Pilot pesawat patroli maritim CN235 TNI AL, Mayor laut (P) M Naim H (kiri) dan Co Pilot, Mayor laut (P) Rahmad, melihat peta titik pencarian lokasi pesawat AirAsia QZ8501, saat penyisiran di atas Laut Jawa mendekati Pulau Bangka, Senin (29/12). Basarnas beserta tim gabungan dari TNI dan Polri melakukan koordinasi pencarian pesawat AirAsia Airbus A320 QZ8501 rute Surabaya-Singapura yang hilang kontak pada 28 Desember 2014 di sekitar utara Karimun Jawa, antara Laut Jawa dan Selat Karimata. (Antara Foto/Eric Ireng)
Tidak pernah ada yang menginginkan musibah jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 di Selat Karimata, Minggu (28/12). Segala upaya dilakukan pascahilangnya kontak pesawat rute Surabaya-Singapura ini dengam Air Traffic Control (ATC).
Segala upaya dikerahkan, hingga akhirnya kepastian puing QZ8501 ditemukan dan telah dikonfirmasi kebenarannya Selasa (30/12) siang, puing itu adalah AirAsia nahas yang seharusnya sampai di Singapura Minggu pukul 07.00 WIB.
Ribuan personel dikerahkan, termasuk tim elite di setiap kesatuan, baik laut, udara dan darat. Dengan lokasi tragedi di laut, pasukan elite Marinir pun turun tangan mengerahkan tiga tim Pasukan Pengintai Amfibi (Taifib) yang merupakan strata tertinggi pasukan elite angkatan laut.
Menjadi seorang Taifib, bisa dikatakan menjadi pasukan yang berada diatas rata-rata pasukan lain. Dimasa lalu jajaran ini dikenal dengan Kipam atau Komando Intai Para Amfibi.
Tiga tim sebanyak 24 personel Taifib yang dikerahkan oleh TNI AL ini memiliki kualifikasi intai amfibi yang sebanding dengan brevet Komando dalam Koppassus dengan area khusus jelajah darat dan laut. Setidaknya, dari 500 siswa calon Taifib, biasanya hanya 50 orang saja yang lulus.
Pelatihan berenang di laut lepas dengan kaki dan tangan terikat menjadi ujian tersendiri para personil Taifib saat berlatih dengan asumsi antisipasi jika anggota Taifib ditawan musuh. Yontaifib mempunyai tugas pokok membina dan menyediakan kekutan unsur amfibi maupun pengintaian dan operasi oleh satuan tugas TNI AL atau tugas operasi lainnya termasuk penyelamatan AirAsia kali ini.
Meskipun telah mengerahkan tiga timnya dalam misi evakuasi ini, hingga sekarang tidak ada yang tahu pasti berapa jumlah tepatnya pasukan elite katak ini.
Demi mempercepat evakuasi, rencananya TNI AL seperti diinstruksikan Panglima TNI Moeldoko berencana menambah personel penyelam menjadi 47 orang yang bisa menyelam hingga kedalaman 30-40 meter atau sesuai dengan kontur dasar laut dimana QZ8501 jatuh, pada Rabu (31/12) pagi ini.
Julukan si 'Hantu Laut' layak disematkan kepada pasaukan Taifib milik TNI AL ini. Dengan kemampuan individu di atas rata-rata dan mampu cepat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Kemampuan infiltrasi dan eksfiltrasi ke daerah musuh, free fall dengan sistem HALO dan HAHO, STABO/SPIE, berenang, menyelam, dan kemampuan bawah air sebagai combat swimmer melalui peluncur torpedo kapal selam menjadi kemampuan mutlak yang harus dimiliki pasukan elite ini.(pit/pit)
Tidak pernah ada yang menginginkan musibah jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 di Selat Karimata, Minggu (28/12). Segala upaya dilakukan pascahilangnya kontak pesawat rute Surabaya-Singapura ini dengam Air Traffic Control (ATC).
Segala upaya dikerahkan, hingga akhirnya kepastian puing QZ8501 ditemukan dan telah dikonfirmasi kebenarannya Selasa (30/12) siang, puing itu adalah AirAsia nahas yang seharusnya sampai di Singapura Minggu pukul 07.00 WIB.
Ribuan personel dikerahkan, termasuk tim elite di setiap kesatuan, baik laut, udara dan darat. Dengan lokasi tragedi di laut, pasukan elite Marinir pun turun tangan mengerahkan tiga tim Pasukan Pengintai Amfibi (Taifib) yang merupakan strata tertinggi pasukan elite angkatan laut.
Menjadi seorang Taifib, bisa dikatakan menjadi pasukan yang berada diatas rata-rata pasukan lain. Dimasa lalu jajaran ini dikenal dengan Kipam atau Komando Intai Para Amfibi.
Tiga tim sebanyak 24 personel Taifib yang dikerahkan oleh TNI AL ini memiliki kualifikasi intai amfibi yang sebanding dengan brevet Komando dalam Koppassus dengan area khusus jelajah darat dan laut. Setidaknya, dari 500 siswa calon Taifib, biasanya hanya 50 orang saja yang lulus.
Pelatihan berenang di laut lepas dengan kaki dan tangan terikat menjadi ujian tersendiri para personil Taifib saat berlatih dengan asumsi antisipasi jika anggota Taifib ditawan musuh. Yontaifib mempunyai tugas pokok membina dan menyediakan kekutan unsur amfibi maupun pengintaian dan operasi oleh satuan tugas TNI AL atau tugas operasi lainnya termasuk penyelamatan AirAsia kali ini.
Meskipun telah mengerahkan tiga timnya dalam misi evakuasi ini, hingga sekarang tidak ada yang tahu pasti berapa jumlah tepatnya pasukan elite katak ini.
Demi mempercepat evakuasi, rencananya TNI AL seperti diinstruksikan Panglima TNI Moeldoko berencana menambah personel penyelam menjadi 47 orang yang bisa menyelam hingga kedalaman 30-40 meter atau sesuai dengan kontur dasar laut dimana QZ8501 jatuh, pada Rabu (31/12) pagi ini.
Julukan si 'Hantu Laut' layak disematkan kepada pasaukan Taifib milik TNI AL ini. Dengan kemampuan individu di atas rata-rata dan mampu cepat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Kemampuan infiltrasi dan eksfiltrasi ke daerah musuh, free fall dengan sistem HALO dan HAHO, STABO/SPIE, berenang, menyelam, dan kemampuan bawah air sebagai combat swimmer melalui peluncur torpedo kapal selam menjadi kemampuan mutlak yang harus dimiliki pasukan elite ini.(pit/pit)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.