Mobil anti-banjir (dok. TNI AD)
Kendaraan Darat-Air milik Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AD dipersiapkan untuk mengantisipasi banjir, terutama di DKI Jakarta. Kendaraan modifikasi dari truk Mitsubishi Diesel roda 6 dimodifikasi menyerupai kapal atau perahu.
Kendaraan Darat-Air ini jika berada di darat memiliki panjang 6,8 meter, sementara saat berada di air mencapai 7,6 meter karena ada tambahan dari pelampung yang dikembangkan. Sementara untuk lebar jika berada di darat sekitar 2,6 meter dan jika di air 3,3 meter. Untuk ketinggian keseluruhan 1,4 meter di dua medan.
Jika berada di darat, kendaraan ini memiliki 4 ban 315/80 dengan velg ring 16. Sementara saat berada di air menggunakan 2 baling-baling atau propeler yang berada di bagian belakang. Mesin yang digunakan adalah model 4D34-24TB, silinder 3.908, dengan daya maksimal 125 ps/2.900 rpm dan torsi maksimal 33 kgm/1.600 rpm.
"Posisi mesin tetep di depan. Nggak akan kemasukan air karena sudah kita tutup dengan body air tadi. Knalpot di taruh di belakang kepala kendaraan agar tidak kena air. Baling-baling di bawah dekat roda. Kalau di darat, Solar 1 liter untuk 12 km, kalau di air lebih boros, 1 liter untuk 5 km," ungkap Kepala Tim pengembangan Kendaraan Darat-Air Letkol Widi Santoso di kantornya, Jl Matraman Raya No 143, Jakpus, Jumat (28/11/2014).
Transmisi Kendaraan Darat-Air jika berada di darat menggunakan model M035S5 dengan kopeling pelat kering tunggal, C4W30D. Sementara saat berada di air Power Take Off (PTO) dengan penggerak propeler gearbox kapal. Pelampung yang berada di body kendaraan menggunakan inflate tube kanan dan kiri dengan sistem pemompaan otomatis valve.
Untuk rem, di darat kendaraan ini memakai sistem sirkuit ganda, hidraulis dengan vacuum servo assistance dual circuit dan saat di air menggunakan jangkar. Alat navigasi yang digunakan adalah GPS dan saat di air dilengkapi dengan lampu navigasi, lampu jangkar, dan kompas. Kendaraan ini juga dilengkapi dengan sirene.
Sayangnya tidak semua medan dapat dilalui oleh kendaraan ini. Untuk jalan-jalan kecil tak bisa dilalui karena body kendaraan yang terbilang berat. Keadaan air yang memiliki arus seperti di laut, sungai berarus deras, dan tsunami belum bisa dilaluinya.
"Kita lihat medan juga, kalau sempit seperti gang-gang nggak bisa juga masuk. Kalau sungainya rata bisa, dan lihat arusnya. Kalau arusnya besar belum kuat. Ini bagus untuk antar pulau. Misal pulau seribu kebanjiran, kita bisa angkut logistik. Langsung ke sasaran tidak perlu pindah ke truk lagi. Kita bisa dari gudang langsung ke sasaran," papar Widi.
Saat berada di darat kendaraan yang sudah menghabiskan dana Rp 1,4 miliar untuk pengembangan dan penelitian ini bisa mencapai 100 km/jam. Sementara saat di air bisa mencapai 8-15 knot/jam.
"Kalau tsunami belum kuat karena ada ombaknya. Ini kan bukan kapal. Kalau kapal ada pemecah ombaknya. Proyeknya dimulai dari tahun 2013. Ketua Tim nya dulu Kolonel Cba Bambang Sadono. Tahun 2014 diserahkan ke saya karena pak Bambang pensiun," kata Widi.
Gagasannya pembuatan kendaraan ini disebut Widi berasal dari tim dan didukung oleh Kadislitangad sebelumnya yaitu Jenderal Purn TNI Kun Priyambodo. Untuk produksi 1 unit kendaraan yang berbahan viber tersebut menurut Widi perlu mengeluarkan kocek sekitar Rp 1 miliar.
Kendaraan Darat-Air milik Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AD dipersiapkan untuk mengantisipasi banjir, terutama di DKI Jakarta. Kendaraan modifikasi dari truk Mitsubishi Diesel roda 6 dimodifikasi menyerupai kapal atau perahu.
Kendaraan Darat-Air ini jika berada di darat memiliki panjang 6,8 meter, sementara saat berada di air mencapai 7,6 meter karena ada tambahan dari pelampung yang dikembangkan. Sementara untuk lebar jika berada di darat sekitar 2,6 meter dan jika di air 3,3 meter. Untuk ketinggian keseluruhan 1,4 meter di dua medan.
Jika berada di darat, kendaraan ini memiliki 4 ban 315/80 dengan velg ring 16. Sementara saat berada di air menggunakan 2 baling-baling atau propeler yang berada di bagian belakang. Mesin yang digunakan adalah model 4D34-24TB, silinder 3.908, dengan daya maksimal 125 ps/2.900 rpm dan torsi maksimal 33 kgm/1.600 rpm.
"Posisi mesin tetep di depan. Nggak akan kemasukan air karena sudah kita tutup dengan body air tadi. Knalpot di taruh di belakang kepala kendaraan agar tidak kena air. Baling-baling di bawah dekat roda. Kalau di darat, Solar 1 liter untuk 12 km, kalau di air lebih boros, 1 liter untuk 5 km," ungkap Kepala Tim pengembangan Kendaraan Darat-Air Letkol Widi Santoso di kantornya, Jl Matraman Raya No 143, Jakpus, Jumat (28/11/2014).
Transmisi Kendaraan Darat-Air jika berada di darat menggunakan model M035S5 dengan kopeling pelat kering tunggal, C4W30D. Sementara saat berada di air Power Take Off (PTO) dengan penggerak propeler gearbox kapal. Pelampung yang berada di body kendaraan menggunakan inflate tube kanan dan kiri dengan sistem pemompaan otomatis valve.
Untuk rem, di darat kendaraan ini memakai sistem sirkuit ganda, hidraulis dengan vacuum servo assistance dual circuit dan saat di air menggunakan jangkar. Alat navigasi yang digunakan adalah GPS dan saat di air dilengkapi dengan lampu navigasi, lampu jangkar, dan kompas. Kendaraan ini juga dilengkapi dengan sirene.
Sayangnya tidak semua medan dapat dilalui oleh kendaraan ini. Untuk jalan-jalan kecil tak bisa dilalui karena body kendaraan yang terbilang berat. Keadaan air yang memiliki arus seperti di laut, sungai berarus deras, dan tsunami belum bisa dilaluinya.
"Kita lihat medan juga, kalau sempit seperti gang-gang nggak bisa juga masuk. Kalau sungainya rata bisa, dan lihat arusnya. Kalau arusnya besar belum kuat. Ini bagus untuk antar pulau. Misal pulau seribu kebanjiran, kita bisa angkut logistik. Langsung ke sasaran tidak perlu pindah ke truk lagi. Kita bisa dari gudang langsung ke sasaran," papar Widi.
Saat berada di darat kendaraan yang sudah menghabiskan dana Rp 1,4 miliar untuk pengembangan dan penelitian ini bisa mencapai 100 km/jam. Sementara saat di air bisa mencapai 8-15 knot/jam.
"Kalau tsunami belum kuat karena ada ombaknya. Ini kan bukan kapal. Kalau kapal ada pemecah ombaknya. Proyeknya dimulai dari tahun 2013. Ketua Tim nya dulu Kolonel Cba Bambang Sadono. Tahun 2014 diserahkan ke saya karena pak Bambang pensiun," kata Widi.
Gagasannya pembuatan kendaraan ini disebut Widi berasal dari tim dan didukung oleh Kadislitangad sebelumnya yaitu Jenderal Purn TNI Kun Priyambodo. Untuk produksi 1 unit kendaraan yang berbahan viber tersebut menurut Widi perlu mengeluarkan kocek sekitar Rp 1 miliar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.