Sabtu, 12 Februari 2022

PAL Gandeng Naval Group Bikin Kapal Selam

Siap perkuat pertahanan maritim dengan membangun kapal selam di galangan PAL dengan asistensi dari Naval Group [PAL] ⚓️

Dalam upaya memperkuat pertahanan maritim Indonesia, PT PAL Indonesia dan Naval Group sepakat menandatangani MoU (Memorandum of Understanding) kerjasama strategis pada hari ini Kamis, 10 Februari 2022 di kantor Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.

Acara tersebut dihadiri langsung oleh Menteri Pertahanan RI Bapak Prabowo Subianto, CEO dan jajaran BoD PAL, Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly, CEO Naval Group, beserta jajaran pemangku kepentingan lain.

Sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan armada pertahanan matra laut, PAL dipercaya oleh Kementerian Pertahanan RI untuk melakukan research and development (R&D) dan pembangunan beberapa unit kapal selam jenis Scorpene.

Setelah penandatanganan MoU yang disaksikan langsung oleh Menteri Pertahanan RI Bapak Prabowo Subianto dan Florence Parly Menteri Pertahanan Prancis, Bapak Kaharuddin Djenod selaku CEO PAL menyampaikan bahwa "merupakan sejarah yang penting bagi dua negara. Pemerintah Prancis begitu serius memberi dukungan peningkatan kemampuan pembangunan alutsista pada Indonesia. Dan kami PT PAL bangga menjadi salah satu bagian penting dari momen bersejarah ini” terangnya.

Sesuai dengan Perpres no.16 Tahun 2017 tentang Kebijakan Kelautan Indonesia, dalam upaya mewujudkan Indonesia menjadi poros maritim dunia, Indonesia harus menjadi negara maritim yang berdaulat, maju, mandiri, kuat, serta mampu memberikan kontribusi positif bagi keamanan dan perdamaian dunia. Dalam hal ini, PAL sebagai industri pertahanan maritim yang strategis, mendukung terwujudnya cita-cita tersebut melalui penguasaan teknologi pertahanan maritim.

  Dua kapal selam Scorpene dengan teknologi AIP 
Kapal selam Scorpene SSK dengan teknologi AIP (Protect India)

Penandatanganan MoU kerjasama bidang research and development tentang kapal selam antara PAL dan Naval Group, yang akan mengarah pada pembelian dua unit kapal selam Scorpene dengan teknologi AIP dan lengkap dengan persenjataannya” tutur Bapak Prabowo Subianto selaku Menteri Pertahanan RI dalam kesempatan tersebut.

Sebagai bentuk implementasi penguasaan teknologi, keseluruhan pembangunan kapal selam jenis Scorpene ini dilaksanakan di PAL dan mengoptimalkan kapabilitas SDM PAL dengan asistensi dari Naval Group.

Selain itu, kerjasama antara PAL dan Naval Group merupakan bentuk realisasi program modernisasi alutsista yang dilakukan Kementerian Pertahanan RI dalam upaya memperkuat kemampuan pertahanan TNI, hingga 20 tahun ke depan melalui pemenuhan armada pertahanan khususnya Angkatan Laut (AL).

Kami menyambut baik pernyataan Menhan RI untuk melakukan kerjasama di bidang kapal selam antara PT PAL dan Naval Group. Kami telah menandatangani nota kesepahaman untuk tujuan tersebut dan berharap dapat bekerja sama dalam program kapal selam untuk memenuhi kebutuhan Angkatan Laut Indonesia, serta untuk memperkuat industri pertahanan matra laut di Indonesia melalui PAL” tutur Pierre Eric Pommellet CEO Naval Group.

Pada kesempatan tersebut, Bapak Rariya Budi Harta selaku Sekretaris Perusahaan PAL menyampaikan “Dengan terjalinnya kerjasama Indonesia Prancis melalui pembangunan kapal selam jenis scorpene di PT PAL Indonesia, menunjukkan komitmen pemerintah dalam pemenuhan update teknologi pada alutsistanya; baik penguasaan rancang bangun kapal serta peningkatan kapabilitas SDM melalui program ToT, dimana peran BUMN Industri pertahanan khususnya matra laut sebagai industri dalam negeri yang mendukung kemandirian Industri pertahanan Nasional” pungkasnya.

  ⚓️ PAL  

Banggar DPR Buka Suara Soal Pembelian 6 Jet Tempur Dassault Rafale dari Prancis

Rafale [Dassault]

Indonesia membeli 6 pesawat tempur Dassault Rafale dari Prancis. Pembelian ini dilakukan usai penandatanganan perjanjian kerjasama antara Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto dan Menteri Angkatan Bersenjata Perancis Florence Parly pada Kamis (10/2).

Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Said Abdullah mengatakan, pembelian sejumlah persenjataan untuk peremajaan alat utama sistem senjata (alusista) TNI adalah keniscayaan sebagai jalan memenuhi Minimun Essential Force (MEF) untuk sistem pertahanan Indonesia. Pembelian jet tempur Rafale dari Prancis dalam rangka memenuhi MEF tersebut.

Pembelian Rafale dan sejumlah persenjataan tempur kita ke Prancis adalah kontrak jangka panjang. Mereka menawarkan skema lebih menjanjikan dan teknologi yang termutakhir,” kata Said saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (11/2).

Said mengatakan, skema kontrak Indonesia dengan Prancis menggunakan skema pendamping rupiah murni 7,5% dari harga kontrak yang telah disepakati. Ia menyebut, pendamping rupiah murni ini lebih rendah resikonya karena kita tidak ada resiko tekanan valas, apalagi di tengah situasi ekonomi dunia yang tidak menentu seperti saat ini.

Selain itu, Prancis menjanjikan transfer teknologi, serta kerjasama jangka panjang dengan melibatkan komponen bahan baku berupa kandungan dalam negeri hingga 20%. Apalagi jet tempur Rafale meskipun secara harga lebih mahal ketimbang Sukhoi SU 35, tetapi teknologi yang ditawarkan Rafale lebih baik. Salah satunya dengan sistem radar yang mengungguli Sukhoi SU 35.

Said menyebut, jet tempur Rafale yang Indonesia beli adalah jet tempur generasi 4,5 dengan tipe tertinggi yang telah dilengkapi dengan sensor yang mampu melacak target di darat, udara dan air sekaligus.

Jadi ini jet tempur multifungsi. Selain itu paket pembeliannya juga tidak terpisah hanya pesawat tempur saja, tetapi juga dengan sejumlah armada tempur lainnya seperti kapal selam,” ujar Said.

Said mengatakan, skema kontrak dalam pembelian alutsista tersebut telah dibahas di Banggar DPR sebelumnya. “Sudah dibahas di Banggar dari Agustus sampai akhir September (2021) menyangkut dana pendampingnya atau dikenal RMP (rupiah murni pendamping),” ucap Said.

Adapun kerjasama Indonesia dengan Korea Selatan untuk membuat dan mengembangkan jet tempur generasi lima tetap berlanjut. “Namun itu tidak serta merta bisa kita gunakan saat ini untuk memenuhi MEF, karena masih butuh proses pengembangan, dan lain-lain,” terang Said.

Dihubungi secara terpisah, Pengamat Ekonomi Indigo Network Ajib Hamdani menyatakan, dari sudut pandang pertahanan dan kedaulatan negara, pemenuhan alutsista menjadi keniscayaan yang menjadi salah satu prioritas belanja negara. Dengan proyeksi belanja negara secara keseluruhan lebih dari Rp 2.700 triliun pada tahun 2022 ini, alokasi untuk pertahanan sebesar Rp 134 triliun adalah angka yang cukup accepted (diterima).

Untuk selanjutnya, memang harus diprioritaskan, yang bisa dibuat program dengan pola multiyears, sehingga pembebanan dalam APBN bisa proporsional dan sesuai asas prioritas,” kata Ajib.

Ajib menilai, dalam pembelian 6 jet tempur Rafale seyogyanya dibuat dalam pola pembiayaan atas beberapa tahun ke depan, sehingga prioritas lain untuk alokasi pertahanan, tetap bisa berjalan dengan baik. “Tanpa menambah beban APBN, kecuali sesuai masih dalam pagu total anggaran awal,” tutur Ajib.

Sebagai informasi, pertemuan bilateral antara Kementerian Pertahanan RI dan delegasi Menteri Angkatan Bersenjata Republik Prancis diakhiri dengan penandatanganan beberapa perjanjian kerjasama yang disaksikan langsung menteri pertahanan kedua negara.

Perjanjian kerjasama tersebut antara lain: kontrak pembelian 6 pesawat tempur Rafale antara Kabaranahan Kemhan dengan Dassault, sebagai awal dari kontrak yang lebih besar untuk 36 pesawat tempur Rafale berikutnya.

Lalu, MoU kerjasama di bidang research and development kapal selam antara PT PAL dengan Naval Grup, MoU kerjasama Program Offset dan ToT antara Dassault dan PT DI, MoU kerjasama di bidang telekomunikasi antara PT LEN dan Thales Group, dan kerjasama pembuatan munisi kaliber besar antara PT Pindad dan Nexter Munition.

 
Kontan  

Prabowo Beri Pistol G2 Elite kepada Menteri Angkatan Bersenjata Prancis

 Buatan Pindad 
https://images.bisnis-cdn.com/posts/2022/02/11/1499476/prabowo.jpgMenhan Prabowo Subianto memberikan cinderamata berupa syal batik kepada Menteri Angkatan Bersenjata Republik Perancis Florence Parly, di Kantor Kemhan, Jakarta, Kamis (10/2/2022).[Antara]

M
enteri Pertahanan (Menhan) RI Prabowo Subianto memberikan pistol buatan PT Pindad kepada Menteri Angkatan Bersenjata Republik Prancis Florence Parly.

Pemberian cenderamata itu dilakukan usai Parly melakukan kunjungan kehormatan dan melakukan pertemuan bilateral, di kantor Kemhan RI, Jakarta, Kamis (10/2/2022).

Menurut keterangan tertulis Humas Setjen Kemhan di Jakarta Jumat (11/2/2022), cenderamata yang diberikan Prabowo kepada Parly adalah pistol G2 Elite produksi PT Pindad yang bertuliskan nama lengkap Parly.

Pistol itu berwarna putih dan emas, diletakkan di dalam kotak berwarna merah.

Di dalam kotak itu terdapat tulisan "De la part de Prabowo Subianto, Ministre de la Défense d’Indonésie" yang dalam bahasa Indonesia berarti "Dari Menteri Pertahanan Republik Indonesia Prabowo Subianto".

Dalam situs PT Pindad disebutkan bahwa pistol ini memiliki kaliber 9 x 19 mm parabellum dan memiliki magazine yang mampu untuk menampung 15 butir peluru.

Pistol ini memiliki keunggulan berupa pisir belakang yang bersifat adjustable. Dengan panjang laras 5 inci, akurasi yang dihasilkan tidak dapat diragukan.


https://defencehub.live/attachments/273801094_1911886018982048_3883445396154454470_n-jpg.39739/Cinderamata Menhan Prabowo Subianto berupa pistol G2 Elite buatan PT Pindad untuk Menteri Angkatan Bersenjata Republik Perancis Florence Parly. [Antara]

Prabowo juga memberikan syal batik yang langsung dikenakan Parly. Sebelum pertukaran cenderamata, Parly mengenakan syal beraksen putih dan biru.

Dia kemudian mengganti syal nya dengan yang diberikan oleh Prabowo, yaitu syal batik beraksen cokelat dan biru tua.

Pada pertemuan tersebut, Prabowo mengungkapkan bahwa saat ini, status hubungan bilateral antara Indonesia dan Prancis di bidang pertahanan berada dalam status tertinggi.

"Yaitu kita telah menandatangani persetujuan kerja sama pertahanan pada 28 Juni 2021. Tentunya ini butuh ratifikasi dari parlemen kita untuk bisa dilaksanakan dengan baik," ujar Prabowo.

Pertemuan diakhiri dengan penandatanganan beberapa kesepakatan yang disaksikan langsung oleh menteri pertahanan kedua negara.

Kesepakatan tersebut antara lain kontrak pembelian enam pesawat tempur Rafale antara Kabaranahan Kemhan dengan Dassault, sebagai awal dari kontrak yang lebih besar untuk 42 pesawat tempur Rafale.

MoU kerja sama di bidang research and development kapal selam antara PT PAL dengan Naval Grup, MoU kerja sama program offset dan ToT antara Dassault dan PT DI, MoU kerja sama di bidang telekomunikasi antara PT LEN dan Thales Group, dan kerja sama pembuatan munisi kaliber besar antara PT Pindad dan Nexter Munition.

Sebelumnya, pada pertemuan Prabowo dan Parly pada Januari 2020, Prabowo memberikan sebilah senjata tradisional khas Jawa yakni keris untuk Parly sebagai tanda kenang-kenangan, seperti yang biasa diberikannya kepada pejabat tinggi negara tetangga dalam setiap kunjungan kehormatan, baik saat mendatangi negara lain maupun saat pejabat tinggi luar negeri berkunjung.

  ★ Bisnis  

Jumat, 11 Februari 2022

Paket Komplit F-15EX Untuk Indonesia

Termasuk EPAWSS https://www.airspace-review.com/wp-content/uploads/2020/07/F-15EX_Boeing-e1593859008131.jpgF15 EX [Boeing

Seperti telah diberitakan sebelumnya, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (Deplu AS) telah menyetujui rencana pembelian hingga 36 unit jet tempur Boeing F-15EX Eagle II oleh pemerintah Indonesia.

Persetujuan itu secara resmi telah dimuat di laman Badan Kerjasama Pertahanan Keamanan atau dikenal DSCA (Defense Security Cooperation Agency) yang merupakan bagian dari Departemen Pertahanan AS atau Pentagon.

Desainasi yang disematkan F-15EX untuk Indonesia adalah F-15ID. Kode “ID” merujuk pada kode negara Indonesia.

Hal ini sejalan dengan desainasi yang diberikan Boeing pada negara-negara sahabat dan sekutu AS yang membeli F-15, dengan desainasinya masing-masing seperti F-15J (Jepang), F-15I (Israel), F-15SA (Arab Saudi), F-15K (Korea Selatan), F-15QA (Qatar), dan tentunya F-15SG milik negeri jiran Singapura.

Termasuk dalam izin penjualan 36 unit F-15ID Eagle II ke Indonesia adalah perangkat-perangkat utamanya dengan nilai total sekitar 13,9 miliar dolar (sekitar 199,5 triliun Rupiah), sebagai berikut:

⍟​ 87 unit F110-GE-129 or F100-PW-229 engines (72 terpasang, 15 cadangan)
⍟​ 45 unit radar AN/APG-82(v)1 Advanced Electronically Scanned Array/AESA (36 terpasang, 9 cadangan)
⍟ 45 unit sistem peringatan dini dan peperangan elektronik AN/ALQ-250 Eagle Passive Active Warning Survivability Systems/EPAWSS (36 terpasang, 9 cadangan)
⍟​ 48 unit komputer Advanced Display Core Processor (ADCP) II digital (36 terpasang, 12 cadangan)
⍟​ 80 unit helm pilot dengan pembidik target Joint Helmet Mounted Cueing Systems/JHMCS (72 siap pakai, 8 cadangan)
⍟​ 92 unit sistem navigasi Embedded Global Positioning Systems (GPS)/Inertial Navigation System (EGI) security devices
⍟​ 40 pod pemandu navigasi segala cuaca AN/AAQ-13 LANTIRN (36 terpasang, 4 cadangan)
⍟​ 40 pod AN/AAQ-33 Sniper Advanced Targeting Pods/ATP (36 terpasang, 4 cadangan)
⍟​ 156 unit rel peluncur senjata LAU-128 (144 terpasang, 12 cadangan)
⍟​ 40 unit kanon internal M61A “Vulcan” kaliber 20 mm (36 terpasang, 4 cadangan)

Selain daftar di atas, DSCA juga menyertakan perangkat berikut yang tidak disebutkan jumlahnya namun dipastikan mencukupi untuk melengkapi 36 unit F-15ID (jika jadi dibeli semua):

⍟​ pod latihan Air Combat Maneuvering Instrumentation (ACMI) (P5 CTS) dan kelengkapan pendukungnya
⍟​ pod perangkat pengintaian udara MS-110 Recce Pods ⍟​ perangkat sensor infra merah AN/ASG-34 Infrared Search and Track International
⍟​ perangkat pelontar pengecoh chaff dan flares AN/ALE-47 counter-measures dispenser, beserta sejumlah suar pengecoh (flares) dan chaff
⍟​ perangkat AN/PYQ Simple Key Loaders
⍟​ perangkat navigasi presisi, komunikasi dan kriptografi tambahan
⍟​ dukungan Electronic Combat International Security Assistance Program (ECISAP)
⍟​ perangkat lunak Joint Mission Planning Systems (JMPS)
⍟​ perangkat Night Vision Goggles (NVG) berikut kelengkapannya beserta cadangan
⍟​ tangki bahan bakar konformal atau conformal fuel tanks (CFT)
⍟​ perlengkapan pengecekan dan pendukung bagi pesawat dan personel
⍟​ sejumlah gantungan senjata/tangki bahan bakar (pylon) berikut adaptor rel peluncur atau launcher adaptors dan weapons interfaces
⍟​ tangki bahan bakar eksternal dan perlengkapan pendukungnya
⍟​ pod pendukung perjalanan (travel pods) yang bentuknya mirip tangki eksternal kecil yang biasanya diisi barang bawan pilot jika terbang ke lokasi/pangkalan yang jauh dari pangkalan induknya
⍟​ perlengkapan lab uji pengukuran, kalibrasi dan simulator uji
⍟​ suku cadang dan perbaikan (tertentu)
⍟​ peta dan buku serta dokumen petunjuk teknis
⍟​ dukungan untuk perangkat lunak baik yang bersifat umum maupun rahasia
⍟​ pelatihan personel berikut perlengkapannya
⍟​ rancang bangun konstruksi infrastruktur pendukung (jika diperlukan)
⍟​ dukungan logistik dan teknis
⍟​ dukungan program lainnya yang diperlukan

Menarik disimak bahwa berlawanan dengan apa yang pernah dikemukakan oleh Air Force Magazine perihal kemungkinan Indonesia tidak akan mendapatkan EPAWSS, dalam daftar di atas justru perangkat itu termasuk dalam apa yang disertakan ke F-15ID.

EPAWSS atau Eagle Passive Active Warning Survivability System sendiri adalah perangkat digital peringatan dini terhadap ancaman terhadap F-15 tersebut (baik berupa kuncian radar ataupun rudal) dalam berbagai rentang spektrum elektromagnetik, baik radar maupun infra merah.

Perangkat ini mampu menyimpan data spektrum elektromagnetik yang diarahkan pada F-15, lalu mengidentifikasi ancaman yang datang, menganalisisnya lalu memprioritaskan mana ancaman paling berbahaya serta membantu pilot menentukan senjata apa (yang dibawa F-15) yang paling tepat untuk menetralisir ancaman tersebut.

Dan seperti biasa ada kalimat yang selalu muncul dalam setiap rilis DSCA yaitu: Kalimat tersebut berbunyi: “The proposed sale of this equipment and support will not alter the basic military balance in the region.”

Dengan kata lain, dalam menjual F-15ID ini, Amerika sudah memperhitungkan faktor geopolitik dan keseimbangan kekuatan militer di kawasan yang bersangkutan. Seperti misalnya perimbangan kekuatan dengan Australia, Malaysia, dan Singapura yang bertetangga paling dekat dengan Indonesia.

Kita tunggu saja apakah Indonesia akan mengambil seluruh opsi 36 unit F-15ID Eagle II itu atau hanya akan mengambil sebagian menurut kemampuan finansial. -AKK-


  Airspace Review  

Pakar Ungkap Keuntungan RI Beli Rafale dari Prancis

Rafale [Dassault]

Direktur Eksekutif Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia (Lesperssi) Rizal Darmaputra mengatakan pembelian jet tempur Rafale dari Prancis memberi keuntungan jaminan suplai suku cadang dan nihil ancaman embargo.

"Terutama dengan melakukan kerja sama dengan Prancis kita tidak perlu terlalu takut dengan embargo," kata Rizal saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (11/2).

Dengan tanpa ada embargo, lanjutnya, suplai suku cadang dan program kerjasama terkait pesawat tempur dengan Prancis juga terjamin.

Menurut Rizal, Prancis memang merupakan negara sekutu AS serta anggota NATO. Namun, ia menilai Negeri Anggur tersebut tidak mudah ditekan.

"Prancis tidak mudah tergantung atau mudah ditekan oleh Amerika dalam hal kedaulatan nasionalnya," ujarnya.

Hal ini berbeda jika membeli pesawat tempur dari Amerika Serikat (AS) yang kerap menjatuhkan embargo terkait isu tertentu. Misalnya jika pemerintah membeli alutsista dari Rusia.

"Hal yang enggak bisa dikasih jaminan oleh Amerika bahwa suatu saat bisa terkena embargo," ucap Rizal.

Embargo ini akan membuat pemerintah kerepotan karena memiliki banyak program kerja sama dengan Paman Sam, baik di bidang latihan militer maupun pengadaan alutsista.

Terkait kecocokan Rafale, yang merupakan negara dengan empat musim, untuk medan di Indonesia, Rizal menilai itu tak bermasalah lantaran jet tempur sudah didesain untuk semua cuaca.

"Kalau cocok sudah pasti cocok karena semua jet tempur dirancang untuk semua cuaca, all weather dia pasti bisa," kata dia.

Rizal menjelaskan pesawat tempur dirancang untuk melakukan penjelajahan dan operasi di berbagai wilayah di dunia. Buktinya, Rafale sudah digunakan sejumlah negara dengan iklim berbeda, seperti Uni Emirat Arab, Mesir, India, dan Yunani.

"Kita kan negara tropis, bukan berarti bahwa pesawat-pesawat dari Eropa Barat, atau dari negara dengan iklim dingin itu enggak cocok," kata Rizal.

"Dia dirancang untuk melakukan penjelajahan, melakukan operasi di berbagai wilayah di dunia jadi nggak ada masalah," imbuhnya.

Hanya saja yang menjadi catatan, kata Rizal, adalah anggaran pembelian alutsista tersebut. Rizal menduga pembelian Rafale menggunakan skema kredit ekspor.

Meski terdapat biaya pendamping dari APBN sebanyak 10-15 persen, kredit ekspor akan membuat utang negara bertambah. Namun demikian, kata Rizal, ia melihat Menteri Pertahanan Prabowo Subianto optimis anggaran tersebut tersedia.

"Yah pembiayaan dari kredit ekspor nanti kita akan tambah utang lagi," ujar Rizal, "Tapi Kemhan si saya lihat optimis anggarannya ada".

Sebelumnya Indonesia sepakat mengakuisisi 42 jet tempur Dassault Rafale generasi 4,5 buatan Prancis.

Kesepakatan pembelian itu ditandatangani oleh Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto saat menjamu kedatangan Menhan Prancis Florence Parly di Jakarta pada Kamis (10/2). (iam/arh)

 
CNN  

Pengamat Bandingkan Upaya China dan RI Bangun Kekuatan Militer

Proyek kapal perang China 2021 [ist] ★

Sejumlah pengamat hubungan internasional dan militer membandingkan upaya Indonesia dengan ambisi China meningkatkan kekuatan militer.

Koordinator dan Analis Senior Bidang Keamanan Politik di Laboratorium Indonesia 2045, Andi Widjajanto, menilai China tak lagi berada dalam level modernisasi pertahanan. Lebih jauh lagi, negara yang dipimpin Xi Jinping itu disebut Andi kini lebih pada peningkatan kekuatan militer.

"Di wilayah kita, di Asia Tenggara, tentu saja kita melihat pembangunan berkelanjutan dari militer China. Bagi saya, itu bukan hanya modernisasi, tetapi sudah masuk dalam arms build up," tutur Andi dalam diskusi yang diselenggarakan Komunitas Politik Luar Negeri Indonesia (FPCI), Kamis (10/2).

Menurut Andi, apa yang China lakukan sejak awal 2000-an bukan lagi modernisasi militer, tetapi sudah masuk dalam peningkatan kekuatan militer (arm build-up).

Andi menuturkan, kedua istilah ini merupakan terminologi akademik untuk dinamika senjata. Menurutnya, modernisasi pertahanan merupakan upaya suatu negara memperbarui senjata mereka dengan jenis yang sama dan jumlah yang sama, tanpa menggandakan kekuatan.

"Kalau arms build up, dia pembangunan senjata melebihi modernisasi. Jadi ada penambahan jumlah serta diperkenalkan jenis-jenisnya yang baru," kata Andi saat diwawancara CNNIndonesia.com, Kamis (10/2).

Andi menambahkan, China sudah mulai terlihat melakukan peningkatan kekuatan militer sejak 2008. Ia mencontohkan saat China dapat membangun kapal induk mereka sendiri.

Selain itu, Andi menuturkan level ini membuat angkatan laut China akan semakin dominan. Ia menilai untuk saat ini, hanya pasukan Amerika Serikat yang bisa mengimbangi militer China.

  Upaya RI Membangun Kekuatan Militer 
Saat ditanya kondisi pertahanan Indonesia, Andi menilai Indonesia masih belum bisa melakukan modernisasi pertahanan.

"Indonesia harus menghitung ulang gelar pertahanannya. Secara anggaran, Indonesia itu bahkan belum bisa melakukan modernisasi. Masih pemeliharaan senjata. Jadi dua tingkat di bawah dinamika senjata yang sedang dilakukan oleh China dan Barat," jelas Andi.

Dalam laporan berjudul 'Dinamika Persenjataan Global dan Proyeksi Pembangunan Pertahanan Indonesia 2045,' yang disusun oleh Laboratorium Indonesia 2045 (Lab 45), RI disebut masih berada dalam posisi pemeliharaan persenjataan di dinamika persenjataan global.

Laporan ini juga merekomendasikan pemerintah RI untuk merancang program pembangunan kekuatan pertahanan jangka panjang. Pemerintah juga dianjurkan mulai mengadopsi tata kelola ekonomi pertahanan.

Di sisi lain, pembangunan senjata ini terjadi saat China mengalami konflik maritim dengan beberapa negara Asia Tenggara di Laut China Selatan (LCS).

Seperti diketahui, China terus menegaskan klaimnya atas LCS dengan mengirimkan kapal patroli hingga kapal ikannya, menerbangkan jet-jet tempur, sampai membangun pulau buatan dan instalasi militer di perairan itu.

Padahal, klaim Beijing atas 90 persen wilayah Laut China Selatan tumpang tindih dengan wilayah perairan sejumlah negara di Asia Tenggara seperti Filipina, Vietnam, Malaysia, hingga Brunei Darussalam.

Mengutip Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS), China terus mengembangkan kekuatan mereka di LCS sejak 2014. Pengembangan ini dilakukan lewat konstruksi pangkalan ganda sipil-militer di Kepulauan Spratly dan Paracel yang menjadi titik panas.

Beberapa pembangunan yang dilakukan Beijing di kawasan tersebut ialah radar dan susunan komunikasi baru, lapangan terbang dan hanggar untuk pesawat tempur, pun juga penempatan sistem rudal anti-kapal.

Meski tak terlibat konflik di LCS, perairan Natuna di RI berbatasan dengan titik panas itu.

Pada Agustus 2021, kapal riset China, Hai Yang Di Zhi 10, terdeteksi di perairan Natuna. Menurut pantauan Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI) melalui Automatic Identification System (AIS), kapal China tersebut terlihat melakukan intrusi ke wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia.

Di September, kapal ini terdeteksi keluar dari ZEE Indonesia dan menuju Fiery Cross Reef, gugusan pulau karang di LCS. Pada Oktober, kapal ini terdeteksi masuk ke Laut Natuna.

  Apa itu Dinamika Persenjataan Global? 
Menurut Buzan dan Herring yang dikutip laporan Lab 45, dinamika persenjataan adalah cakupan yang menggambarkan posisi relatif negara dalam pengembangan persenjataan.

Dalam dinamika ini, ada tiga kategori yang membedakan posisi tiap negara, yakni pemeliharaan senjata, modernisasi senjata, dan pembangunan senjata.

Negara-negara dalam kategori pemeliharaan senjata hanya mempertahankan status quo kemampuan militernya. Fokus negara di level ini adalah melakukan pemeriksaan, perawatan, dan perbaikan dari alutsista yang telah dimiliki.

Selanjutnya, modernisasi senjata merupakan kategori untuk negara yang memperbarui alutsistanya secara selektif guna mencapai kepentingan strategis tertentu.

Sementara itu, negara yang sudah mencapai tahap pembangunan senjata bisa melakukan akuisisi teknologi persenjataan baru secara masif untuk meningkatkan kekuatan militernya.

Indonesia sendiri saat ini sepakat dengan Prancis untuk membeli 42 jet tempur jenis Rafale generasi 4,5 dari negara Eropa tersebut.

Kesepakatan pembelian itu ditandatangani oleh Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto saat menjamu kedatangan Menhan Prancis Florence Parly di Jakarta pada Kamis (10/2).

Usai penandatanganan itu pada hari yang sama, Departemen Luar Negeri AS setuju rencana menjual 36 jet tempur F-15 ke Indonesia.

AS juga setuju dengan rencana penjualan alat utama sistem pertahanan (Alutsista) senilai US$ 14 miliar atau setara Rp 200,8 triliun ke Indonesia. (pwn/bac)

  CNN  

PTDI-Dassault Aviation Kerja Sama Program Offset dan ToT Pesawat Tempur Rafale

Produksi pesawat Rafale [Dassault]

PT Dirgantara Indonesia (Persero)/PTDI dan Dassault Aviation tanda tangani Memorandum of Understanding (MoU) tentang kerja sama dalam program offset dan ToT pesawat tempur Rafale. Dokumen MoU ditandatangani oleh Direktur Utama PTDI, Gita Amperiawan dan Chairman & CEO Dassault Aviation, Eric Trappier, disaksikan langsung oleh Menteri Pertahanan RI, Prabowo Subianto dan Menteri Angkatan Bersenjata Republik Perancis, H.E Florence Parly di Gedung Kementerian Pertahanan RI, Jakarta.

Sebagaimana keterangan resmi dari Kementerian Pertahanan RI, dalam pertemuan bilateral ini kedua delegasi membahas peningkatan kerjasama pertahanan antara kedua Negara, yang diharapkan dapat memperkuat hubungan pertahanan bilateral antara Indonesia dan Perancis di masa mendatang.

Kami membahas secara mendalam beberapa hal, sebagaimana diketahui Indonesia dan Perancis telah menjalin kerjasama pertahanan cukup lama sejak 1950. Dan saat ini, status hubungan bilateral kita di bidang pertahanan berada dalam status tertinggi, yaitu kita telah menandatangani Persetujuan Kerja Sama Pertahanan/Defence Cooperation Agreement (DCA) pada 28 Juni 2021. Tentunya ini butuh ratifikasi dari parlemen kita untuk bisa dilaksanakan dengan baik,” ujar Menhan Prabowo.

Kementerian Pertahanan RI menyambut baik rencana pengembangan mekanisme kerja sama 2+2 antara Kementerian Luar Negeri RI dan Kementerian Pertahanan RI kedua negara guna peningkatan kerja sama bilateral.

Indonesia dan Perancis telah menjalin kerja sama pertahanan yang kuat, khususnya di bidang alutsista. Kerja sama pertahanan di bidang pendidikan dan pelatihan antara lain: kegiatan program pertukaran kunjungan; rencana kunjungan marinir Indonesia ke Kaledonia Baru; lebih dari 300 personel militer Indonesia telah menyelesaikan program pendidikan dan pelatihan di Perancis. Program pendidikan yang dilaksanakan di Perancis pada tahun 2021 adalah pendidikan setingkat Seskoad dan Sekolah Spesialisasi AL.

Pertemuan bilateral antara Kementerian Pertahanan RI dan Delegasi Menteri Angkatan Bersenjata Republik Perancis ini diakhiri dengan penandatanganan beberapa Perjanjian kerja sama yang disaksikan langsung oleh Menteri Pertahanan kedua negara. Perjanjian kerja sama tersebut antara lain: kontrak pembelian 6 pesawat tempur Rafale antara Kabaranahan Kemhan RI dengan Dassault Aviation sebagai awal dari kontrak yang lebih besar untuk 36 pesawat tempur Rafale berikutnya, MoU kerja sama di bidang research and development kapal selam antara PT PAL dengan Naval Grup, MoU kerja sama Program Offset dan ToT antara Dassault dan PTDI, MoU kerjasama di bidang telekomunikasi antara PT LEN dan Thales Group, dan kerjasama pembuatan munisi kaliber besar antara PT Pindad dan Nexter Munition.

Sementara itu Menteri Angkatan Bersenjata Prancis H.E. Mrs Florence Parly mengatakan kunjungannya ini menjadi kesempatan untuk berbicara dengan Menhan Prabowo Subianto tentang berbagai program alutsista yang ingin dikembangkan Indonesia dengan dukungan Prancis dan Industri Pertahanan Prancis yang profesionalisme dan kualitasnya diakui di seluruh dunia. Prancis bertekad mendukung secara aktif program-program strategis besar Indonesia dan mendukung pengembangan industri pertahanan Indonesia yang solid.

Indonesia yang menjatuhkan pilhan untuk menggunakan Pesawat Rafale menunjukkan kepercayaan Indonesia kepada Perancis dan menjadi bukti bahwa kemitraan strategis kedua negara sangat kuat dan dinamis. Penandatanganan kontrak antara Indonesia dan Perancis yang baru saja dilaksanakan ini merupakan tahap penting dalam proses pengadaan alutsista Indonesia, dan Perancis berharap kontrak kerja sama ini dapat diaktifkan sesegera mungkin,” ujar Menteri Parly.

 
PTDI  

Akhirnya AS Izinkan Pesawat F15 Untuk Indonesia

Dirilis DSCA https://1.bp.blogspot.com/-RWttNQo3YX8/YC0rgPExjbI/AAAAAAABSz4/ZbwwfVym8SMD7_AzJk29cL5Rc8JHJlQ6wCLcBGAsYHQ/s621/advanced_f15_003.jpgF15 EX [Boeing

Setelah Indonesia menanda tangani kontrak alutsista dengan Prancis pada hari yang sama tanggal 10 Februari, AS menyetujui penjualan pesawat F15 untuk Indonesia.

Melalui DSCA (Defense Security Cooperation Agency) berita resmi sebagai berikut :


Departemen Luar Negeri telah membuat keputusan menyetujui kemungkinan Penjualan Militer Asing kepada Pemerintah Indonesia Pesawat F-15ID dan peralatan terkait dengan perkiraan biaya $ 13,9 miliar. Badan Kerjasama Keamanan Pertahanan menyampaikan sertifikasi yang diperlukan yang memberi tahu Kongres tentang kemungkinan penjualan ini hari ini.

Pemerintah Indonesia telah meminta untuk membeli hingga tiga puluh enam (36) pesawat F-15ID; delapan puluh tujuh (87) mesin F110-GE-129 atau F100-PW-229 (72 terpasang, 15 suku cadang); empat puluh lima (45) AN/APG-82(v)1 Advanced Electronically Scaned Array (AESA) Radar (36 terpasang, 9 suku cadang); empat puluh lima (45) AN/ALQ-250 Eagle Passive Active Warning Survivability Systems (EPAWSS) (36 terpasang, 9 suku cadang); empat puluh delapan (48) komputer digital Advanced Display Core Processor (ADCP) II (36 terpasang, 12 suku cadang); delapan puluh (80) Joint Helmet Mounted Cueing Systems (JHMCS) (72 terpasang, 8 suku cadang); sembilan puluh dua (92) perangkat keamanan Sistem Pemosisian Global (GPS)/Sistem Navigasi Inersia (EGI); empat puluh (40) pod navigasi AN/AAQ-13 LANTIRN (36 terpasang, 4 suku cadang); empat puluh (40) AN/AAQ-33 Sniper Advanced Targeting Pod (ATP) (36 terpasang, 4 suku cadang); seratus lima puluh enam (156) peluncur LAU-128 (144 terpasang, 12 suku cadang); dan empat puluh (40) sistem senjata M61A “Vulcan” (36 terpasang, 4 suku cadang). Juga termasuk pod pelatihan Air Combat Maneuvering Instrumentation (ACMI) (P5 CTS) dan peralatan pendukung; MS-110 Recce Pod; AN/ASG-34 Pencarian Inframerah dan Lacak Internasional; dispenser tindakan balasan AN/ALE-47; AN/PYQ Pemuat Kunci Sederhana; navigasi presisi tambahan, komunikasi yang aman dan peralatan kriptografi; Dukungan Program Bantuan Keamanan Internasional Tempur Elektronik (ECISAP); Sistem Perencanaan Misi Bersama (JMPS); Night Vision Goggles (NVG) dan peralatan serta suku cadang pendukung; tangki bahan bakar konformal; sekam dan suar; pesawat dan peralatan pendukung dan pengujian personel; tiang, adaptor peluncur, antarmuka senjata, tangki bahan bakar, dan perangkat keras yang terpasang; travel pod, laboratorium peralatan pengukuran presisi, kalibrasi, dan simulator; suku cadang dan perbaikan, layanan perbaikan dan pengembalian; peta, publikasi, dan dokumentasi teknis; studi dan survei; perangkat lunak diklasifikasikan/tidak diklasifikasikan dan dukungan perangkat lunak; pelatihan personel dan peralatan pelatihan; jasa pengelolaan fasilitas dan fasilitas, desain dan/atau konstruksi; Layanan dukungan teknik, teknis dan logistik Pemerintah AS dan kontraktor; dan elemen terkait lainnya dari dukungan logistik dan program. Perkiraan total biaya adalah $ 13,9 miliar.

Penjualan yang diusulkan ini akan mendukung tujuan kebijakan luar negeri dan tujuan keamanan nasional Amerika Serikat dengan meningkatkan keamanan mitra regional penting yang merupakan kekuatan untuk stabilitas politik, dan kemajuan ekonomi di kawasan Asia-Pasifik. Sangat penting bagi kepentingan nasional AS untuk membantu Indonesia dalam mengembangkan dan memelihara kemampuan bela diri yang kuat dan efektif.

Usulan penjualan peralatan dan dukungan ini tidak akan mengubah keseimbangan dasar militer di wilayah tersebut.

Kontraktor utama adalah The Boeing Company, St. Louis, MO. Pembeli biasanya meminta offset. Setiap perjanjian offset akan ditentukan dalam negosiasi antara pembeli dan kontraktor.

Tidak akan ada dampak buruk pada kesiapan pertahanan AS sebagai akibat dari penjualan yang diusulkan ini.

Selanjutnya bisa dibaca disini DSCA

  Garuda Militer  

Kamis, 10 Februari 2022

Jokowi Menyambut Baik MoU Kerjasama Pertahanan

RI-Perancis Sepakati Pengembangan Kapal Selam dan Pengadaan Satelit [sekpres]

Indonesia dan Prancis menyepakati kerja sama pengembangan kapal selam dan pengadaan satelit. Presiden Joko Widodo menyaksikan penandatangan kesepakatan itu di Istana Merdeka, Kamis (10/2).

Dalam prosesi itu, Prancis diwakili Menteri Angkatan Bersenjata Florence Parly dan Duta Besar untuk RI Olivier Chambard. Sementara itu, Jokowi didampingi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.

"Presiden menyambut baik penandatanganan beberapa nota kesepahaman atau MoU kerja sama pertahanan termasuk dalam hal kerja sama MRO (maintenance, repair, overhaul), pengembangan kapal selam, pengadaan satelit, hingga produksi amunisi kaliber besar," demikian pernyataan Sekretariat Presiden.

Pihak Istana tidak menjelaskan detail kapal selam yang akan dikembangkan Indonesia dan Prancis. Istana juga tidak mengungkap proyek itu berbentuk kerja sama atau jual-beli alat utama sistem senjata (alutsista).

Istana hanya mencantumkan pernyataan Jokowi yang menyambut baik kerja sama kedua negara. Jokowi berharap kerja sama militer antara Indonesia dengan Prancis bisa berkelanjutan.

"Saya harap kerja sama pertahanan tidak hanya terfokus pada pembelian alutsista, namun juga memikirkan pengembangan dan produksi bersama, alih teknologi, serta investasi di bidang industri pertahanan," ujar Jokowi.

Pada kesempatan itu, Jokowi juga menitipkan beberapa pesan untuk Presiden Prancis, Emmanuel Macron. Dia berharap Prancis mendukung penuh Indonesia pada Presidensi G20 2022.

"Indonesia mengharapkan dukungan Prancis terhadap presidensi Indonesia di G20, terutama mengenai kerja sama konkret yang dapat dihasilkan dari kerja G20," tutur mantan Wali Kota Solo itu. (dhf/has)

  ⚓️ CNN  

Perijinan Pembelian Alutsista Untuk Indonesia Berlanjut

Hingga rencana pembelian F-15EX Rafale generasi terbaru akan menjadi skadron tempur TNI AU [Dassault]

Hari ini tanggal 10 Februari menjadi moment yang berharga, dimana Indonesia menekan kontrak pembelian alutsista dengan Prancis.

Di Indonesia diberitakan 6 unit pesawat Rafale telah resmi diteken kontrak, sisa sebanyak 36 unit akan menyusul, sedangkan dari media Prancis beredar berita menyatakan telah kontrak pembelian 42 Rafale dari Prancis seharga 8 miliar dollar.

Indonesia menandatangani pesanan pada hari Kamis untuk 42 jet tempur Rafale generasi terbaru dari Dassault Aviation, seharga 8 miliar dolar, ungkap Menteri Angkatan Bersenjata Prancis, Florence Parly mengumumkan di Twitter, menyebutkan bahwa Indonesia juga telah memprakarsai kerjasama dengan Prancis di bidang kapal selam.

Perjanjian yang ditandatangani Kamis di Jakarta oleh CEO Dassault Aviation Eric Trappier dengan angkatan bersenjata Indonesia di hadapan Florence Parly menyediakan "solusi 'turnkey' yang lengkap" juga termasuk dukungan logistik dan pusat pelatihan yang terdiri dari dua simulator misi.

Kontrak tersebut berjumlah total 8,1 miliar dolar, demikian diumumkan Kementerian Angkatan Bersenjata Prancis.

Kelompok Thales dan Safran juga akan terlibat dalam kontrak yang ditandatangani dengan Indonesia pada hari kedua kunjungan Menteri Angkatan Bersenjata Florence Parly, ungkap sumber yang sama di media L'independant.

Selain itu kerjasama Pindad dengan Nexter akan memproduksi amunisi kaliber besar.

Pertemuan ini merupakan lanjutan antara Menhan RI dengan Menteri Angkatan Bersenjata Perancis pada 28 Juni 2021, di mana perluasan cakupan kerja sama pertahanan disepakati.

Adapun lingkup kerjasama produk MKS dan MKB yang akan dilaksanakan meliputi munisi kal. 120 mm Main Battle Tank (MBT), munisi kal. 105 mm medium tank Harimau, munisi kal. 20 mm Vector GI-2, munisi kal. 30 mm Rafale Gun dan munisi kal. 30 mm 6 & 7 barrel.

Presiden Prancis Emanuel Marcon juga mentwitt mengapresiasi pembelian/kontrak strategis alutsista tersebut sehingga akan membiayai banyak pekerja di Prancis.

  Kapal selam Scorpene dengan teknologi AIP 
Hal ini ditandai dari penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) Kerjasama strategis antara PT PAL Indonesia dan Naval Group, Kamis (10/2/2022) di Kantor Kementerian Pertahanan RI. Dimana disaksikan langsung oleh Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto, dan Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly.

Sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan armada matra laut. PT PAL dipercaya Kementerian Pertahanan untuk melakukan research & development dan membangun beberapa unit kapal selam jenis Scorpene.

Direktur Utama PT PAL Indonesia Kaharuddin Djenod mengatakan ini adalah sejarah penting dua negara. Pemerintah Prancis begitu serius memberi dukungan untuk peningkatan Alutsista Indonesia.

"PT Pal bangga menjadi salah satu bagian momen bersejarah ini," kata Kaharuddin, keterangan, Kamis (10/2/2022).

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengatakan penandatanganan MoU kerjasama bidang research and development tentang kapal selam antara PAL dan Naval Group, yang mengarah pada pembelian dua unit kapal selam Scorpene dengan teknologi AIP dan lengkap dengan persenjataannya.

  Deplu AS setujui rencana pembelian F-15EX 
Seolah tak mau kehilangan kue, AS yang selama ini diam perihal ketertarikan Indonesia dengan pesawat F15EX, muncul berita akan menawarkannya dalam waktu dekat.

Mengutip Airspace Review, Sumbernya di Jakarta mengatakan, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (Deplu AS) telah menyetujui rencana pembelian jet tempur Boeing F-15EX Eagle II oleh pemerintah Indonesia.

Persetujuan tersebut rencananya akan disampaikan oleh Deplu AS kepada Badan Kerjasama Pertahanan Keamanan (DSCA) untuk dibuatkan nofitikasinya kepada Kongres Amerika Serikat.

Diperkirakan, pada minggu ini atau paling lambat minggu depan, DSCA akan mengumumkan hal tersebut di lamannya.

Bila benar diberikan izin oleh AS untuk mengakuisisi F-15EX, maka Indonesia akan menjadi negara pengguna pertama F-15EX di luar Amerika Serikat .(sumber dari berbagai media)

 
Garuda Militer  

Spesifikasi EMB-314 Super Tucano

 🛩 Pesawat Tempur Multi Fungsi TNI AUSuper Tucano TNI AU 

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) memiliki pesawat latih tempur EMB-314 Super Tucano.

Ada 16 pesawat EMB-314 Super Tucano yang dibeli Pemerintah Indonesia dari Brasil yang kemudian ditempatkan di Skadron 21 Abdulrahman Saleh, Malang.

EMB-314 Super Tucano sejatinya merupakan pesawat latih lanjut yang berkemampuan counter insurgency atau pesawat anti perang gerilya.

Dari desainnya, pesawat ini sangat pas untuk mendukung misi-misi pengintaian, close air support, dan penumpasan pemberontak.

Lantas, seperti apa spesifikasi EMB-314 Super Tucano?

  Spesifikasi EMB-314 Super Tucano 
Diberitakan dari Antara, 1 Maret 2016, EMB-314 Super Tucano adalah jenis pesawat tempur ringan bermesin turboprop yang diproduksi oleh pabrikan pesawat Embraer yang berkedudukan di Brazil.

Pesawat ini dikenal memiliki beberapa keunggulan.

Super Tucano memiliki kemampuan menempuh operasi jarak jauh karena dilengkapi mesin jenis Hartzell 5-blade dan Pratt & Whitney Canada PT6A-68C turboprop yang masing-masing berkuatan 1.196 kW.

Dengan mesin tersebut, Super Tucano mampu melesat hingga 590 kilometer per jam hingga jarak 1.330 kilometer.

EMB-314 Super Tucano dibekali sistem avionik MIL-STD-1553 seperti yang digunakan jet tempur AS modern lainnya, seperti F-16 Falcon, F-18 Hornet, AH-64 Apache, P-3C Orion, F-15 Eagle and F-20 Tigershark.

Selain sebagai pesawat latih tingkat dasar dan lanjutan, Super Tucano juga dapat dioperasikan sebagai pesawat patroli perbatasan dan counter-insurgency operations atau operasi penumpasan pemberontakan.

Ukurannya yang kecil sanggup mereduksi sinyal radar dan visual, dikombinasi dengan kecepatan yang tinggi dan lincah dalam bermanuver memberikan tingkat survivability cukup tinggi.

Tingkat keamanannya pun bertambahan berkat pelindung baja di sekitar kokpit dan critical systems redundancy.

  Misi latihan besar EMB-314 Super Tucano 
Pesawat tempur ringan Super Tucano A-29 TNI AU buatan perusahaan produsen pesawat Embraer.(TNI AU)

Diberitakan Antara, 31 Oktober 2013, sejak mendarat pertama kali di Tanah Air pada penghujung Agustus 2012, misi latihan besar untuk EMB-314 Super Tucano akhirnya tiba.

Yaitu, saat tiga Super Tucano itu turut dalam latihan puncak TNI AU, Angkasa Yudha 2013, di Kepulauan Natuna, Kepulauan Riau.

Pemilihan wilayah paling ujung di tepi Laut China Selatan itu dikarenakan perairan internasional itu diklaim lima negara, yaitu China, Brunei Darussalam, Vietnam, Filipina, dan Malaysia.

Indonesia ada dalam "kawasan panas" sehingga kesiapsiagaan militernya menjadi keharusan.

EMB-314 Super Tucano merupakan pengembangan dari EMB-312 Tucano, yang programnya diluncurkan pada 1995 sejalan program Sistema de Vigilancia da Amazonia (SIVAM) yang menghendaki Angkatan Udara Brazil memiliki pesawat terbang patroli dengan kemampuan penyerbuan darat dan pengintaian serta anti gerilya.

Permintaan karakteristik dan spesifikasi itu dijawab Embraer dengan konsep pengembangan EMB-312, berupa pesawat tempur turboprop yang bisa dioperasikan dari pangkalan berfasilitas minimal, terpencil, kokpit modern full-glass, dan mampu dipadu-padankan dengan berbagai sistem pengamatan atau persenjataan.

Selain itu, keunggulan dari EMB-314 Super Tucano adalah terpasangnya perangkat FLIR (forward-looking infra red) dan DLIR (downward-looking infra red) yang didedikasikan Brazil untuk memonitor pergerakan pesawat tempur lawan ataupun gerilyawan di darat.

Dengan perangkat tersebut, EMB-314 Super Tucano mampu menjelma menjadi pesawat tempur counter-intelligence dan surveillance.
 

  🛩 Kompas  

AL UEA Minta TNI AL Kirim Tenaga Pendidik Pengamanan Kelautan

⚓ Dan akan beli LPD produk PALDelegasi UEA yang dipimpin UAE Naval Forces Operations and Trainind Director BG. Humaid, Mohammad Abdullah Al Remeithi, bersama Anggotanya. [Dispenal]

Uni Emirat Arab (UEA) menilai, bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang mampu menegakkan hukum di laut dan berhasil dalam berbagai hal kelautan.

"Kami berharap Indonesia dapat mengirimkan tenaga pendidik ke UEA," kata Pimpinan Delegasi UEA Brigadir Jenderal (BG) Humaid, Mohammad Abdullah Al Remeithi, saat mengunjungi Markas Besar Angkatan Laut (Mabesal) Cilangkap, Jakarta Timur.

Menanggapi keinginan tersebut, Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal), Laksdya TNI Ahmadi Heri Purwono, mewakili Kasal Laksamana TNI Yudo Margono mengatakan TNI AL menerima dengan tangan terbuka dan mengharapkan adanya pertukaran tenaga sekolah/pendidik.

Dalam keterangan tertulis yang diterima InfoPublik.id, Rabu (9/2/2022), mengungkapkan selain membahas tenaga pendidik, untuk makin mempererat kerja sama, juga akan dibentuk Forum Navy to Navy Talk (NTNT) yang merupakan forum bilateral antar Angkatan Laut.

TNI AL, selama ini telah menjalin kerja sama dalam bentuk forum NTNT dengan banyak negara, namun dengan UEA belum terlaksana. Di dalam NTNT itu, akan dibicarakan terkait dengan rencana-rencana kerja sama baik di bidang operasi dan latihan, bidang pendidikan, kunjungan kedua pejabat Angkatan Laut dan hal-hal lain yang bisa untuk mempererat hubungan.

SSV produk PAL

Dalam kunjungan persahabatan tersebut juga dibicarakan terkait dengan rencana akuisisi kapal tipe LPD dari PT. PAL oleh Uni Emirate Arab.

Keinginan UEA membeli LPD dari PT. PAL itu, akan difasilitasi oleh TNI AL yang nantinya akan dilanjutkan dengan memberikan pelatihan.

Di samping itu, UEA juga berkeinginan untuk bisa dilibatkan dengan diundang dalam latihan-latihan multilateral yang sudah dilaksanakan seperti Sail Komodo. Mereka pun juga berkomitmen, akan mendukung Indonesia di level dunia, sebagaimana dukungan UEA kepada Indonesia dalam mendapatkan suara untuk masuk menjadi dewan keamanan PBB.

Direncanakan akan dilaksanakan Staff Talk antara TNI AL yang dipimpin oleh Asops Kasal dengan UEA Naval Forces yang dipimpin Brigjen Qumaid. Staff Talk itu, merupakan rintisan awal dari Forum NTNT yang akan laksanakan ke depan.

Wakasal dalam pertemuan itu didampingi Asintel Kasal Laksda TNI Angkasa Dipua, Asops Kasal Laksda TNI Dadi Hartanto, Paban V Straops dan Diplomasi Sopsal Kolonel Laut (P) Bambang Dharmawan dan Paban IV Hublukersin Sintelal Kolonel Laut (P) Sumartono.
 

  🔅
Info Publik  
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...