Ukraina Siap Perang Total dengan Rusia Presiden Ukraina, Petro Poroshenko, menyatakan negaranya siap perang total dengan Rusia. | (Reuters / Radovan Stoklasa)
Presiden Ukraina, Petro Poroshenko, mengatakan bahwa negaranya siap perang total dengan Rusia.
Dia mengaku tidak takut dengan pasukan Rusia. Menurutnya, krisis di Eropa Timur saat ini jauh lebih serius dari ancaman kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Poroshenko yang dijuluki “Raja Cokelat” itu mengklaim pasukan Kiev kini lebih siap untuk berjuang untuk mempertahankan wilayahnya daripada ketika konflik dimulai. ”Saya tidak takut perang dengan tentara Rusia,” katanya.
”Kami siap untuk skenario perang total,” katanya lagi. ”Kami sebenarnya tidak ingin perang, kami hanya menginginkan perdamaian dan kami berjuang untuk nilai-nilai Eropa,” lanjut dia seperti dikutip Daily Mail, semalam (17/11/2014).
Presiden Poroshenko, menegaskan, bahwa wilayah negaranya telah di-”agresi” oleh pasukan Rusia. ”Ada ribuan tentara Rusia, ratusan tank dan artileri berat di negara saya,” ucap dia.
”Ini adalah salah satu tentara terbesar di dunia, yang mengancam tidak hanya kami, tetapi juga seluruh Eropa,” imbuh dia.
Sampai saat ini, pemerintah Rusia belum menanggapi pernyataan keras Presiden Ukraina itu. Namun, pihak Moskow berkali-kali menepis tuduhan, bahwa pasukan mereka melakukan agresi terhadap Ukraina. Presiden Vladimir Putin sendiri menegaskan, bahwa pasukan Rusia hanya berjaga di perbatasan Rusia.(mas)AS Hendak Pasok Senjata Mematikan ke Ukraina, Rusia Meradang Batalion sukarelawan Ukraina siaga dengan senjatanya. AS berniat memasok senjata mematikan ke Ukraina yang bikin Rusia meradang. | (Reuters)
Rencana Amerika Serikat (AS) yang ingin memasok bantuan senjata mematikan ke Ukraina membuat Rusia meradang.
Pihak Moskow telah memperingatkan Washington, bahwa rencana seperti itu akan melanggar semua perjanjian internasional. Sinyal AS untuk memasok senjata mematikan kepada Ukraina semakin menguat seiring dengan kunjungan Wakil Presiden AS, Joe Biden ke Ukraina.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Aleksandr Lukashevich, mengatakan bahwa laporan rencana AS memasok senjata mematikan kepada Ukraina akan dilihat Rusia sebagai “sinyal masalah yang sangat serius.”
”Kami mendengar berulang konfirmasi dari pemerintah (AS), bahwa mereka hanya memasok bantuan non-mematikan ke Ukraina. Jika ada perubahan kebijakan ini, maka kita berbicara tentang faktor destabilisasi yang sangat serius, yang dapat mempengaruhi keseimbangan kekuasaan di wilayah itu,” kata Lukashevich, seperti dikutip Russia Today, Jumat (21/11/2014).
Rencana AS untuk memasok senjata mematikan kepada Ukraina terungkap dari pernyataan Wakil Penasihat Keamanan Nasional AS, Tony Blinken, pada hari Rabu lalu di sidang Komite Senat Luar Negeri.
Saat itu, dia mengatakan bahwa Biden dapat menawarkan pasokan senjata mematikan saat ia mengunjungi Ukraina. ”Bantuan mematikan tetap di atas ‘meja’. Ini adalah sesuatu yang sedang di lihat,” kata Blinken.
Menurut Lukasevich, rencana AS yang membuat Rusia meradang itu juga terendus dari gerak-gerik para batalion sukarelawan Ukraina yang menggalang dukungan AS.
”Kami memantau tidak hanya dari laporan itu, tetapi juga dari perjalanan perwakilan batalion sukarelawan Ukraina ke Washington, yang mencoba untuk mengumpulkan dukungan dari Pemerintah AS,” ujarnya.(mas)Tak Berani Pasok Senjata ke Ukraina, AS Memalukan Senator AS, John McCain, menyatakan AS memalukan jika tak berani memasok senjata ke Ukraina. | (Reuters)
McCain, politikus Partai Republik asal Arizona itu menganggap langkah AS untuk melanjutkan mengirim bantuan non-mematikan kepada Ukraina sebagai “lanjutan dari tindakan konyol.”
”Mereka (pasukan Ukraina) berjuang melawan orang-orang dengan senjata mematikan. Mereka perlu senjata mematikan untuk melawan. Ini memalukan dan memalukan bahwa kami tidak akan memberi mereka senjata mematikan,” ujar McCain kepada Reuters, yang dilansir Jumat (21/11/2014).
Wacana AS untuk memasok senjata mematikan sempat disampaikan Wakil Penasihat Keamanan Nasional AS, Tony Blinken, pada hari Rabu lalu di sidang Komite Senat Luar Negeri. Saat itu, dia mengatakan bahwa Wakil Presiden AS, Joe Biden dapat menawarkan pasokan senjata mematikan saat ia mengunjungi Ukraina. ”Bantuan mematikan tetap di atas ‘meja’. Ini adalah sesuatu yang sedang di lihat,” kata Blinken.
Namun, wacana itu membuat Rusia meradang. Pihak Moskow telah memperingatkan Washington, bahwa rencana seperti itu akan melanggar semua perjanjian internasional.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Aleksandr Lukashevich, mengatakan bahwa laporan rencana AS memasok senjata mematikan kepada Ukraina akan dilihat Rusia sebagai “sinyal masalah yang sangat serius.”
”Kami mendengar berulang konfirmasi dari pemerintah (AS), bahwa mereka hanya memasok bantuan non-mematikan ke Ukraina. Jika ada perubahan kebijakan ini, maka kita berbicara tentang faktor destabilisasi yang sangat serius, yang dapat mempengaruhi keseimbangan kekuasaan di wilayah itu (Ukraina),” kata Lukashevich.(mas)Hadapi Pro-Rusia, AS Pasok Radar Anti-Mortir ke Ukraina Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) atau Pentagon memasok radar anti-mortir kepada Ukraina. Alat itu diberikan AS untuk menghadapi separatis pro-Rusia di Ukraina timur.
Radar itu merupakan salah satu bantuan non-mematikan dari AS. Sebelumnya, Rusia telah memperingatkan AS untuk tidak memasok senjata mematikan, karena akan mendapat respons serius dari Moskow.
Ada sekitar 20 radar anti-mortir yang akan dipasok AS untuk Ukraina. Bantuan itu akan tiba dalam beberapa minggu ke depan. Selain memasok radar, Pentagon juga akan melatih pasukan bersenjata Ukraina pada pertengahan Desember 2014.
”Sistem radar pemantau mortir akan tiba, dan bisa dengan cepat mendeteksi mortir yang ditembakkan oleh musuh. Hal itu memungkinkan pasukan bisa bereaksi dengan tepat,” kata juru bicara Pentagon, Steve Warren dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Reuters, Sabtu (22/11/2014).
Meski tidak memasok senjata mematikan kepada Ukraina, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Jeff Rathke, menyatakan, bahwa bantuan militer mematikan ke Ukraina, tetap bisa menjadi opsi.
Sebelumnya juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Alexander Lukashevych mengatakan, bahwa jika AS memutuskan untuk menawarkan senjata mematikan kepada Ukraina, itu akan menjadi pelanggaran langsung terhadap Perjanjian Jenewa.(mas)CIA Didesak Kirim Senjata Berat ke Ukraina Stephen Hadley kritik kebijakan AS, sebut harus lebih berani kirim senjata ke Ukraina (zimbio)
Mantan Penasihat Keamanan Kepresidenan Amerika Serikat (AS) pada era George W. Bush, Stephen Hadley, memberikan kritik tajam terhadap kebijakan luar negeri AS saat ini. Menurutnya, AS saat ini terlalu banyak bicara dan sedikit bertindak.
Melansir Sputinik, Sabtu (22/11/2014), Hadley mengkritik kebijakan Pemerintah AS terhadap Ukraina yang menurutnya terlalu lembek. Menurutnya, AS melalui CIA harus lebih berani untuk mengirimkan senjata ke Ukraina, dibandingkan hanya terus berwacana seperti saat ini.
“Jika saya masih di pekerjaan lama saya, maka saya akan mengirimkan bantuan senjata ke Ukraina. Itulah mengapa kita memiliki CIA, kita dapat melakukan ini secara diam-diam. Itulah fungsi dibentuknya CIA,” ucap Hadley.
Menurut Hadley, pemerintah sekarang sepertinya ingin melakukan secara terang-terangan. Mungkin dengan maksud untuk memberikan pesan kepada Presiden Rusia, Vladimir Putin mengenai isu di Ukraina, ketimbang melakukannya secara rahasia.
AS sendiri memang dikabarkan beberapa kali menyatakan ingin mengirimkan bantuan senjata, baik senjata ringan ataupun senjata berat ke Ukraina. Hal ini sempat membuat Rusia geram, karena menurut mereka AS terlalu ikut campur dalam konflik di Ukraina.(esn)AS Kembali Ancam Jatuhkan Sanski untuk Rusia Ilustrasi (Istimewa)
Amerika Serikat (AS), kembali mengancam akan menjatuhkan sanksi lanjutan kepada Rusia. Menurut Departemen Luar Negeri AS, sanksi tersebut akan jatuh jika Rusia gagal untuk berkontribusi lebih dalam menstabilkan kondisi di Ukraina.
Melansir Itar-tas, Sabtu (22/11/2014), juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Jeff Rathke mengatakan, pihaknya dan beberapa mitra internasional AS sudah melakukan pertemuan untuk membahas sanksi lanjutan untuk Rusia, dan akan siap jatuh jika waktunya tiba.
"Kami memiliki pemahaman yang luas dan sudut pandang yang sama dengan mitra Eropa kami sehubungan dengan langkah-langkah yang perlu diambil Rusia untuk membantu menyelesaikan konflik di Ukraina," ucap Rathke dalam sebuah pernyataan.
“AS dan mitra-mitra Eropanya terus berkomunikasi terkait hal ini, dan akan kembali bertemu untuk kembali membahas hal ini,” tambahnya. Dirinya menegaskan, resolusi militer tidak akan bisa menyelesaikan konflik di Ukraina, upaya damai melalui dialog adalah langkah satu-satunya.
AS sendiri telah tiga kali menjatuhkan sanksi kepada Rusia, terkait krisis di Ukraina. Hal ini sendiri telah membuat hubungan kedua negara terus menegang, dan ditakutkan bila tidak segera dihentikan maka perang dingin baru mungkin akan terjadi.(esn)Ukraina Berharap AS Segera Kirim Senjata Ukraina harap AS segera kirim senjata kepada mereka (firspost)
Para pejabat di Kementerian Dalam Negeri Ukraina berharap Amerika Serikat (AS) segera mengirimkan senjata kepada mereka. Harapan terbesar disematkan kepada partai Republik, yang menguasai parlemen AS agar segera menyetujui pengiriman senjata tersebut.
Melansir Itar-tas, Minggu (23/11/2014), penasihat Menteri Dalam Negeri Ukraina Zoran Shkiryak mengetahui benar bahwa tanpa adanya dukungan dari partai Republik, maka pengiriman senjata itu mungkin tidak akan pernah bisa terealisasi.
“Saya berharap lobi yang dilakukan oleh para anggota parlemen yang pro terhadap Ukraina dengan anggota parlemen dari partai Republik dapat segera selesai. Sehingga proses administrasi pengiriman senjata kepada kami dapat segera dilakukan,” ucap Shkiryak.
Dirinya menyatakan, bahwa lobi-lobi tersebut sudah menunjukan hal positif bagi Ukraina, di tengah ketidakpercayaan partai Republik terhadap kebijakan yang diambil oleh Presiden AS, Barack Obama. "Saya menyatakan, hari ini ada sinyal yang sangat baik yang datang dari partai Republik,” ucapnya.
Menurutnya, pengiriman senjata ini sangatlah penting bagi Ukraina, senjata-senjata itu dapat membantu pasukan Ukraina untuk mengalahkan separatis. Dia juga mengatakan, jika sejak dulu AS sudah mengirimkan senjata ke Ukraina, maka kondisi di Ukraina mungkin akan berbeda dalam artian positif dibandingkan dengan saat ini.(esn)
Presiden Ukraina, Petro Poroshenko, mengatakan bahwa negaranya siap perang total dengan Rusia.
Dia mengaku tidak takut dengan pasukan Rusia. Menurutnya, krisis di Eropa Timur saat ini jauh lebih serius dari ancaman kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Poroshenko yang dijuluki “Raja Cokelat” itu mengklaim pasukan Kiev kini lebih siap untuk berjuang untuk mempertahankan wilayahnya daripada ketika konflik dimulai. ”Saya tidak takut perang dengan tentara Rusia,” katanya.
”Kami siap untuk skenario perang total,” katanya lagi. ”Kami sebenarnya tidak ingin perang, kami hanya menginginkan perdamaian dan kami berjuang untuk nilai-nilai Eropa,” lanjut dia seperti dikutip Daily Mail, semalam (17/11/2014).
Presiden Poroshenko, menegaskan, bahwa wilayah negaranya telah di-”agresi” oleh pasukan Rusia. ”Ada ribuan tentara Rusia, ratusan tank dan artileri berat di negara saya,” ucap dia.
”Ini adalah salah satu tentara terbesar di dunia, yang mengancam tidak hanya kami, tetapi juga seluruh Eropa,” imbuh dia.
Sampai saat ini, pemerintah Rusia belum menanggapi pernyataan keras Presiden Ukraina itu. Namun, pihak Moskow berkali-kali menepis tuduhan, bahwa pasukan mereka melakukan agresi terhadap Ukraina. Presiden Vladimir Putin sendiri menegaskan, bahwa pasukan Rusia hanya berjaga di perbatasan Rusia.(mas)AS Hendak Pasok Senjata Mematikan ke Ukraina, Rusia Meradang Batalion sukarelawan Ukraina siaga dengan senjatanya. AS berniat memasok senjata mematikan ke Ukraina yang bikin Rusia meradang. | (Reuters)
Rencana Amerika Serikat (AS) yang ingin memasok bantuan senjata mematikan ke Ukraina membuat Rusia meradang.
Pihak Moskow telah memperingatkan Washington, bahwa rencana seperti itu akan melanggar semua perjanjian internasional. Sinyal AS untuk memasok senjata mematikan kepada Ukraina semakin menguat seiring dengan kunjungan Wakil Presiden AS, Joe Biden ke Ukraina.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Aleksandr Lukashevich, mengatakan bahwa laporan rencana AS memasok senjata mematikan kepada Ukraina akan dilihat Rusia sebagai “sinyal masalah yang sangat serius.”
”Kami mendengar berulang konfirmasi dari pemerintah (AS), bahwa mereka hanya memasok bantuan non-mematikan ke Ukraina. Jika ada perubahan kebijakan ini, maka kita berbicara tentang faktor destabilisasi yang sangat serius, yang dapat mempengaruhi keseimbangan kekuasaan di wilayah itu,” kata Lukashevich, seperti dikutip Russia Today, Jumat (21/11/2014).
Rencana AS untuk memasok senjata mematikan kepada Ukraina terungkap dari pernyataan Wakil Penasihat Keamanan Nasional AS, Tony Blinken, pada hari Rabu lalu di sidang Komite Senat Luar Negeri.
Saat itu, dia mengatakan bahwa Biden dapat menawarkan pasokan senjata mematikan saat ia mengunjungi Ukraina. ”Bantuan mematikan tetap di atas ‘meja’. Ini adalah sesuatu yang sedang di lihat,” kata Blinken.
Menurut Lukasevich, rencana AS yang membuat Rusia meradang itu juga terendus dari gerak-gerik para batalion sukarelawan Ukraina yang menggalang dukungan AS.
”Kami memantau tidak hanya dari laporan itu, tetapi juga dari perjalanan perwakilan batalion sukarelawan Ukraina ke Washington, yang mencoba untuk mengumpulkan dukungan dari Pemerintah AS,” ujarnya.(mas)Tak Berani Pasok Senjata ke Ukraina, AS Memalukan Senator AS, John McCain, menyatakan AS memalukan jika tak berani memasok senjata ke Ukraina. | (Reuters)
McCain, politikus Partai Republik asal Arizona itu menganggap langkah AS untuk melanjutkan mengirim bantuan non-mematikan kepada Ukraina sebagai “lanjutan dari tindakan konyol.”
”Mereka (pasukan Ukraina) berjuang melawan orang-orang dengan senjata mematikan. Mereka perlu senjata mematikan untuk melawan. Ini memalukan dan memalukan bahwa kami tidak akan memberi mereka senjata mematikan,” ujar McCain kepada Reuters, yang dilansir Jumat (21/11/2014).
Wacana AS untuk memasok senjata mematikan sempat disampaikan Wakil Penasihat Keamanan Nasional AS, Tony Blinken, pada hari Rabu lalu di sidang Komite Senat Luar Negeri. Saat itu, dia mengatakan bahwa Wakil Presiden AS, Joe Biden dapat menawarkan pasokan senjata mematikan saat ia mengunjungi Ukraina. ”Bantuan mematikan tetap di atas ‘meja’. Ini adalah sesuatu yang sedang di lihat,” kata Blinken.
Namun, wacana itu membuat Rusia meradang. Pihak Moskow telah memperingatkan Washington, bahwa rencana seperti itu akan melanggar semua perjanjian internasional.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Aleksandr Lukashevich, mengatakan bahwa laporan rencana AS memasok senjata mematikan kepada Ukraina akan dilihat Rusia sebagai “sinyal masalah yang sangat serius.”
”Kami mendengar berulang konfirmasi dari pemerintah (AS), bahwa mereka hanya memasok bantuan non-mematikan ke Ukraina. Jika ada perubahan kebijakan ini, maka kita berbicara tentang faktor destabilisasi yang sangat serius, yang dapat mempengaruhi keseimbangan kekuasaan di wilayah itu (Ukraina),” kata Lukashevich.(mas)Hadapi Pro-Rusia, AS Pasok Radar Anti-Mortir ke Ukraina Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) atau Pentagon memasok radar anti-mortir kepada Ukraina. Alat itu diberikan AS untuk menghadapi separatis pro-Rusia di Ukraina timur.
Radar itu merupakan salah satu bantuan non-mematikan dari AS. Sebelumnya, Rusia telah memperingatkan AS untuk tidak memasok senjata mematikan, karena akan mendapat respons serius dari Moskow.
Ada sekitar 20 radar anti-mortir yang akan dipasok AS untuk Ukraina. Bantuan itu akan tiba dalam beberapa minggu ke depan. Selain memasok radar, Pentagon juga akan melatih pasukan bersenjata Ukraina pada pertengahan Desember 2014.
”Sistem radar pemantau mortir akan tiba, dan bisa dengan cepat mendeteksi mortir yang ditembakkan oleh musuh. Hal itu memungkinkan pasukan bisa bereaksi dengan tepat,” kata juru bicara Pentagon, Steve Warren dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Reuters, Sabtu (22/11/2014).
Meski tidak memasok senjata mematikan kepada Ukraina, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Jeff Rathke, menyatakan, bahwa bantuan militer mematikan ke Ukraina, tetap bisa menjadi opsi.
Sebelumnya juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Alexander Lukashevych mengatakan, bahwa jika AS memutuskan untuk menawarkan senjata mematikan kepada Ukraina, itu akan menjadi pelanggaran langsung terhadap Perjanjian Jenewa.(mas)CIA Didesak Kirim Senjata Berat ke Ukraina Stephen Hadley kritik kebijakan AS, sebut harus lebih berani kirim senjata ke Ukraina (zimbio)
Mantan Penasihat Keamanan Kepresidenan Amerika Serikat (AS) pada era George W. Bush, Stephen Hadley, memberikan kritik tajam terhadap kebijakan luar negeri AS saat ini. Menurutnya, AS saat ini terlalu banyak bicara dan sedikit bertindak.
Melansir Sputinik, Sabtu (22/11/2014), Hadley mengkritik kebijakan Pemerintah AS terhadap Ukraina yang menurutnya terlalu lembek. Menurutnya, AS melalui CIA harus lebih berani untuk mengirimkan senjata ke Ukraina, dibandingkan hanya terus berwacana seperti saat ini.
“Jika saya masih di pekerjaan lama saya, maka saya akan mengirimkan bantuan senjata ke Ukraina. Itulah mengapa kita memiliki CIA, kita dapat melakukan ini secara diam-diam. Itulah fungsi dibentuknya CIA,” ucap Hadley.
Menurut Hadley, pemerintah sekarang sepertinya ingin melakukan secara terang-terangan. Mungkin dengan maksud untuk memberikan pesan kepada Presiden Rusia, Vladimir Putin mengenai isu di Ukraina, ketimbang melakukannya secara rahasia.
AS sendiri memang dikabarkan beberapa kali menyatakan ingin mengirimkan bantuan senjata, baik senjata ringan ataupun senjata berat ke Ukraina. Hal ini sempat membuat Rusia geram, karena menurut mereka AS terlalu ikut campur dalam konflik di Ukraina.(esn)AS Kembali Ancam Jatuhkan Sanski untuk Rusia Ilustrasi (Istimewa)
Amerika Serikat (AS), kembali mengancam akan menjatuhkan sanksi lanjutan kepada Rusia. Menurut Departemen Luar Negeri AS, sanksi tersebut akan jatuh jika Rusia gagal untuk berkontribusi lebih dalam menstabilkan kondisi di Ukraina.
Melansir Itar-tas, Sabtu (22/11/2014), juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Jeff Rathke mengatakan, pihaknya dan beberapa mitra internasional AS sudah melakukan pertemuan untuk membahas sanksi lanjutan untuk Rusia, dan akan siap jatuh jika waktunya tiba.
"Kami memiliki pemahaman yang luas dan sudut pandang yang sama dengan mitra Eropa kami sehubungan dengan langkah-langkah yang perlu diambil Rusia untuk membantu menyelesaikan konflik di Ukraina," ucap Rathke dalam sebuah pernyataan.
“AS dan mitra-mitra Eropanya terus berkomunikasi terkait hal ini, dan akan kembali bertemu untuk kembali membahas hal ini,” tambahnya. Dirinya menegaskan, resolusi militer tidak akan bisa menyelesaikan konflik di Ukraina, upaya damai melalui dialog adalah langkah satu-satunya.
AS sendiri telah tiga kali menjatuhkan sanksi kepada Rusia, terkait krisis di Ukraina. Hal ini sendiri telah membuat hubungan kedua negara terus menegang, dan ditakutkan bila tidak segera dihentikan maka perang dingin baru mungkin akan terjadi.(esn)Ukraina Berharap AS Segera Kirim Senjata Ukraina harap AS segera kirim senjata kepada mereka (firspost)
Para pejabat di Kementerian Dalam Negeri Ukraina berharap Amerika Serikat (AS) segera mengirimkan senjata kepada mereka. Harapan terbesar disematkan kepada partai Republik, yang menguasai parlemen AS agar segera menyetujui pengiriman senjata tersebut.
Melansir Itar-tas, Minggu (23/11/2014), penasihat Menteri Dalam Negeri Ukraina Zoran Shkiryak mengetahui benar bahwa tanpa adanya dukungan dari partai Republik, maka pengiriman senjata itu mungkin tidak akan pernah bisa terealisasi.
“Saya berharap lobi yang dilakukan oleh para anggota parlemen yang pro terhadap Ukraina dengan anggota parlemen dari partai Republik dapat segera selesai. Sehingga proses administrasi pengiriman senjata kepada kami dapat segera dilakukan,” ucap Shkiryak.
Dirinya menyatakan, bahwa lobi-lobi tersebut sudah menunjukan hal positif bagi Ukraina, di tengah ketidakpercayaan partai Republik terhadap kebijakan yang diambil oleh Presiden AS, Barack Obama. "Saya menyatakan, hari ini ada sinyal yang sangat baik yang datang dari partai Republik,” ucapnya.
Menurutnya, pengiriman senjata ini sangatlah penting bagi Ukraina, senjata-senjata itu dapat membantu pasukan Ukraina untuk mengalahkan separatis. Dia juga mengatakan, jika sejak dulu AS sudah mengirimkan senjata ke Ukraina, maka kondisi di Ukraina mungkin akan berbeda dalam artian positif dibandingkan dengan saat ini.(esn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.