The orders fall over at Terma IKRI Fatahillah 361 with Terma Radar [TNI AL] ☆
Revenue increased by 6%. to $ 1.917 billion and thus approaching the milestone of DKK 2 billion. At the same time, profit before tax increased by DKK 15 million. DKK 110 million to DKK 110 million.
In addition, Terma welcomed a "very satisfactory order intake" of DKK 2,842 billion. The total order book thus rose by a small billion to DKK 3,222 billion. kr.
☆ During the financial year, we secured several significant contracts. Among other things, we have signed a 10-year support, maintenance and development contract with the Ministry of Defense's Material and Purchasing Service, and we have had a breakthrough in the Canadian market with radar systems for their coastguard. We have secured several large contracts with the US Air Force on self-protection and advanced pylons, and we expect further inflow of orders by the US Air Force this year. It confirms that the United States remains Terma's most important market, but both Europe and the Far East have also developed positively. We are thus preparing to open an office in Indonesia later this year, says CEO Jes Munk Hansen.
More employees in Grenaa
Also for the US F-35 program, Terma has been awarded new contracts for the production of structural parts and electronics. This has meant increased busyness at the Lystrup and Grenaa factories.
☆ Our dedicated commitment to the F-35 program today represents a significant part of Terma's overall business, and we are gaining high recognition from customers and F-35 program management for our ability to deliver in a timely and high quality, says Jes Munk Hansen , and continues:
☆ Here in the spring of 2020 we rounded up 500 employees in Grenaa, and as the program reaches full-rate production with up to 190 aircraft per year over the next few years, we will further increase employment at the Grenaa plant.
3 Orang Meninggal Helikopter TNI AD jatuh di kendal, Sabtu (6/6/2020). [Istimewa] ★
Helikopter milik Penerbad TNI Angkatan Darah (AD) jatuh di Kendal, Jawa Tengah, Sabtu (6/6/2020). Kecelakaan tersebut terjadi sekitar pukul 15.27 WIB.
Helikopter dengan tipe Mi17 itu jatuh di sekitar Kawasan Industri Kendal (KIK).
Tak lama setelah jatuh, heli langsung meledak dan terbakar. Kapolres Kendal Ali Wardana mengonfirmasikan terjadinya kecelakaan tersebut.
“Benar ada heli jatuh” ujarnya kepada Kompas TV. Helikopter tersebut diketahui membawa 9 penumpang.
Kabar terbaru semua penumpang sudah dievakuasi. Diketahui korban meninggal sebanyak 3 orang.
Sedangkan 6 korban lainnya mengalami luka berat. Korban selamat langsung dilarikan ke dua tempat yang berbeda.
Kapal Ferry RoRo dengan Cita Rasa Militer KRI Tanjung Kambani 971 [istimewa] ☆
Bencana tsunami Aceh, merupakan bencana terbesar yang pernah dialami Indonesia pada tahun 2004. Namun di balik itu, ada kapal TNI AL yang berperan penting dalam pembagian logistik maupun bantuan personel yang diangkutnya.
KRI tersebut adalah KRI Tanjung Kambani 971. Dilansir VIVA Militer dari akun Instagram resmi TNI AL Rabu 3 Juni 2020, ternyata kapal ini merupakan Kapal Ferry Dong Yang 6 asal Korea Selatan yang sudah dimodifikasi.
KRI Tanjung Kambani 971 masuk dalam jajaran TNI AL pada tahun 2000an. Kapal ini ternyata buatan Negeri Sakura dan pertama kali diluncurkan pada tahun 1982. Kapal ini dimodifikasi untuk kepentingan militer di Indonesia dan kini berada di bawah pembinaan Satlinlamil Jakarta.
Kapal dengan moto Dharma Eka Bramantya yang berarti Taqwa, Semangat, Bersatu ini baru diresmikan sebagai KRI pada 1 November 2000. Kapal berjenis BAP (Bantu Angkut Personel) memiliki daya angkut yang cukup besar.
KRI Tanjung Kambani 971 mampu mengangkut sebanyak 1500 personel, 20 truk, dan 23,6 ton kargo. Tentunya daya angkut sebesar ini sangat membantu pemerintah dalam meringankan beban para korban tsunami.
Kemampuan berlayar yang dimiliki KRI Tanjung Kambani 971 hanya selama 15 hari saja. Nama Tanjung Kambani sendiri diambil dari nama sebuah Tanjung di Pulau Peleng, Sulawesi Tengah yang merupakan daerah kumpul bagi satgas kapal-kapal Komando Lintas Laut Militer yang mengangkut pasukan selama Operasi Trikora pada tahun 1961.
Kapal Perang Siluman Buatan Indonesia KRI Klewang [Antara] ☆
Pada tahun 2012 kita pernah memiliki kapal perang model trimaran salah satu paling canggih di dunia, KRI Klewang namanya.
Kapal perang bernomor lambung 625 ini sempat membuat publik militer dunia terkejut, karena ternyata Indonesia mampu memiliki kapal perang dengan kemampuan canggih. Diketahui, baru Angkatan Laut Amerika Serikat yang memiliki kapal sejenis.
Lebih membanggakan lagi, ketika diketahui bahwas KRI Klewang adalah kapal buatan dalam negeri. Dibuat di galangan kapal yang berkantor pusat di Banyuwangi, milik PT Lundin Industry Invest. KRI Klewang menjadi salah satu bukti kemampuan putra putri bangsa utamanya di bidang kemaritiman tidaklah bisa dipandang sebelah mata.
Kapal ini dibangun dengan biaya 114 miliar rupiah diharapkan mampu meningkatkan kinerja serta kemampuan TNI AL. Pula diharapkan kemampuan industri kapal perang dalam negeri meningkat dan mendapatkan pengakuan dari dunia Internasional.
Kapal perang trimaran pertama di Indonesia. [ptlundin]
Untuk menyegarkan ingatan kita bersama, mari kita bedah apa saja kehebatan dan kelebihan KRI Klewang.
★ Kapal siluman yang tidak mampu terdeteksi radar
KRI Klewang memiliki teknologi stealth atau tidak bisa dilacak oleh radar, karena kapal ini tidak memantulkan gelombang radar. Teknologi stealth ini juga dimiliki pesawat terbang intai F-117 Night Hawk milik Angkatan Udara Amerika Serikat.
★ Kapal Perang Berdesain Trimaran Pertama Indonesia
KRI Kelwang menjadikan Indonesia sebagai negara kedua di dunia yang menggunakan kapal trimaran setelah Amerika Serikat. Trimaran adalah kapal tiga lunas atau berlambung lebih dari satu, yang terdiri dari satu lambung utama dan dua lambung kecil atau cadik yang menempel di sisi sebelah kanan serta kiri lambung utama. Lambungnya sendiri berdesain khusus, berbentuk lancip di ujung yang membuatnya mampu melaju lebih cepat hingga kecepatan 50 knot dan menambah stabilitas kapal saat menembus ombak setinggi 6 meter.
★ Dilengkapi dengan Persenjataan yang Mematikan
KRI Klewang dilengkapi dengan Rudal C-705 yang merupakan hasil kerja sama Indonesia dengan China. Rudal ini mempunyai daya jelajah hingga 120 km. Kapal perang ini juga dilengkapi rudal anti kapal, RBS-15, Penguin atau Exocet MM-40. Melengkapi persenjataan rudal, KRI Klewang juga dilengkapi dengan senjata canon dengan kaliber 40-57mm dan sistem kendali persenjataan menggunakan CSIS dan CPMIEC.
Namun disayangkan, kapal perang yang di gadang gadang sebagai kapal perang tercanggih milik Indonesia, harus ‘mati secara misterius’ selang 2 minggu sejak diresmikan. Tepatnya pada tanggal 28 September 2012, saat bersandar di Lanal TNI AL Banyuwangi, KRI Klewang secara mengejutkan terbakar habis sampai tenggelam.
Publik terkejut, banyak spekulasi yang beredar penyebab dari terbakarnya KRI klewang. Investigasi dilakukan dan dipimpin langsung Panglima Komando armada timur waktu itu.
KRI Klewang terbakar [Youtube@RahmatWahyudi]
Penyebab kebakaran diketahui karena adanya arus pendek listrik yang sekaligus menepis anggapan bahwa kapal tersebut terbakar karena aksi sabotase.
Sangat disayangkan, kita sebagai bangsa belum sempat menyaksikan kehebatan KRI Klewang dalam menjaga kedaulatan NKRI.
Namun kabar baiknya, akan segera menyusul pengganti dari KRI Klewang yang sudah memasuki tahapan produksi, serta akan segera diresmikan pada tahun ini. Untuk sementara adik dari KRI Klewang tersebut diberi nama Klewang 2.***
Ilustrasi Fregat Iver Huitfeldt class [Brian Aitkenhead]
C-Flex Combat Management System (CMS) dan paket radar Terma-Hensoldt terpilih untuk melengkapi fregat Iver Huitfeldt class untuk Indonesia. Demikian disampaikan sumber yang dekat dengan kalangan pengambil keputusan di Kementerian Pertahanan Indonesia. Paket CMS Terma C-Flex akan terdiri dari 16 konsol multi fungsi dan 3 layar lebar.
Pilihan atas CMS Terma C-Flex dari Denmark memang merupakan kejutan mengingat sebagian besar kapal surface combatant besar dan modern TNI AL menggunakan CMS Thales Tacticos, sebutlah fregat dan korvet Martadinata class (Thales-Tacticos), Diponegoro class (Thales-Tacticos), Bung Tomo class (Thales-Tacticos) serta Fatahillah class (campuran Thales-Tacticos dan Navantia-Catiz), artinya hampir semua menggunakan Thales Tacticos CMS.
CMS merupakan komponen utama Combat System suatu kapal perang. CMS mengintegrasikan sistem sensor dan sistem persenjataan sehingga dapat mempermudah operator CMS dalam mendeteksi, melokalisasi, mengklasifikasi, tracking, hingga penembakan sasaran secara terintegrasi.
PKR 10514 TNI AL [PAL]
Pengembangan C-Flex CMS bermula sejak 2001, ketika Angkatan Laut Kerajaan Denmark (RDN) pertama kali meminta upaya untuk meningkatkan CMS Angkatan Laut Denmark. Terma sebagai perusahaan Denmark menyambut tawaran ini dan telah berinvestasi secara signifikan dalam pengembangan CMS berdasarkan pada sistem Open Architecture dan sepenuhnya memanfaatkan berbagai sistem operasi dan komputer yang tersedia secara komersial. Dengan demikian sistem dapat dipertahankan dan tetap up to date dengan adanya evolusi teknologi dengan harga yang terjangkau.
C-Flex berjalan pada platform perangkat lunak yang disebut T-Core, yang dikembangkan Terma sebagai platform untuk semua perintah dan sistem kontrol baik itu untuk AL, AD dan AU. T-Core memiliki semua fungsi dasar C4I yang diperlukan dalam sistem apa pun dan dirancang untuk memenuhi standar yang ditetapkan dalam “US Navy Open Architecture
Computing Capability and Environment”. Aplikasi T-Core bahkan telah sukses digunakan pada AD Denmark dan AD Austria.
Terma C-Flex CMS telah dipakai oleh Angkatan Laut di beberapa negara, Untuk armada Surface Combatant tercatat dipakai pada 3 fregat Iver Huitfeldt class (Denmark), 1 fregat/destroyer Marasesti (Romania), dan 4 fast attack craft-missile KCR-60 class (Indonesia). Untuk kapal bantu/ Auxilary Ship CMS ini sudah dipakai pada 2 kapal Absalon class (Denmark), 1 LPD Angthong (Thailand) dan 1 training vessel Sycamore (Australia).
Radar utama
Paket radar Terma-Hensoldt akhirnya mengalahkan paket radar NS-200 ajuan Thales yang cukup mahal dan melampaui anggaran. Paket radar Terma-Hensoldt ini terdiri dari Hensoldt fixed array TRS-4D, Hensoldt MSSR 2000 I, Terma SC 4603 dan Terma navigation radar yang belum ditentukan tipenya.
Paduan Hensoldt TRS-4D dan MSSR 2000 I sebagai Multifunction radar (MFR) dan Volume Search Radar sebagai radar pertahanan udara sudah pernah kita bahas sebelumnya.
Panel IFF interogator pada radar Hensoldt MSSR 2000 I (photo : Hensoldt)
Kombinasi radar tersebut sudah cukup untuk memandu rudal pertahanan udara yang kemungkinan besar merupakan kombinasi Mica dan Aster, semuanya dari MBDA. Jumlah sel peluncur vertikal asli fregat ini adalah 8x4 unit ditambah 2x12 unit, total 56 unit sel.
Sebagaimana telah diberitakan sebelumnya, jumlah fregat Iverr Huifeldt class yang akan diakuisisi adalah 2 unit menggunakan anggaran MEF ke-3 periode 2014-2019. Pada periode anggaran 2014-2019 tersebut TNI AL juga mendapatkan 2 fregat Sigma 10514.
Pada periode MEF ke-4 atau terakhir (2020-2024) TNI AL masih akan belanja 4 fregat lagi. Jika mengacu kepada ketentuan baru bahwa 1 Divisi Kapal minimal 4 unit kapal (Divisi Kapal adalah penamaan organisasi tepat dibawah Satuan, dalam hal ini adalah Satuan Eskorta) maka yang akan berpeluang adalah 2 Sigma 10514 lagi dan 2 Iver class lagi, jadi Iver class mempunyai peluang ditambah 2 unit lagi sebelum tahun 2024 sehingga menjadi 4 unit.