Petugas Basarnas mengevakuasi jenazah kecelakaan pesawat Air Asia QZ-8501 yang dibawa Helikopter USS Sampson di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimatan Tengah, Jumat (2/1). (Republika/Agung Supriyanto)
Hari Jumat (2/1), tercatat total ada 14 jenazah yang berhasil ditemukan. Dari jumlah tersebut, 12 jenazah di antaranya ditemukan oleh pasukan dari Kapal Perang milik Angkatan Laut AS USS Sampson.
Delapan jenazah yang ditemukan oleh Angkatan Laut AS ini telah dievakuasi dengan Helikopter jenis Sea Hawk.
"Empat lagi menyusul," ujar Direktur Operasional Basarnas Lanud Iskandar Supriyadi. Lantas mengapa tim gabungan Basarnas "hanya" mampu mengevakuasi dua jenazah, di saat US Navy mampu mengevakuasi 12 jenazah?
Supriyadi sendiri mengakui bila ada kekurangan yang dimiliki oleh tim gabungan. Salah satunya adalah teknologi tim Indonesia yang dinilai kurang dibandingkan milik AS.
Dia menjelaskan, kapal perang AS memiliki kemampuan komunikasi yang mumpuni antara Heli dan kapal induk. Sehingga tim AL AS bisa melakukan pencarian yang terintegrasi dan cepat.
"Di saat heli dan kapal kita terhambat oleh cuaca," jelas Supriyadi.
Selain itu, faktor lainnya adalah daya jelajah heli Sea Hawk AS yang mampu terbang lama, dan memiliki kemampuan melihat obyek di atas laut yang lebih detail. "Makanya intinya adalah teknologi dan cuaca," ujarnya.
Meski demikian, Supriyadi menampik bila kinerja Basarnas kurang. Justru dia mengapresiasi seluruh pihak yang ikut bekerja.
"Ya memang terimakasih untuk AS yang mau membantu," lanjutnya.
Dia juga mengakui kelebihan yang dimiliki oleh armada AS ini. "Bukan sekedar mereka kebetulan lewat dan nemu jenazah," katanya lagi.
Heli Sea Hawk AS sendiri mampu mengangkut empat jenazah dalam sekali evakuasi.Elang Laut, Memburu Pesawat AirAsia
Helikopter Seahawk US NAVY membawa Jenazah korban pesawat AirAsia QZ-8501 akan mendarat, di lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Selatan, Jum'at. 2 Januari 2015. TEMPO/Dasril Roszandi
Seahawk dibuat oleh perusahaan pembuat helikopter bernama Sikorsky Aircraft. Heli ini diciptakan untuk beroperasi di laut, memiliki twin turboshaft engine memampukan seahawk untuk membawa beban yang berat, 2 Januari 2015. TEMPO/Dasril Roszandi
Seahawk memiliki beberapa kemampuan, ASW Anti Submarine Warfare, Search and Rescue, Pengintaian, Communication Relay, Naval Gunfire Support. Seahawk selalu menemani armada kapal perang Amerika dalam setiap misinya, 2 Januari 2015. TEMPO/Dasril Roszandi
Seahawk pertama kali dibuat pada 12 Desember 1979. Seahawk dibuat untuk menggantikan heli lawas Seasprite, seahawk termasuk dalam satu keluarga heli blackhawk. blackhawk untuk AD, seahawk AL dan Marinir, Pavehawk untuk AU. 2 Januari 2015. TEMPO/Dasril Roszandi
Helikopter seahawk dilengkapi dengan beberapa peralatan canggih yang menunjang setiap operasi atau misi. Salah satunya adalah counter meausure sebuah perangkat elektronik yang memampukan helikopter mengetahui dirinya saat dibidik oleh perangkat rudal. 2 Januari 2015. TEMPO/Dasril Roszandi
Seahawk merupakan heli khusus laut, heli tersebut untuk mendukung setiap operasi laut yang dijalankan oleh AL Amerika. Heli ini dilengkapi dengan Sonobuoy, yaitu sebuah alat pencari benda dalam laut, biasanya alat tersebut digunakan untuk mencari kapal selam. Amerika mengerahkan seahawk dalam misi pencarian pesawat AirAsia yang jatuh pada 28 Desember 2014. 2 Januari 2015. TEMPO/Dasril RoszandiHelikopter AS Sea Hawk Antar Jenazah QZ8510
Kru Helikopter SeaHawk US ARMY membawa kantong jenazah korban pesawat AirAsia QZ8501 di lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Selatan, 2 Desember 2014. Heli ini mengantar Empat jenazah dan serpihan pesawat yang ditemukan Kapal Angkatan Laut Amerika, USS SAMPSON. TEMPO/Dasril Roszandi
Kru Helikopter Sea Hawk yang mengenakan pakaian pelindung menurunkan jenazah korban pesawat AirAsia QZ 8501 di lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Selatan, 2 Januari 2015. TEMPO/Dasril Roszandi
Kru Helikopter Sea Hawk membawa serpihan pesawat Air Asia QZ 8501 yang terbungkus dengan alumunium foil saat diturunkan di lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Selatan, 2 Januari 2015. TEMPO/Dasril Roszandi
♘ Republika | Tempo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.