KRI Rigel 933 ☠
Dengan dua-pertiga dari luas wilayahnya berupa laut, Indonesia membutuhkan teknologi hidrografi dan oseanografi yang andal. Salah satu lembaga yang bertanggung jawab terhadap data hidrografi dan oseanografi adalah Dinas Hidrografi dan Oseanografi (Dishidros). Sesuai Kepres Nomor 164 tahun1960 tanggal 14 Juli 1960, Dishidros mengemban fungsi sebagai Lembaga Hidrografi Militer dan Lembaga Hidrografi Nasional Indonesia.
Dishidros, yang kemudian secara struktur di bawah Mabes TNI AL, bertanggung jawab untuk menyediakan data dan informasi Hidro-Oseanografi yang akurat dan mutakhir sebagai data dasar yang akan digunakan sebagai bahan analisa strategi pertahanan nasional. Sedangkan sebagai Lembaga Hidrografi Nasional, Dishidros mempunyai tanggung jawab untuk memberikan jaminan keselamatan navigasi pelayaran melalui penyediaan peta laut seluruh wilayah perairan dalam yurisdiksi Indonesia.
Selama ini, Dishidros tercatat memiliki beberapa kapal survei yang sebagian merupakan konversi dari kapal ranjau, seperti KRI Dewa Kembar-932, KRI Louser-924, KRI Pulau Rote-721, KRI Pulau Romang-723, KRI Pulau Rempang-723,dan KAL Aries serta KAL Vega. Keadaan ini membuat Dishidros belum berperan secara optimal.
Kemudian Pemerintah melalui Kementerian Pertahanan RI, dalam program MEF Tahap I, memesan sebuah Kapal MPRV (Multi Purpose Research Vessel) atau kapal Bantu Hidrografi dan Oseanografi (BHO) di galangan OCEA, Les Sables d’Olonne, Prancis.
Pada bulan Maret 2015 dilaksanakan Shipnaping dan Commisioning kapal MPRV tersebut, yang diberi nama KRI Rigel-933. Acara yang dipimpin oleh Menhan RI Ryamizard Ryaccudu itu diawali dengan Shipnaping kapal yang ditandai dengan pemecahan kendi oleh Ibu Nora Ryamizard Ryaccudu didampingi Kasal Laksamana TNI Ade Supandi.
Nama ‘Rigel’ diambil dari nama bintang paling terang di Rasi Bintang Orion. Dimaksudkan menjadi bintang penunjuk arah atau sumber navigasi.
Setelah itu baru dilaksanakan upacara Commisioning yang merupakan peresmian kapal perang Republik Indonesia (KRI) dan pelantikan Komandan KRI Rigel-933 kepada Mayor Laut (P) M. Wirda Prayogo (sebelum naik pangkat menjadi Letkol periode 1 April 2015).
Pada 26 Maret 2015, kapal ini bertolak dari Dermaga Les Sables d’Olonne menuju tanah air melewati Samudera Atlantik, Selat Gibraltar, Laut Tengah, Terusan Suez, dan Samudera Hindia. KRI Rigel-933 memasuki wilayah tanah air melalui perairan Pulau Sabang dan bersandar di Dermaga Jakarta International Container Terminal (JICT) 2, Tanjung Priok, Jakarta pada 15 Mei 2015.Kapal Multi Fungsi AUV (Autonomous Underwater Vehicle) (Mer et Marine) ☠
Di Jakarta, KRI Rigel disambut oleh Kasal Laksamana TNI Ade Supandi beserta jajaran TNI AL serta perwakilan Kementerian Pertahanan RI. Dalam wawancaranya dengan para wartawan usai upacara penyambutan, Kasal menuturkan bahwa kehadiran KRI Rigel-933 akan menambah dan memperkuat unsur hidrografi dan oseanografi serta pemetaan bawah laut yang memang diperlukan untuk negara kepulauan sebesar Indonesia.
“Kita memerlukan pemutakhiran dalam peta-peta laut dan bawah laut kita, terutama pada jalur ALKI yang membutuhkan keamanan navigasi. Selain itu tugas-tugas kita dalam membangun dermaga, pelabuhan, dan lain-lain dapat ditopang oleh kehadiran kapal ini,” ungkap Ade.
Indonesia yang merupakan jalur pelayaran dunia, dituntut memenuhi ketentuan International Hydrographic Organization (IHO) dalam menyelenggarakan kegiatan Hidro-Oseanografi dengan selalu melakukan pemutakhiran data pelayaran untuk keselamatan pelayaran. Data Hidro-Oseanografi juga diperlukan dalam pembangunan infrastruktur maritim seperti pelabuhan atau dermaga, serta dalam perencanaan alur pelayaran yang aman.
Kapal senilai Rp 564 Milyar ini juga dapat digunakan dalam Operasi Militer Selain Perang (OMSP), khususnya membantu operasi Search and Resque (SAR) saat terjadi bencana atau kecelakaan yang banyak terjadi di laut.Tercanggih di Asia Tenggara ROV (Remotely Operated Vehicle) (Mer et marine) ☠
Kapal berbobot 560 GT, dimensi panjang 60,1 meter dan lebar 11,5 meter serta mampu mengangkut 30 personil. KRI Rigel membawa AUV (Autonomous Underwater Vehicle), robot yang mampu melakukan operasi pemetaan bawah laut dengan kemampuan menyelam hingga kedalaman 1000 meter dan mengirimkan data secara periodik ke kapal utama. Selain AUV, terdapat juga Remotely Operated Vehicle (ROV).
Terdapat Side Scan Sonar (SSS), Laser Scanner untuk mendapatkan gambar daratan dan Automatic Weather Station (AWS) untuk mendeteksi keadaan cuaca.
Terdapat Echo-sounder Multibeam laut dalam yang dilengkapi instrumen Conductivity Temperature and Depth (CTD) untuk mengukur karakteristik air laut, seperti suhu, salinitas tekanan, kedalaman, dan densitas. Alat ini dilengkapi sensor yang mampu mengukur parameter fisik air laut hingga kedalaman 6.000 meter. Ada juga Gravity Corer, yaitu alat untuk mengukur tekanan gravitasi. Kapal juga dilengkapi laboratorium serta kemampuan survey perikanan.
Kapal buatan Prancis ini dilengkapi Deep Water Multibeam Kongsber EM302 untuk pemetaan bawah laut hingga kedalaman 7.000 meter. Sementara untuk perairan dangkal, 0 hingga 450 meter, ada Shallow Water Multibeam EM2040, yang berukuran kecil dan ringan namun mampu memberikan akurasi data yang tinggi.
Persenjataan mitraliur kaliber 20 mm dan 12,7 mm turut mengkhiasi bagian depan KRI Rigel, yang didaulat sebagai kapal survey tercanggih di Asia Tenggara. [Adityo Nugroho]
Dengan dua-pertiga dari luas wilayahnya berupa laut, Indonesia membutuhkan teknologi hidrografi dan oseanografi yang andal. Salah satu lembaga yang bertanggung jawab terhadap data hidrografi dan oseanografi adalah Dinas Hidrografi dan Oseanografi (Dishidros). Sesuai Kepres Nomor 164 tahun1960 tanggal 14 Juli 1960, Dishidros mengemban fungsi sebagai Lembaga Hidrografi Militer dan Lembaga Hidrografi Nasional Indonesia.
Dishidros, yang kemudian secara struktur di bawah Mabes TNI AL, bertanggung jawab untuk menyediakan data dan informasi Hidro-Oseanografi yang akurat dan mutakhir sebagai data dasar yang akan digunakan sebagai bahan analisa strategi pertahanan nasional. Sedangkan sebagai Lembaga Hidrografi Nasional, Dishidros mempunyai tanggung jawab untuk memberikan jaminan keselamatan navigasi pelayaran melalui penyediaan peta laut seluruh wilayah perairan dalam yurisdiksi Indonesia.
Selama ini, Dishidros tercatat memiliki beberapa kapal survei yang sebagian merupakan konversi dari kapal ranjau, seperti KRI Dewa Kembar-932, KRI Louser-924, KRI Pulau Rote-721, KRI Pulau Romang-723, KRI Pulau Rempang-723,dan KAL Aries serta KAL Vega. Keadaan ini membuat Dishidros belum berperan secara optimal.
Kemudian Pemerintah melalui Kementerian Pertahanan RI, dalam program MEF Tahap I, memesan sebuah Kapal MPRV (Multi Purpose Research Vessel) atau kapal Bantu Hidrografi dan Oseanografi (BHO) di galangan OCEA, Les Sables d’Olonne, Prancis.
Pada bulan Maret 2015 dilaksanakan Shipnaping dan Commisioning kapal MPRV tersebut, yang diberi nama KRI Rigel-933. Acara yang dipimpin oleh Menhan RI Ryamizard Ryaccudu itu diawali dengan Shipnaping kapal yang ditandai dengan pemecahan kendi oleh Ibu Nora Ryamizard Ryaccudu didampingi Kasal Laksamana TNI Ade Supandi.
Nama ‘Rigel’ diambil dari nama bintang paling terang di Rasi Bintang Orion. Dimaksudkan menjadi bintang penunjuk arah atau sumber navigasi.
Setelah itu baru dilaksanakan upacara Commisioning yang merupakan peresmian kapal perang Republik Indonesia (KRI) dan pelantikan Komandan KRI Rigel-933 kepada Mayor Laut (P) M. Wirda Prayogo (sebelum naik pangkat menjadi Letkol periode 1 April 2015).
Pada 26 Maret 2015, kapal ini bertolak dari Dermaga Les Sables d’Olonne menuju tanah air melewati Samudera Atlantik, Selat Gibraltar, Laut Tengah, Terusan Suez, dan Samudera Hindia. KRI Rigel-933 memasuki wilayah tanah air melalui perairan Pulau Sabang dan bersandar di Dermaga Jakarta International Container Terminal (JICT) 2, Tanjung Priok, Jakarta pada 15 Mei 2015.Kapal Multi Fungsi AUV (Autonomous Underwater Vehicle) (Mer et Marine) ☠
Di Jakarta, KRI Rigel disambut oleh Kasal Laksamana TNI Ade Supandi beserta jajaran TNI AL serta perwakilan Kementerian Pertahanan RI. Dalam wawancaranya dengan para wartawan usai upacara penyambutan, Kasal menuturkan bahwa kehadiran KRI Rigel-933 akan menambah dan memperkuat unsur hidrografi dan oseanografi serta pemetaan bawah laut yang memang diperlukan untuk negara kepulauan sebesar Indonesia.
“Kita memerlukan pemutakhiran dalam peta-peta laut dan bawah laut kita, terutama pada jalur ALKI yang membutuhkan keamanan navigasi. Selain itu tugas-tugas kita dalam membangun dermaga, pelabuhan, dan lain-lain dapat ditopang oleh kehadiran kapal ini,” ungkap Ade.
Indonesia yang merupakan jalur pelayaran dunia, dituntut memenuhi ketentuan International Hydrographic Organization (IHO) dalam menyelenggarakan kegiatan Hidro-Oseanografi dengan selalu melakukan pemutakhiran data pelayaran untuk keselamatan pelayaran. Data Hidro-Oseanografi juga diperlukan dalam pembangunan infrastruktur maritim seperti pelabuhan atau dermaga, serta dalam perencanaan alur pelayaran yang aman.
Kapal senilai Rp 564 Milyar ini juga dapat digunakan dalam Operasi Militer Selain Perang (OMSP), khususnya membantu operasi Search and Resque (SAR) saat terjadi bencana atau kecelakaan yang banyak terjadi di laut.Tercanggih di Asia Tenggara ROV (Remotely Operated Vehicle) (Mer et marine) ☠
Kapal berbobot 560 GT, dimensi panjang 60,1 meter dan lebar 11,5 meter serta mampu mengangkut 30 personil. KRI Rigel membawa AUV (Autonomous Underwater Vehicle), robot yang mampu melakukan operasi pemetaan bawah laut dengan kemampuan menyelam hingga kedalaman 1000 meter dan mengirimkan data secara periodik ke kapal utama. Selain AUV, terdapat juga Remotely Operated Vehicle (ROV).
Terdapat Side Scan Sonar (SSS), Laser Scanner untuk mendapatkan gambar daratan dan Automatic Weather Station (AWS) untuk mendeteksi keadaan cuaca.
Terdapat Echo-sounder Multibeam laut dalam yang dilengkapi instrumen Conductivity Temperature and Depth (CTD) untuk mengukur karakteristik air laut, seperti suhu, salinitas tekanan, kedalaman, dan densitas. Alat ini dilengkapi sensor yang mampu mengukur parameter fisik air laut hingga kedalaman 6.000 meter. Ada juga Gravity Corer, yaitu alat untuk mengukur tekanan gravitasi. Kapal juga dilengkapi laboratorium serta kemampuan survey perikanan.
Kapal buatan Prancis ini dilengkapi Deep Water Multibeam Kongsber EM302 untuk pemetaan bawah laut hingga kedalaman 7.000 meter. Sementara untuk perairan dangkal, 0 hingga 450 meter, ada Shallow Water Multibeam EM2040, yang berukuran kecil dan ringan namun mampu memberikan akurasi data yang tinggi.
Persenjataan mitraliur kaliber 20 mm dan 12,7 mm turut mengkhiasi bagian depan KRI Rigel, yang didaulat sebagai kapal survey tercanggih di Asia Tenggara. [Adityo Nugroho]
☠ JMOL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.