Dua foto lawas ini sama-sama diambil pada 1948. Yang atas merupakan koleksi IPPHOS (hasil jepretan Frans Mendoer) dan yang bawah merupakan koleksi Flip Peeters (mantan serdadu Belanda yang pernah bertugas di Indonesia). Kedua foto ini menarik buat saya karena melukiskan bagaimana dua generasi yang hidup pada zaman yang sama namun harus berhadapan di medan perang.
Foto bawah memperlihatkan para prajurit muda KL yang akan dikirim ke palagan Indonesia. Sekitar 150.000 anak-anak muda Belanda dikirimkan oleh pemerintahnya ke tanah Hindia. Doktrin yang mereka terima: bertujuan untuk "mengamankan" rakyat Hindia dari teror para "begal", "bajingan" dan "para perampok" pimpinan Sukarno. Menurut organisasi veteran tentara Belanda (VOMI), sekitar 8000 (ada yang bilang 15.000) dari mereka, tak pernah kembali pulang ke tanah airnya. Kalau tidak gugur, mereka hilang di hutan-hutan tropis dan jadi sasaran ranjau-ranjau tentara Republik.
Foto atas: memperlihatkan serombongan prajurit TNI dari Divisi Siliwangi yang baru saja sampai di Stasiun Tugu Yogyakarta dan disambut oleh gadis-gadis Yogya. Salah satu hasil kesepakatan Perjanian Renville adalah seluruh kekuatan republik termasuk Divisi Siliwangi harus meninggalkan Jawa Barat. Hingga 22 Pebruari 1948, telah selesai dihijrahkan kurang lebih 29.000 prajurit Siliwangi dan keluarganya meninggalkan kantong-kantong gerilya di Jawa Barat. Route perjalanan hijrah terbagi dua jalur yaitu melalui jalan darat dengan menggunakan kereta api dan melalui laut dengan kapal laut.
Mereka yang nampak ceria di kedua foto ini tentunya tak semua bisa kembali ke kampung halamannya masing-masing, Sebagian bisa jadi gugur saat harus saling berhadapan di medan laga. Nasib serdadu di mana-mana memang sama saja.(hendijo).— bersama Ariv Punjadi.
[Artikel diposkan Samuel Tirta]
Foto bawah memperlihatkan para prajurit muda KL yang akan dikirim ke palagan Indonesia. Sekitar 150.000 anak-anak muda Belanda dikirimkan oleh pemerintahnya ke tanah Hindia. Doktrin yang mereka terima: bertujuan untuk "mengamankan" rakyat Hindia dari teror para "begal", "bajingan" dan "para perampok" pimpinan Sukarno. Menurut organisasi veteran tentara Belanda (VOMI), sekitar 8000 (ada yang bilang 15.000) dari mereka, tak pernah kembali pulang ke tanah airnya. Kalau tidak gugur, mereka hilang di hutan-hutan tropis dan jadi sasaran ranjau-ranjau tentara Republik.
Foto atas: memperlihatkan serombongan prajurit TNI dari Divisi Siliwangi yang baru saja sampai di Stasiun Tugu Yogyakarta dan disambut oleh gadis-gadis Yogya. Salah satu hasil kesepakatan Perjanian Renville adalah seluruh kekuatan republik termasuk Divisi Siliwangi harus meninggalkan Jawa Barat. Hingga 22 Pebruari 1948, telah selesai dihijrahkan kurang lebih 29.000 prajurit Siliwangi dan keluarganya meninggalkan kantong-kantong gerilya di Jawa Barat. Route perjalanan hijrah terbagi dua jalur yaitu melalui jalan darat dengan menggunakan kereta api dan melalui laut dengan kapal laut.
Mereka yang nampak ceria di kedua foto ini tentunya tak semua bisa kembali ke kampung halamannya masing-masing, Sebagian bisa jadi gugur saat harus saling berhadapan di medan laga. Nasib serdadu di mana-mana memang sama saja.(hendijo).— bersama Ariv Punjadi.
[Artikel diposkan Samuel Tirta]
♞ Garuda Militer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.