Sabtu, 15 Juni 2013

Kadisops Lanud Iswahjudi Dampingi Penerbang F-5 Latihan Pengeboman

UNTUK melihat tingkat keahlian penerbang F-5 Tiger, Kepala Dinas Operasi Lanud Iswahjudi Letkol Pnb Djoko Hadipurwanto, mendampingi Komandan Skadron Udara 14 Lanud Iswahjudi Letkol Pnb M. Nurdin, melaksanakan latihan penembakan dan pengemboman di AWR, Pulung Ponorogo, Kamis (13/6).

Dengan menggunakan pesawat tempur F-5 Tiger II Doble sit, Kadisops Lanud Iswahjudi Letkol Pnb Djoko HP, bersama Komandan Skadron Udara 14 Lanud Iswahjudi Letkol Pnb M. Nurdin, selama satu jam melaksanakan pengeboman sekaligus refreshing terbang menggunakan pesawat F-5 Tiger, mengingat Letkol Pnb Djoko HP, pernah menerbangkan pesawat tersebut.

Latihan pengeboman dan penembakan merupakan salah satu latihan bagi para penerbang tempur untuk meningkatkan profesiensi dan kemampuan menghancurkan sasaran. Dalam latihan tersebut menggunakan bom latih BDU 33 dan roket FFAR.

Selain pesawat tempur F-5 Tiger, pesawat tempur F-16 Fighting Falcon dan pesawat tempur HS Hawk MK-53 juga melaksanakan latihan pengeboman di lokasi yang sama di Air Weapon Range (AWR), Pulung Ponorogo.

Keterangan gambar: Kadisops Lanud Iswahjudi Letkol Pnb Djoko HP, didampingi Komandan Skadron Udara 14 Letkol Pnb M Nurdin, dan Lettu Pnb Ngurah, usai terbang foto bersama dengan latar belakang pesawat F-5 Tiger, Kamis (13/6).(pentak iswahjudi)

Angkatan Laut Australia Dukung "Sail Komodo 2013"

KEPALA Staf Angkatan Laut Australia (Chief of Royal Australian Navy/RAN) Vice Admiral Raymond James “Ray” Griggs, AO, CSC, RAN, mengatakan bahwa Angkatan Laut Australia mendukung program "Sail Komodo 2013" yang akan diselenggarakan di Labuan Bajo, NTT, September mendatang.

Hal itu diucapkan Kasal Australia saat bertemu Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Dr. Marsetio di Markas Besar Angkatan Laut (Mabesal), Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (14/6).

Kasal Australia juga menyambut baik digelarnya internasional simposium dan Latma Komodo (Latihan Bersama Komodo) oleh kedua Angkatan Laut. Sebaliknya, Laksamana TNI Marsetio sangat berkesan terhadap Angkatan Laut Australia dalam menangani latihan dan kerja sama. Marsetio juga menyatakan akan memenuhi undangan dan permintaan Australia pada simposium Angkatan Laut yang diselenggarakan Australia pada Oktober 2013.

Pada kesempatan itu, kedua orang nomor satu di jajaran Angkatan Laut tersebut juga membicarakan kontribusi masing-masing Angkatan Laut dalam membangun hubungan yang lebih akrab untuk menjaga stabilitas kawasan.

Sebelumnya, kunjungan Kasal Australia didampingi Atase Angkatan Laut Australia, Kolonel Katja Bizilj serta beberapa pejabat Australia disambut secara resmi oleh KSAL Laksamana TNI Dr. Marsetio dalam suatu upacara jajar kehormatan militer yang berlangsung di pelataran Gedung Utama Mabesal, Cilangkap, Jakarta Timur.

Kunjungan Kasal Australia tersebut dimaksudkan untuk mempererat hubungan kerja sama antara Angkatan Laut Australia dan TNI AL.

Pada kunjungan tersebut, Kasal Australia menyampaikan rasa terima kasihnya atas sambutan ramah dan hangat selama berada di Indonesia. Ia berharap dengan kedatangan ini, ke depan akan meningkatkan kerja sama melalui forum kesepakatan yang lebih tinggi.

Sementara itu, Laksamana TNI Marsetio juga menyampaikan ucapan terima kasih atas kunjungan Kasal Australia ke Indonesia, dalam hal ini ke Markas Besar Angkatan Laut. Marsetio mengharap kunjungan tersebut makin mempererat hubungan kerjasama kedua Angkatan Laut.

Berdasarkan siaran pers Kadispenum Dispenal, Kolonel Laut (S), J Widjojono, turut hadir dalam pertemuan tersebut, Aspam Kasal Laksamana Muda TNI I Putu Yuli Adnyana, Asops Kasal Laksamana Muda TNI Didit Herdiawan, Atase Angkatan Laut Indonesia untuk Australia Kolonel Laut (P) Didik, Paban I Spamal Kolonel Laut (E) Eden Gunawan, Paban IV Hublu Kolonel Laut (T) Samsul, dan Paban I Sopsal Kolonel Laut (P) Greg Agung.


   Jurnas  

AS Akui Peran TNI AL di Kawasan Asia Pasifik Strategis

PANGLIMA Armada Ke-7 Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy), Laksamana Madya (Vice Admiral) Scott H. Swift, mengatakan TNI Angkatan Laut memegang peranan yang sangat penting dan strategis di kawasan Asia Pasifik.

Hal itu dikatakannya saat melakukan kunjungan kehormatan kepada Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Dr. Marsetio, di Markas Besar Angkatan Laut (Mabesal), Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (14/6).

Menurut Panglima Armada ke-7 AS, Angkatan Laut AS akan selalu siap membantu TNI Angkatan Laut dalam hal mencapai dan menjaga stabilitas kawasan Asia.

Scott Swift berkunjung ke Mabesal dalam rangka berpamitan atas akhir jabatannya selaku Panglima Armada Ke-7 Amerika Serikat. Kunjungan ini merupakan kunjungan terakhirnya sebagai Panglima Armada ke 7. Setelah ini nanti, Laksamana Madya (Vice Admiral) Scott H. Swift akan bertugas di Pentagon untuk menjabat sebagai salah satu direktur pada Direktorat Koordinasi Staf di bawah Kasal Amerika Serikat.

Panglima Armada ke-7 tersebut, menyampaikan terima kasih atas jalinan hubungan kerja sama TNI Angkatan Laut dengan Armada Ke-7 Amerika Serikat, baik dalam bentuk latihan bersama, forum-forum pertemuan, dan kegiatan lainnya selama Laksamana Madya Scott H. Swift menjabat.

Selain itu, kesan-kesan mendalam juga disampaikan terhadap TNI Angkatan Laut terkait perannya di wilayah regional Asia Tenggara. Dia melihat adanya gerakan TNI Angkatan Laut menuju ke arah World Class Navy.

Sementara itu, Laksamana TNI Dr. Marsetio saat menerima tamunya menyampaikan ucapan terima kasih atas upaya, dedikasi, dan kepemimpinan Panglima Armada ke-7 Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy), Laksamana Madya (Vice Admiral) Scott H. Swift dalam meningkatkan hubungan kedua Angkatan Laut dalam berbagai bidang.

Marsetio meengharap kunjungan ini makin mempererat hubungan kerjasama antara kedua Angkatan Laut.

Pada pertemuan itu, Marsetio berkesempatan memberi cindera mata berupa sebuah buku karangannya berjudul The Role of The Indonesian Navy, in Securing The Straits of Malacca, kepada Panglima Armada ke-7 Amerika Serikat.

Siaran pers Kadispenum Dispenal, mengatakan, Kolonel Laut (S) J Widjojono, turut hadir dalam pertemuan tersebut adalah Aspam Kasal Laksamana Muda TNI I Putu Yuli Adnyana, Asops Kasal Laksamana Muda TNI Didit Herdiawan, Paban I Spamal Kolonel Laut (E) Eden Gunawan, Paban IV Hublu Kolonel Laut (T) Samsul, dan Paban I Sopsal Kolonel Laut (P) Greg Agung.


   Jurnas  

Seminar Internal Pustekbang Perancangan Pesawat Tempur

Pusat Teknologi Penerbangan Lapan sedang giat melaksanakan pengembangan sumber daya manusia (SDM). Salah satu bidang kajiannya adalah perancangan pesawat tempur, khususnya generasi ke 5 (lima). Pada hari Selasa tgl. 11 Juni 2013 telah dilaksanakan Seminar Internal dengan tema Tinjauan beberapa aspek dalam perancangan pesawat tempur generasi 5 bertempat di Ruang rapat Pustekbang yang dihadiri oleh para Peneliti, Perekayasa dan tamu undangan. Acara dimulai pukul 09.00 WIB dan dibuka dengan sambutan dari Kapustekbang Drs. Gunawan S. Prabowo, MT. dilanjutkan dengan penjelasan pelaksanaan acara oleh moderator Ir. Sulistyo Atmadi, MS. ME.

Pembicara seminar Dosen-dosen dari Teknik Penerbangan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang juga anggota Tim KFX kerjasama dengan Korea selatan. KFX merupakan singkatan dari Korean Fighter experimental yang merupakan pesawat tempur disain dari Korea. Nota kesepahaman dengan Korsel tersebut telah ditandatangani Erris Herryanto (Sekjen Kemhan) yang merupakan perjanjian awal berkaitan dengan rencana produksi bersama (joint production), riset hingga terbentuknya prototipe pesawat tempur. Prototipe tersebut dapat diproduksi di Indonesia tahun 2020 oleh PT DI. Indonesia tidak akan mendapat lisensi dari pesawat KF-X karena rancangan awal dari jet tempur tersebut adalah milik Korsel sepenuhnya, dalam hal ini hanya menjadi mitra kerja sama terutama dalam hal pemasaran. Kendati demikian Indonesia akan mendapat keuntungan dari kerja sama ini karena dapat menyerap teknologi, sedangkan pihak Korsel dapat memangkas biaya produksi dan terbantu di urusan penjualan produk pesawat tempur.

Pesawat single seat bermesin ganda ini adalah jenis pesawat siluman (stealth) yang kemampuannya di atas pesawat Dassault Rafale atau Eurofighter Typhoon, tapi masih di bawah Lokheed Martin F-35. Kemampuan tempurnya juga tidak usah diragukan karena lebih unggul dibandingkan pesawat F-16 Block 60. Untuk mendukung ketersediaan peranti canggih,produksi KF-X akan merangkul sejumlah perusahaan internasional untuk menyediakan sistem radar, data link, desain, mesin jet, teknologi stealth, persenjataan,dan lainnya.

Seminar dilaksanakan dengan pemaparan mengenai topic oleh pembicara dan dilanjutkan dengan diskusi. Berikut Pembicara dan topik yang disampaikan:
  • Dr. Rais Zain : Aspek perancangan Sistem dan Konfigurasi Pesawat tempur
  • Dr. Toto Indriyanto : Aspek Air Combat System
  • Dr. Romie O Bura : Aspek Aerodinamika dan Propulsi
  • Ir. Muhammad Kusni, MT. : Aspek Load dan Struktur

Menurut Dr. Romie O Bura dalam perancangan pesawat tempur tersebut, Lapan dapat berperan mendukung proses transfer teknologi contohnya dalam hal pemahaman (know how) pengembangan metodologi maupun desain tools rancang bangun. Disamping itu juga peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam Teknologi penerbangan. Setelah diskusi yang cukup meriah, acara ditutup oleh moderator pada pukul 15.00 WIB.

   Lapan  

Temui SBY, Menlu Korsel Janjikan Peningkatan Kerjasama Industri Pertahanan

Nusa Dua - Pemerintah RI dan Korsel memastikan melanjutkan kerjasama bidang industri pertahanan. Meski program pembuatan pesawat tempur canggih KFX masih ditunda, namun proyek lainnya tetap berjalan bahkan ditingkatkan.

Dekimian ungkap Staf Khusus Bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah tentang salah satu materi yang disinggung dalam pertemuan antara Presiden SBY dengan Menlu Korsel Yun Byung-se. Pertemuan di sela Forum Kerja Sama Asia Timur-Amerika Latin (FEALAC) pagi ini, berlangsung di Hotel Grand Hyatt, Nusa Dua, Bali, Jumat (14/6/2013).

"Tidak secara spesifik dibahas. Secara makro Menlu Korsel sebutkan kerjasama sektor industri pertahanan akan semakin ditingkatkan," kata Faizasyah.

Agenda utama kunjungan Menlu Yun Byung-se kepada Presiden SBY adalah menyampaikan surat dari Presiden Korsel Park Geun Hye. Surat itu adalah balasan untuk surat dari Presiden SBY yang disampaikan oleh Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN), Chairul Tanjung, dalam pertemuan di Seoul, Korea Selatan, pada 24 Mei 2013.

"Lebih banyak dibahas kerjasama bilateral secara luas, utamanya kerjasama ekonomi. Presiden mendorong agar ditingkatkan kerjasama sektor industri kreatif," sambung Faizasyah.

   detik  

Indonesia Siapkan Dana Rp. 15 Triliun Untuk Pengembangan IFX

Jakarta - Dibutuhkan setidaknya dana mencapai US$ 8 miliar atau setara Rp 78,4 triliun untuk menghasilkan prototype jet tempur Korea Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX/IFX) yang tersertifikasi dan siap produksi.

Jet tempur ini, merupakan program kerjasama antara Kementerian Pertahanan Indonesia dan Korea Selatan. Sementara, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertahanan mengalokasikan anggaran mencapai US$ 1,8 miliar atau senilai Rp 15,68 triliun. Alokasi ini, setara 20% dari dari keseluruhan biaya pengembangan jet tempur KFX/IFX.

"Kita join, totalnya US$ 8 miliar. Porsinya 20% ditanggung Indonesia dan 80% ditanggung Korsel," ucap Manager Komunikasi PT Dirgantara Indonesia (Persero) Sonny S Ibrahim kepada detikFinance, Jumat (14/6/2013).

Sementara 80% atau setara US$ 6,2 miliar untuk biaya pengembangan ditanggung oleh Korea Selatan. Saat ini, proses pengembangan jet tempur KFX IFX masuk ke tahap II yakni enjineering manufacturing development. Setelah proses ini, baru dilanjutkan pada tahap ke II yakni produksi dan pemeliharaan.

"Enjineering manufacurting development. Mulai detail desain, persipan produksi, pengerjaan 6-8 prototyping, testing dan sertifikasi. Itu butuh 8 tahun," tambahnya.

Sonny menerangkan, saat diproduksi di tahun 2020, untuk pembuatan struktur pesawat KFX/IFX dibuat di markas Dirgantara Indonesia di Bandung Jawa Barat. Sementara proses pemasangan peralatan elektronik pesawat, khusus KFX dilakukan di Korea Selatan. Semantara IFX tetap diproduksi di Indonesia.

"Maunya produksi struktur (jet KFX/IFX) dibikin di kita, struktur untuk Indonesia dan Korea. Elektronika di assembly line dibuat di Korea," tegasnya.

Sebelumnya, tim dari Indonesia yang terdiri dari Balitbang Kementerian Pertahanan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, PTDI dan Institut Teknologi Bandung (ITB) terbang ke Korea Selatan untuk perencanaan KFX/IFX tahap pertama. Program ini, telah dilaksanakan selama 18 bulan dan berakhir bulan Desember 2012 lalu.

Pada tahap ini, telah dihasilkan 2 konsep jet tempur IFX. Jet tempur ini merupakan pesawat generasi 4,5. Pesawat ini lebih canggih dari jet tempur F-16 namun masih di bawah F-35.

   detik  

☆ Taktik Barter Sukarno Melawan CIA

Jakarta - Banyak cerita mengenai Bung Karno (6 Juni 1901-21 Juni 1970) di luar yang tertulis di sejarah. Harian detik menurunkannya secara berseri untuk Anda:

Sukarno tergopoh-gopoh keluar dari kamarnya. Pagi itu perutnya melilit dan terburu-buru hendak masuk toilet Istana.

Sesaat sebelum masuk, ia menunjuk ke arah tumpukan koran, yang setiap pagi ditaruh di muka kamarnya. “Heh, ayo cepat, itu koran semua aku mau baca di kakus,” kata Sukarno.

Namun orang yang dimintai tolong malah menyandera harian Suluh Indonesia, corong Partai Nasional Indonesia. “Apa benar ini berita Bapak menukar Pope dengan jalan bypass?” tanya Guntur Soekarno.

Pope yang dimaksud adalah Allen Lawrence Pope, pilot asal Amerika Serikat yang pesawatnya, B-26 Invader, ditembak jatuh TNI di Maluku pada 1958. Saat itu Pope, yang pensiunan militer Amerika, tengah menjalani misi pengeboman CIA buat menyokong pemberontakan Perdjuangan Rakjat Semesta alias Permesta.

Pope awalnya disebut Amerika sebagai tentara bayaran. Nahas bagi Pope. Saat dibekuk, dia membawa banyak dokumen yang mengindikasikan dia memang bekerja buat CIA lewat Civil Air Transport, maskapai yang dipakai dinas rahasia Amerika itu buat operasinya di Timur Jauh.

Pope setidaknya 12 kali membombardir lapangan udara TNI dan pelabuhan sipil di Maluku dan Sulawesi. Pria asal Miami itu hanya mengakui dua misi penerbangan saja, tapi pengadilan Indonesia pada 1960 memvonisnya hukuman mati.

Pada 1961, Presiden Dwight D. Eisenhower diganti John F. Kennedy. Gaya politik luar negeri Amerika pun berubah dan lebih bersahabat terhadap Indonesia.

Sukarno, yang sebelumnya akan digergaji kursi presidennya, malah diundang ke Gedung Putih. Diduga saat itulah masalah Pope dibahas.

Setahun setelah pertemuan itu, Pope diam-diam diantar pesawat Negeri Abang Sam di bandara Jakarta. Sebelum dia dipulangkan, Sukarno berpesan, ”Jangan muncul ke publik, jangan membuat cerita aneh-aneh. Pulang dan menghilanglah dan kami akan melupakan semuanya,” ujarnya seperti ditulis dalam bukuSubversion as Foreign Policy The Secret Eisenhower and Dulles Debacle in Indonesia.

Pemulangan Pope itu tidaklah gratis. Kennedy mesti membarternya dengan pesawat angkut Hercules dan dana pembangunan jalan bypass dari Cawang ke Tanjung Priok.

Lain lagi cerita Bambang Avianto, putra sulung Marsekal Pertama Joko Nurtanio. Anak penggagas industri penerbangan Indonesia itu menunjuk pada bangkai helikopter Bell-47 J2A Roger, yang 30 tahun teronggok di ujung landas pacu Husein Sastranegara.

Bambang mengatakan helikopter kepresidenan era Sukarno itu merupakan hadiah Presiden Kennedy. Helikopter berjulukan si Walet itu status resminya hadiah, tapi sejatinya bagian dari barter dengan Pope. “Itulah salah satu kelebihan diplomasi Bung Karno,” ujarnya.

Kennedy memang ingin menjauhkan Sukarno dari Cina dan Uni Soviet. Taktik yang dipakai adalah memberi bantuan nonmiliter.

Namun bernarkah Sukarno menukar Pope dengan pesawat dan sejumlah proyek pembangunan? Ketika Guntur Soekarno mendesak soal itu, ayahnya cuma tertawa.

Usai urusannya di toilet istana pada 1960-an itu, Sukarno cuma berujar, “Mudah-mudahan Amerika kirim Pope yang lain. Kalau tertangkap nanti, aku minta tukar dengan Ava Gardner dan Yvonne de Carlo!”

  ● detik  

Malaysia Indonesia Berpacu Membuat Pesawat Tempur

Perancis tawarkan pembuatan pabrik jet tempur rafale di Malaysia (photo by Dassault Aviation)
 Perancis tawarkan Rafale di Malaysia
Perancis menawarkan pembuatan pesawat tempur Rafale di Malaysia, jika negara Jiran itu mau memilih Rafale sebagai pesawat tempur baru mereka. “Kami mempertimbangkan jalur perakitan di Malaysia”, ujar pimpinan eksekutif Dassault Aviation , Eric Trappier, saat diwawancarai lewat telepon dalam ajang Langkawi Air Show, Malaysia.

Saat ini Malaysia sedang mencari 18 pesawat tempur untuk menggantikan Mig 29 Rusia, dengan tiga alternatif: Eurofighter, F-18 dan Gripen, produksi Saab Swedia.

Malaysia memiliki beberapa perusahaan terkait industri dirgantara. Antara lain CTRM, Composites Technology Research Malaysia. CTRM merupakan suplier beberapa komponen untuk sayap pesawat Airbus A320 Series. Sekitar 20 persen wing surface dari Airbus A320 merupakan produksi CTRM. Produk mereka untuk A320 antara lain: Moveable fairing, over wing panels, a320 spoilers, under wing, a320 fix fairing dan beberapa lainnya. CTRM juga penyuplai beberapa composites aero structures untuk pesawat Airbus A380, serta Airbus A400M Militer.

Malaysia juga memiliki industri dirgantara SME Aerospace, yang membuat sejumlah komponen kecil untuk pesawat: Airbus A330/A340, Airbus A320, Boeing B777, Eurocopter EADS, Avro RJ/RJX dan BAE Hawk. Untuk urusan Maintenance, Repair & Overhaul (MRO), Malaysia memiliki AIROD yang telah menggarap berbagai jenis pesawat dan helikopter.

Tawaran Perancis yang akan membuat perakitan pesawat tempur Rafale di Malaysia, untuk mendorong Malaysia mampu menciptakan industri penerbangan sendiri dikemudian hari.

Langkah Dassault Aviation ini membuat pemerintah Malaysia tertarik dengan pesawat tempur Rafale. ”Malaysia tertarik mendorong industri dalam negeri mereka, untuk terlibat dalam pembuatan pesawat”, ujar pimpinan eksekutif Dassault Aviation, Eric Trappier. Menurut Erick, mereka sangat mendukung keinginan Malaysia, jika pesawat Rafale dipilih Malaysia sebagai pesawat baru mereka. Dan saat ini, Dassault telah menandatangani kontrak dengan perusahaan CTRM, Zetro Aerospace dan SaputraMalaysia, untuk kerjasama pembuatan komponen pesawat.

Dari tiga jenis pesawat yang hendak dibeli Malaysia, kandidat terkuat tinggal dua yakni: Eurofighter Typhoon dan Dassault Rafale. Namun,dalam ujicoba yang dilakukan Malaysia, Eurofighter Typhoon dianggap lemah dalam operasi serangan darat dan kemampuan radar, meski memiliki daya tahan yang tinggi. Tampaknya Malaysia akan memiih Rafale, sekaligus untuk menghidupkan keinginan Malaysia membuat pesawat tempur.

Pesawat tempur multi-role Rafale bergabung dengan militer Perancis tahun 2001 dan mampu menjalankan misi: serangan darat, serangan laut, intai tempur, misi serangan nuklir dan intersepsi udara. Saat ini Perancis sedang berjuang menemukan pembeli asing pertama yang mau membeli pesawat tempur mereka, yang dibangun dengan biaya puluhan miliar euro.

Menurut Dassault Aviation, India telah memilih Rafale untuk pengadaan (sebagian besar) 126 pesawat tempur baru dan Perancis bersedia membangun pesawat itu di India, jika kontrak final jadi ditandatangani tahun ini.

Bagaimana dengan Indonesia ?

Wakil Menteri Pertahanan, Letnan Jenderal (Purn) Sjafrie Sjamsuddien, Kamis 13 Juni 2013, menyatakan program pesawat tempur IFX/KFX yang sudah berjalan 18 bulan dan melibatkan seluruh komponen bangsa, harus terus berjalan secara berkelanjutan.

Pemerintah dan Komisi I DPR melakukan Rapat Dengar Pendapat di kantor PT DI, Bandung, khusus membahas kelanjutan proyek pesawat tempur Indonesia-Korea Selatan. Kementerian Pertahanan akan menggandeng Defense Industry Cooperation Committe (DICC) dalam pembuatan jet tempur Indonesia.

Menurut Sjafrie, program pesawat tempur PT DI bekerjasama dengan pemerintah Korea Selatan, harus selesai pada tahun 2020, sehingga siapapun yang menjadi presiden akan datang, harus memiliki komitmen melanjutkan program ini. Saat ini, PT DI sedang mempersiapkan diri masuk dalam tahap kedua, yaitu Engineering Manufacturing Development, pengembangan pesawat tempur IFX/KFX. Dari 72 teknologi, masih ada 30 item yang harus disiapkan oleh PT DI.

“Program pesawat tempur IFX/KFX adalah program nasional demi kepentingan bangsa dan Negara. Oleh karena itu kita harus mewujudkannya demi kemandian bangsa dalam membangun kekuatan pertahanannya,” tutur Sjafrie Sjamsuddien.

Ketua Komisi I DPR, TB Hasanudin, menyatakan DPR sejalan dengan pemerintah untuk melanjutkan program ini, siapapun kekuatan politik di masa depan yang memimpin negara Indonesia.

Desain KF/IF-X

KKIP

Dalam kesempatan dan waktu terpisah, Sidang Kesembilan Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) juga membahas agenda perkembangan alih teknologi kapal selam dan perkembangan program pesawat jet tempur KF-X/IF-X.

KKIP sedang menyusun agenda pembangunan infrastruktur pembuatan kapal selam di Surabaya melalui PT PAL dan pesawat jet tempur di Bandung melalui PT DI. Ditargetkan, paling lambat dalam dua hingga tahun ke depan, Indonesia telah memiliki infrastruktur industri pembuatan kapal selam dan pesawat jet tempur berteknologi canggih, di atas pesawat tempur sekelas Sukhoi dan F-16.

Menurut Menteri Pertahanan sekaligus Ketua KKIP, Purnomo Yusgiantoro, pembangunan infrastruktur kapal selam dan jet tempur akan dijadikan sebagai program nasional. Payung hukumnya sedang dipersiapkan, agar tidak menemui hambatan.

“Butuh dukungan parlemen, karena program ini pasti akan melalui lintas parlemen. Dibutuhkan payung hukum agar menjadi proyek nasional,” ujar Purnomo.

Pembangun infrastruktur pembuatan kapal selam, akan bekerja sama secara khusus dengan Korea Selatan dan dimulai dari kesepakatan lisensi,engineering manufacturing development, hingga prototipe.

Model Kapal Selam Changbogo

Saat ini kedua pihak telah sampai pada tahap teknologi desain. Dua tahun ke depan ditargetkan akan mencapai tahap engineering manufacturing development dan prototipe.

“Dari sisi teknis, kita juga sudah kirim 52 ahli untuk belajar teknologi design,” lanjut Purnomo Yusgiantoro, usai Sidang Kesembilan KKIP bertajuk “Membangun Sinergitas Menuju Kemandirian Industri Pertahanan”, Selasa (11/6).

Sidang Kesembilan KKIP ini dipimpin langsung Menhan Purnomo Yusgiantoro selaku Ketua Harian KKIP, didampingi Wamenhan Sjafrie Syamsoeddin sebagai Sekretaris. Pembahasan juga dihadiri Ses Menristek, Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kemperin, Deputi II Kementerian BUMN, serta Kasum TNI dan Asrena Kapolri.

Kita tunggu saja, pesawat tempur siapa yang akan mengudara duluan.

  ● JKGR  

Jumat, 14 Juni 2013

KRI Karimata-960 Embarkasi Material Taifib di Bitung

kolinlamil-subJAKARTA – KRI Karimata (KMT)-960 yang dikomandani oleh Mayor Laut (P) Agung Nugroho, merupakan salah satu unsur Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) sandar di dermaga umum pelabuhan Bitung, Sulawesi Utara, Jumat (14/06), guna melaksanakan kegiatan embarkasi dua trailer/dudukan sea rider milik pasukan Intai Amfibi (Taifib) Marinir.

Menurut Komandan, KRI Karimata-960 setelah melaksanakan debarkasi sebanyak dua unit material jembatan gantung milik Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI-AD dalam menunjang kegiatan ekspedisi NKRI tahun 2013 koridor Sulawesi, di dermaga umum Pelindo, Gorontalo, baru-baru ini, (Rabu, 12/06). langsung melanjutkan perjalanan menuju ke Bitung.

“Selanjutnya KRI Karimata-960 akan kembali menuju Makasar untuk embarkasi sea rider milik Taifib Marinir yang terlibat kegiatan ekspedisi NKRI tahun 2013 koridor Sulawesi.yang rencananya akan dibawa dan diturunkan di Surabaya satu unit dan di Jakarta satu unit ”, tambahnya.

KRI Karimata-960 dalam rangka operasi Rakata Jaya mendukung kegiatan ekspedisi NKRI tahun 2013 koridor Sulawesi membawa material Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI-AD sebanyak dua gelombang yang pertama pada awal Mei 2013 dengan tujuan Makasar kembali ke Jakarta, sedangkan gelombang kedua dilaksanakan pada awal Juni tanggal 7 dengan tujuan Kendari guna menurunkan satu unit material jembatan gantung, selanjutnya menuju Gorontalo untuk menurunkan dua unit material jembatan gantung tersebut.

(dispen kolinlamil/sir).

Teks Gbr- KRI Karimata-960 yang dikomandani oleh Mayor Laut (P) Agung Nugroho, saat sandar di dermaga umum pelabuhan Bitung, Sulawesi Utara, Jumat (14/06), guna melaksanakan kegiatan embarkasi dua trailer/dudukan sea rider milik pasukan Intai Amfibi (Taifib) Marinir.

   Poskota  

2014, TNI AU Tambah 88 Pesawat Tempur, Angkut, Latih, UAV & Peluru Kendali

Yogyakarta - TNI Angkatan Udara (AU) menargetkan penambahan 88 pesawat tempur, angkut, dan latin, pada 2014. Pesawat-pesawat tersebut akan melengkapi alat utama sistem pertahanan (alutsista) yang sudah ada.

“Pesawat yang akan datang di antaranya T50 dan pesawat latih Grop,” ungkap KSAU, Marsekal TNI IB Putu Dunia.

Sementara untuk pesawat tempur adalah F16, Sukhoi, dan Super Tucano dan pesawat jenis angkut, yakni CN295, Hercules, serta pesawat rotor atau helikopter.

“Pesawat itu diharapkan sudah ada di Indonesia tahun depan,” tegasnya.

Selain pesawat, lanjur dia, TNI AU juga akan melengkapi alutsista modern, seperti radar pertahanan udara, peluru kendali jarak sedang, dan pesawat tanpa awak.

Strategi lain dalam membangun kekuatan TNI AU, yakni mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang akan mengawaki alutsista tersebut.

“Konsekuensi dengan bertambahnya alutsista ini yaitu harus menyiapkan SDM lebih banyak, terutama penerbang,” ungkapnya.

Menurut IB Putu Dunia, TNI Au menargetkan setiap tahun ada 40 penerbang baru, baik berasal dari lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) maupun prajurit sukarela dinas pendek (PSDP).

Selain mendidik di sekolah penerbang (Sekbang), TNI AU juga mengirim prajurit ke luar negeri.

“Dengan langkah ini, untuk penerbang maupun yang mengawaki alutsista lainnya akan terus bertambah setiap tahun,” tandasnya.

   Okezone 

Indonesia Butuh Minimal 9 Kapal Selam

(dewanwidharta)
Surabaya - Negara kepulauan seperti Indonesia selayaknya mempunyai minimal sembilan kapal selam untuk menjaga kedaulatan wilayah perairannya. Erzi Agson Gani, Deputi Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun, mengatakan terdapat sembilan selat sebagai pintu keluar masuk dari dan ke perairan Indonesia sehingga seharusnya ada sembilan kapal selam yang mengawal selat-selat tersebut.

Pada saat ini, alat utama sistem persenjataan (alutsista) jenis kapal selam milik Indonesia hanya satu unit yang siap beroperasi. "Sembilan corong atau selat itu hanya dijaga satu unit kapal selam yang operasional. Itu sangat tidak ideal," kata Erzi di sela-sela Forum Komunikasi Litbang Pertahanan ke-24 di kantor pusat PT PAL Indonesia (Persero), Kamis, 13 Juni 2013.

Menurut Erzi, jenis kapal selam yang sesuai perairan dan misi pertahanan Indonesia minimal jenis Midget 22 Meter. Jenis ini yang sedang dikembangkan oleh Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI-AL bersama BPPT di Laboratorium Hidrodinamik. Selain Migdet 22 Meter, BPPT juga menguji coba jenis Midget 15 Meter yang ukurannya lebih kecil, tetapi tidak mengurangi efek destruksinya.

Untuk memilih jenis kapal selam yang tepat, Erzi menyarankan sebaiknya jenis kapal selam harus dikombinasikan sesuai doktrin perang pemerintah Indonesia. Jika untuk kebutuhan patroli dan menjaga alur lalu lintas di perairan laut, cukup jenis midget. Namun, jenis kapal selam lain seperti kilo dan kapal tanpa awak juga patut diperhitungkan. "Jenis midget itu sudah memberikan daya getar dan efek destruktif yang tinggi," ujarnya.

Direktur Utama PT PAL Indonesia (persero), M. Firmansyah Arifin, mengatakan pengembangan industri kapal selam yang padat teknologi butuh dukungan dari berbagai pihak. PT PAL ttelah menjalin sinergi dengan litbang di berbagai instansi pemerintah, seperti BPPT, akademisi, Kemenhan, dan TNI. Kapal patroli dan frigate produksi PT PAL adalah hasil kolaborasi dengan litbang antar-institusi dan disokong transfer teknologi.

Firmansyah mengatakan Indonesia sudah memiliki kemampuan industri, teknologi, kebutuhan dan pengguna yang dapat mendorong percepatan alih teknologi maritim untuk pemenuhan kebutuhan alutsista secara mandiri.

Kepala Badan Diklat Kementerian Pertahanan, Mayjen TNI Suwarno, berharap penguasaan teknologi alutsista semakin meningkat sehingga mampu mereduksi tingkat ketergantungan alutsista buatan negara asing. Untuk mencapai hal itu, harus dibangun sinergi antara tenaga ahli dari BPPT, Pindad, Krakatau Steel, PT LAN, TNI dan akademisi. "Khusus teknologi perkapalan perlu didukung oleh teknologi yang harus dikuasai sendiri untuk mengembalikan kekuatan pertahanan," kata Suwarno.

   Tempo  

Pesawat Tercanggih PTDI CN 295 Laku Dibeli Filipina

 CN295
Jakarta : Usai menggelar road show keenam negara ASEAN, PT Dirgantara Indonesia (PTDI) mengaku minat dari negara tetangga Indonesia tersebut pada produk terbaru pesawat perusahaan masih cukup tinggi.

Filipina merupakan salah satu negara berpotensi besar memesan pesawat dari perusahaan.

Direktur Umum dan SDM PT Dirgantara Indonesia, Sukatwikanto mengatakan selain dari Filipina, perusahaan juga tengah mempersiapkan sejumlah dokumen teknikal terkait ketertarikan Thailand dan Vietnam pada produk pesawat Indonesia.

"Kami sedang melakukan pengiriman dokumen-dokumen teknikal karena kan sebelum deal kontrak itu biasanya harus ada verifikasi dokumen teknik," ujarnya usai rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR di Jakarta, Kamis (13/6/2013).

Untuk kepastian kontrak pembelian pesawat PTDI dengan Filipina sendiri, dia mengatakan kini tengah dalam proses finalisasi dan ditargetkan selesai dalam waktu dekat. "Mudah-mudahan dapat kontrak dalam waktu dekat. Kita sedang memfinalisasi dengan Filipina," lanjutnya.

Dalam Roadshow ke enam negara pada Mei lalu, PTDI menawarkan tiga jenis pesawat yaitu CN 212, CN 235, dan pesawat terbaru buatan Spanyol CN 295. Namun untuk target penjualanya sendiri, perusahaan mengaku masih enggan menjelaskan secara detail.

"Tapi yang harus dibanggakan, semua negara ASEAN mendukung produk dari PTDI padahal produk CN 295 bisa diproduksi dari spanyol. Tetapi mereka ingin produksi dari PTDI dan kami punya keyakinan mampu memproduksi secara full," katanya.

Selain itu Sukatwikanto juga mengatakan bahwa PT DI kini tengah melakukan regenerasi dengan merekrut karyawan dari tingkat sarjana dan Sekolah Teknik Mesin (STM). "Untuk yang dari sarjana itu hampir 300 orang dan STM 400 orang tahun ini. Kami sedang regenerasi SDM besar-besaran," tandasnya.(Shd)

   Liputan 6  

Penampakan Calon Jet Jempur Made in Bandung

Jakarta - PT Dirgantara Indonesia (PTDI) kembali melanjutkan pengembangan jet tempur hasil kerjasama antara Kementerian Pertahanan Indonesia dan Korea Selatan.

Pada pengembangan tahap I telah dihasilkan 2 konsep jet tempur yang siap dikembangkan untuk tahap selanjutnya.

Berikut ini adalah 2 gambar konsep jet tempur karya putra-putri Indonesia yang diberi nama Korea Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX/IFX). Tampak ada sedikit perbedaan di ekor pesawat di antara dua konsep tersebut.

Manager Komunikasi Dirgantara Indonesia Sonny S Ibrahim menjelaskan, technology development atau pengembangan teknologi yang berada di tahap I telah tuntas dilakukan. Pada tahap ini dihasilkan dua model.

Pada tahap berikutnya, hanya dipilih salah satu model yang akan dikembangkan untuk kemudian bisa diproduksi secara massal.

"Kalau programnya jalan lagi hanya dipilih satu model saja, sebab satu model juga sudah besar biaya dan resources yang akan digunakan," ucap Sonny kepada detikFinance, Jumat (14/6/2013).

Sebelumnya, tim dari Indonesia yang terdiri dari Balitbang Kementerian Pertahanan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, PTDI dan Institut Teknologi Bandung (ITB) terbang ke Korea Selatan untuk perencanaan KFX/IFX tahap pertama.

Program ini, telah dilaksanakan selama 18 bulan dan berakhir bulan Desember 2012 lalu. Nantinya untuk versi Indonesia, PTDI akan memproduksi tipe IFX.

Jet tempur ini merupakan pesawat generasi 4,5. Pesawat ini lebih canggih dari jet tempur F-16 namun masih di bawah F-35.

   detik  

PTDI Lanjutkan Pengembangan Jet Tempur Made in Bandung

PT Dirgantara Indonesia (PTDI) melanjutkan pengembangan jet tempur hasil kerjasama dengan Kementerian Pertahanan Korea Selatan. Pengembangan jet tempur bernama Korea Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX/IFX) ini sebelumnya sempat terhenti sementara.

Dalam rencana ini, PTDI tengah membangun fasilitas enjineering untuk jet tempur KFX/IFX di pabriknya yang terletak di Bandung, Jawa Barat.

"Saat ini PTDI sedang mempersiapkan diri memasuki tahap kedua, yaitu Engineering Manufacturing Development pengembangan pesawat tempur IFX/KFX, karena dari 72 teknologi baru yang diterapkan masih 30 item yang harus disiapkan," ucap keterangan pers Dirgantara Indonesia seperti dikutip detikFinance, Jumat (14/6/2013).

Sebelumnya, tim dari Indonesia yang terdiri dari Balitbang Kementerian Pertahanan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Dirgantara Indonesia dan Institut Teknologi Bandung terbang ke Korea Selatan untuk perencanaan KFX/IFX tahap pertama yakni masuk fase pengembangan teknologi. Program ini, telah dilaksanakan selama 18 bulan dan berakhir bulan Desember 2012 lalu.

"Program ini merupakan program jangka panjang yang menuntut kontinuitas pelaksanaannya. Melihat penyelesaian pesawat pada tahun 2020-an maka siapapun pemegang kekuasaan Pemerintahan di Indonesia harus memiliki komitmen untuk melanjutkan program ini," tambahnya.

Nantinya untuk versi Indonesia, Dirgantara Indonesia akan memproduksi tipe IFX. Jet tempur ini merupakan pesawat generasi 4,5. Pesawat ini lebih canggih dari jet tempur F-16 namun masih di bawah F-35.

   detik  

Membedah Pesawat CN-295 Buatan PT. Dirgantara Indonesia

PT Dirgantara Indonesia (PTDI) bersama Airbus Military (AM) bekerjasama mengembangkan pesawat generasi terbaru dari CN235 yakni CN295. Pesawat yang masih diproduksi di markas AM Spanyol ini nantinya akan diproduksi dan dipasarkan oleh PTDI di Bandung, Jawa Barat.


Bahkan untuk pasar Asia Pasifik akan ditangani oleh perusahaan plat merah tersebut. Mau tahu penampakan dan isi dari pesawat yang mulai dilepas seharga US$39 juta atau setara Rp 384,38 miliar ini.

1. Model Penerbangan Kursi Sipil

Pesawat CN 295 mampu dimodifikasi untuk keperluan penerbangan sipil dan militer. Untuk penerbangan sipil, pesawat ini mampu menampung hingga 32 penumpang. Kursi pun bisa disusun cukup nyaman layaknya pesawat komersial.


2. Model Penerbangan Militer

Pesawat CN295 mampu mengangkut hingga 71 tentara dengan konsep tempat duduk berhadap-hadapan. Bahkan pesawat ini, yang bisa dirancang keperluan penerjunan udara mampu mengangkut hingga 49 tentara penerjun atau penerjun profesional.


3. Tampak Dari Samping

Pesawat baling-baling ini, menggunakan mesin turboprop. Tampak baling-baling pesawat menambah kegarangan pesawat. Pesawat ini, memiliki tinggi 8,6 meter dari jarak roda terbawah hingga ujung ekor. Sementara panjang dari moncong pesawat terdepan hingga ekor pesawat mencapai 24,5 meter.


4. Tampak Dari Depan

Dari depan, pesawat ini tampak garang yakni hidung seperti peluru kendali. Dari depan tampak sayap pesawat dengan panjang 25,8 meter menambah keperkasaan pesawat karya Dirgantara Indonesia dan AM ini.


   detik  

Nigeria inginkan kerja sama industri pertahanan dengan Indonesia

Direktur Afrika Kementrian Luar Negeri RI Lasro Simbolon berjabat tangan dengan Dubes Nigeria untuk Indonesia Abdul Rahman Sallahdeen usai dialog mengenai kerjasama Indonesia-Nigeria di Sentul, Bogor, Kamis (13/6). Indonesia menilai Afrika sebagai benua dengan segudang peluang bisnis. (Antaranews/Benny S Butarbutar )

Duta Besar Nigeria untuk Indonesia Abdul Rahman Sallahdeen menyampaikan keinginan negaranya melakukan kerja sama dalam industri pertahanan, terutama dengan The Nigerian Defence Industry (DICON), dan sejumlah sektor prospektif lainnya seperti pertanian, telekomunikasi, dan konstruksi.

"Nigeria menyambut baik berbagai kerja sama yang erat dalam sektor manufaktur militer yang potensial ini. Kami mengharapkan pihak swasta Indonesia dan komunitas bisnis lainnya ikut menanamkan modalnya baik di sektor `up-stream` dan `down stream`," kata Dubes di Sentul, Bogor, Kamis.

Abdul Rahman Sallahdeen mengemukakan hal itu pada acara "Round Table Discussion on Updates of Economic Opportunities and Potentials in Nigeria" sebagai persiapan untuk menyambut kedatangan Menlu Nigeria dan komunitas bisnis negara tersebut ke Indonesia pertengahan Juli mendatang.

Kerja sama bidang pertahanan dan keamanan dan peluang bisnis lainnya itu dibahas dalam forum yang dihadiri 70 peserta yang datang dari berbagai perwakilan kementerian, lembaga dan sejumlah perwakilan provinsi, Kadin dan juga kalangan media.

Kegiatan kerja sama pertahanan antara lain memanfaatkan industri strategis bidang pertahanan seperti dengan PT Pindad, dan PT Dirgantara Indonesia, serta memanfaatkan fasilitas "Peace Keeping Center" milik Kementerian Pertahanan, serta kerja sama penanggulangan terorisme.

Lebih jauh Dubes mengajak para pelaku usaha Indonesia lebih mengoptimalkan peluang pasar Nigeria, terlebih setelah negara dengan ibu kota Abuja itu menjalankan ekonomi terbuka dan memberikan kemudahan dalam hal pengiriman uang (remittance) hasil keuntungan investasi di Nigeria.

Sementara itu, Direktur Afrika Kementerian Luar Negeri Lasro Simbolon mengatakan, kini saatnya Indonesia melirik Afrika dan tidak boleh ketinggalan dengan Jepang, China dan Korea Selatan yang agresif memburu peluang kerja sama di Afrika mengingat potensi bisnis yang besar di kawasan Afrika, termasuk Nigeria.

"Afrika sekarang bukanlah Afrika 20 tahun lalu yang sarat dengan konflik, kelaparan dan penyakit. Afrika adalah benua dengan segudang peluang dan kesempatan bagi Indonesia cukup besar terlebih kita memiliki hubungan sejarah yang positif," katanya sekaligus ingin mematahkan pandangan negatif tentang Nigeria.

Kerja sama Indonesia dan Nigeria berfokus pada bidang ekonomi, perdagangan, investasi dan peningkatan kapasitas. Di bidang ekonomi, Indonesia menempatkan Nigeria sebagai pasar non-tradisional yang penting. Dengan jumlah penduduk 170 juta, munculnya kelas menengah yang pesat, sumber daya alam yang melimpah, dan pertumbuhan ekonomi yang baik, menjadikan peluang dan potensi Nigeria perlu digarap secara serius dan terencana dengan baik.

Total perdagangan Indonesia-Nigeria tahun 2012 tercatat 3, 18 miliar dolar AS dengan tren peningkatan 50 persen. Ekspor Indonesia ke Nigeria tercatat mencapai 413 juta dolar dan impor Indonesia sebesar 2, 77 miliar dolar. Besarnya jumlah impor ini disebabkan oleh pembelian minyak dari negara ini.

Namun demikian, Nigeria masih merupakan pasar ekspor terbesar Indonesia di wilayah Afrika bagian barat, meskipun pada tahun 2012, ekspor non-migas Indonesia mengalami penurunan sebesar sembilan persen jika dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 465 juta dolar AS.

Saat ini 20 perusahaan Indonesia telah lebih dahulu berkiprah di Nigeria melalui investasi dan perdagangan diantaranya PT Indorama (petrokimia), Indofood (produk mie instan), Sinar Mas (kertas dan plastik), Kedaung Group (peralatan dapur), dan Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia (perawan pesawat).

Produk industri pertahanan strategis Indonesia seperti pesawat CN-235 juga telah digunakan di beberapa negara Afrika seperti Burkina Faso, Senegal, dan Guinea-Conakry. Peluang di bidang pertahanan sangat besar di Nigeria.

   Antara  

PAL Indonesia Tuan Rumah Penyelenggaraan Forkom Litbang Han ke 24

Surabaya, Kamis tanggal 13 Juni 2013 PT PAL Indonesia (Persero) sebagai tuan rumah penyelengaraan Forum Komunikasi Litbang Pertahanan ke-24 yang diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertahanan RI bekerjasama dengan PT PAL Indonesia (Persero) dalam rangka menyatukan Visi dan Persepsi pelaksanaan Litbang Pertahanan untuk mendukung pertahanan Negara, dengan mengangkat tema yang cukup strategis ‘MENDORONG PERCEPATAN ALIH TEKNOLOGI MARITIM UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN ALUTSISTA MENUJU KEMANDIRIAN PERTAHANAN NEGARA’.

Forum Komunikasi Penelitian dan Pengembangan Pertahanan (Forkom Litbang Han) adalah suatu forum untuk menghimpun institusi litbang yang terkait dengan bidang pertahanan, baik dari kalangan pemerintah, perguruan tinggi maupun industri. Sehingga even Forkom ini mempunyai kedudukan strategis bagi Negara, bagi PT PAL Indonesia (Persero) dan khususnya industri pertahanan di tanah air..

Dalam sebuah kesempatan Kasal Laksamana TNI Dr. Marsetio pernah menyampaikan bahwa, salah satu peran pemerintah secara tidak langsung dalam mendorong pembangunan industri perkapalan nasional diantaranya adalah dengan diterbitkannya Undang-Undang RI Nomor 16 tahun 2012 tentang Industri Pertahanan dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2010 tentang Komite Kebijakan Industri Pertahanan.

“Semua kebijakan tersebut intinya mengarah kepada peningkatan kerja sama antara Kementerian Pertahanan dengan industri strategis pertahanan Nasional, dalam hal pemenuhan kebutuhan alutsista TNI, khususnya TNI Angkatan Laut, yaitu berupa pembangunan kapal perang, yang dalam prosesnya akan terjadi transfer of technology, yang diharapkan turut membantu pengembangan teknologi perkapalan Nasional,”.


PT PAL Indonesia (Persero) selaku Lead Integrator pembangunan alutista bidang kemaritiman, terus berkomitmen untuk ikut berperan aktif dalam kemandirian pertahanan negara melalui pembangunan alutsista bidang perkapalan.

Sesuai roadmap penguasaan teknologi yang telah ditetapkan, PT PAL Indonesia (Persero) telah memiliki landasan berupa penguasaan pembangunan kapal-kapal patroli maupun combatant sampai dengan ukuran 60 M dan penguasaan overhaul kapal selam milik TNI-AL.

Namun kedepan, PT PAL tetap membutuhkan proses alih teknologi / transfer of technology (TOT) untuk pembangunan produk-produk yang belum sepenuhnya dikuasai teknologinya baik berupa penyiapan infrastruktur pembangunan maupun proses alih teknologi untuk sumber daya manusianya.

Sebagai impelementasi dari Undang-Undang No 16, saat ini PT PAL tengah menyiapkan kegiatan transfer of technology dalam rangka untuk pembangunan kapal Perusak Kawal Rudal 105 M (PKR) yang merupakan kapal pertama dan kapal selam type DSME 209 yang merupakan kapal ke 3.

Sejalan hal tersebut PT PAL Indonesia (Persero) mengirimkan 13 personil dan tengah mengikuti kegiatan TOT sejak awal April 2013 di galangan Damen Schelde, Belanda untuk proyek kapal PKR.

Dengan berlangsungnya Forkom Litbang Han ke-24 ini, PT PAL Indonesia (Persero) berharap adanya sinergitas yang lebih solid dalam pembangunan alutsista Negara, dan dapat merumuskan kebijakan dimana hasil-hasil penelitian yang telah ditelorkan dapat diimplementasikan secara langsung oleh Industri untuk pemenuhan kebutuhan pertahanan, Sehingga akan lebih mendorong percepatan pembangunan alutsista, dan pada akhirnya akan semakin memperkokoh pertahanan negara. Karena mampu mandiri dalam pengadaan alutsista bangsa, menuju bangsa yang lebih bermartabat dan disegani dalam percaturan dunia.

  ● BUMN  

Proyek Jet Tempur RI-Korea Selesai 2020

 PTDI dan pemerintah Korsel kerja sama membangun pesawat tempur.

https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTQVIHc-bDVwGPEa0BR9goZf8qlcTLxL3FHe_62jO2paeUk08s-bAWakil Menteri Pertahanan, Letnan Jenderal (Purn) Sjafrie Sjamsuddien, Kamis 13 Juni 2013, menyatakan program pesawat tempur IFX/KFX yang sudah berjalan 18 bulan dan melibatkan seluruh komponen bangsa harus terus berjalan secara berkelanjutan.

Pemerintah dan Komisi I DPR hari ini melakukan Rapat Dengar Pendapat di kantor PTDI di Bandung. Dalam rapat tersebut, dibahas kelanjutan proyek pesawat tempur Indonesia-Korea Selatan. Kemenhan menggandeng Defense Industry Cooperation Committe (DICC) dalam membangun jet tempur.

Menurut Sjafrie, program pesawat tempur PTDI yang bekerjasama dengan pemerintah Korea Selatan ini harus selesai pada tahun 2020, sehingga siapapun yang akan menjadi presiden yang akan datang harus memiliki komitmen melanjutkan program ini.

Saat ini, PTDI sedang mempersiapkan diri masuk dalam tahap kedua, yaitu Engineering Manufacturing Development, pengembangan pesawat tempur IFX/KFX. Dari 72 teknologi, masih ada 30 item yang harus disiapkan oleh PTDI.

“Program pesawat tempur IFX/KFX adalah program nasional demi kepentingan bangsa dan Negara. Oleh karena itu kita harus mewujudkannya demi kemandian bangsa ini dalam membangun kekuatan pertahanannya,” katanya dalam keterangan tertulis.

Ketua Komisi I DPR, TB Hasanudin, menyatakan DPR sejalan dengan pemerintah untuk melanjutkan program ini. "Siapapun kekuatan politik di masa depan tetap harus mendukung program ini berjalan," katanya.

  ● Vivanews  

PTDI Tolak Kucuran Dana PMN Untuk Bayar Utang

PT Dirgantara Indonesia (PTDI) menolak usulan DPR yang meminta dana penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 1 triliun untuk membayar utang. PTDI membutuhkan suntikan dana untuk menopang operasional perusahaan.

Direktur Umum dan Sumber Daya Mineral PTDI, Sukatwikanto, Kamis 13 Juni 2013, menyatakan kucuran dana PMN akan digunakan untuk modal dan investasi. "Kalau dipakai untuk membayar utang, masa depan PTDI akan terganggu," katanya seusai rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR-RI, di Jakarta.

Ia menjelaskan, dana PMN akan digunakan untuk investasi modernisasi mesin-mesin Rp 700 miliar dan Rp 300 miliar akan digunakan sebagai modal kerja. Dengan begitu, maka keuangan BUMN strategis tersebut dapat kembali sehat.

"Kalau perusahaannya sehat maka bisnis akan bangkit. Tetapi kalau dipakai untuk membayar utang maka PTDI akan seperti dulu dan tutup. Kalau PTDI tutup, maka teknologi yang dikuasai PTDI saat ini akan sia-sia," katanya.

Dalam RDP dengan komisi VI, anggota DPR meminta PTDI membayar utang terhadap 3.500 mantan karyawan sebesar Rp 200 miliar yang dicicil selama periode 2007-2027 seperti diatur dalam Pakta Perdamaian.

Dalam perjanjian tersebut, PTDI berjanji membayar utang dengan cara dicicil sebesar Rp 50 miliar uang muka dan Rp 7,5 miliar per tahun selama 20 tahun. Namun, hingga saat ini PTDI baru bisa membayar utang sebesar Rp 33 miliar kepada mantan karyawan yang tergabung dalam Serikat Pekerja Forum Komunikasi Karyawan PT Dirgantara Indonesia (SPFKK-PTDI).

"Komisi VI DPR-RI meminta PTDI melaksanakan pembayaran utang karyawan sebesar Rp54 miliar selambat-lambatnya 31 Desember 2013 seusai kesepakatan yang dituangkan dalam perjanjian antara PTDI dengan SPFKK pada 23 November 2007," kata Wakil Komisi VI DPR, Erik Satrya Wardhana.

  ● Vivanews  
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...