Butuh 25 sekelas PKR 10514 PKR 10514 [detik] ♔
Komisi I DPR menggelar rapat dengar pendapat bersama TNI AL tentang pembangunan arsenal militer di matra laut TNI ini, di Markas Besar TNI AL, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa.
"Kenapa TNI AL duluan karena waktu rapat kerja dengan panglima TNI, panglima TNI katakan postur laut dan udara menjadi prioritas," kata Ketua Komisi DPR, Mahfudz Siddiq, di sela-sela rapat itu. Dia memimpin kontingen Komisi I DPR dalam rapat itu, sementara TNI AL dipimpin Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Ade Supandi.
Selain itu, membahas soal modernisasi arsenal militer TNI AL mereka juga berdialog tentang wacana penghibahan beberapa arsenal TNI AL kepada Badan Keamanan Laut.
TNI AL, kata Siddiq, harus dibangun secara modern karena pengembangan potensi kelautan yang dimiliki harus didukung dengan kemampuan menjaga perairan Indonesia.
"Sekarang, TNI AL aktif mendukung tugas Kementerian Kelautan dan Perikanan. Tapi bukan dalam rangka menangkapi kapal ilegal saja, tapi seluruh perairan," kata politikus PKS ini.
Di tempat yang sama, Supandi, mengatakan, kunjungan Komisi I DPR itu terutama terkait penganggaran pertahanan. "Peran Komisi I DPR sangat besar," kata dia. Hak budget alias penentuan dan penyaluran APBN ada pada DPR, sementara pemerintah adalah pengguna.
Ia mengatakan, untuk menjaga wilayah perairan Indonesia perlu penguatan kekuatan maritim, sehingga diskusi dilakukan untuk melihat mana yang sudah terealisasi, yang perlu ditambahkan dan mana untuk direvisi dalam mencapai kekuatan esensial minimul alias MEF.
"Prioritas utama adalah alutsista yang sudah lewat masanya atau usang," kata dia.
Sebanyak 10 kapal perang, kata dia, akan masuk tahap konservasi (tidak dioperasikan lagi).
"Selama belum ada penggantinya, kapal-kapal tersebut akan tetap dirawat. Kami harapkan dukungan Komisi I DPR terkait anggaran. Komunikasi ini akan menjadi perencanaan pembangunan TNI AL," kata Supandi.
Modernisasi kapal-kapal perang dan sistem pendukung terus dilakukan TNI AL. Kemarin (18/1), TNI AL menerima kapal perang kelas perusak kawal berpeluru kendali buatan PT PAL Surabaya, di dermaga PT PAL, Surabaya.
Yang menarik, kapal-kapal perang ini dibuat dengan sistem modul laiknya pembuatan pesawat komersial Airbus Industrie, di Toulouse, Prancis, yang bagian-bagiannya dibuat di berbagai negara anggota konsorsium itu atau kontraktor yang ditunjuk.
Satu kapal kapal perang kelas perusak kawal berpeluru kendali buatan PT PAL Surabaya yang kemarin diterima TNI AL itu dibuat dalam enam modul. Empat modul dibuat PT PAL, dan dua modul dibuat di dermaga produksi galangan kapal Damen Schelde, Belanda. Semuanya lalu dirakit di Surabaya, yang dibeli memakai dana APBN 2015.
"TNI AL perlu 25 unit kapal di kelas ini," kata Supandi, saat itu.
Komisi I DPR menggelar rapat dengar pendapat bersama TNI AL tentang pembangunan arsenal militer di matra laut TNI ini, di Markas Besar TNI AL, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa.
"Kenapa TNI AL duluan karena waktu rapat kerja dengan panglima TNI, panglima TNI katakan postur laut dan udara menjadi prioritas," kata Ketua Komisi DPR, Mahfudz Siddiq, di sela-sela rapat itu. Dia memimpin kontingen Komisi I DPR dalam rapat itu, sementara TNI AL dipimpin Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Ade Supandi.
Selain itu, membahas soal modernisasi arsenal militer TNI AL mereka juga berdialog tentang wacana penghibahan beberapa arsenal TNI AL kepada Badan Keamanan Laut.
TNI AL, kata Siddiq, harus dibangun secara modern karena pengembangan potensi kelautan yang dimiliki harus didukung dengan kemampuan menjaga perairan Indonesia.
"Sekarang, TNI AL aktif mendukung tugas Kementerian Kelautan dan Perikanan. Tapi bukan dalam rangka menangkapi kapal ilegal saja, tapi seluruh perairan," kata politikus PKS ini.
Di tempat yang sama, Supandi, mengatakan, kunjungan Komisi I DPR itu terutama terkait penganggaran pertahanan. "Peran Komisi I DPR sangat besar," kata dia. Hak budget alias penentuan dan penyaluran APBN ada pada DPR, sementara pemerintah adalah pengguna.
Ia mengatakan, untuk menjaga wilayah perairan Indonesia perlu penguatan kekuatan maritim, sehingga diskusi dilakukan untuk melihat mana yang sudah terealisasi, yang perlu ditambahkan dan mana untuk direvisi dalam mencapai kekuatan esensial minimul alias MEF.
"Prioritas utama adalah alutsista yang sudah lewat masanya atau usang," kata dia.
Sebanyak 10 kapal perang, kata dia, akan masuk tahap konservasi (tidak dioperasikan lagi).
"Selama belum ada penggantinya, kapal-kapal tersebut akan tetap dirawat. Kami harapkan dukungan Komisi I DPR terkait anggaran. Komunikasi ini akan menjadi perencanaan pembangunan TNI AL," kata Supandi.
Modernisasi kapal-kapal perang dan sistem pendukung terus dilakukan TNI AL. Kemarin (18/1), TNI AL menerima kapal perang kelas perusak kawal berpeluru kendali buatan PT PAL Surabaya, di dermaga PT PAL, Surabaya.
Yang menarik, kapal-kapal perang ini dibuat dengan sistem modul laiknya pembuatan pesawat komersial Airbus Industrie, di Toulouse, Prancis, yang bagian-bagiannya dibuat di berbagai negara anggota konsorsium itu atau kontraktor yang ditunjuk.
Satu kapal kapal perang kelas perusak kawal berpeluru kendali buatan PT PAL Surabaya yang kemarin diterima TNI AL itu dibuat dalam enam modul. Empat modul dibuat PT PAL, dan dua modul dibuat di dermaga produksi galangan kapal Damen Schelde, Belanda. Semuanya lalu dirakit di Surabaya, yang dibeli memakai dana APBN 2015.
"TNI AL perlu 25 unit kapal di kelas ini," kata Supandi, saat itu.
♔ Antara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.