KRI Banda Aceh, Pusat Komando Pencarian QZ8501 di Lautan Kapal Republik Indonesia (KRI) Banda Aceh menjadi pusat komando pencarian AirAsia QZ8501. Seperti apa isi kapal buatan PT PAL Indonesia ini?
Kapal yang memiliki panjang 125 meter dengan lebar 22 meter ini menjadi pusat informasi dan koordinasi selama pencarian pesawat itu. Selepas memasuki lambung kapal yang memuat kendaraan-kendaraan yang parkir, naik satu lantai, ada berisi tempat beraktivitas para prajurit. Ada kamar-kamar prajurit. Tempat kamar-kamar prajurit perempuan dan laki-laki tentunya dipisah.
Bila dilihat, kamar-kamar prajurit ini cukup laik, terdapat AC yang menyemburkan udara dingin. Ada dua ranjang dalam satu kamar, masing-masing ranjang berisi tiga tingkat dan ada yang dua tingkat. Di tengah ranjang ada satu meja.
Material perabotan didominasi besi, kecuali tentu saja kasur dan sofa. Ada pula lemari kecil di tiap kamar.
Umumnya para prajurit menempatkan foto keluarga atau foto pacar di kamar. Ada pula buku-buku atau peralatan riasan yang dibawa prajurit perempuan atau Korps Wanita Angkatan Laut (Kowal). Mereka berusaha menjadikan kamar ini sedapat mungkin bersuasana seperti rumah.
Ada pula ruang makan prajurit yang dipisahkan dari ruang makan perwira. Bila di ruang makan prajurit hanya ada meja dan bangku, di ruang makan perwira ada sofa dan TV LCD besar yang bisa digunakan untuk melihat siaran televisi, tentu bila sedang menemukan sinyal televisi.
Naik satu lantai lagi, kita bakal menemukan ruang kemudi. Semua pusat kendali kapal ada di sini. Ada fasilitas GPS, dan lebih dari lima teropong pemantau. Semua informasi pengendalian kapal ada di sini. Di samping ruangan ini terlihat pintu untuk melihat ke arah luar. Biasanya, komandan kapal melihat sekeliling lewat jendela ini menggunakan teropong atau tanpa teropong.
Di belakang ruang kemudi ada Posko Search and Rescue (SAR). Ruangan ini berisi peta besar Republik Indonesia. Namun agaknya ruangan ini tak terlalu fungsional, karena informasi pergerakan kapal dan informasi lainnya lebih cepat diakses dari ruang kemudi.
Naik ke buritan alias bagian belakang kapal buatan Indonesia tahun 2010 ini, ada tiga helipad. Namun kali ini hanya ada satu helikopter Bell yang terparkir. Kapal ini juga punya sarana olahraga yakni lapangan basket beserta ringnya, lapangan badminton, peralatan fitness, dan sarana tenis meja. Biasanya, prajurit Kopaska (Komando Pasukan Katak) melintasi buritan untuk berjogging di pagi hari.(dnu/vid)Suasana Tahun Baru KRI Banda Aceh yang Syahdu di Tengah Tugas QZ8501 Umumnya, suasana tahun baru dirayakan dengan kemeriahan. Namun bagaimana suasana perayaan tahun baru di KRI Banda Aceh yang tengah bertugas mencari dan mengevakuasi penumpang QZ8501?
Di tengah gulungan ombak dan tingginya gelombang, para awak kapal KRI Banda Aceh tetap turut merayakan tahun baru, hanya saja dengan cara yang berbeda. Tentunya tak ada kembang api maupun terompet dalam perayaan tahun baru di kapal.
Sebab sebagian besar KRI Banda Aceh merupakan unsur besi yang mudah terbakar. Ditambah lagi, kapal ini mengangkut belasan drum avtur.
"Kita rayakan dengan bincang-bincang dan minum kopi saja," kata Kepala Departemen Operasi (Kadepops) Mayor Cahyo di tengah perbincangan di KRI Banda Aceh, di kawasan Teluk Kumai, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Kamis (1/1/2015).
Perayaan kecil ini hanya diikuti sekitar 6 orang. Sebab para awak kapal lainnya telah beristirahat karena kelelahan setelah seharian bertugas di kapal. Sementara yang lainnya tengah bertugas jaga.
Acara bincang-bincang ini dilakukan di hanggar, yang terletak di dekat hellydeck. Sehingga dapat langsung melihat kondisi di luar kapal.
Suasana di luar tampak gelap gulita, dengan angin yang begitu kuat. Jauh di luar sana, tampak kerlipan cahaya dari kapal-kapal lain di sekitar KRI Banda Aceh. Rintik gerimis menambah syahdu suasana di tengah kapal.
"Saya sudah 3 tahun berturut-turut tidak merayakan tahun baru bersama keluarga. Selalu berlayar," ujar Cahyo.
Obrolan kemudian berlanjut pada hal-hal yang dialami pada siang hari. Sekitar pukul 00.30 WIB, para awak kapal yang berkumpul mulai bubar.
"Sudah tahun baru kan, selamat tahun baru semuanya. Mari istirahat, yang penting sudah merayakan tahun baru, sudah afdhol," celetuknya sambil terkekeh.
"Saatnya instrospeksi, mengapa Tuhan selalu memberi bencana besar kepada kita setiap akhir tahun. Dari mulai tsunami, gempa Yogya, hilangnya pesawat Adam Air, AirAsia, dan banyak lagi," tambahnya, menutup perbincangan malam yang semakin sunyi.Cuaca Cerah, KRI Banda Aceh Siap Terjang Laut Cari Korban QZ8501 Proses pencarian penumpang pesawat AirAsia QZ8501 di perairan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah pagi ini dilanjutkan. Cuaca yang cerah membangun optimisme bahwa pencarian hari ini akan berjalan dengan lancar.
Pantauan detikcom dari KRI Banda Aceh di perairan sekitar 20 mil dari Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Kamis (1/1/2015), matahari bersinar terang di hari pertama tahun 2015 ini. Ombak yang semalam sempat mencapai ketinggian 3 meter, kini stabil dan hanya berketinggian 1 meter.
Angin juga tidak terlalu besar sehingga helikopter mampu terbang dan kapal-kapal kecil bisa merapat. Semalam, kecepatan angin sempat mencapai 40 knot.
"Pagi ini cuacanya bagus, kita mau lanjut ambil jenazah," kata Komandan KRI Banda Aceh Letkol Laut (P) Aries Budiman di atas kapal.
Saat ini, ada satu jenazah di atas kapal KD Lekir dan satu lainnya di atas KRI Bung Tomo. Rencananya, jenazah dari kedua kapal itu akan dievakuasi dengan kapal Polair ke KRI Banda Aceh dan kemudian dibawa ke Pangkalan Bun.
"Nanti dua jenazah itu dibawa ke sini (KRI Banda Aceh) terus kita antar ke Pangkalan Bun sama Kopaska," ucap Komandan Gugus Keamanan Laut Barat (Danguslamabar) Laksma Abdul Rasyid.
Pada Rabu (31/12) kemarin, cuaca di lokasi pencarian sangat buruk. Ombak mencapai 5 meter, kecepatan angin 40 km/jam dan hujan lebat mewarnai upaya tim untuk mencari penumpang dan mengevakuasinya.
Hingga saat ini, Tim SAR gabungan telah mengevakuasi 6 jasad penumpang QZ8501. Dua Jasad di antaranya telah berada di Surabaya untuk proses identifikasi agar bisa diserahkan ke pihak keluarga untuk disemayamkan.Hadapi Ganasnya Cuaca di Lokasi Evakuasi QZ8501 Evakuasi korban pesawat AirAsia QZ8501 sangat terkendala oleh cuaca. Kuatnya angin, tingginya gelombang serta derasnya ombak adalah rintangan utama dalam evakuasi korban yang kini telah tersebar di Selat Karimata dan Laut Jawa itu.
"Anginnya mencapai 40 knot. Kalau motor, ini kecepatan 70 km/jam," kata Perwira Pelaksana (Palaksa) Mayor Laut (P) Priyo di Selat Karimata, Rabu (31/12/2014).
Kencangnya angin ini bahkan merobohkan pagar kapal yang terletak di ujung helipad. Untuk berdiri saja disarankan berpegangan pada dinding atau pagar agar tidak terbawa angin.
Sementara besarnya gelombang membuat kapal semakin terombang-ambing. Meski merupakan kapal perang yang berukuran cukup besar, ombak mampu membuat KRI Banda Aceh bergoyang-goyang hingga kemiringannya mencapai 30 derajat.
Barang-barang yang berada di meja menggelinding berjatuhan. Perut terasa begitu mual dan pusing. Kencangnya angin ini membuat helikopter tak dapat diterbangkan untuk mengevakuasi jenazah.
Sehingga KRI Banda Aceh yang seharusnya lego jangkar di lautan, harus mendekat ke daratan agar dapat mengambil jenazah dari kapal-kapal lain untuk kemudian dibawa ke Pangkalan Bun. Namun demikian, kapal-kapal besar lain maupun tug boat yang hendak mendekat pun mengalami kesulitan. Akhirnya diputuskan untuk membawa jenazah dari tug boat langsung ke Pangkalan Bun.
Sejak dimulai proses pencarian oleh TNI AL, yakni pada Senin (29/12), cuaca lebih sering tidak mendukung untuk melakukan proses evakuasi. Sehingga pelaksanaan evakuasi kerap tak sesuai dengan perencanaan.(kff/vid)Dua Jenazah di KRI Banda Aceh Akan Diangkut dengan Helikopter Dua jenazah penumpang AirAsia QZ8501 yang berhasil ditemukan saat ini masih berada di KRI Banda Aceh. Rencananya dua jenazah tersebut akan dibawa menggunakan helikopter ke Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.
"Rencananya akan diberangkatkan hari ini ke Pangkalan Bun," ujar Komandan KRI Banda Aceh, Letkol Laut Arief Budiman kepada wartawan di atas KRI Banda Aceh, Kamis (1/1/2015).
Dua jenazah berjenis kelamin laki-laki dan perempuan tersebut dibawa naik dari kapal milik Malaysia, KD Lekir dan KRI Bung Tomo. Dua jenazah tersebut telah dibungkus kantong mayat berwarna hijau dan hitam.
"Satu jenazah laki-laki diduga merupakan penumpang bernama Kevin Alexander," kata Arief.
Proses pemindahan jenazah diakui cukup sulit, karena gelombang laut yang cukup tinggi dan KRI Banda Aceh tidak bersandar, sehingga kapal terombang-ambing. Karena sudah memasuki hari ke-5 jatuhnya pesawat, kedua jenazah sudah membengkak dan mengeluarkan bau tak sedap.
Jenazah dipindahkan dari KRI Bung Tomo dan KD Lekir ke KRI Banda Aceh menggunakan crane yang memiliki jaring di bagian ujungnya. Saat ini posisi kedua jenazah berada di heli deck di dekat buritan KRI Banda Aceh. Helikopter sendiri sudah bersiap untuk membawa jenazah ke Pangkalan Bun.
KRI Banda Aceh akan tetap bersiaga di sekitar lokasi pencarian, sambil menunggu kedatangan 47 penyelam Kopaska TNI AL yang akan melakukan penyelaman hari ini. Para penyelam akan diangkut dari Pangkalan Bun menuju KRI Banda Aceh, sebelum diterjunkan ke titik lokasi jatuhnya pesawat.(rni/vid)Momen Haru Saat Awak KRI Banda Aceh Berdoa di Depan Jenazah Kevin dan Hayati Dua kantong berisi jenazah yang berada di KRI Banda Aceh sudah ditandai dengan tulisan 'Kevin Alexander' dan 'Hayati Lutfiah'. Nama tersebut diketahui dari identitas yang tertempel di jenazah. Keduanya langsung didoakan oleh kru.
Pantauan detikcom di KRI Banda Aceh, Kamis (1/1/2015), dua jenazah itu berada di kantong warna hitam bertuliskan Basarnas. Ada juga tulisan Kevin Alexander dan Hayati Lutfiah.
Sebelum diangkut oleh helikopter, para kru di kapal sempat membentuk lingkaran mengelilingi jenazah. Mereka lalu berdoa.
Komandan KRI Banda Aceh, Letkol Laut Arief Budiman, mengatakan dua jenazah itu akan kembali diidentifikasi di Surabaya. Rencananya, butuh waktu sekitar 15 menit sebelum jenazah sampai di Pangkalan Bun.
"Nanti bakal dipastikan lagi di daratan," ujar Arief di KRI Banda Aceh yang saat ini buang jangkar di perairan Pangkalan Bun.
Selain dua nama di atas, satu orang lagi atas nama Khairunisa Haidar sudah diidentifikasi berdasarkan identitas di pakaian. Jenazahnya saat ini diduga berada di RS Sultan Imanuddin karena ada wanita berseragam pramugari di sana.(kff/mad)
Kapal yang memiliki panjang 125 meter dengan lebar 22 meter ini menjadi pusat informasi dan koordinasi selama pencarian pesawat itu. Selepas memasuki lambung kapal yang memuat kendaraan-kendaraan yang parkir, naik satu lantai, ada berisi tempat beraktivitas para prajurit. Ada kamar-kamar prajurit. Tempat kamar-kamar prajurit perempuan dan laki-laki tentunya dipisah.
Bila dilihat, kamar-kamar prajurit ini cukup laik, terdapat AC yang menyemburkan udara dingin. Ada dua ranjang dalam satu kamar, masing-masing ranjang berisi tiga tingkat dan ada yang dua tingkat. Di tengah ranjang ada satu meja.
Material perabotan didominasi besi, kecuali tentu saja kasur dan sofa. Ada pula lemari kecil di tiap kamar.
Umumnya para prajurit menempatkan foto keluarga atau foto pacar di kamar. Ada pula buku-buku atau peralatan riasan yang dibawa prajurit perempuan atau Korps Wanita Angkatan Laut (Kowal). Mereka berusaha menjadikan kamar ini sedapat mungkin bersuasana seperti rumah.
Ada pula ruang makan prajurit yang dipisahkan dari ruang makan perwira. Bila di ruang makan prajurit hanya ada meja dan bangku, di ruang makan perwira ada sofa dan TV LCD besar yang bisa digunakan untuk melihat siaran televisi, tentu bila sedang menemukan sinyal televisi.
Naik satu lantai lagi, kita bakal menemukan ruang kemudi. Semua pusat kendali kapal ada di sini. Ada fasilitas GPS, dan lebih dari lima teropong pemantau. Semua informasi pengendalian kapal ada di sini. Di samping ruangan ini terlihat pintu untuk melihat ke arah luar. Biasanya, komandan kapal melihat sekeliling lewat jendela ini menggunakan teropong atau tanpa teropong.
Di belakang ruang kemudi ada Posko Search and Rescue (SAR). Ruangan ini berisi peta besar Republik Indonesia. Namun agaknya ruangan ini tak terlalu fungsional, karena informasi pergerakan kapal dan informasi lainnya lebih cepat diakses dari ruang kemudi.
Naik ke buritan alias bagian belakang kapal buatan Indonesia tahun 2010 ini, ada tiga helipad. Namun kali ini hanya ada satu helikopter Bell yang terparkir. Kapal ini juga punya sarana olahraga yakni lapangan basket beserta ringnya, lapangan badminton, peralatan fitness, dan sarana tenis meja. Biasanya, prajurit Kopaska (Komando Pasukan Katak) melintasi buritan untuk berjogging di pagi hari.(dnu/vid)Suasana Tahun Baru KRI Banda Aceh yang Syahdu di Tengah Tugas QZ8501 Umumnya, suasana tahun baru dirayakan dengan kemeriahan. Namun bagaimana suasana perayaan tahun baru di KRI Banda Aceh yang tengah bertugas mencari dan mengevakuasi penumpang QZ8501?
Di tengah gulungan ombak dan tingginya gelombang, para awak kapal KRI Banda Aceh tetap turut merayakan tahun baru, hanya saja dengan cara yang berbeda. Tentunya tak ada kembang api maupun terompet dalam perayaan tahun baru di kapal.
Sebab sebagian besar KRI Banda Aceh merupakan unsur besi yang mudah terbakar. Ditambah lagi, kapal ini mengangkut belasan drum avtur.
"Kita rayakan dengan bincang-bincang dan minum kopi saja," kata Kepala Departemen Operasi (Kadepops) Mayor Cahyo di tengah perbincangan di KRI Banda Aceh, di kawasan Teluk Kumai, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Kamis (1/1/2015).
Perayaan kecil ini hanya diikuti sekitar 6 orang. Sebab para awak kapal lainnya telah beristirahat karena kelelahan setelah seharian bertugas di kapal. Sementara yang lainnya tengah bertugas jaga.
Acara bincang-bincang ini dilakukan di hanggar, yang terletak di dekat hellydeck. Sehingga dapat langsung melihat kondisi di luar kapal.
Suasana di luar tampak gelap gulita, dengan angin yang begitu kuat. Jauh di luar sana, tampak kerlipan cahaya dari kapal-kapal lain di sekitar KRI Banda Aceh. Rintik gerimis menambah syahdu suasana di tengah kapal.
"Saya sudah 3 tahun berturut-turut tidak merayakan tahun baru bersama keluarga. Selalu berlayar," ujar Cahyo.
Obrolan kemudian berlanjut pada hal-hal yang dialami pada siang hari. Sekitar pukul 00.30 WIB, para awak kapal yang berkumpul mulai bubar.
"Sudah tahun baru kan, selamat tahun baru semuanya. Mari istirahat, yang penting sudah merayakan tahun baru, sudah afdhol," celetuknya sambil terkekeh.
"Saatnya instrospeksi, mengapa Tuhan selalu memberi bencana besar kepada kita setiap akhir tahun. Dari mulai tsunami, gempa Yogya, hilangnya pesawat Adam Air, AirAsia, dan banyak lagi," tambahnya, menutup perbincangan malam yang semakin sunyi.Cuaca Cerah, KRI Banda Aceh Siap Terjang Laut Cari Korban QZ8501 Proses pencarian penumpang pesawat AirAsia QZ8501 di perairan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah pagi ini dilanjutkan. Cuaca yang cerah membangun optimisme bahwa pencarian hari ini akan berjalan dengan lancar.
Pantauan detikcom dari KRI Banda Aceh di perairan sekitar 20 mil dari Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Kamis (1/1/2015), matahari bersinar terang di hari pertama tahun 2015 ini. Ombak yang semalam sempat mencapai ketinggian 3 meter, kini stabil dan hanya berketinggian 1 meter.
Angin juga tidak terlalu besar sehingga helikopter mampu terbang dan kapal-kapal kecil bisa merapat. Semalam, kecepatan angin sempat mencapai 40 knot.
"Pagi ini cuacanya bagus, kita mau lanjut ambil jenazah," kata Komandan KRI Banda Aceh Letkol Laut (P) Aries Budiman di atas kapal.
Saat ini, ada satu jenazah di atas kapal KD Lekir dan satu lainnya di atas KRI Bung Tomo. Rencananya, jenazah dari kedua kapal itu akan dievakuasi dengan kapal Polair ke KRI Banda Aceh dan kemudian dibawa ke Pangkalan Bun.
"Nanti dua jenazah itu dibawa ke sini (KRI Banda Aceh) terus kita antar ke Pangkalan Bun sama Kopaska," ucap Komandan Gugus Keamanan Laut Barat (Danguslamabar) Laksma Abdul Rasyid.
Pada Rabu (31/12) kemarin, cuaca di lokasi pencarian sangat buruk. Ombak mencapai 5 meter, kecepatan angin 40 km/jam dan hujan lebat mewarnai upaya tim untuk mencari penumpang dan mengevakuasinya.
Hingga saat ini, Tim SAR gabungan telah mengevakuasi 6 jasad penumpang QZ8501. Dua Jasad di antaranya telah berada di Surabaya untuk proses identifikasi agar bisa diserahkan ke pihak keluarga untuk disemayamkan.Hadapi Ganasnya Cuaca di Lokasi Evakuasi QZ8501 Evakuasi korban pesawat AirAsia QZ8501 sangat terkendala oleh cuaca. Kuatnya angin, tingginya gelombang serta derasnya ombak adalah rintangan utama dalam evakuasi korban yang kini telah tersebar di Selat Karimata dan Laut Jawa itu.
"Anginnya mencapai 40 knot. Kalau motor, ini kecepatan 70 km/jam," kata Perwira Pelaksana (Palaksa) Mayor Laut (P) Priyo di Selat Karimata, Rabu (31/12/2014).
Kencangnya angin ini bahkan merobohkan pagar kapal yang terletak di ujung helipad. Untuk berdiri saja disarankan berpegangan pada dinding atau pagar agar tidak terbawa angin.
Sementara besarnya gelombang membuat kapal semakin terombang-ambing. Meski merupakan kapal perang yang berukuran cukup besar, ombak mampu membuat KRI Banda Aceh bergoyang-goyang hingga kemiringannya mencapai 30 derajat.
Barang-barang yang berada di meja menggelinding berjatuhan. Perut terasa begitu mual dan pusing. Kencangnya angin ini membuat helikopter tak dapat diterbangkan untuk mengevakuasi jenazah.
Sehingga KRI Banda Aceh yang seharusnya lego jangkar di lautan, harus mendekat ke daratan agar dapat mengambil jenazah dari kapal-kapal lain untuk kemudian dibawa ke Pangkalan Bun. Namun demikian, kapal-kapal besar lain maupun tug boat yang hendak mendekat pun mengalami kesulitan. Akhirnya diputuskan untuk membawa jenazah dari tug boat langsung ke Pangkalan Bun.
Sejak dimulai proses pencarian oleh TNI AL, yakni pada Senin (29/12), cuaca lebih sering tidak mendukung untuk melakukan proses evakuasi. Sehingga pelaksanaan evakuasi kerap tak sesuai dengan perencanaan.(kff/vid)Dua Jenazah di KRI Banda Aceh Akan Diangkut dengan Helikopter Dua jenazah penumpang AirAsia QZ8501 yang berhasil ditemukan saat ini masih berada di KRI Banda Aceh. Rencananya dua jenazah tersebut akan dibawa menggunakan helikopter ke Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.
"Rencananya akan diberangkatkan hari ini ke Pangkalan Bun," ujar Komandan KRI Banda Aceh, Letkol Laut Arief Budiman kepada wartawan di atas KRI Banda Aceh, Kamis (1/1/2015).
Dua jenazah berjenis kelamin laki-laki dan perempuan tersebut dibawa naik dari kapal milik Malaysia, KD Lekir dan KRI Bung Tomo. Dua jenazah tersebut telah dibungkus kantong mayat berwarna hijau dan hitam.
"Satu jenazah laki-laki diduga merupakan penumpang bernama Kevin Alexander," kata Arief.
Proses pemindahan jenazah diakui cukup sulit, karena gelombang laut yang cukup tinggi dan KRI Banda Aceh tidak bersandar, sehingga kapal terombang-ambing. Karena sudah memasuki hari ke-5 jatuhnya pesawat, kedua jenazah sudah membengkak dan mengeluarkan bau tak sedap.
Jenazah dipindahkan dari KRI Bung Tomo dan KD Lekir ke KRI Banda Aceh menggunakan crane yang memiliki jaring di bagian ujungnya. Saat ini posisi kedua jenazah berada di heli deck di dekat buritan KRI Banda Aceh. Helikopter sendiri sudah bersiap untuk membawa jenazah ke Pangkalan Bun.
KRI Banda Aceh akan tetap bersiaga di sekitar lokasi pencarian, sambil menunggu kedatangan 47 penyelam Kopaska TNI AL yang akan melakukan penyelaman hari ini. Para penyelam akan diangkut dari Pangkalan Bun menuju KRI Banda Aceh, sebelum diterjunkan ke titik lokasi jatuhnya pesawat.(rni/vid)Momen Haru Saat Awak KRI Banda Aceh Berdoa di Depan Jenazah Kevin dan Hayati Dua kantong berisi jenazah yang berada di KRI Banda Aceh sudah ditandai dengan tulisan 'Kevin Alexander' dan 'Hayati Lutfiah'. Nama tersebut diketahui dari identitas yang tertempel di jenazah. Keduanya langsung didoakan oleh kru.
Pantauan detikcom di KRI Banda Aceh, Kamis (1/1/2015), dua jenazah itu berada di kantong warna hitam bertuliskan Basarnas. Ada juga tulisan Kevin Alexander dan Hayati Lutfiah.
Sebelum diangkut oleh helikopter, para kru di kapal sempat membentuk lingkaran mengelilingi jenazah. Mereka lalu berdoa.
Komandan KRI Banda Aceh, Letkol Laut Arief Budiman, mengatakan dua jenazah itu akan kembali diidentifikasi di Surabaya. Rencananya, butuh waktu sekitar 15 menit sebelum jenazah sampai di Pangkalan Bun.
"Nanti bakal dipastikan lagi di daratan," ujar Arief di KRI Banda Aceh yang saat ini buang jangkar di perairan Pangkalan Bun.
Selain dua nama di atas, satu orang lagi atas nama Khairunisa Haidar sudah diidentifikasi berdasarkan identitas di pakaian. Jenazahnya saat ini diduga berada di RS Sultan Imanuddin karena ada wanita berseragam pramugari di sana.(kff/mad)
♆ detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.