Terbang Lebih Lama Pesawat Hercules TNI AU digunakan untuk mencari Pesawat AirAsia QZ8501 walau tidak memiliki kemampuan SAR yang spesifik. Hercules digunakan karena kemampuan terbangnya yang cukup lama.
"Karena mampu terbang jauh atau long range, bisa sampai 12 jam. Keunggulannya itu, lebih panjang waktu terbangnya, (pesawat) yang lain udah pulang (ketika pencarian), kita belum. CN 8 jam, Boeing 4-5 jam tapi dia kan cepat, 4 jamnya Boeing itu 6 jamnya Hercules," ujar Pilot Hercules yang ikut dalam pencarian AirAsia, Letkol Pnb IG Putu D.
Hal tersebut diungkap Putu di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (31/12/2014). Ada 3 Hercules dari Skuadron 31 dibawah pimpinan Letkol Pnb Purwanto yang digunakan dalam misi SAR AirAsia ini, yaitu Hercules A-1319, A-1320, dan A-1323.
Putu yang merupakan instruktur penerbang itu mengatakan bahwa pengadaan pesawat-pesawat Hercules yang digunakan dalam operasi SAR dilakukan pada kisaran waktu 1982-1983. Hercules merupakan jenis pesawat pengangkut, baik untuk pasukan maupun kargo.
Pemilihan pencarian Pesawat AirAsia rute Surabaya-Singapura itu dengan jalur udara dilakukan untuk mempercepat waktu penemuan. Menurut Putu, sebenarnya pesawat yang lost contact bisa dicari lewat ELT yang dapat dilacak dari pesawat lain yang mencarinya.
"Kalau SAR itu kan kalau pesawat jatuh itu masih bisa memancarkan sinyal, ada ELT. Sebetulnya bisa ditangkap di frekuensi VHF (very high frekuensi) di 121.5 tapi kemarin nggak ketangkep. Entah kehalang apa jadi kita visual carinya," kata Putu.
Sementara itu menurut Pilot Mayor Pnb Akal Juang yang juga ikut dalam misi SAR AirAsia mengatakan Hercules bisa mencari pesawat yang hilang dengan lebih cepat dibanding helikopter. Memang Helikopter sendiri biasanya digunakan sebagai kendaraan SAR karena lebih mudah mencapai sasaran.
"Hercules ini sebenarnya pesawat angkut pasukan, secara spesfikasi khusus SAR nggak ada. Biasanya helikopter yang dipakai seperti kendaraan-kendaraan milik Basarnas. Namun kalau heli kan bahan bakar terbatas, kita kan cari di lautan, agak susah juga kalau harus bolak balik ke darat ke laut untuk isi bahan bakar," ucap Akal di lokasi yang sama.
"Dengan Hercules kita untuk kecepatan waktu (mencari korban) sehingga bisa berputar-putar mencari lebih lama," sambung lulusan AAU tahun 1998 itu.
Keunggulan lain dari Hercules disebut Akal juga karena pesawat angkut itu mampu terbang rendah dalam waktu lama. Pada saat pencarian pesawat AirAsia selama beberapa hari ini, seluruh pesawat yang dikerahkan termasuk Hercules terbang hanya dengan ketinggian di bawah 2000 feet dari permukaan laut. Padahal kondisi tersebut cukup berbahaya.
"Hercules sering dipakai untuk SAR karena mampu terbang rendah dengan durasi terbang cukup lama. Contoh hari kedua (pencarian) terbang 10 jam penuh. Apapun yang diinformasikan dari Posko kita datangi, kita putari dan cari terus," tutup pria asal Yogyakarta tersebut.
Pencarian di hari kedua pada Senin (29/12) lalu, Hercules A-1319 yang dikapteni oleh Letkol Putu berputar di atas lautan selama 10 jam tanpa henti dan berhasil menemukan minyak di dekat lokasi pesawat AirAsia terakhir terdeteksi. Di hari ketiga, Selasa (30/12), dengan pesawat yang sama dan dikapteni oleh Mayor Akal berhasil menemukan sejumlah jenazah yang tersebar di area yang sama. Saat ini 6 jenazah telah berhasil dievakuasi atas informasi yang diberikan oleh tim SAR dari TNI AU tersebut.
"Karena mampu terbang jauh atau long range, bisa sampai 12 jam. Keunggulannya itu, lebih panjang waktu terbangnya, (pesawat) yang lain udah pulang (ketika pencarian), kita belum. CN 8 jam, Boeing 4-5 jam tapi dia kan cepat, 4 jamnya Boeing itu 6 jamnya Hercules," ujar Pilot Hercules yang ikut dalam pencarian AirAsia, Letkol Pnb IG Putu D.
Hal tersebut diungkap Putu di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (31/12/2014). Ada 3 Hercules dari Skuadron 31 dibawah pimpinan Letkol Pnb Purwanto yang digunakan dalam misi SAR AirAsia ini, yaitu Hercules A-1319, A-1320, dan A-1323.
Putu yang merupakan instruktur penerbang itu mengatakan bahwa pengadaan pesawat-pesawat Hercules yang digunakan dalam operasi SAR dilakukan pada kisaran waktu 1982-1983. Hercules merupakan jenis pesawat pengangkut, baik untuk pasukan maupun kargo.
Pemilihan pencarian Pesawat AirAsia rute Surabaya-Singapura itu dengan jalur udara dilakukan untuk mempercepat waktu penemuan. Menurut Putu, sebenarnya pesawat yang lost contact bisa dicari lewat ELT yang dapat dilacak dari pesawat lain yang mencarinya.
"Kalau SAR itu kan kalau pesawat jatuh itu masih bisa memancarkan sinyal, ada ELT. Sebetulnya bisa ditangkap di frekuensi VHF (very high frekuensi) di 121.5 tapi kemarin nggak ketangkep. Entah kehalang apa jadi kita visual carinya," kata Putu.
Sementara itu menurut Pilot Mayor Pnb Akal Juang yang juga ikut dalam misi SAR AirAsia mengatakan Hercules bisa mencari pesawat yang hilang dengan lebih cepat dibanding helikopter. Memang Helikopter sendiri biasanya digunakan sebagai kendaraan SAR karena lebih mudah mencapai sasaran.
"Hercules ini sebenarnya pesawat angkut pasukan, secara spesfikasi khusus SAR nggak ada. Biasanya helikopter yang dipakai seperti kendaraan-kendaraan milik Basarnas. Namun kalau heli kan bahan bakar terbatas, kita kan cari di lautan, agak susah juga kalau harus bolak balik ke darat ke laut untuk isi bahan bakar," ucap Akal di lokasi yang sama.
"Dengan Hercules kita untuk kecepatan waktu (mencari korban) sehingga bisa berputar-putar mencari lebih lama," sambung lulusan AAU tahun 1998 itu.
Keunggulan lain dari Hercules disebut Akal juga karena pesawat angkut itu mampu terbang rendah dalam waktu lama. Pada saat pencarian pesawat AirAsia selama beberapa hari ini, seluruh pesawat yang dikerahkan termasuk Hercules terbang hanya dengan ketinggian di bawah 2000 feet dari permukaan laut. Padahal kondisi tersebut cukup berbahaya.
"Hercules sering dipakai untuk SAR karena mampu terbang rendah dengan durasi terbang cukup lama. Contoh hari kedua (pencarian) terbang 10 jam penuh. Apapun yang diinformasikan dari Posko kita datangi, kita putari dan cari terus," tutup pria asal Yogyakarta tersebut.
Pencarian di hari kedua pada Senin (29/12) lalu, Hercules A-1319 yang dikapteni oleh Letkol Putu berputar di atas lautan selama 10 jam tanpa henti dan berhasil menemukan minyak di dekat lokasi pesawat AirAsia terakhir terdeteksi. Di hari ketiga, Selasa (30/12), dengan pesawat yang sama dan dikapteni oleh Mayor Akal berhasil menemukan sejumlah jenazah yang tersebar di area yang sama. Saat ini 6 jenazah telah berhasil dievakuasi atas informasi yang diberikan oleh tim SAR dari TNI AU tersebut.
♆ detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.