Purn) Rais Abin. Siapa yang tak kenal beliau. Berbicara perdamaian Timur Tengah antara Mesir dan Israel dengan disepakatinya Perjanjian Camp David, tahun 1979 tak seorang pun menyangka bahwa perdamaian itu bisa terselenggara berkat laporan Rais Abin kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (Sekjen PBB) yang dijabat Kurt Waldheim.
Rais Abin bukanlah berkewargaan negara asing. Dia putera bangsa yang lahir di Koto Gadang, Kabupaten Agam, Bukittinggi, Sumatera Barat, 15 Agustus 1926. Membawahi beberapa negara asing merupakan sebuah kebangaan bangsa ini. Hingga sekarang belum ada yang menandingi jabatan beliau sebagai Panglima Pasukan Perdamaian PBB.
Di samping itu, jabatan diusia mendekati 86 tahun sekarang ini, Rais Abin adalah Ketua Umum Legiun Veteran (LVRI) dan sebentar lagi melaksanakan Kongresnya pada 8-11 Oktober 2012.
Hari ini, Kamis, 26 Juli 2012, saya diajak Rais Abin menemui Pemimpin Umum dan Pendiri Harian Kompas Dr (HC) Jacob Oetama. Saya merasa bangga karena bisa menyaksikan kedua sahabat yang sezaman ini bersenda gurau di lantai VI Harian Kompas. Usia Jakob Oetama, tidak begitu jauh terpaut dengan Rais Abin karena beliau lahir di Borobudur, Magelang, 27 September 1931. Kini usianya mendekati 81 tahun.
Jacob Oetama sangat konsisten dengan tugasnya sebagai wartawan. Saat ini merupakan Presiden Direktur Kelompok Kompas-Gramedia. Seorang rekan pernah membisiki saya, apakah benar atau tidak informasi itu bahwa pada masa Pemerintahan Presiden Soeharto, beliau pernah ditawari jabatan Menteri Penerangan RI oleh Harmoko, tetapi Jacob Oetama menolak. Andai saja diterima, entah apa jadinya. Karena Harmoko menurut penuturan Almarhum Soedomo kepada saya, Harmoko adalah satu di antara tiga orang yang sangat dibenci Soeharto setelah lengser. Pada waktu pembicaraan ini Jacob Oetama ditemani Redaktur Senior Kompas August Parengkuan yang sebentar lagi dipercaya menjadi Duta Besar RI untuk Italia.
Pulang dari Harian Kompas saya diajak semobil dengan Rais Abin. Di perjalanan beliau banyak cerita tentang Veteran. “Bung,” ujarnya, “hari Selasa sore kemarin (24 Juli 2012) saya bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Presiden. Ya, sekalian melaporkan akan mengadakan Kongres bulan Oktober,” jelasnya lagi.
Pertemuan para Veteran memang berlangsung sore itu di Kantor Presiden, Jakarta, Rais Abin sebagai ketua rombongan mengajukan beberapa usul dan harapan agar Presiden SBY mendengar jeritah hati para Veteran selama ini.
Masalah kesejahteraan Veteran Perang menjadi topik hangat yang dibahas saat pertemuan Legiun Veteran RI dengan Presiden SBY. Mereka berharap pemerintah meningkatkan dana kehormatan yang saat ini hanya Rp250 ribu per bulan. "Apa salahnya uang yang Rp250 ribu itu ditingkatkan. Tetapi SBY menyanggupi mencari jalan keluar Bung,” ujarnya kepada saya.
"Jumlahnya ada sekitar 320.583 Veteran Pejuang dan 28.256 Veteran Pembela, usianya sudah 80-an tahun. Mereka anggota dari laskar perjuangan 1945 yang sudah keluar dari ketentaraan pada 1949. Tapi mereka tetap pejuang," ujar Rais Abin berapi-api kepada saya mengulang pembicaraannya dengan Presiden RI.
Sesampainya di Markas Besar Legiun Veteran RI, saya diberi laporan pembicaraan beliau dengan Presiden RI. Saya tertarik dengan harapan LVRI ke depan:
“Izinkan kami mensitir rintihan Veteran tua yang disampaikan seorang Pujangga Belanda yang mendalami Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Bangsa-Bangsa:
Kami bukan pembangun candi
Kami hanya pengangkut batu
Dari angkatan yang segera punah
Dengan harapan di atas pusara kami akan lahir generasi yang lebih sempurna.
Inilah landasan kami untuk menyampaikan kearifan/harapan kepada Bapak Presiden. Kami Veteran Tua menginginkan, maaf, Anda SBY, sebagai personifikasi generasi yang lebih sempurna. Benar atau tidak, dengan segala kekurangan kami merasa ikut mengasuh Anda sejak memasuki dunia keperwiraan dan hanya berharap agar perjuangan Anda berakhir dengan kejayaan.”
Inilah pengalaman saya hari ini berdekatan dengan salah seorang pejuang kemerdekaan 1945. Tetap ceria di usia senja (86 tahun) Rais Abin. Apakah generasi selanjutnya mampu memikul tanggung jawab para Veteran RI di Kongres LVRI ke depan, atau Rais Abin terpilih kembali karena mereka belum siap? Kita lihat saja. Tetapi yang jelas seorang pejuang ‘there is no journey’s end’. [*]
● Antara | Koran Cyber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.