Sabtu, 02 November 2013

[Foto] Angkasa Yudha 2013

Batam Berikut Foto Pesawat TNI AU berikut personil yang ikut terjun langsung dalam latihan Angkasa Yudha 2013.

Hawk Khatulistiwa
Hawk Indonesia

Super Tucano


CN295 TNI AU





Dipersembahkan oleh Suromenggolo (Kaskuser)

  Garuda Militer  

Pesan Untuk Musang Natuna

Sukhoi Indonesia (SIOUX)
Deru dan gelegar 8 jet tempur canggih Sukhoi dan 6 jet tempur F16 di langit Batam tentu “terdengar nyaring” di jiran sebelah dan sebelahnya lagi. Bahkan ribuan buruh yang lagi demo di Batam akhir Oktober lalu menghentikan teriakannya sejenak untuk mendongak keatas menyaksikan dan mengagumi. Selama 5 hari di penghujung Oktober dan awal Nopember 2013, Hang Nadim Batam menjadi home base latihan tempur khusus tentara langit Nusantara bersama Tanjung Pinang, Pontianak dan Ranai Natuna.

Batam menjadi pangkalan aju Sukhoi, F16, Hawk skuadron Pekanbaru. Pontianak menjadi pangkapan aju Super Tucano dan Hawk tuan rumah. Sementara 7 Hercules diterbangkan langsung dari Halim membawa ratusan tentara untuk diterjunkan ke Natuna. Materi latihan tentu bermacam menu dan biarlah itu menjadi urusan rumah tangga AU mau mendapat ponten berapa. Tapi kita sebagai penonton secara visual bisa melihat betapa lumatnya sasaran yang dijadikan target penghancuran oleh jet-jet tempur tadi.

Sudah tentu kurikulum latihan matra udara paling bergengsi itu diintip dan dipantau oleh jiran sebelah dan sebelahnya lagi. Singapura dan Cina sangat diyakini ikut memantau gerakan tentara dan jet-jet tempur RI itu dengan mata telinga elektronikanya. Tak apa-apa, ini akan semakin memberikan kesan dan pesan pada “musang-musang” itu bahwa TNI mampu memperlihatkan dan menjalankan pertempuran modern dengan alutsista setara.

Show of Force untuk tetangga sebelah Batam diperlukan karena ini menyangkut kewibawaan. Termasuk untuk warga Batam Riau bahwa payung dan persenjataan dirgantara di atas mereka siap melindungi ummatnya setiap saat. Penting juga untuk dipesankan bahwa mereka adalah merah putih. Soalnya warna keseharian warga perbatasan adalah lintas batas dalam interaksi eknonomi. Sekedar mengingatkan.

Pesan untuk musang Natuna jelas, jangan bermain api dengan teritori NKRI. Musang yang dimaksud adalah singkatan dari musuh anggapan, sebuah nama sandi militer untuk sebuah negara yang menjadi musuh simulasi. Beberapa waktu lalu musuh simulasi itu bernama Sonora tanpa ada kepanjangannya, sehingga dipersepsikan macam-macam. Musang yang ini pun bisa dimaknai dengan “musuh sang naga” atau “musuh sangar” atau tetangga yang berwatak musang. Yang jelas untuk wilayah Natuna dan sekitarnya kita berhadapan dengan kekuatan multi kelas. Ada kelas Naga, ada kelas Singa dan ada kelas Jaguh. Tidak usah dijelaskan lagi karena diskusi forum militer sudah memahami terutama pada kelas yang terakhir itu.


Foto Hasil Pemboman (Sioux)

Banyak hal yang bisa dicatat dalam latihan ini. Inilah untuk pertama kalinya diperlihatkan kepada khalayak bahwa persenjataan Sukhoi tidak lagi sekedar kanon dan bom P100. Tetapi juga sudah memiliki tentengan rudal-rudal mautnya. Ada rudal R73, R77, Kh31A, Kh31P dan S8 yang made in Rusia itu, sehingga memberi kesan gentar dan getar. Catatan lain adalah adanya sorti pertempuran udara yang tentu bernuansa mencekam karena kemampuan first look, first shot dan first kill menjadi kejaran prestasi untuk pilot kita bersama keunggulan teknologi radar dan rudalnya. Pertempuran udara modern saat ini dan seterusnya sesungguhnya adalah uji keunggulan teknologi radar, jarak tembak dan kecepatan rudal serta militasi pilot jet tempur.

Sebagai evaluasi untuk kondisi kepemilikan dan jenis alutsista TNI AU saat ini dibandingkan dengan luas wilayah dan spektrum ancaman maka harus diakui kekuatan pukul alutsista udara kita masih belum memadai. Satu skuadron Sukhoi yang dimiliki saat ini belum mencukupi nilai gizi kegaharan pengawal dirgantara. Meski tahun depan akan ada penambahan 24 jet tempur F16 dan melengkapi kekuatan penuh satu skuadron Golden Eagle dan Super Tucano, tetap belum disebut gahar. Oleh sebab itu masih diperlukan minimal 1-2 skuadron Sukhoi Family lagi untuk memastikan kewibawaan itu. Apalagi jika dikaitkan dengan kehadiran F35 yang mulai tahun depan di kawasan ini. Dan kita meyakini bahwa dalam program MEF tahap 2 nanti kekuatan pengawal dirgantara bersama dua matra angkatan lainnya akan semakin bagus dan berotot.

Intensitas latihan militer yang dilakukan Indonesia selama dua tahun terakhir ini adalah memastikan tingkat kesiapsiagaan yang tinggi untuk menjaga kepemilikan medan teritori. Lebih dari itu adalah untuk mengingatkan negara manapun untuk tidak mengusik teritori Indonesia. Kampanye militer dengan mengerahkan berbagai alutsista untuk diperdengarkan dan diperlihatkan bunyi musik amunisi dan dentumannya. Menenggelamkan kapal perang dengan rudal Yakhont dari jarak 200 km yang membuat para musang terperangah. Membumihanguskan dan mendemonstrasikan teknologi persenjataan yang dimiliki adalah pesan militer yang jelas dan tegas. Pesan yang hendak disampaikan kepada para musang lewat dentuman, deru, gelegar dan manuver di wilayah perbatasan sesungguhnya adalah rangkaian kalimat yang kira-kira berbunyi seperti ini: anda sopan kami sapa, anda maju kami sapu.


  Analisis  

Bangkitnya Skuadron Sukhoi Indonesia

 RI kini punya satu skuadron jet tempur Sukhoi. Boros bahan bakar? 

Sukhoi Indonesia (SIOUX)
Langit Natuna, Kepulauan Riau, seperti robek oleh suara keras. Enam “elang besi” Hawk 100/200 menderu, meliuk-liuk sambil menjatuhkan bom berbobot ratusan kilogram. Sasarannya satu objek di sebuah pulau kecil.

Dari arah lain melintas tiga pesawat F-16. Empat bom meluncur ke sasaran.

Tak lama, muncul pula tiga pesawat Sukhoi SU-27/30. Di tiap tubuh pesawat garang itu, tersemat 6 bom yang lalu dilepas menumbuk sasaran. Bak kelincahan seekor alap-alap, Sukhoi terakhir melontarkan puluhan roket. Sasaran pun hancur lebur.

Asap membubung tinggi. Tapi serangan belum berakhir. Sebagai penutup, tiga pesawat EMB-314 Super Tucano melintas. Bom kembali berjatuhan.

Di atas sasaran yang remuk redam itu, melintas tujuh pesawat C-130 Hercules. Ia terbang tenang dikawal dua Sukhoi 27/30 bersenjata rudal. Dari lambung pesawat, ratusan personel Pasukan Khas Angkatan Udara melompat terjun. Di darat kelak, mereka bertugas menyapu sisa-sisa musuh yang menguasai objek vital di Natuna, wilayah Indonesia yang berbatasan dengan Laut China Selatan yang sedang disengketakan lima negara itu.

Inilah aksi penutup Latihan Operasi Udara dengan sandi “Angkasa Yudha 2013” yang digelar di Pulau Natuna, pada Kamis 31 Oktober 2013 lalu. Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia mengatakan, latihan ini untuk membina kemampuan dan kekuatan TNI AU, agar lebih siap siaga menghadapi kontijensi.

Yang jadi “bintang” saat itu boleh dibilang enam Sukhoi yang terbang dari Lapangan Udara Hasanuddin di Makassar. Total ada 16 Sukhoi bermarkas di Makassar, membentuk Skuadron Udara Tempur 11.

Ini semacam kebangkitan skuadron tempur wilayah Timur Indonesia setelah lama kekuatannya bolong. Pesawat tempur bercat dasar abu-abu terang bercampur loreng abu-abu tua ini terdiri atas dua macam, yakni SU 27 SKM dan SU30MK2. Pembeda utamanya adalah SU 27 hanya punya satu kursi pilot, sementara saudaranya punya dua kursi pilot.

Saat VIVAnews mendatangi Markas Skuadron, Kamis 31 Oktober pagi, tampak hanya 10 Sukhoi terparkir. Enam lainnya sedang beroperasi di Natuna. Di kantor dan gedung teknisi yang berada di samping pesawat tempur diparkir, tampak sebuah spanduk besar terpampang bertuliskan, “Siapkan pesawat sebaik-baiknya seolah-olah hari ini ada perang”.

Perang itu memang masih jauh. Tapi, personel di Skuadron 11 berlatih keras setiap hari, minimal 8 jam. Pesawat diistirahatkan meski tetap siaga antara Jumat sampai Minggu saja. Pagi, sebelum memulai latihan (training air), para petugas dan pilot terlebih dahulu apel siaga. Teknisi sudah terbagi-bagi ke dalam beberapa bidang, selalu memastikan pesawat dalam keadaan siaga penuh.

Persenjataan terbaru yang terpasang di pesawat adalah kombinasi jenis Air to Air to Ground. Sukhoi bisa menyergap di udara dengan daya jelajah jauh. Ia juga mampu serang target di darat dengan peluru kendali atau bom pintar. Dia bisa membawa rudal udara ke udara RVV-AE active radar homing, rudal udara ke permukaan KH- 29T(TE), KH-29L, KH-31P, KH-31A dan bom pintar jenis KAB 500Kr dan KAB-1500Kr.

Yang lebih asyik, Sukhoi SU 27SKM dan SU30 MK2 ini telah dilengkapi instrumen isi ulang bahan bakar di udara. Jadi, kemampuan jelajah tempurnya kian jauh.

Jelas, kecanggihannya tak kalah dengan F15 SG milik Singapura atau Super Hornet milik Australia. Di udara, bisa ofensif, namun juga bisa menghancurkan sasaran di laut dan darat. Sempurna untuk patroli udara untuk menjaga kedaulatan wilayah dan menghancurkan sasaran strategis musuh.

 Minimum Essential Force 


Dua di antara 16 Sukhoi di Makassar ini tiba dari Rusia pada Rabu malam, 4 September 2013, genap jadi lima unit Su-27 SKM dan sebelas unit Su-30 MK. Pesawat-pesawat tempur ini diterima dari Pemerintah Rusia/JSC Rosoboronexport oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro. Ini kiriman ketiga tahun ini.

Sukhoi menjadi andalan, karena di saat alutsista Indonesia mulai menua di akhir 1990-an, Amerika Serikat yang menjadi pemasok utama meng-embargo Indonesia akibat pelanggaran hak asasi manusia di zaman orde baru berkuasa.

Itu sebabnya, saat menjadi Presiden pada 2001, Megawati Soekarnoputri melirik Rusia. Negeri beruang salju itu dipilih sebagai alternatif mengganti armada yang menua. Pada 2004, sejumlah Sukhoi pun mendarat di Lanud Iswahyudi, Madiun. Megawati pun seperti mengulang sejarah ketika ayahnya, Soekarno, membangun armada udara Indonesia dengan mengandalkan pesawat-pesawat tempur buatan Uni Soviet.

Saat perayaan Ulang Tahun TNI ke-68 di Lapangan Udara Halim Perdanakusumah, 5 Oktober 2013, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan kekuatan alat utama sistem pertahanan (alutsista) akan meningkat signifikan hingga akhir tahun 2014. Untuk memodernisasi alutsista sekaligus meningkatkan kualitas sistem pertahanan RI, pemerintah telah menjalin kerjasama dengan industri pertahanan di dalam dan luar negeri, kata Presiden.

Sejumlah negara pada akhir Oktober lalu membeberkan kerjasama pertahanannya dengan Indonesia. Indonesia bekerjasama dengan negara-negara di kawasan Asia, Amerika sampai benua Eropa.

Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menyatakan, pengalaman embargo militer AS atas Indonesia pasca-1998 menjadi pelajaran untuk tidak menggantungkan persenjataan pada satu negara saja. Kekuatan pertahanan nasional akan dibangun dengan mengambil teknologi dari berbagai negara. Tak lupa, industri strategis dalam negeri diperkuat, seperti PT Dirgantara dan PT Pindad.

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara, Marsekal Madya Hadi Tjahjanto, menyatakan, pembelian pesawat ini dipatok sampai 2024. Total, ada 102 pesawat yang akan didatangkan, antara lain 16 unit Sukhoi, 24 unit F16 dari Amerika Serikat, skuadron T50 buatan Korea Selatan untuk menggantikan Hawk buatan AS, 8 unit pesawat latih G120PP buatan Jerman, 16 unit pesawat Embraer Supertucano buatan Brasil, 9 unit CN295 dari Spanyol, 4 unit Hercules hibah dari Australia dan sejumlah helikopter Fennec dari Prancis. “Semua Pesawat ini akan didatangkan secara bertahap,” kata Hadi.

Dari Rusia, selain membeli Sukhoi, Indonesia juga mendatangkan kendaraan tempur laut dan amfibi, helikopter serang MI-35, helikopter serbu MI-17 dan tak lupa, peluru kendali.

Sjafrie menyatakan, alutsista Rusia jadi ‘idola’ karena menjawab kebutuhan minimum essential force (MEF). ”Yang kedua, harganya kompatibel. Ketiga adalah dia tak punya prasyarat politik,” kata mantan Kepala Pusat Penerangan TNI itu.

Anggaran modernisasi dan perawatan alutsista TNI sampai akhir tahun 2014 ini tercatat Rp 99 triliun, dan Kementerian Pertahanan masih membutuhkan tambahan anggaran Rp 57 triliun. “Kami prioritaskan mencari alutsista bergerak seperti pesawat temput dan tank. Sementara alutsista yang tak bergerak seperti radar,” kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.

Dengan anggaran sebegitu besar, Sjafrie Sjamsoeddin menyatakan, kekuatan armada udara ini baru akan mendekati minimum essential force yang dipatok sampai 2019. “Bagaimana kita bisa memiliki kemampuan minimal agar kita bisa memiliki suatu daya pukul yang dahsyat dan juga mobilitas yang tinggi,” kata Sjafrie.

Dari mana duit itu berasal? Angka lebih dari Rp 150 triliun itu salah satunya didapatkan dengan pinjaman luar negeri US$ 6,5 miliar dolar. ”Jadi yang kita pergunakan kurang lebih 4 miliar dolar, artinya kurang lebih 41 triliun. Sisanya kita mesti jadikan semacam cadangan untuk dipergunakan pada prioritas kedua. Sekarang prioritas pertama dulu,” kata Sjafrie.

Lima tahun ke depan, setelah armada udara tempur nyaris lengkap, prioritas berikutnya penambahan Radar. Soal alat ini, Indonesia memang gawat. Ada radar yang tidak berfungsi 24 jam. Tapi sekarang, ”radar untuk kawasan barat sudah ter-cover, secara kuantitas. Kemudian kawasan timur yang kemudian akan kita isi segera,” kata Sjafrie.

Kadispen TNI AU menambahkan, rencananya radar ini akan ditempatkan di Singkawang, Kalimatan Barat; dan Tambolaka, Nusa Tenggara Timur. “Dengan radar ini pesawat asing bisa dideteksi,” kata Hadi.

 Perlu transparansi 


Dengan lengkapnya satu skuadron Sukhoi di pangkalan Makassar, Indonesia boleh sedikit sumringah. Tapi Direktur Program di Research Institute for Democracy and Peace (Ridep), Anton Aliabbas, menyatakan pengadaan Sukhoi perlu dicermati karena belum teruji.

Kata Anton, Sukhoi memang hebat secara teknis namun dikenal boros bahan bakar. Lalu persenjataan dan amunisi juga belum jelas. Sehingga, ”kualitas kita belum tahu,” kata jebolan Defence Studies Crankfield University, Inggris, itu.

Anton setuju, hingga 2024, Indonesia fokus pada penyediaan alutsista dulu. Baru setelah itu membangun industrinya sendiri. Dia melihat ada kebutuhan memperkuat sistem pertahanan udara segera. Di Jakarta saja, misalnya, Anton melihat penurunan sistem pertahanan udara.

“Dulu di zaman (Presiden) Soekarno, kita punya berbagai terminal rudal di Jakarta. Dulu ada di Priok dan Tebet. Namun sekarang tidak ada bekas (terminal rudal). Sekarang malah jadi perkampungan penduduk,” kata Anton.

Tapi di balik kegagahan meliuk di langit nusantara, pengadaan jet tempur yang masuk dari bagian paket proyek alutsista berongkos total hingga Rp 150 triliun itu perlu transparansi. Apalagi, kata dia, untuk jangka menengah, lebih dari Rp 400 triliun disiapkan negara guna mempercanggih senjata.

Anton menilai upaya pemerintah melengkapi alutsista TNI itu adalah langkah bagus. Apalagi pasokannya melibatkan berbagai negara. Persaingan Rusia, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan China harus dimanfaatkan untuk pembangunan alutsista.

Tapi, agar jet tempur itu tak jadi persoalan di dalam negeri, pengadaannya mestilah transparan, dan menghindari tangan broker. “Dokumen transaksinya lebih baik terbuka, kalau perlu melibatkan Komisi Pemberantasan Korupsi,” ujar Anton.(np)

 Dari Rusia ke Langit Indonesia 

Cocok dengan Indonesia. Tinggal soal alih teknologi. 

Sukhoi (SIOUX)
Jakarta merapat ke Moskow. Jet tempur Sukhoi seri terbaru bakal meraung di langit Indonesia. Bukan hanya di awang tapi juga di tanah. Kendaraan tempur dan rudal juga bakal dibeli dari sana. Indonesia dan Negeri Beruang Merah itu juga bakal bekerjasama. Dalam banyak soal.

Negeri kita memang pasar yang subur. Dan itulah sebabnya, dalam dekade terakhir, Rusia rajin menyambangi pameran pertahanan Indonesia. Mereka juga rajin hadir pada pameran dirgantara.

Meski sudah masuk dalam kelompok elit G20, Indonesia dipandang belum memiliki alutsista yang memadai. Dalam pameran Indo Defence, Indo Aerospace and Indo Marine Expo & Forum, yang rutin berlangsung di Kemayoran, Jakarta, delegasi Rusia selalu menjadi penghuni anjungan yang luas.

Mereka memamerkan rupa-rupa model persenjataan. Dari prototipe pesawat tempur, helikopter militer, radar, hingga senapan serbunya yang sudah mendunia, Kalashnikov (AK).

Pada setiap pameran dua tahunan itu, terakhir pada awal November 2012, anjungan Rusia selalu ramai dikunjungi. Dari warga biasa hingga para petinggi militer. Pameran itu menghadirkan 500 peserta dari 40 negara. Dikunjungi 20.000 orang.

Seperti di pameran-pameran sebelumnya, produk-produk senjata Rusia di Indo Defence 2012 banyak disanjung. Saat mengunjungi pameran itu, Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Laksamana Marsetio, terkesan akan ketangguhan mesin-mesin perang dari Negeri Beruang Merah.

Dia menegaskan bahwa tank amfibi buatan Rusia, PT-76, sampai kini masih dipakai oleh TNI. Padahal usianya sudah 50 tahun. "PT-76 ini masih kami pakai sejak 1962," kata Laksamana Marsetio, yang sejak Desember 2012 naik jabatan menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Laut.

Pertama kali diproduksi pada awal dekade 1950an, PT-76 menjadi tank ringan amfibi standar bagi militer Uni Soviet dan negara-negara anggota Pakta Warsawa. Menurut laman Main Battle Tanks, PT-76 dipakai 25 negara.

TNI masih memakai tank ini, seperti diungkapkan Laksamana Marsetio. Di jajaran TNI Angkatan Laut, PT-76 merupakan aset yang dipakai oleh Korps Marinir, spesialis operasi militer dari laut ke darat.

Di dunia internasional, digunakan pada berbagai perang besar - seperti Perang Vietnam dan Perang Arab-Israel. PT-76 diakui kalangan pengamat sebagai tank amfibi yang populer karena memiliki desain yang sederhana. Efektif. Mampu dipakai di medan-medan berat.

Itulah sebabnya PT-76 menjadi salah satu simbol sukses Soviet, dan kini Rusia, dalam memproduksi tank maupun kendaraan lapis baja. Selain itu masih ada tank-tank tempur legendaris lain era Soviet, seperti T-62 dan T-72.

Ingin meneruskan kejayaan Soviet, Rusia pun gencar memproduksi kendaraan-kendaraan lapis baja baru. Salah satu andalan mereka saat ini adalah kendaraan tempur (ranpur) BMP3. Ini merupakan ranpur amfibi yang bergerak lebih lincah dari tank-tank terdahulu dan mampu mengangkut hingga tujuh personel serta bisa dikendalikan tiga orang.

Keunggulan itulah yang membuat Indonesia memperkuat militernya dengan membeli kendaraan tempur BMP3 seri F. Dibuat oleh perusahaan Kurganmashzavod, Indonesia telah memiliki 17 unit BMP3-F pada 2008 dan berencana menambah 37 unit lagi untuk memperkuat Satuan Marinir TNI-AL

Seorang prajurit Marinir TNI-AL, Guntur Pasaribu, mengungkapkan kelebihan BMP-3F. "Korps Marinir Indonesia sangat berpengalaman mengendalikan tank-tank buatan Rusia, mulai dari PT-76 sampai BMP-3F. Menurut pengalaman kami, tank-tank dari Rusia sangat memuaskan," kata Pasaribu seperti dikutip media Rusia, RBTH.

 Alternatif AS 

BMP3F Marinir (Tempo)
Bukan cuma soal alat tempur, Indonesia dan Rusia juga bekerjasama dalam latihan militer. Juga membangun proyek patungan alutsista. Dan sesungguhnya, kerjasama kedua negara bukan hal baru.

Ketika masih berbentuk Uni Soviet (USSR), Rusia sudah menjual persenjataan ke Indonesia, tidak lama setelah kedua negara membuka hubungan diplomatik pada 1950. Pada masa-masa awal itu, banyak pula personel angkatan laut dan udara dikirim ke Uni Soviet. Mereka sekolah di sana.

Hubungan itu terganggu pertengahan dekade 1960an karena alasan politis. Kedua negara kembali melanjutkan hubungan di awal dekade 1990an, meski baru efektif beberapa tahun kemudian. Contohnya, pembicaraan soal jual-beli jet tempur Rusia Sukhoi-30 ke Indonesia berlangsung sejak 1997. Namun jual-beli itu baru disepakati pada 2003.

Hubungan itu kembali terajut, setelah renggangnya Indonesia dengan Amerika Serikat di akhir dekade 1990an. Kerenggangan itu muncul setelah Washington menjatuhkan embargo penjualan senjata ke Jakarta karena menilai Indonesia saat itu melanggar Hak Asasi Manusia di Timor Timur, yang kini bernama Timor Leste sejak menjadi negara berdaulat pada 2002.

Embargo senjata AS ke RI itu, berikut suku cadang, berlangsung selama 1999-2005. AS mengakhiri embargo ketika Presidennya saat itu, George W Bush, menganggap Indonesia termasuk mitra penting memerangi terorisme.

Setelah mencabut embargo, AS pun terlihat aktif menawarkan mesin-mesin perangnya kepada Indonesia. Pada 2011, AS sepakat mengirim 24 unit jet tempur bekas tipe F-16 seri C/D blok 25 kepada Indonesia secara cuma-cuma, kecuali untuk biaya pemutakhiran (upgrade).

Pada akhir 2012, AS dan Indonesia berunding untuk jual-beli helikopter serbaguna UH-60 Black Hawk dan helikopter tempur AH-60D buatan Boeing.

Namun, belajar dari embargo AS itu, Indonesia membuka pintu kerjasama seluas-luasnya kepada negara lain, termasuk Rusia, agar tidak lagi bergantung kepada satu pihak dalam pengadaan alutsista. Maka, sejak itu, Indonesia tidak hanya kembali berbisnis senjata dengan AS, namun juga mempererat kerjasama serupa dengan Rusia.

Maka, Indonesia dan Rusia bersepakat soal jual beli jet tempur dan mesin-mesin perang lain. Sejak 2003, Rusia telah mengirim 12 unit jet tempur Sukhoi ke Indonesia dan pengiriman empat unit lagi masih menunggu persetujuan lebih lanjut.

Moskow pun telah menjual sejumlah helikopter militer Mi-35 dan Mi-17 kepada Jakarta. Alutsista lain yang dijual Rusia ke Indonesia adalah kendaraan tempur lapis baja BMP-3F, kendaraan pengangkut personel BTR-80A, serta senapan serbu AK-102.

Untuk membeli persenjataan itu, Moskow pada 2007 memberi fasilitas kredit sebesar US$ 1 miliar kepada Jakarta. Kerjasama pertahanan di luar jual-beli persenjataan juga telah berlangsung, seperti menggelar latihan bersama memerangi perompak di laut antara pasukan Indonesia dengan Rusia pada 2011.

Baru-baru ini pun Rusia menawarkan bantuan ke Indonesia membangun sistem pertahanan udara. Saat ini, Indonesia hanya memiliki rudal-rudal pertahanan SAM (surface-to-air missile) jarak dekat.

Viktor Komardin dari perusahaan ekspor senjata-senjata Rusia, Rosoboronexport, mengungkapkan bahwa Moskow akan menjual perangkat sistem SAM sekaligus membantu Indonesia bila tertarik mempersiapkan jaringan pertahanan udara.

Malaysia, katanya, sudah membentuk suatu sistem pertahanan udara terintegrasi. "Tapi Indonesia belum memilikinya. Padahal sistem pertahanan ini penting dimiliki Indonesia," lanjut Komardin seperti dikutip kantor berita Russian Beyond the Headlines.

 Alih Teknologi 

Namun kerjasama ini tidak berlangsung sangat mulus. Kepala Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan RI, Brigjen TNI Sisriadi, mengatakan kerjasama pertahanan antara RI dengan Rusia masih terbentur pada adanya alih teknologi yang harus menyertai setiap pembelian alutsista dari sana. Keharusan itu termuat dalam UU No. 16 tahun 2012 tentang industri pertahanan.

Dalam UU itu tertulis setiap pembelian sistem senjata dari luar negeri, wajib ada konten lokal. Bentuknya, antara lain pelatihan, kerja sama pembuatan, dan kerja sama operasi. Hal itu diungkap Sisriadi, ketika dihubungi VIVAnews, Jumat 1 November 2013.

"Setelah adanya UU Industri Pertahanan No. 16 Tahun 2012 itu, maka kami mengganti format pertemuan bilateral yang selalu dilakukan setiap tahun dengan Rusia. Kami menyampaikan kepada mereka bahwa pembelian produk alutsista dari negara mana pun harus disertai alih pengetahuan dan teknologi," ungkap Sisriadi.

Hingga saat ini, lanjut Sisriadi, pihak Rusia masih belum dapat memenuhi inisiatif tersebut. Kendati begitu, pihak Kemhan tidak lantas menghentikan kerjasama pertahanan dengan Negeri Beruang Merah. "Kami masih akan terus mendorong Rusia supaya alih teknologi itu dilakukan,” katanya.

Proses negosiasi itu, lanjutnya, sangat alot, karena mereka ngotot tidak dapat memenuhi inisiatif RI. Rusia sendiri, ujar Sisriadi, tidak mengungkapkan secara gamblang alasan di balik penolakan mereka melakukan alih teknologi.

"Kemhan juga tidak tahu alasannya. Karena mereka tidak mengemukakan alasannya. Tiap kali kami tanyakan, mereka malah kembali membahas pinjaman yang ditawarkan Rusia kepada Indonesia," katanya.

Pinjaman negara yang dimaksud Sisriadi adalah dana pinjaman yang ditawarkan Pemerintah Rusia untuk membeli peralatan alutsista dari mereka. Nominalnya mencapai US$ 1 miliar atau Rp 11 triliun. Namun, kata Sisriadi, dalam ada ketentuan, disebutkan bahwa pinjaman hanya dapat membeli produk alutsista tertentu. “Mereka juga menyertakan daftar belanja alutsista apa saja yang dapat kami beli,” ujarnya.

Dana pinjaman itu merupakan bagian dari kesepakatan kerjasama pertahanan yang diteken oleh kedua Pemerintah sejak delapan tahun silam. Kedua pucuk pimpinan yakni Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Vladimir Putin telah menyepakati adanya dana pinjaman tersebut.

Dari dana yang ditawarkan senilai US$ 1 miliar, Kemhan baru menggunakan sebagian dari dana tersebut untuk membeli pesawat jet tempur Sukhoi, helikopter MI-17 dan MI-31 serta tank BMP-3F. Totalnya mencapai US$ 308 juta atau Rp 3,4 triliun.

Pesawat Sukhoi yang dibeli menggunakan dana pinjaman ini, merupakan pesawat yang dikirimkan pada gelombang awal ke Indnesia. "Jadi bukan pesawat Sukhoi baru yang dikirim pada September lalu ya. Kami membeli itu menggunakan dana pinjaman dari bank swasta," ujarnya.

Total ada lima pesawat Sukhoi SU-27 SKM yang baru dikirim pada September lalu dibeli dengan harga US$ 470 juta atau Rp 5,2 triliun. Kontraknya ditandatangani oleh Kepala Baranahan Kemhan dengan Rosoboronexport Rusia pada tanggal 29 Desember 2011 silam.

Lima pesawat jet tempur ini akan melengkapi 11 pesawat tempur Sukhoi SU-30 MK2 yang sudah terlebih dahulu tiba di Indonesia dan berjumlah 11 unit.

Maka total pesawat Sukhoi yang dimiliki telah mencapai 16 unit atau satu skuadron. Sementara untuk harga helikopter MI-17 dan MI-31, Sisriadi, tidak menyebutkan harganya.

Ditanya VIVAnews apakah ada alutsista lainnya yang masih berniat dibeli dari Rusia, Sisriadi menyebut hingga kini Kemhan masih belum ingin menggunakan sisa dana yang ada untuk membeli alutsista lainnya. Mereka tidak ingin melanggar UU yang berlaku.

Soal keunggulan pesawat jet tempur Sukhoi dari Rusia, Sisriadi menyebut burung besi itu memiliki sistem sensor yang baik. "Endurance atau jangkauan operasional jauhnya pun juga hebat sehingga bisa dioperasikan untuk jarak jauh dan bisa kembali lagi. Selain itu sistem avionik yang dimiliki Sukhoi juga bagus. Pesawat ini lincah di kelasnya, " papar Sisriadi.

Ke depan, lanjut Sisriadi, untuk alutsista pesawat Sukhoi dirasa sudah cukup. Pesawat tempur itu akan dicampur dengan F-16 yang juga sudah ada.

Sisriadi mengatakan pelajaran lain dari peristiwa embargo yang dipetik Kemhan yakni jangan bertumpu kepada satu negara saja dalam mengandalkan pembelian alutsista. Jadi ketika diembargo, masih ada alutsista lain yang dapat digunakan.

Kontributor: Anugrahandini Nasir (Makassar)

  ● Vivanews  

Mengenal Abu Arifin, ajudan Panglima Besar Jenderal Soedirman

Abu Arifin
Rasa bangga menjadi bagian penting dalam sejarah Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih terlihat jelas dalam raut wajah Abu Arifin yang kini usianya menginjak 92 tahun. Pria kelahiran 19 Januari 1921 di Klampok, masih terlihat segar saat disambangi di rumah kontrakan yang sudah 3 tahun terakhir ditempatinya di daerah Kecamatan Purbalingga Kulon, Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah.

Riuh suara transaksi jual beli di pasar, menjadi latar bagi siapa pun yang ingin menjangkau rumah Abu Arifin. Kakek 25 cucu ini, dikenal di lingkungannya sebagai abunya, pensiunan CPM (Corps Polisi Militer). "Oh kalau abunya yang pensiunan CPM, rumahnya di dalam pasar," ujar seorang penduduk yang mengenal sosok Abu Arifin sebagai pensiunan CPM ketimbang veteran, Sabtu (5/9).

Abu Arifin hari itu mengenakan Pakaian Dinas Harian (PDH) layaknya seorang tentara yang masih aktif. Diatas pundaknya, terpampang tanda kepangkatan satu bunga melati yang merupakan pangkat terakhirnya saat memutuskan berhenti dari tentara di tahun 1964. "Saya berhenti di tahun 1964, setelah pemberontakan DI/TII berakhir. Setelah itu, saya berwiraswasta," jelas pensiunan Mayor CPM ini.

Mengenai sosok Abu Arifin, banyak orang mengenalnya adalah ajudan II Panglima Besar Jenderal Soedirman selama revolusi fisik berlangsung pascakemerdekaan hingga mangkatnya jenderal kebanggaan bangsa Indonesia itu. Diakui Abu, kharisma Jenderal Soedirman sangat luar biasa dalam memimpin pasukan. "Bahkan, pernah suatu waktu ada tawaran dari Pak Dirman kepada anak buahnya yang ingin kembali ke rumah, tetapi saat itu tidak ada yang mengambil tawaran tersebut," jelas Abu.

Baginya, sosok Jenderal Soedirman yang dikenal menjadi Bapak TNI adalah orang yang sangat idealis. Seringkali, saat ia mengajar di beberapa sekolah teologi selalu menceritakan sosok Jenderal Soedirman.

"Saya selalu bilang kepada siswa saya yang berasal dari luar negeri, seperti Inggris, Belanda, Kanada dan negara Eropa lainnya. 'Anda boleh memiliki panglima yang bagus, memiliki senjata lengkap, tetapi tidak ada satu pun dari mereka yang seperti Jenderal Soedirman. Karena beliau adalah Jenderal yang konsisten terhadap perjuangannya dan selalu bersama rakyat,'" ceritanya.

Nilai luhur tentang kesederhanaan itulah yang kemudian diadopsi Abu Arifin. Hingga beberapa hari lalu, ia belum memiliki rumah tetap untuk tempat tinggalnya. Sampai akhirnya, ia mendapat hadiah berupa rumah dari TNI melalui Kepala Komando Resor Militer (Korem) 071/ Wijayakusuma, Kamis (4/10). Meski mendapat rumah, ia masih menunjukkan komitmennya untuk terus berjuang menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia.

"Kami berkomitmen bahwa kami adalah pejuang sepanjang zaman, bukan saat perjuangan fisik saja. Selama napas kami masih berembus, kami akan terus berjuang dan mengikat persatuan," tegasnya.[bal]

  ● Merdeka  

[Foto] The Thunder's, TNI-AU Real Air Superiority Fighter

Latihan perang Angkasa Yudha kali ini sungguh istimewa. Salah satunya terlihat dari banyaknya jumlah pesawat tempur, angkut maupun prajurit yang turun dalam latihan yang dipusatkan di Pulau Natuna Kepulauan Riau itu.

Yang lebih istimewa lagi, ini adalah kali pertamanya kita bisa melihat taring Su-27/30 Flanker TNI-AU.

Lihatlah foto air to air yang ARC peroleh dari salah seorang sahabat yang merupakan pilot Su-27/30 dibawah ini.

Sungguh membanggakan bukan?

Sebagai jet tempur multirole, Su-27/30 bukan hanya mampu menggotong puluhan bom. Fungsi azasi jet tempur buatan Rusia ini tak lain tak bukan adalah sebagai Air Superiority Fighter. Fungsi ini pula yang diembang armada The Thunder's dalam latihan Angkasa Yudha 2013.

Dari total 8 Sukhoi yang diturunkan, 2 diantaranya dilengkapi rudal udara ke udara canggih, yaitu R-73 Archer serta R-77 Adder. R-73 merupakan rudal jarak pendek terbaru buatan Russia yang sangat andal dan ditakuti.

Sementara R-77 adalah Rudal jarak menengah yang kecanggihannya setara dengan AIM-120 buatan Amerika. Dengan adanya kedua senjata ini, TNI-AU kini mampu melakukan pertempuran diluar jangkauan visual (Beyond Visual Range).

(photo: SIOUX)

2 pesawat Sukhoi yang dilengkapi rudal udara ke udara itu kemungkinan besar berperan sebagai Sweeper atau penyapu dan pengawal armada pengebom. Bukan tugas mudah sesungguhnya.

Pasalnya, armada sweeper harus memastikan armada pengebom aman dari gangguan musuh saat menuju, di sasaran serta kembali ke pangkalan. Disaat pengebom membabat musuh, sweeper akan terbang tinggi mengawasi langit sekitar. Dan syukur Alhamdulillah, peran sweeper maupun pengebom mampu ditunaikan dengan baik oleh The Thunder. Bravo Thunder...!!


Latihan mungkin telah usai. Namun pekerjaan sesungguhnya dari armada TNI-AU masih terus berjalan, yaitu menegakan kedaulatan udara nasional yang merupakan harga mati. The Thunder's serta taji-tajinya selalu siap menjalankan tugas itu.


  ● ARC  

EMB-314 Super Tucano bahu-membahu beraksi di Natuna

Latihan Pemboman di Natuna (ARC)
Jakarta - Sejak mendarat pertama kali di Tanah Air pada penghujung Agustus 2012, misi latihan besar untuk EMB-314 Super Tucano akhirnya tiba, yaitu saat tiga Super Tucano itu turut dalam latihan puncak TNI AU, Angkasa Yudha 2013, di Kepulauan Natuna, Kepulauan Riau.

Wilayah paling ujung di tepi Laut China Selatan itu dipilih dengan sejumlah alasan, mengingat perairan internasional itu diklaim lima negara, yaitu China, Brunei Darussalam, Viet Nahm, Filipina, dan Malaysia. Indonesia ada dalam "kawasan panas" sehingga kesiapsiagaan militernya menjadi keharusan.

Saat mendarat di Pangkalan Udara Utama TNI AU Halim Perdanakusuma, empat Super Tucano masih diberi nomor registrasi eksperimental, PT-Z01 hingga PT-Z04, persenjataan belum dipasang dan dilengkapi dua tangki eksternal.

Super Tucano buatan Empresa Braziliera de Aeronotica (Embraer) SA itu merupakan pengembangan dari EMB-312 Tucano, yang programnya diluncurkan pada 1995 sejalan program Sistema de Vigilancia da Amazonia (SIVAM) yang menghendaki Angkatan Udara Brazil memiliki pesawat terbang patroli dengan kemampuan penyerbuan darat dan pengintaian serta anti gerilya.

Permintaan karakteristik dan spesifikasi itu dijawab Embraer SA dengan konsep pengembangan EMB-312, berupa pesawat tempur turbo-prop yang bisa dioperasikan dari pangkalan berfasilitas minimal, terpencil, kokpit modern full-glass, dapat menahan beban +7g hingga -3,5 g, dan mampu dipadu-padankan dengan berbagai sistem pengamatan/persenjataan Barat atau sebagian Timur.

Salah satu yang dijagokan, adalah pemasangan perangkat FLIR (forward-looking infra red) dan DLIR (downward-looking infra red) yang didedikasikan Brazil untuk memonitor pergerakan pesawat tempur lawan ataupun gerilyawan di darat.

Intinya, dia lalu menjelma menjadi pesawat tempur counter-intelligence dan surveillance. Mesin yang menjadi pendorong juga mudah dirawat, yaitu Pratt & Whitney PT6A-68A yang membangkitkan 1.600 shp disuplai tangki internal 695 liter avtur sehingga mampu menerbangkan dia pada radius 1.500 kilometer alias terbang selama 6,5 jam.

Peran lain Super Tucano adalah pesawat latih dasar dan lanjut penerbang tempur (menurut airforce techonology, Amerika Serikat), dan serang udara-darat atau udara-udara ringan dari satu atau dua penerbang yang duduk secara tandem.

Kinerja tempur pilot dan perwira persenjataan dijamin berkat fitur OBOGS (on-board oxygen generated systems), dan pengendalian dari tuas kemudi tunggal HOTAS (hands-on throttle and stick control) disuplai dari Northrop Grumman. Jadi, feel mengemudikan Super Tucano dan mengoperasikan sistem persenjataannya sangat identik dengan pesawat tempur jet canggih.

Sejak awal dirancang, disadari bahwa perang asimetris akan makin menggejala di banyak belahan dunia, di mana para milisi atau teroris dan gerakan separatis akan melancarkan taktik semi gerilya atau malah gerilya penuh.

Pada tengah dasawarsa '60-an, ada Rockwell OV-10E/F Bronco yang diakui sangat efektif memainkan peran dukungan udara dan lain-lain menentukan jalan pertempuran darat.

Indonesia pernah memiliki satu skuadron udara OV-10F Bronco yang sejak 2007 lalu dipensiunkan begitu saja dengan alasan efisiensi anggaran dan kesulitan perawatan.

Pada saat kini, Korps Marinir Amerika Serikat malah berusaha menghidupkan kembali armda OV-10 mereka ini dengan peralatan lebih canggih. Operasi Seroja di Timor Timur, adalah palagan paling top dari kebolehan OV-10F Bronco ini.

Karena asasinya sebagai pesawat "pengganti" peran sejenis OV-10F Bronco itulah, maka Super Tucano dipersenjatai lima hardpoint sebagai "cantelan" persenjataan di kedua sayap dan perut fuselage-nya, yang mampu menggendong 1.500 kilogram beban. Dua senapan mesin 12,7 dipasang di kedua sayapnya yang menyemburkan maksimal 1.100 peluru permenit.

Yang menarik, kelima hardpoint itu bisa dipakai untuk bom berpenuntun alias bom pintar udara-ke-darat atau udara-ke-udara, selain bom konvensional Mk-82 atau Mk-84 udara-ke-darat. Brazil memasang misil buatan sendiri, MAA-1 Piranha berpenuntun infra merah dari Orbita; yang mendapat pasokan data dari turet radar AN/AAQ-22 SAFIRE di sebelah FLIR/DLIR-nya.

Kembali ke Kepulauan Natuna yang menjadi arena Angkasa Yudha 2013 ini. Dalam skenario latihan Angkasa Yudha 2013 yang diperoleh, pasukan TNI AU berupaya merebut kembali Pangkalan Udara Ranai, Kabupaten Natuna, yang dikuasai oleh musuh dari "negara Musang".

EMB-314 Super Tucano, dalam Angkasa Yudha 2013 itu, tidak difungsikan penuh sebagai pesawat terbang recconaissance; melainkan CASA 212 Aviocar dari Skuadron Udara 4. Hasil "intipan" mereka ditindaklanjuti Hawk 109/209 dari Skuadron Udara 1 yang memainkan peran arm recconaissance.

Sasaran yang telah ditetapkan dan dikunci lalu dibombardir oleh gabungan F-16 Fighting Falcon (Skuradron Udara 3), Su-27 Flanker (Skuadron Udara 11), dan EMB-314 Super Tucano dari ketinggian lebih rendah.

Walau beda konteks masa, namun penampilan dan akibat yang ditimbulkan dari bom-bom udara-ke-darat itu cukup ampuh menghancurkan sasaran-sasaran musuh. EMB-314 alias A-29 Super Tucano "membersihkan" sisa-sisa fasilitas dan pasukan musuh tersisa. Mirip dengan aksi A-10 Thunderbolt II dalam skala lebih kecil walau sama-sama mematikan.

Dengan loreng hijau dan gigi-gigi hiu bersorak merah-putih menyeringai itu, EMB-314 Super Tucano menyambar-nyambar sasaran-sasaran di sekitaran landas pacu berazimuth 180-360 itu.

  ● Antara 

Jumat, 01 November 2013

Sistem Pertahanan Bawah Tanah Monas Dibangun 2014

data:image/jpeg;base64,/9j/4AAQSkZJRgABAQAAAQABAAD/2wCEAAkGBxQSEhQUEBQPEBUVEBQUEBQUEBQUFRUVFBQWFxQUFBUYHSggGBolHBQVITEhJSorLi4uFx8zODMsNygtLisBCgoKDg0OGxAQGCwcHCQsLCwsLCwsLCwsLCwsLCwsLywtLCwsLCwsLCwsLCwsLywsLCwsLCwsLCwvLCwsLCwsLP/AABEIAOMA3gMBIgACEQEDEQH/xAAbAAACAgMBAAAAAAAAAAAAAAAAAQIDBAUGB//EAEYQAAICAQIDBQQFCQYEBwEAAAECABEDEiEEMUEFBhMiUTJhcZEjQoGxsgckNHJzg6HB8BRSY8LR4RYzYoIXQ5Kio7PxFf/EABkBAAMBAQEAAAAAAAAAAAAAAAABAgMEBf/EACgRAAICAQMEAQQDAQAAAAAAAAABAhEDBBIhMTJBUSITcYHwFCNhM//aAAwDAQACEQMRAD8A6SMRSQE9Y8klHUQkxARERyUdQAjUcYEcAImKMwqMBQEemSVYEtBAnrHpmp71cQ2LhmOMlWL40RhXlJcEmzyFBh9smclGLkVCO6Sj7NwBGJXwjakQ77opsgAm1BBIBIF+ln5y2ooT3RTXkUouLaYCOEBKJJCMSMdQHZIR3IRiILLAY7kbhcBktUC0jFAC3HkqZPj2JgyQaS4plJ0aoCOo5ISgIiSERjEBDkhFCAEoRQuABCEIwGJMCRWTECB1OS/KDnK/2ddm8+R2QiwdKUhP2swv32NwJn98eLdMQGHMMOQtsLrUorV5+aVd2Oekj4ec8Risl+JzuzFtirFFND6zvbtt02nJqMia2HZpsbTUz1Tu/wBoLmxgABCCwVS2osntI/ryNH3gnrNnPP8AsbBiz4lbhMyY8wQeRWZ8a6TWs4r8THdA6karPsnedt2QmTw/pXGRgxGoHWKJOkayAWJAvcAi6Ik6XIktg9Ti53mURFUlCdlnFQgI46gRCykhRiEUB0ShARiIAVb2Eib6zO4XDpaXPwWo2dvhIeRJlqDaNVC5nZezHHs+b+Upbgsg+qZW+PsW1rwaoCMCISUYhEQAkhAiACgRGI4wIQjMUBBJCICSAgIYkxICTWBJqu8XYC8WmzNhyhSMeRQDV9HB5rt0oi/eZ5f2v3YbBmOPI4ykKpD70Va9Ptbj4b9dzzntAnE970viT+yT8Tzl1EFW7ydmnyPtOc7K7rvnbF4LDDqQOMlm0tNR06SDfmrpz5jnPUOxezTgxqr5HzuFpsjhQSB0AABr9YknqZh91Oy9PDcPlDE/QLYI61TUfjN2JnplFrd5TK1EpJ0RKxVJxTss5BCBMREIwCMiKSEVgIQk8eMsaH31NjwnCKBbjf0uTKaiUoti4M37zM1B7pBKGwFSLZLM5ZO2dMVRmo9CWYyDzozB1e+IZZDiXZyYjBkYxPQOImDHIwgBKEUIAKKOMRiACOEYhYDTe6o0aO/I1dH02o/bJgTFycEjMrkMGWuTstgXpDAGmALE0RMoRJ2BMTi+9v6R+6T8TztJxne/9I/cp+J5hqO020/cdh3VX8ww+7Ew+Tt/pL5HukPzLF+q/wD9jxzDRvuNdX1iO4TEw9oIchxeZcgvylGoqOTh606T03vYjmCJlzss5SJjqEcBABCEIDJY2ozOR+s18zaHTlM8iLxtlhzRBzIVJLMeDYsEdmRjCxFGp4fgd/NL37Ls7GhLAZemX1jeSViWONGs4zgjjo3YMxZ0mQK60d5qOP4ajYmmPNfDM8mKuV0MKEbLJ4sRPpN7RlRXGJPLgK85AQTsVUOLIDpOkgGtr5X763r4bxyriGyDT4QxNudet2ShtRFK19dtr9YNgT4ZnIPihFOo0EcuK9bKrV86qZAkZKIQ5xnfA/nH7pfxPOzE4vvj+kD9in4skyz9ptg7jue6W/BYa/usPt8RpCV9x3vg09z5B/7if5iXOKJ+JnNpHUpI21S4Qav94pr+J47Ij6BgyZVOyOhAF1ZD6jt0890d/QzYCdlpnK0wEkIhJCMRXnzKgByMEBYLqOy2TQBbkt8hfM7cyJJcit7JVvWmB93T4H5SrjuCx5lKZkGRSCKP/UCpII3BoncEGPheGTEoTEqoo5ARc2XxRaZkYbP2THuW4slDrzin0CPUyrkgkrRpmY6905mzoirK0SWhYeJv0iu/dJtlVRqRkEkGHSYmqSDzXYZbzL8QiV5M1jeU+JExhtG52irIJPApG+0iRJK018GPksycRYozGIlzGVlY4BK2QkhItkUGiQp6aiAD8CeZ25CSRgRYIIPIg2PnLsiiayUiJIQsDG45cpA8BsSte/iKStda00b/AIbTke9Qbxxrot4CWV5e0/r9s7genX0+7+vdOL74fpA/Yp+J5z5+03wP5HVfk/a+EYenEuPmmMzYZx5iPefvmn/Jy/0OZf8AHvl641H8puOI9o/Gc2mf9rN9SvgmYuLi8bGkfGxs2A66rHMFbsGwbHuPUS6V48KqSVVFLG2KqAT03PXkPkPSWTv5OJhcbE1tua2+PSKEAMPgMvEEkZ8eHGByZMpYsQT5tNUoNcib+2Z0UIqoBRy/EwPtAS1cayXOi1GzGVpeuaWtiBHQSnwqmdpl00XB49ciqwZJPBpyam4XJFYqmtmNADGDI1HAljMBFHGIIQEtOBq5E/Df5x2hpMx82FXBDqrg7EMoYHlzB+A+UkqgcqHwkyp6giKNNC5ASQkYxGBTx3AY8wC5kXIFbUoN7NRFgg2DRIv3zj+9eJVzgKAoGBNh+tkncTiu+I/Of3KfieYZu02w9xv/AMnI+jz/AK+P7mm+44ec/ATQfk7rRm/XT8Lc50nGKLHw/wBZx4HWY6cyvGYcJIrALPR3HBRGEk61ykI07AcIriJjEPVJjIZVGDE0O6MgZjA5TKYSNqK3MuXKZPxpjQuLagUmQEtGA+6XEiSEx3nR9NGLk4cgXzHulU2StI5OHDWQKMayeweL0a+OWNhYdJCppaZg4tFmNRMvHkmCsuUyJI0gzMIB5yo8Kvv+cgGkleRyuhq9r6lOfBW43EqEzecpbFNoT9mE4eimcV3xH5z+5T8WSdvU4rvh+k/uE/Hkk5e0rCvkbn8nB2zj9mefuf8A0nTccN1/VnKfk5b6TOP8JD8mI/zCddxw9n7Zx4+MyOrIv62YcLhFPQOAdyBjMVwsCJkZJopSZLCMRQhYUSihCKwHccjHECHrkg8riuY0ddl6vLFeYoMkrROI1Iyw985F8YlAeTGSKmgtMRx/ZEyESRcQ1R2ydqK7jDSW0gZXBDtFgySWuVCMQoW4kxnDd8V/OR+wT8WSdzYnEd8h+c/uE/Hkk5H8TTF3GV+Tz9JcevDsflkx/wCs7nj12Hx/r7pwXcM1xY9+Fx/FD/lnfcePKP1h9xnGv+qOmavGzAiIji1T0OTgoiZG4zImUhMDFCEBUEIQjAIQhABiMSMcQCuEjHMzZjjEVwgJkrjuRhACVwuKEQDuMRCMRiHGDFGsBEpxHfH9J/cp+LJO3nFd8f0gfsE/HkkZOhri7izuKPztf2b/AHCehccPJ8CJwHcYVxY/Z5PunoXGC0acbdZEdb5gzUyMZkTPQs88RkTGYoWJhCEJViocRhCKwoIQhDcIdQhHFZVFccUJJoOEUcAGIQgIxUOOEdQGAjEKjqABGICSEQBOM73j84H7BPx5J2k5DvWv5x+4T8eSRPoaYl8iPcxa4zF7xkH/AMbT0XiR5W/VP3TznuuK4vAf8Sj/ANysP5z0zMlqfgfunFl4kjrj0ZoTIGTIkJ6J51ciijigIIQhAAhCEACEIQAcIoxAbQtMRnOcL2TxeIWvE5Xqm0OHYeySARkqtudEfOpv+CZ2RWyqEYqCQDYFi/5+slSTNXGi2oVJVCoySMdR1KeNy6cWRrArG5smgPKa3+XzhYBk4pAaLqN6O4FE7gEnrXT4y7E4YWpDD1BB+74j5zmdZCeVijOzkedd9KhvZbcgAtymCveDJhII05CSQQzBQB1YBST9ldekjcafTujuAJICcd/xk24rGCWB2QtpAFstFhd0SDsaY+m0MvfJ7AXwgSdvoSTy32bIf69YvqxNFpMj8HahZILPPsveHiD/AOa6gDfSmJTQ62UO9mQPeDPj9vLmJ+rbYtzd7AYx8PgeYkvPFFw0U5VXn7no1Tj+9J/OP3KdD6uZqf8AifKwGvKVsXQ4h03YA15WHLlvMLiuOXLu7Ysm1HxMr5DQOw877yZZU0CwbJcs3/YRAz4STVZsfPb6w9fcZ6gciVWtP/UPWeFJgxHmMR5DkvTcfD0mw7Hw4ceS1x4FtdLEcOpBsggez6rfuqc06fJ0KCrhnoQIPIg/bIsJzOMYVOoJwdkkm8eNL3sk6SDzPX/8yMXa2FQa8IE2T4fFZFvarI1nVtQ39PlvHUx8nPLTLwzeGKpqc/GF9x4ib88eYDnZI8yH1/hJcNxhHtvmPpqw4WHTqoSWtTCzN6V9UzaVFMZ+PToxv34SB0/xD75j8L2kxYKxw0TQK+NfTYL4ZBO5+t0lrNF+SP48qs2MI4VNTGhQjhUAoUcKlebNp5hm+Gn/ADERDNN2v2nm1ZOH4Ncb5iNRyEKMPD4NIVSx2PjG1YLpI897ihNh2hxoxOmTI+NOHXC2okksW0KV2W10hQx5nfly35Ve+2HK2jCuLhtR1vle9GlQCyJo55SdO7DTpFm9IEj273j4d0GPhtXEN4j2NDZiwbza11b8yQLF0p26zPg7JONLg6PsLO7Mz52ZX4gYmw8P5vokHiHGoG/nZciFjQs30E2XC4ShyBmVm8Us9CgpKr5QLPshas77G65TjuG4rfZcxY4dJPgZgw+jIdtVDer3+M2vd/tDCuN0bUvmPl8HKDp002wXbYH37RJoU2qbRf2gM2TxcHDvTFg2fPR+hTIPLhSm2z6Ch/7r21Cpdr9jtm4bztlTEmJfCx4yFy5mXYeJqBGg6QRsNtzXMZ2DtjDpLHIoDuzvs25si2FWCVQCiBdADoJp+1u2GfyJqxKmXTlyOABk04ydCNe1OV3POq5XBpPyXHPtaUY0LD2cUxHLkPi8RuuLCubTiXUCrMmrcLRxliSb3oXpBv4Tu5jWw2Zc3FOhBx5GU4serzisekkUUVqN7jmLsWcDxKAEahqIyFBq3N6N10uOvWjzHLYSvsHi7ygWaLPZ89Xpckbki7EW2I3qZ0q/V6Inuvgx8PoIU5GyFjndbyDcGlPNQQGAAP1hZNsTouO7Lw48D4sGN8/EP5ceV6ZwSefiGtOxq0H851ferIpxAArYyKSLHIq4DEdAT1nK5yVyiyADkT64APse8Xz/AIylGPoj+Tk9mXwvZfZuAOvEcUr5UXfG+cA+If8ADXz3vyN0CBNd2F3j4HgAV0vxmbcnLjxouMchpQvTV1O25Y+tR9qdn8HxQY+Pw+HOpRUbWottY1LkUkAkKH94351U4/th8eDAmFFR3Y+Jnz7MpZarFgyDZlXXuepImbgk+EdMdZknFxcuP3hEO0OOXJmzZVFDJny5FBqwMmRnANbXTC6lScRU1WXUBsCdgRzog77fx+UrwZmJ9lrsgAAm6G/2ydlmG46PDxm/OdR2JxXlJu/NRv0A6fMzz3Fl2s37Njnv5q2/rpOr7JxMuNNRGMObtyAtHkTW/IekxyY+DSMzqU4kSRyKfaVTv6A/fNfj8Drx3C312fb+EWVUIvFxXDZaHmF5F+AvTVmjzImH0pGm9F6+EHGnCpqw+QIKx2LVCf7zXdenxm04RDkOnGGNEXpJXSOhJHIe+cpn7xKqqnmXEMpbQranOp9TEu3M8wL5bbbTr+zu+HAKi6GfGuk7HE27CiVJFgvW/PqPUTdae654IyZ0ui5MjjOyVxYmyM2ZyouhnyBTyFXf2zVcD2wVYfRryajrctXxYkctuUq7S7+4cmLIi4eI8ysFJCVVeViQTRutpzC9vAHdK6DzXz2O32zshDHFHDOWRvk9dHQ+vL74mYAgdWuh1Nc9uo3HzHrPPn72NpQnPj0oRWmwW01swA36be+bTF3v4YZlbKzA/wBnQMQrMqMpzDINPNNWtTtzASztLbSIjG+p19RVOP4/8ovDqyjD9MKtjqGPeyKGrfatzMdfymYbopoutJ8QMPRrrlRB293vhuQbX6O5qYXauFio089X8KN/ynMf+IuAaS7Igbl7TEbjc8tt+kt4Dvbixs+bic2FWyEriUMxX+zq7eC3l+tfiWdrsXVUE5IqOO030PKcPDMwGjSztkC46dbshrJBPqo57bibfs1GXilVX0Akh9J0gAKxFknnddbsGPs7hGbLk06cTYmOhVTFStRAK5NN+UkHlv8AZJcT2Xnv6FkxAks3mJ1OWYljtv7Rr0sic29Pg6ZYpRp+zpHysGxgZLLlgT/aK00uoHrfIjpymVhI830w5i/prodPrf1tOa4Lgsull4h9VrpBQrvZcHUGXfylQOosmVP2Ezs5bI24JAAptXJdTXvsBf2yHVjTfo37dqJ42PFiyHIS58TzPpVRqJawRe6kc7uvUTmuM43PqbHly5NBtTiNJS1QBJ824IPTnI4Owciu+6urYgilnYMptWJ01R3DCrqnuW5eyc1kqyAeY0SNjvpshbb4yrS6DdUvZHhuLOMOEevE0hyKZiBuKY2QOpAoGgTyFbfsrEDlIwuuLEr62YriBHk8zFeX1W5+UTU5OwXY7hVFnYZCdrBAJC9KO5uZP/8AJfSV8RtJ06kOopa3R9r5Ctt95O4S68ot7X7fTiQU04wq5HBe2ByabCtTKNK1uARzN89ho8zYCRqs2v1TkIoggDSPdNme7/lAHhbEc8e59bJYja9hR6+sxcXYHECwTha6Go1qAuzQCbbWPt9I078ik2/BTkw8KrhiGDFrJt6BJ9NXv9Ok3PFdt8GMBw8NrbWaz5DjYtZB1KFYE0bux6UOQMxs3d0beHiwbe8qdQJrej8enQdJa/Y76GVcfDodNKQ7C2/6hp5XJ3fcpWuhHg+BxHH5c+PFaGky5ShK7gqVq9wORq/hMZ8+EUmcsug2FfHp0lhZ0772De3rKMvdviWOx4bb+85bpuKKcvj6TIbu5m3GnhmB5DUVC735Qq7S39ybfhCwZMNE4hg00yva4zSkNRonldCuR1e6YXZudMJYlmy1iKoNiCwFoCBys7E78yZsOH7B4gAgjA1A6QXJ6bC9I/rpJ8N2FlUMCuIBxWQK7AEU1chvQPvk7q6jbk/BgJ2lSfS4U16j7DqdI6Wt2Dz3uZ/D9scGV+l4Z8p28oRX0m999QO9enSPH3aZKOLQjaarWWUf9VkWb9K+fKUt3d4nc+IrknY6jj072SAoK8rFf0DcnwJNkm7w8KMi6OFzaQDqJNOrfV0pZutjZN7g8xZuOfhCrE8PlDr5lDcRqV3Hs3pykmzW9G/fLs/ZudsJB0DLVAjwjZobszD3VY3E057rcRkKnMyHStVrD9eQ08hVb+6Eef8APyU7vojap23hyDxG4TNqx5dYGo5atQdLgqqkAkEALQG+k7TTdq8aGa+HxhMBC+Ir6derUdV7llG+wFbdN5uuC7Hy4Nsb35kOolQy6QDt0O9fZsesO0eyMmQckckAefw2K+ZbKEkj+90H3Ut3yCVtckRxPZgDDGzB9OTSLysuog6bORPMeXQ/MSGPtTBgxnKjZRxLJjOQIhQaywLAPkRglXRIO+kHrU1uDulkXchdd6gfEx1dWNuVA+szcPY/EVpyJidaor/acw1V1YBgDuL/AN5dpdGR+DM4PvhmVS7cTncaydPlJAbfbQOQ2G+mug3mXg79BuebjU95DEADqQtkdPnNOewGU2uIciGrOSKI2B1EE0QOZ/2jg7tsrs1M17EDIgBB5jTrHwrbaS6/0e5m+4jvcqlQeL4wliOSZBV8ibA9/K+RmUnaj5f+Xx7n3HNpP8SPUfOcnx3YuUrpxYmQ2p2y4tuZI/5nK6o/6TG4vsHi9tAGwHm8TGCdhdi+d9esEuA3M6vszhl8LiMlefx1F2erb7cpDGxv5whMl1Z3ZukfsRDH1j1nlcUJfg5ywNK0cmEJIFqMa+cYY/f90cJXkBIxJ+0wLEciYQjEy7Abk+tf1yMISRIZ/mYhkPrCET6FBlc1z6SpszesIRwAgczep6xplJPPr/IwhKkJFoO/WQZztCEQ2V+KQOZ5GWjIdPM/0IQlMkQcm7J/q5YR8fmfWEIFEWG8kqCOEyk/kS+oun2/zlbLYHPl6mEJqJn/2Q==Rencana pembangunan sistem pertahanan bawah tanah di kawasan Monas, Jakarta Pusat segera terealisasi. Dijadwalkan pembangunan akan dimulai tahun depan. Selain itu, juga akan dilakukan pemanfaatan daerah pesisir laut di sekitar Marunda, Jakarta Utara sebagai tempat meluncurnya kendaraaan TNI jenis amphibi.

Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo mengungkapkan, semua rencana tersebut akan dilakukan mulai tahun depan. Dengan demikian, Jakarta ikut berkontribusi membantu TNI menyediakan lahan untuk pertahanan. "Ini kita akan mulai tahun depan di Monas, akan dibangun basement besar dan lebar, jadi nanti di situ akan berjalan dan digunakan," ujar Jokowi di lapangan Silang Monas, Jakarta Pusat, Jumat (1/11).

Ia menyebutkan, ada lahan seluas 200 hektar di kawasan Marunda yang bisa digunakan untuk peluncuran amphibi. "Di Marunda itu luasnya lebih dari 200 hektar, sebagian wilayah pantainya itu juga nanti bisa digunakan untuk meluncurnya amphibi ke laut. Memang, hal-hal tersebut harusnya sudah kita rancang," kata Jokowi.

Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) TNI, Jenderal Budiman mengakui, rencana tersebut telah dibicarakan antara kedua belah pihak. Bahkan, pembicaraan kepada Jokowi telah dilakukan saat ia masih menjabat sebagai Sekjen Kementerian Pertahanan. Lokasi yang menjadi sasaran adalah pusat-pusat strategis, bisa pusat perekonomian, pemerintahan, perindustrian, dan keuangan,

"Oleh sebab itu, Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan sebagainya yang strategis, maka saya berdiskusi dengan beliau, kalau kita punya basement di bangunan, selayaknya basement ini punya penghubung suatu saat bisa digunakan, termasuk saluran air," lanjut Budiman.

Ia pun merekomendasikan ruang bawah tanah Monas yang akan dibangun sebagai lahan parkir dan lokasi berjualan Unit Usaha Mikro (UKM) juga dilengkapi sistem pertahanan darurat. "Gubernur waktu itu respons dan siapkan termasuk rencana beliau yang bagus untuk pertahanan negara," tandasnya.


  Berita Jakarta  
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...