Sabtu, 26 Mei 2012

800 Teroris Ditangkap dalam 10 Tahun

SOLO--MICOM: Selama kurun waktu 10 tahun terakhir, kepolisian telah berhasil membekuk sebanyak 800 teroris di Indonesia.

Itu dikatakan Direktur Pencegahan Badan Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen ESA Permadi.

"Khusus tahun 2011 ada 93 teroris yang ditangkap dan 8 di antaranya tewas," katanya di Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), Jumat (25/5).

Selain itu, polisi juga berhasil menyita sebanyak 23 senjata laras panjang yang terdiri 12 senjata jenis AR-15/M-15, 1 jenis Remington Long Rifle, dan 24 senjata laras pendek.

Sebanyak 800 teroris yang berhasil ditangkap itu berasal dari 10 kelompok di antaranya Jamaah Islamiyah yang dipimpin ABB, Darul Islam/NII, dan batalyon Abu Bakar, Laskar Jundullah.

Permadi mengatakan mereka melakukan tindakan tersebut karena faktor sosial politik, ketidakadilan, memaksakan satu model kebenaran agama terhadap mereka yang berbeda.

"Mereka bertujuan mendirikan negara Islam," ujarnya. (Ant/OL-5)(MediaIndonesia)

Indonesia Tingkatkan Kerja Sama Pertahanan dengan Turki

ACV-300 buatan FNSS, Turki (foto Army Technology)
ISTANBUL--MICOM: Indonesia terus meningkatkan kerja sama pertahanan dengan Turki. Kerja sama pertahanan kedua negara itu telah dirumuskan dalam memorandum of understanding.

"Waktu Presiden berkunjung ke Turki tahun 2010, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menandatangani MOU dengan Menteri Pertahanan Turki ketika itu Vecdi Gonul," ujar Atase Pertahanan Kedubes RI Kolonel Athan Chandra Sukotjo kepada wartawan senior Media Indonesia Usman Kansong di Istanbul, Turki, (Jumat 25/5).

Kerja sama tersebut antara meliputi rancang bangun kendaraan tempur beroda rantai, roket multilaras, radio komunikasi. "Dalam kerja sama itu disepakati juga adanya transfer teknologi pertahanan dari Turki kepada Indonesia," ucap Kolonel Chandra.

Menurut Kolonel Chandra, Indonesia harus meniru kemandirian Turki dalam bidang pertahanan. "Ketika Turki diembargo karena menyerang Siprus, Turki secara mandiri mengembangkan teknologi pertahanan mereka. Kemandirian pertahanan itu yang patut kita tiru," katanya.(X-14)(MediaIndonesia)

☆ Letnan Jenderal Siswondo Parman

 Pahlawan Revolusi

Letnan Jenderal Anumerta Siswondo Parman (1918-1965)

Letnan Jenderal TNI Anumerta Siswondo Parman (lahir di Wonosobo, Jawa Tengah, 4 Agustus 1918 – meninggal di Lubang Buaya, Jakarta, 1 Oktober 1965 pada umur 47 tahun) atau lebih dikenal dengan nama S. Parman adalah salah satu pahlawan revolusi Indonesia dan tokoh militer Indonesia. Ia meninggal dibunuh pada persitiwa G30S PKI dan mendapatkan gelar Letnan Jenderal Anumerta. Ia dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.

Pria kelahiran Wonosobo, Jawa Tengah ini merupakan perwira intelijen, sehingga banyak tahu tentang kegiatan rahasia PKI karena itulah dirinya termasuk salah satu di antara para perwira yang menolak rencana PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri dari buruh dan tani. Penolakan yang membuatnya dimusuhi dan menjadi korban pembunuhan PKI.

Pendidikan umum yang pernah diikutinya adalah sekolah tingkat dasar, sekolah menengah, dan Sekolah Tinggi Kedokteran. Namun sebelum menyelesaikan dokternya, tentara Jepang telah menduduki Republik sehingga gelar dokter pun tidak sampai berhasil diraihnya.

Setelah tidak bisa meneruskan sekolah kedokteran, ia sempat bekerja pada Jawatan Kempeitai. Di sana ia dicurigai Jepang sehingga ditangkap, namun tidak lama kemudian dibebaskan kembali. Sesudah itu, ia malah dikirim ke Jepang untuk mengikuti pendidikan pada Kenpei Kasya Butai. Sekembalinya ke tanah air ia kembali lagi bekerja pada Jawatan Kempeitai.

Awal kariernya di militer dimulai dengan mengikuti Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yaitu Tentara RI yang dibentuk setelah proklamasi kemerdekaan. Pada akhir bulan Desember 1945, ia diangkat menjadi Kepala Staf Markas Besar Polisi Tentara (PT) di Yogyakarta.

Selama Agresi Militer II Belanda, ia turut berjuang dengan melakukan perang gerilya. Pada bulan Desember 1949, ia ditugaskan sebagai Kepala Staf Gubernur Militer Jakarta Raya. Salah satu keberhasilannya saat itu adalah membongkar rahasia gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang akan melakukan operasinya di Jakarta di bawah pimpinan Westerling. Selanjutnya, pada Maret 1950, ia diangkat menjadi kepala Staf G. Dan setahun kemudian dikirim ke Amerika Serikat untuk mengikuti pendidikan pada Military Police School.

Sekembalinya dari Amerika Serikat, ia ditugaskan di Kementerian Pertahanan untuk beberapa lama kemudian diangkat menjadi Atase Militer RI di London, Inggris pada tahun 1959. Lima tahun berikutnya yakni pada tahun 1964, ia diserahi tugas sebagai Asisten I Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad) dengan pangkat Mayor Jenderal.

Ketika menjabat Asisten I Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad) ini, pengaruh PKI juga sedang marak di Indonesia. Partai Komunis ini merasa dekat dengan Presiden Soekarno dan sebagian rakyat pun sudah terpengaruh.

Namun sebagai perwira intelijen, S. Parman sebelumnya sudah banyak mengetahui kegiatan rahasia PKI. Maka ketika PKI mengusulkan agar kaum buruh dan tani dipersenjatai atau yang disebut dengan Angkatan Kelima. Ia bersama sebagian besar Perwira Angkatan Darat lainnya menolak usul yang mengandung maksud tersembunyi itu. Dengan dasar itulah kemudian dirinya dimusuhi oleh PKI.

Dan akhirnya pada saat terjadinya peristiwa G30S, beliau menjadi korban karena termasuk musuh PKI. S. Parman diculik dari rumahnya, dibunuh di Lubang Buaya, dan disembunyikan di sumur Lubang Buaya.
sumber wikipedia

Kisah Sebuah Koran Palsu

 Kini baru bisa diungkapkan :

INDONESIA pernah membuat koran palsu dalam masa konfrontasi. Ini dilakukan dalam rangka perang propaganda melawan Malaysia. "Karena koran dianggap alat propaganda yang paling baik," kata Herlina Kassim yang pernah menjadi "penanggungjawab" koran tersebut.

Herlina Srikandi Trikora yang mendapat hadiah Pending Emas dari Presiden Soekarno karena menjadi wanita pertama yang mendarat di Irian Barat, agaknya dipilih karena beberapa alasan. Di samping keberaniannya, dia juga dianggap berpengalaman karena pernah menerbitkan koran Cendrawasih dalam perjuangan merebut Irian Barat.

 Kisahnya :

Pada 1965 Herlina ditugasi Opsus (Operasi Khusus) menerbitkan surat kabar palsu yang akan disebarkan di semenanjung Malaya. Setelah melalui penelitian yang lama, dipilihlah Taguan Harjo, pelukis komik terkenal dari Medan yang saat itu bekerja di seksi penerbitan Staf Pempen (Pembangunan dan Penampungan) Daerah Militer II Bukit Barisan sebagai "pemimpin redaksi".

Pukul satu malam, rumah Taguan yang terletak di Jalan Ketam, Medan didatangi Herlina. "Saya masih gelap apa sebab saya dihubungi," kata Taguan, 45 tahun, yang kini bekerja sebagai pengawas sebuah penerbitan di Jakarta. Taguan akhirnya setuju dan setumpuk koran Malaysia kemudian ditinggalkan Herlina.

Bukan Soal Sulit Perundingan malam itu memutuskan untuk menerbitkan koran Berita Harian palsu. Koran itu dipilih karena di samping populer di Malaysia juga memakai huruf Latin hingga tidak sulit ditiru. Isi koran palsu yang "terbit" akhir September 1965 itu hampir seluruhnya propaganda anti pembentukan Malaysia. "Semuanya telah ditentukan oleh 'kantor pusat' di Jakarta," cerita Herlina pekan lalu.

Untuk pertama kali direncanakan mencetak dua kali penerbitan. Oplahnya 5 ribu eksemplar. Jumlah halamannya delapan, sedang yang aslinya dua belas. Pencetakannya secara rahasia, di malam hari dengan penjagaan ketat. Yang dipilih percetakan Imalon, Medan, sebuah perusahaan yang kurang menyolok karena kecilnya.

Bahasa Melayu yang dipakai bukan soal sulit bagi Taguan. "Saya tinggal meniru gaya bahasa koran asli," kata Taguan. Yang repot: bagaimana membuat klise iklan. "Terpaksa kami jiplak bulat-bulat iklan koran asli," sambung Taguan. Bersama seorang temannya Taguan menulis berita. Banyak foto diambil-alih langsung dari Berita Harian asli. Tanpa istirahat, selama 36 jam koran tersebut dipersiapkan dan dicetak.

Untuk tugasnya itu Taguan sendiri tidak menerima honor. Biaya cetak seingatnya menghabiskan Rp 30 juta uang lama. "Sebagian besar itu uang pribadi saya," kata Herlina. Begitu selelesai mencetak, segala klise dan sisa koran dibakar. "Semua serba rahasia sampai istri saya pun tidak tahu apa yang saya kerjakan," kata Taguan, ayah dari tiga orang anak ini.

Urusan penyebaran menjadi tugas Herlina. Untuk mengangkutnya ke Malaysia dipakai enam buah tongkang ikan yang masing-masing berisi lima "nelayan". Saya sendiri ikut ke Pontian (sebuah pelabuhan kecil di Perak, Malaysia)," kisah Herlina. Kini 41 tahun. Waktu itu ia menyamar sebagai nelayan yang mengenakan celana panjang hitam, baju kain kasar dan topi lebar.

Di Malaysia telah siap kurir yang akan menyebarkan koran tersebut. Sebelum edisi yang kedua sempat terbit, Gerakan 30 September meletus. Penerbitan koran palsu dihentikan. "Di samping itu kita juga sudah memutuskan ingin berdamai dengan Malaysia," kata Herlina.
(Tempo)

Jumat, 25 Mei 2012

Intelijen Militer Rusia Tuduh AS Sabotase Sukhoi Superjet 100


AFP/NATALIA KOLESNIKOVA - Pesawat Sukhoi Superjet 100.

MOSKWA, KOMPAS.com — Dinas intelijen militer Rusia menduga jatuhnya pesawat penumpang Sukhoi Superjet 100 (SSJ100) di Indonesia dua pekan lalu disebabkan sabotase Amerika Serikat.

Kami menyelidiki teori bahwa itu adalah sebuah sabotase industrial.

Pihak Rusia saat ini masih menyelidiki kemungkinan pihak AS menggunakan alat pengacak sinyal untuk mengacaukan penerbangan pesawat tersebut.

Dugaan tersebut muncul dalam artikel "Apakah Orang Amerika Terlibat dalam Kecelakaan Superjet?" yang dimuat tabloid Komsomolskaya Pravda di Rusia, Kamis (24/5/2012).

Menurut artikel itu, perusahaan-perusahaan dirgantara di AS punya kepentingan agar Sukhoi Superjet 100 gagal.

"Kami menyelidiki teori bahwa itu adalah sebuah sabotase industrial," tutur seorang pejabat GRU, dinas intelijen militer luar negeri Rusia, kepada tabloid tersebut.

Menurut pejabat yang tak disebutkan namanya itu, GRU sudah lama memantau aktivitas Angkatan Udara AS (USAF) di bandar udara di Jakarta. Tidak disebutkan bandara mana yang dimaksud pejabat tersebut.

"Kami tahu mereka memiliki teknologi spesial yang bisa mengacak sinyal dari darat atau menyebabkan sistem pembacaan data di pesawat tak berfungsi. Mungkin inilah masalah sesungguhnya pada peristiwa itu," tutur pejabat tersebut.

Pesawat Sukhoi Superjet 100 jatuh menabrak dinding tebing di Gunung Salak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (9/5/2012) lalu, saat melakukan penerbangan peragaan dalam rangka tur promosi. Kecelakaan itu menewaskan 45 orang di dalam pesawat, termasuk seorang warga negara AS.

Sukhoi Superjet 100 adalah pesawat penumpang pertama rancangan asli Rusia sejak Uni Soviet runtuh dan diharapkan menjadi awal kebangkitan industri penerbangan sipil di negara itu.

Kantor berita Agence France Presse (AFP) menyebut Rusia punya kebiasaan menyalahkan negara lain atas berbagai musibah atau kecelakaan besar yang terjadi di Rusia.

Pada Agustus 2000, saat kapal selam nuklir Kursk milik AL Rusia tenggelam di Laut Barents, seorang komandan AL Rusia menyalahkan AL AS hanya karena waktu itu ada beberapa kapal perang AS di sekitar lokasi latihan militer yang melibatkan Kursk. Kemudian, tahun lalu, mantan Kepala Badan Luar Angkasa Rusia Yury Kotev kembali menyalahkan AS sebagai penyebab kegagalan penerbangan wahana luar angkasa Phobos Grunt yang sedianya akan menuju Bulan. Menurut Kotev, pancaran radar AS membuat wahana itu gagal.

Tipe Radar Beda di Kohannudnas, Akibatkan Komunikasi tak Optimal

Satuan radar TNI AU
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perbedaan tipe radar yang ada di Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) akan berdampak pada perbedaan keluaran sistem data. Hal ini akan mengakibatkan pengoperasian komunikasi data radar tidak optimal.

Pangkohanudnas Marsekal Muda TNI JFP Sitompul, melalui siaran persnya, di Jakarta, Kamis (24/5), mengungkapkan soal ini. Dikatakannya, sistem yang diterapkan pada pertahanan udara nasional saat ini mengintegrasikan radar-radar yang terhubung dengan Sektor Operation Center (SOC) yang berada di Kosekhanudnas.

"SOC yang ada di Kosekhanudnas tersebut terintegrasi dengan beberapa tipe radar yang berbeda, sehingga terjadi perbedaan output data. Dengan adanya perbedaan output data maka komunikasi data tidak optimal," katanya.

Adanya suatu penelitian dan pembuatan Protokol Komunikasi Data Radar yang dilaksanakan oleh Dislitbangau, maka Kohanudnas menyambut optimistis karena hingga kini, jajaran Kohanudnas belum memiliki standarisasi Protokol Komunikasi Data Radar. Padahal, Protokol Komunikasi Data Radar itu bisa menjadi solusi atas persoalan ini.

Oleh karena itu, pihaknya mendukung langkah Dislitbangau agar dikembangkan protokol ini guna lebih mendukung tugas-tugas Kohanudnas di masa mendatang, kata Pangkohanudnas. Kohanudnas sendiri telah berupaya untuk mencari solusi terkait masalah tersebut, salah satunya dengan dengan menggelar diskusi di Makohanudnas pada Rabu (23/5).

Upaya itu dilakukan bersama Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI Angkatan Udara (Dislitbangau), Dinas Komonikasi dan Elektronika TNI Angkatan Udara (Diskomlekau), Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi LIPI, dan BPPT Bidang Teknologi Informasi Energi dan Material.

Kapen Kohanudnas Letkol Sus Maylina Saragih, mengatakan, diskusi itu untuk mencari dan menentukan Protokol Komunikasi Data Radar yang terbaik bagi seluruh alutsista yang ada di jajaran Kohanudnas, sehingga proses komunikasi data dapat terlaksana dengan baik dan optimal dalam mendukung tugas-tugas Kohanudnas.(republika)

Jet Tempur Buatan RI-Korea Diproduksi 2020

 Dana yang dibutuhkan untuk pembangunan pesawat ini mencapai US$ 8 miliar.

Ilustrasi KFX/IFX
VIVAnews - Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan kembali melakukan pertemuan bilateral guna membahas kerja sama dalam bidang industri pertahanan.

Indonesia melalui Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI dan Kemhan Republik Korea yang diwakili oleh delegasi Defense Industry Cooperation Committee (DICC) mengadakan pertemuan di Gedung Kemhan, Jakarta, Kamis 24 Mei 2012.

Pertemuan tersebut merupakan tindak lanjut dari penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) mengenai DICC antara Kemhan RI dengan Kemhan Korea.

Sekretaris Jenderal Kemhan RI, Marsekal Madya TNI Eris Herryanto, mengatakan, kedua negara memang memiliki kegiatan kerja sama dalam bidang industri pertahanan. "Ini pertemuan pertama kali antara Kemhan dengan perwakilan dari Korea," kata Eris.

Pertemuan kedua negara ini dimaksudkan untuk mendorong pemanfaatan peluang terlibat secara aktif dalam kerja sama produksi dan alih teknologi alutsista untuk mendukung pertahanan negara.

Dalam pertemuan itu juga dibahas kebijakan Indonesia dalam melokalisasi industri pertahanan serta finalisasi kerja sama pesawat latih T-50 dan kapal selam 209 class. Tak hanya itu, kedua pihak juga membahas mengenai joint development medium tank dan radio set cooperation project serta hellicopter joint production project.

"Kita membahas juga mengenai cooperation armor vehicle and propellant project serta marine patrol ship project," katanya.

Selain itu, pertemuan ini juga sekaligus melakukan pemasaran produk pertahanan bersama dengan mekanisme Transfer of Technology (ToT). Namun, belum ada pembahasan mengenai pelatihan bersama.
 Pembuatan Jet Tempur KFX/IFX

Pada kesempatan yang sama, Eris mengatakan, pembuatan pesawat jet tempur Korea Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX/IFX) yang dilakukan bersama Korsel terus mengalami perkembangan. Hingga saat ini, tim dari kedua negara tengah mengerjakan Technical Development Test (TDT) dan diharapkan prototype pesawat tersebut telah jadi pada 2013.

"Kerja sama KFX sudah masuk pada fase Technical Development Test, dan akan berakhir tahun ini. Hingga saat ini TDT berjalan baik, dan tak mundur dari waktu yang ditentukan. Kalaupun mundur akan kami kejar," kata Eris.

Selanjutnya, para teknisi yang mengerjakan pembangunan pesawat tersebut akan memasuki Engineering Manufacturing Development (EMD). Sesuai rencana, fase EMD ini akan dikerjakan pada 2013.

"Pada 2013 akan memasuki fase Engineering Manufacturing Development, sehingga di tahun itu telah ada 6 buah prototipe pesawat KFX/IFX," katanya.

Untuk mengerjakan pembangunan pesawat dengan skema joint production ini, Indonesia telah mengirimkan 40 orang teknisinya ke Korea pertengahan tahun lalu. Dana yang dibutuhkan untuk pembangunan pesawat ini mencapai US$ 8 miliar. Indonesia mendapat porsi anggaran sebanyak US$ 1,6 miliar.

Pengembangan teknologi ini akan berlangsung selama delapan tahun hingga 2020. Persiapan produksi pesawat jet tempur baru dilakukan setelah 2020. (VIVAnews)
 Teknisi Indonesia Imbangi Skill Teknisi Korsel dalam Alih Teknologi Pesawat Tempur

Jakarta, InfoPublik - Teknisi Indonesia, yang dikirim ke Korea Selatan untuk alih teknologi pesawat tempur KFX/IFX, bisa mengimbangi para teknisi negeri ginseng yang merancang pesawat itu.

"Awalnya teknisi kita memang agak kesulitan mengimbangi teknisi mereka. Tapi, saat ini mereka sudah bisa mengimbangi," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Marsekal Madya Eris Herryanto usai menerima kunjungan delegasi Komite Kerjasama Industri Pertahanan (DICC) Korea Selatan, di Kantor Kemhan, Kamis (24/5).

Menurut Eris, sekitar tujuh bulan lalu, Kemhan telah mengirimkan 37 teknisi untuk tahap awal proses alih teknologi. Mereka terdiri dari enam pilot pesawat tempur TNI Angkatan Udara, tiga orang dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kemhan, 24 teknisi dari PT Dirgantara Indonesia, dan empat dosen teknik penerbangan dari Institut Teknologi Bandung. Sepanjang 2012 ini, para teknisi diharapkan bisa menguasai pengembangan teknis pesawat KFX.

"Sampai sekarang pengembangan teknis sudah berjalan sesuai rencana. Kalau pun mundur, akan kita upayakan untuk dikejar," kata Eris.

Pada 2013, kata Eris, para teknisi harus sudah beralih pada pencapaian berikutnya, yakni pengembangan mesin dan manufaktur. Diharapkan pada tahap ini sudah bisa dibuat enam buah prototipe pesawat KFX.

Untuk mempersiapkan para teknisi, Kemhan akan mempersiapkan sarana dan prasana, sumber daya manusia, serta manajemen yang baik. "Biasanya kita akan meminta kepada pihak Korea, pengembangan apa yang bisa dilakukan lebih awal. Kita berupaya melengkapi sesuai keinginan mereka agar alih teknologi berjalan sebaik-baiknya," tambah Eris.

Khusus untuk SDM, Kemhan akan mencari teknisi yang bisa mengimbangi para teknisi Korea agar tak ada kendala dalam alih teknologi. Ke depan, Kemhan akan membagi mana yang bisa dilibatkan dalam proses alih teknologi ini, baik dari kalangan industri, akademisi, maupun dari pihak pemerintah.

Eris mengaku sebenarnya ada sedikit perbedaan yang memantik diskusi panjang dengan delegasi DICC Korea, yakni soal perbedaan sistem antara industri pertahanan dalam negeri dan di sana. "Industri pertahanan di korea murni swasta, sedangkan di Indonesia di bawah BUMN," katanya. Untuk itu, dalam kerjasamanya perlu ada beberapa poin yang harus didiskusikan.

Namun demikian, Kemhan berkomitmen bahwa alih teknologi ini tak berfokus pada hasil, melainkan pada proses. "Ini penting agar proses alih teknologi benar-benar berjalan sempurna dan Indonesia bisa segera mampu membuat pesawat tempur sendiri," kata Eris.

Pesawat tempur KFX adalah pesawat tempur generasi 4,5 atau setingkat dengan pesawat F-18 milik Amerika Serikat. Artinya, pesawat ini lebih canggih dari pesawat tempur yang dimiliki Indonesia, termasuk pesawat F-16 dan Sukhoi.

Rencananya, proyek alih teknologi ini akan berlangsung hingga 2020. Total pesawat yang akan dibuat adalah 150 unit. Indonesia akan mendapatkan sebanyak 50 unit. Total anggaran untuk pengembangan pesawat ini ditaksir sebesar 8 miliar dolar Amerika. Namun, karena Indonesia hanya mendapatkan 50 unit, maka hanya dibebankan biaya sebesar 20 persen dari total anggaran atau sebesar US$ 1,6 miliar(bipnews)

Indonesia dan Korea Selatan Bahas Kerjasama ToT Industri Pertahanan

Jakarta, DMC - Indonesia melalui Kementerian Pertahanan (Kemhan) bersama dengan Korea Selatan melalui Defense Acquisition Program Administration (DAPA) telah mengadakan pertemuan untuk pertama kalinya guna membahas kerjasama Transfer of Technology (ToT) di bidang industri pertahanan. Kerjasama ToT tersebut dibahas dalam pertemuan Defense Industry Cooperation Committee (DICC) Ke-1 yang berlangsung selama dua hari dari tanggal 21 hingga 22 Mei 2012.

“Maksud dan tujuan pertemuan DICC adalah membicarakan mengenai masalah-masalah industri pertahanan yang sedang dilakukan saat ini. Dengan pertemuan seperti ini kita menyamakan bagaimana pelaksanaan ToT kedepan”, jelas Sekjen Kemhan Marsdya TNI Eris Herryanto, S.IP, M.A., usai mendampingi Menhan Purnomo Yusgiantoro menerima Commissioner of DAPA Noh Dae-lae selaku Ketua Delegasi DICC Korea Selatan, Kamis Sore (24/5) di kantor Kemhan, Jakarta.

Lebih lanjut Sekjen menjelaskan bahwa Indonesia dan Korea Selatan mempunyai sistem yang berbeda, contohnya bahwa industri pertahanan di Korea Selatan adalah murni swasta, sedangkan di Indonesia adalah BUMN. Sehingga, dalam kerjasama ini, dengan status dan karakter yang berbeda maka dalam kerjasama ada hal - hal yang perlu didiskusikan.

Kedua negara sepakat bahwa kerjasama ToT bukan berfokus pada hasil, tetapi berdasarkan proses. Menurut Sekjen Kemhan proses ini penting supaya Indonesia dapat mendapatkan teknologi dan berinovaasi terhadap teknologi.

Selama ini banyak kegiatan kerjasama pertahanan antara kedua negara khususnya industri pertahanan yang memuat kerjasama ToT antara lain kerjasama pesawat tempur KFX / IFX, pembuatan kapal LPD, dan dalam waktu kedepan ada kerjasama kapal selam. Ada juga kerjasama kendaraan tempur Tarantula yang sudah mulai dikerjakan bersama dan beberapa peralatan - peralatan lainnya seperti komunikasi.

Terkait dengan kerjasama pesawat tempur KFX / IFX, Sekjen Kemhan mengatakan saat ini sudah pada phase Technical Development (TD) dan ini akan berakhir pada akhir tahun 2012. Tahun 2013 kerjasama akan masuk pada phase Enginering Mannufacturing Development (EMD). Pada phase EMD, kedua negara akan membuat prototype pesawat yang direncanakan akan dibuat 6 buah.

Untuk phase TD saat ini sudah berjalan sesuai dengan rencana. Pada awalnya teknisi - teknisi dari Indonesia memang belum seimbang dengan teknisi dari Korea Selatan, namun dengan berjalannya phase TD ini sudah mengurangi gap kemampuan dari teknisi Indonesia dengan teknisi dari Korea Selatan.

Sekjen Kemhan lebih lanjut mengatakan, dalam kerjasama ToT dengan Korea Selatan ini, ada yang harus dipersiapkan oleh Indonesia antara lain sarana prasarana, SDM dan Manajemen. Indonesia tentunya akan berupaya untuk melengkapinya kshususnya di bidang sarana dan prasana agar alih tekonologi ini dapat berjalan baik.

“Tentunya ini tanggung jawab pemerintah dan industri untuk bisa menyiapkan sarana dan prasarana, sedangkan SDM kita mencari yang sudah ada saat untuk kita tingkatkan kemampuannya”, tambah Sekjen Kemhan.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama Commissioner of DAPA Noh Dae-lae mengatakan pada pertemuan DICC Ke - 1 ini telah dibahas lebih detail mengenai ToT atau pelaksanaan local production secara lebih dalam.

Menurutnya, kerjasama kedua negara sudah berjalan cukup baik hingga sekarang dan pihaknya yakin kedepannya akan mampu berjalan lebih baik lagi. Hal ini diyakininya karena kebijakan revitalisasi industri pertahanan yang di bawah Presiden SBY memiliki arah yang sama dengan kebijakan yang dipegang teguh oleh pemerintah Korea. “Oleh karena itu kedepannya Korea Selatan berharap hubungan kerjasama antara kedua negara dapat maju dengan cepat, ”tambahnya. (BDI/SR)(DMC)

☆ Letnan Jenderal R. Suprapto

 Pahlawan Revolusi

Letnan Jenderal TNI Anumerta R. Suprapto (1920-1965)

Letnan Jenderal TNI Anumerta R. Suprapto (lahir di Purwokerto, Jawa Tengah, 20 Juni 1920 – meninggal di Lubang Buaya, Jakarta, 1 Oktober 1965 pada umur 45 tahun) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Ia merupakan salah satu korban dalam G30S/PKI dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

Letjen Suprapto yang lahir di Purwokerto, 20 Juni 1920, ini boleh dibilang hampir seusia dengan Panglima Besar Sudirman. Usianya hanya terpaut empat tahun lebih muda dari sang Panglima Besar. Pendidikan formalnya setelah tamat MULO (setingkat SLTP) adalah AMS (setingkat SMU) Bagian B di Yogyakarta yang diselesaikannya pada tahun 1941.

Sekitar tahun itu pemerintah Hindia Belanda mengumumkan milisi sehubungan dengan pecahnya Perang Dunia Kedua. Ketika itulah ia memasuki pendidikan militer pada Koninklijke Militaire Akademie di Bandung. Pendidikan ini tidak bisa diselesaikannya sampai tamat karena pasukan Jepang sudah keburu mendarat di Indonesia. Oleh Jepang, ia ditawan dan dipenjarakan, tapi kemudian ia berhasil melarikan diri.

Selepas pelariannya dari penjara, ia mengisi waktunya dengan mengikuti kursus Pusat Latihan Pemuda, latihan keibodan, seinendan, dan syuisyintai. Dan setelah itu, ia bekerja di Kantor Pendidikan Masyarakat.

Di awal kemerdekaan, ia merupakan salah seorang yang turut serta berjuang dan berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Cilacap. Selepas itu, ia kemudian masuk menjadi anggota Tentara Keamanan Rakyat di Purwokerto. Itulah awal dirinya secara resmi masuk sebagai tentara, sebab sebelumnya walaupun ia ikut dalam perjuangan melawan tentara Jepang seperti di Cilacap, namun perjuangan itu hanyalah sebagai perjuangan rakyat yang dilakukan oleh rakyat Indonesia pada umumnya.

Selama di Tentara Keamanan Rakyat (TKR), ia mencatatkan sejarah dengan ikut menjadi salah satu yang turut dalam pertempuran di Ambarawa melawan tentara Inggris. Ketika itu, pasukannya dipimpin langsung oleh Panglima Besar Sudirman. Ia juga salah satu yang pernah menjadi ajudan dari Panglima Besar tersebut.

Setelah Indonesia mendapat pengakuan kedaulatan, ia sering berpindah tugas. Pertama-tama ia ditugaskan sebagai Kepala Staf Tentara dan Teritorial (T&T) IV/ Diponegoro di Semarang. Dari Semarang ia kemudian ditarik ke Jakarta menjadi Staf Angkatan Darat, kemudian ke Kementerian Pertahanan. Dan setelah pemberontakan PRRI/Permesta padam, ia diangkat menjadi Deputy Kepala Staf Angkatan Darat untuk wilayah Sumatera yang bermarkas di Medan. Selama di Medan tugasnya sangat berat sebab harus menjaga agar pemberontakan seperti sebelumnya tidak terulang lagi.
sumber : Wikipedia

GPK Melarikan 30 Orang Irian Jaya

Kompas
Rabu, 22 Nopember 1995

 GPK Melarikan 30 Orang Irian Jaya

Yogyakarta, Kompas
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) ABRI Brigjen TNI Suwarno Adiwijoyo membenarkan berita yang menyatakan ada 30 anggota masyarakat Irian Jaya yang dibawa lari gerombolan pengacau keamanan (GPK). Bahkan, Kapuspen mengatakan dalam kontak senjata dengan aparat keamanan, seorang anggota ABRI tewas dan seorang lagi terluka.

Menurut Kapuspen yang dihubungi per-telepon dari Yogyakarta, Selasa (21/11) malam, berdasarkan laporan terakhir salah seorang yang dibawa lari itu, 19 November ditemukan tewas di perbatasan. Yang tewas diidentifikasi sebagai staf Bina Marga PU Irja bernama Danu Widayanto.

Panglima Kodam VIII/Trikora Mayjen TNI Dunidja D yang dihubungi secara terpisah membantah berita yang menyatakan GPK melakukan penyergapan dan membunuh 15 pekerja pembuatan jalan di daerah perbatasan yang dikawal empat anggota ABRI yang juga terbunuh. "Daerah di perbatasan sampai saat ini situasinya cukup aman dan terkendali. Jadi nggak ada apa-apa, kok. Nggak ada apa-apa," tuturnya Selasa malam per-telepon.

Pangdam yang baru saja selesai mengikuti acara apel Danrem-Dandim se-Indonesia di Bandung (Rabu, 22/11) mengatakan akan ke Timika, untuk melihat hasil kerja tim penyidik Kodam yang diketuai Danpomdam VIII/Trikora Kolonel CPM Sulaiman AB. Tim penyidik itu masuk dalam Tim Penyelesaian Kasus Timika (TPKT) Kodam VIII/Trikora yang diketua Brigjen TNI Amir Syarifudin, yang juga Kasdam VIII/Trikora.

 ⚔ Masih dikejar

Kapuspen menjelaskan, aksi GPK itu terjadi 8 November. Sekitar seminggu kemudian (14 November), pihak ABRI berhasil menemukan kelompok tersebut sehingga terjadi kontak senjata, satu dari anggota ABRI saat itu kemudian tewas.

"Kami masih terus melacak masalah ini," tuturnya. Yang jelas, katanya, begitu kejadian aparat langsung melakukan pengejaran dan melakukan pengamanan di berbagai desa sekitar itu.

Biasanya, kata Kapuspen, GPK tidak hanya melakukan 'penculikan' seperti itu di satu desa saja. Sebab itu, aparat keamanan segera melakukan pengamanan di tempat-tempat lain. Berkaitan dengan itu, ia mengimbau agar masyarakat tetap tenang namun selalu meningkatkan kewaspadaannya.

Apa motivasi dari `penculikan' tersebut, Kapuspen memperkirakan karena GPK yang biasanya mendapat dukungan logistik dari masyarakat sekitar tidak suka kalau masyarakat menjadi pandai. "Kalau masyarakat sudah mulai semangat mengikuti pendidikan dan melakukan kegiatan yang sesuai dengan anjuran pemerintah, biasanya GPK akan ketakutan. Mereka takut masyarakat terkait tidak mau lagi memberi dukungan logistik padanya," ucapnya.

"Kejadian terakhir, ya yang terjadi di Kampung Iksan, Kecamatan Waropko, di Kabupaten Merauke.

Di mana salah satu anggota kita gugur, akibat kontak senjata dengan GPK," jelasnya.

Kejadian tersebut tidak jauh berbeda modus operandinya dengan yang terjadi di Kampung Sota, juga di Merauke. "Di mana warga desa dipaksa GPK untuk mengungsi ke sebelah (PNG - Red). Yang di kampung Iksan sana juga sama. Sekitar 50 kepala keluarga, dipaksa untuk mengungsi ke sebelah oleh GPK. Kejadiannya belum lama ini, sekitar awal minggu
lalu," jelasnya.

Hal serupa juga dikemukakan Kolonel (Inf) Maryoto, Asintel Kodam VIII/Trikora yang dihubungi Kompas di Timika. "Kejadian terakhir di perbatasan, ya cuma yang di Merauke itu. Lainnya masih belum ada," tuturnya. (nic/fan)


[sumber library.ohiou.edu]

Kamis, 24 Mei 2012

Prajurit TNI Ditugaskan Bantu ICRC di Haiti

TRIBUNNEWS.COM - Prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Kizi TNI Kontingen Garuda XXXII-A/MINUSTAH atau Indonesian Engineering Company (Indo Eng Coy), membantu pekerjaan membuka lahan untuk pembangunan kantor Palang Merah (ICRC) di wilayah Saint March, Artibonite, Haiti. Demikian rilis yang dikirim ke redaksi Tribunnews.com, Rabu (23/5/2012).

ICRC merupakan suatu organisasi kesehatan yang memegang peranan penting dalam urusan perdamaian dunia, baik dalam masa damai ataupun dalam masa perang. Keberadaan organisasi ini sangat dibutuhkan di setiap Negara di belahan bumi ini.

Pekerjaan membuka lahan untuk pembangunan kantor Palang Merah di wilayah Saint March yang dilakukan oleh prajurit TNI berdasarkan Engineering Tasking Order (ETO) dari MINUSTAH (Mission des Nations Unies pour la Stabilisation en Haïti), dan dikerjakan oleh Pleton Alat Berat Konga XXXII-A dipimpin Kapten Czi Saepudin selaku Ketua Tim Konstruksi dan Serka Edi Junaidi sebagai pelaksana lapangan.

Rencana pendirian kantor Palang Merah di Saint March merupakan kerjasama antara Palang Merah dari Korea Selatan dan Haiti, dengan dasar bahwa organisasi tersebut merupakan satu payung induk organisasi dibawah MINUSTAH ataupun PBB.

Sementara itu, pihak ICRC (Palang Merah) mengucapkan terima kasih dan salut dengan hasil kerja dan cara kerja Kontingen Garuda yang gigih dengan etos kerja yang tinggi. Mereka mengharapkan akan dapat berkerjasama lagi dengan Indo Eng Coy untuk kegiatan lainnya.(tribunnews)

Asah Keterampilan Tempur, `Dragon` Terbang Malam

dragon-sub
F16 TNI AU
MADIUN (Pos Kota) – Meski hanya mengandalkan instrumen dan visual yang sangat terbatas penerbang-penerbang tempur Lanud Iswahjudi, dalam beberapa hari kedepan sejak Rabu (23/5) dari petang hingga malam hari melaksanakan terbang malam untuk meningkatkan profesionalisme baik skill (keahlian) maupun kemampuan terbang (Profesiensi).

Bagi Lanud Iswahjudi sendiri, latihan terbang malam sudah menjadi agenda tetap, karena selain untuk mengasah keterampilan juga untuk membiasakan para penerbangnya melaksanakan misi pada malam hari yang hanya mengandalkan instrument yang ada disamping visual yang sangat terbatas. Dengan demikian para penerbang tempur setiap saat dapat melaksanakan tugas tidak mengenal siang maupun malam hari.

Sedangkan bagi para penerbang tempur, terbang malam bukan merupakan hal yang luar biasa namun perlu untuk pembiasaan diri terutama pada saat lepas landas maupun mendarat yang sangat mengandalkan instrumen yang ada dalam cokpit, disamping visual dengan alat bantu lampu penerangan yang ada di dua sisi landasan. Untuk itu para penerbang tersebut dituntut lebih alert dan hati-hati dalam menerbangkan pesawat serta melakukan manuver-manuver tertentu.

Latihan terbang malam kali ini hanya melibatkan pesawat tempur F-16 Fighting Falcon Skadron Udara 3, dengan area latihan aerodrome Lanud Iswahjudi, serta dipandu oleh Air Trafict Control (ATC) Lanud Iswahjudi.(Poskota)

A.n. Komandan Lanud Iswahjudi
Kapentak
Sutrisno, S.Pd., MSi.
Mayor Sus NRP 524577

Bulgaria Transfer Teknologi Fuse Bomb Ke Indonesia

Bom Sukhoi produksi Pindad
Indonesia akan siap menghasilkan bom untuk pesawat tempur, khususnya pesawat Sukhoi 27 SK dan 30 MK, sebagai produsen senjata PT Sari Bahari, Malang akan menerima teknologi fuse bomb produksi Armaco dari Bulgaria.

Indonesia selama ini baru mampu memproduksi casing, hulu ledak (warheads) dan bubuk mesiu, dan masih mengimpor fuse bomb.

"Ini adalah langkah kemajuan yang besar bagi Indonesia. Mulai sekarang kita tidak akan lagi tergantung pada negara lain karena kita mampu memenuhi kebutuhan militer Indonesia [TNI] dalam pengadaan bom," kata direktur perusahaan Ricky Hendrik Egam kepada The Jakarta Post pada hari Rabu di Surabaya, Jawa Timur.

Namun Ricky menolak untuk mengungkapkan biaya dari kerjasama antara perusahaannya dengan Armaco.

Dia mengatakan bahwa dengan kerja sama itu, Indonesia memiliki kesempatan untuk memjual fuse bomb kepada negara-negara di Asia yang menggunakan jet tempur pesawat Sukhoi
buatan Rusia.

Sebelumnya
Perusahaan menghadapi kesulitan dalam mencari negara produsen fuse bomb yang bersedia untuk mentransfer teknologi. Cina telah menolak permintaan perusahaan untuk kerjasama.

PT Sari Bahari telah berhasil menghasilkan bom untuk jet tempur pesawat Sukhoi, baik bom asap dan versi live bomb, dengan bobot antara 100 kilogram sampai 250 kilogram. Perusahaan juga telah mengekspor 70 mm hulu ledak roket asap kepada Angkatan Udara Chili. (SWD)(Jakartapost)(GM)

Indonesia Harapkan Korsel Hibahkan 25 LVT

LVT 7 A1 Marinir
Jurnas.com | INDONESIA tengah mengincar 25 unit tank amfibi jenis Landing Vehicle Track (LVT) milik Korea Selatan agar dihibahkan ke Indonesia. Sebelumnya, Indonesia telah mendapatkan hibah 10 unit LVT ini dari Korsel yang digunakan oleh Korps Marinir TNI Angkatan Laut.

“Saat ini sedang diproses untuk mohon dihibahkan pada Indonesia. Sebelumnya telah dihibahkan 10, tapi masih ada 25 lagi yang layak untuk dihibahkan,” kata Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono usai menghadiri Sidang KKIP Ke VI di PT PAL Indonesia (Persero) di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (23/5).

Namun begitu, Panglima menjelaskan, hibah ini tak bisa serta merta dilakukan tanpa persetujuan pemerintah Amerika Serikat, mengingat LVT tersebut merupakan produk Amerika. Amerika mengeluarkan kebijakan, untuk alutsista hasil produksi negara tersebut harus mendapat persetujuan jika akan dijual lagi pada pihak ketiga. 


KCR 60 (Gambar incoherrent)
“Kami masih menunggu keputusan dari Kemenhan Korea dan Amerika Serikat apakah menyetujui untuk dihibahkan ke Indonesia atau tidak," kata Panglima.

Mengenai pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) di dalam negeri, Panglima TNI selaku anggota KKIP, mengatakan, PT PAL sebagai "Lead Integrator" sangat penting untuk diberikan dukungan dalam mewujudkan pembangunan kapal, baik Kapal Cepat Rudal (KCR), Perusak Kapal Rudal (PKR) maupun kapal angkut.

"KCR 40M sudah selesai dibangun dan ada beberapa unit. PT PAL juga akan membangun 6 unit KCR-60M dan kapal 105 M, yakni PKR," katanya.(Jurnas)

Perkuat Alutsista, Kemhan Percepat RUU Industri Pertahanan

Jurnas.com | PEMERINTAH terus membahas RUU Industri Pertahanan yang diharapkan menjadi produk legislasi terhadap program penguatan alutsista dalam negeri. Program tersebut diharapkan terus berjalan meskipun pemerintahan telah berganti.

Karenanya pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pertahanan (Kemhan), terus menggodoknya dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan mulai dari Pemerintah, Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP), Industri Pertahanan, pengguna yaitu TNI-Polri, serta stakeholder lainnya.


"RUU ini nantinya diharapkan bisa jadi landasan dalam pembuatan aturan turunan, seperti Kepres, PP, bahkan Kep KKIP, yang bisa dijadikan naungan bagi pembangunan Industri Pertahanan ke depan," kata Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro usai menghadiri Sidang KKIP Ke VI di PT PAL Indonesia (Persero) di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (23/5). 

PKR 105
Dia menargetkan, bertepatan dengan Hari Teknologi Nasional yang jatuh pada 10 Agustus mendatang, blue print industri pertahanan, penelitian pengembangan dan penerapan teknologi industri pertahanan, dokumentasi, roadmap-nya serta legislasinya dapat segera selesai. "Sehingga kalau ganti kabinet program kami bisa tetap berjalan," ujar Menhan yang juga ketua KKIP ini.

Dia menjelaskan, RUU ini akan membahas mengenai Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP), Industri Pertahanan dalam negeri, keterkaitan pemerintah dengan industri dan pengguna, serta penelitian dan percepatan pembangunan alat utama sistem senjata (alutsista).


Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin yang merupakan Sekretaris KKIP mengharapkan RUU Industri Pertahanan ini bisa segera diselesaikan. Meskipun inisiatif DPR, pemerintahlah yang membuat membuat Daftar Inventaris Masalah (DIM)-nya. "Saya harap bisa diratifikasi agustus 2012, karena dari prosesnya sangat lancar," jelasnya.(Jurnas)

☆ Letnan Jenderal M.T Haryono

 Pahlawan Revolusi

Letnan Jenderal TNI Anumerta M.T Haryono (1924-1965)

Letnan Jenderal TNI Anumerta Mas Tirtodarmo Haryono lahir di Surabaya, 20 Januari 1924 merupakan salah satu dari dari Tujuh Pahlawan Revolusi, sebelumnya memperoleh pendidikan di ELS (setingkat Sekolah Dasar) kemudian diteruskan ke HBS (setingkat Sekolah Menengah Umum). Setamat dari HBS, ia sempat masuk Ika Dai Gakko (Sekolah Kedokteran masa pendudukan Jepang) di Jakarta, namun tidak sampai tamat. Seorang perwira yang fasih berbicara dalam bahasa Belanda, Inggris, dan Jerman. Kemampuannya itu membuat dirinya menjadi perwira penyambung lidah yang sangat dibutuhkan dalam berbagai perundingan.

Perwira kelahiran Surabaya ini pernah menjadi Sekretaris Delegasi Militer Indonesia pada Konferensi Meja Bundar, Atase Militer RI untuk Negeri Belanda dan terakhir sebagai Deputy III Menteri/ Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad). Ketika kemerdekaan RI diproklamirkan, ia yang sedang berada di Jakarta segera bergabung dengan pemuda lain untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan. Perjuangan itu sekaligus dilanjutkannya dengan masuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Awal pengangkatannya, ia memperoleh pangkat Mayor.

Selama terjadinya perang mempertahankan kemerdekaan yakni antara tahun 1945 sampai tahun 1950, ia sering dipindah tugaskan. Pertama-tama ia ditempatkan di Kantor Penghubung, kemudian sebagai Sekretaris Delegasi RI dalam perundingan dengan Inggris dan Belanda.

Suatu kali ia juga pernah ditempatkan sebagai Sekretaris Dewan Pertahanan Negara dan di lain waktu sebagai Wakil Tetap pada Kementerian Pertahanan Urusan Gencatan Senjata. Dan ketika diselenggarakan Konferensi Meja Bundar (KMB), ia merupakan Sekretaris Delegasi Militer Indonesia.

Tenaga M.T. Haryono memang sangat dibutuhkan dalam berbagai perundingan antara pemerintah RI dengan pemerintah Belanda maupun Inggris. Hal tersebut disebabkan karena kemampuannya berbicara tiga bahasa internasional yakni bahasa Inggris, Belanda, dan Jerman. Terakhir ketika ia menjabat Deputy III Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad), pengaruh PKI juga sedang marak di Indonesia. Partai yang merasa dekat dengan Presiden Soekarno dan sebagian rakyat itu semakin hari semakin berani bahkan semakin merajalela.

Ide-ide yang tidak populer dan mengandung resiko tinggi pun sering dilontarkan oleh partai komunis itu. Seperti ide untuk mempersenjatai kaum buruh dan tani atau yang disebut dengan Angkatan Kelima. Ide tersebut tidak disetujui oleh sebagian besar perwira AD termasuk oleh M.T. Haryono sendiri dengan pertimbangan adanya maksud tersembunyi di balik itu yakni mengganti ideologi Pancasila menjadi komunis. Di samping itu, pembentukan Angkatan Kelima tersebut sangatlah memiliki resiko yang sangat tinggi. Namun karena penolakan itu pula, dirinya dan para perwira lain dimusuhi dan menjadi target pembunuhan PKI dalam pemberontakan Gerakan 30 September 1965.

Pada tanggal 1 Oktober 1965 dinihari, Letjen. TNI Anumerta M.T. Haryono bersama enam perwira lainnya yakni: Jend. TNI Anumerta Achmad Yani; Letjen. TNI Anumerta Suprapto; Letjen.TNI Anumerta S Parman; Mayjen. TNI Anumerta D.I. Panjaitan; Mayjen. TNI Anumerta Sutoyo S; dan Kapten CZI TNI Anumerta Pierre Tendean berhasil diculik kemudian dibunuh secara membabi buta dan jenazahnya dimasukkan ke sumur tua di daerah Lubang Buaya tanpa prikemanusiaan. M.T. Haryono yang tewas karena mempertahankan Pancasila itu gugur sebagai Pahlawan Revolusi. Ia kemudian dimakamkan di Taman Makan Pahlawan Kalibata. Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya, pangkatnya yang sebelumnya masih Mayor Jenderal kemudian dinaikkan satu tingkat menjadi Letnan Jenderal.

Untuk menghormati jasa para Pahlawan Revolusi sekaligus untuk mengingatkan bangsa ini akan peristiwa penghianatan PKI tersebut, dengan demikian diharapkan peristiwa yang sama tidak akan terulang kembali, maka oleh pemerintahan Soeharto ditetapkanlah tanggal 1 Oktober setiap tahunnya sebagai hari Kesaktian Pancasila sekaligus sebagai hari libur nasional. Dan di daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur di depan sumur tua tempat jenazah ditemukan, dibangunlah Tugu Kesaktian Pancasila sebagai tugu peringatan yang berlatar belakang patung ketujuh Pahlawan Revolusi tersebut.
Referensi :

- http://id.wikipedia.org/wiki/Mas_Tirtodarmo_Harjono
- http://www.pendongeng.com/biografi-pahlawan-indonesia/462-pahlawan-revolusi-letjen-anumerta-mt-haryono-1924-1965.html
- http://kolom-biografi.blogspot.com

Pertempuran Kian Sengit, Anggota GAM Bertahap Menyerah

Anggota TNI saat kontak senjata dengan GAM
Liputan6.com, Bireun : Memasuki hari ke-11 operasi militer, kontak senjata antara pasukan TNI dan Gerakan Aceh Merdeka masih terus terjadi di beberapa wilayah di Nanggroe Aceh Darussalam. Baku tembak pun berlangsung di Desa Blang Badeh, Jeumpa, Bireun, Kamis (29/5) siang tadi. Peristiwa ini terjadi ketika pasukan gabungan TNI-Polri yang tengah mengawal truk pengangkut bantuan makanan melintas di kawasan tersebut. Tak ada korban jiwa dalam baku tembak ini.

Serentetan tembakan yang berasal dari sebuah hutan menghentikan konvoi kendaraan. Pasukan TNI-Polri pun langsung membalas tembakan tersebut. Bahkan, sejumlah anggota TNI-Polri berusaha mengejar lebih dekat ke arah tembakan tersebut. Setelah itu anggota GAM masuk ke dalam hutan.

Seiring dengan semakin sengitnya perlawanan GAM, TNI kembali mengirimkan pasukan bantuannya. Sekitar 433 anggota Batalyon Infanteri 642 Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat, tiba di Pelabuhan Krung Batee, Aceh Utara. Pasukan yang rencananya akan ditempatkan di beberapa daerah di Aceh Barat ini diterima Wakil Panglima Komando Operasi TNI Brigadir Jenderal Marinir Safzen Nurdin. Pada kesempatan ini, Safzen mengatakan untuk memperkuat dan melancarkan operasi terpadu di Aceh akan dikirim lagi sekitar tiga hingga empat batalyon.

Penyerangan TNI ke basis-basis GAM pun cukup membuahkan hasil. Di antaranya secara bertahap anggota GAM terus menyerahkan diri. Tadi siang dilaporkan sebanyak enam anggota GAM juga menyerahkan diri kepada aparat keamanan di Aceh Besar, Aceh Barat, dan Kabupaten Bireun. Empat di antarnya yakni Abdul Mutolib yang tercatat sebagai Gubernur GAM wilayah Sabang, Panglima Sagoe wilayah Natali Teungku Nazaruddin bin Rasi, Hasan Basri bin Juned yang diketahui selaku pencari dana buat GAM, serta Ashari bin Nugeng, anggota satuan tugas GAM.

Hingga memasuki hari ke-11 ini, jumlah korban jiwa dari GAM pun terus bertambah. Pihak TNI mengklaim puluhan anggota separatis ditangkap dan sebagian lagi tewas dalam kontak senjata. Menurut data yang diperoleh SCTV, enam orang tewas dan 19 anggota GAM menyerah di Aceh Besar. Di Pidie, Aceh Utara, 14 orang GAM tewas dan empat ditangkap. Sedangkan di Bireun, sebanyak 18 orang GAM tewas dalam baku tembak, dua orang menyerah, dan satu menyerah. TNI pun menembak mati sekitar 12 orang GAM di Aceh Utara, dan tujuh orang menyerah, serta tujuh lainnya ditangkap. Di Aceh Timur, tujuh anggota separatis tewas dalam pertempuran dan dua orang berhasil ditahan.

Pasukan TNI yang bertugas di Aceh Tengah telah menembak mati tiga orang anggota GAM. Sementara di kawasan G. Lues dan Barat Daya seorang pendukung GAM mati ditembak. Di Aceh Jaya, dua anggota GAM terbunuh dalam kontak senjata dengan TNI dan satu lainnya ditangkap. Sebanyak 12 orang GAM terpaksa harus meregang nyawa setelah baku tembak dengan TNI di wilayah Aceh Barat. Di Aceh Selatan, sebanyak sembilan anggota GAM mati tertembus peluru TNI, lima orang menyerahkan diri, dan satu ditahan. Anggota GAM yang mati, menyerah, dan ditahan mencapai 136 orang. Tak hanya itu, TNI pun menyita sekitar 33 senjata dari berbagai jenis dan ukuran.(DEN/Tim Liputan 6 SCTV)

Rabu, 23 Mei 2012

Baret Merah Beraksi di Langit Sukoharjo

LATIHAN TERJUN -- Anggota Grup 2 Kopassus melakukan penerjunan di kawasan persawahan Parangjoro, Sukoharjo, Rabu (23/5/2012). (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

SUARA pesawat C-130 Hercules milik TNI Angkatan Udara (AU) semakin jelas terdengar. Tepat di atas area persawahan Desa Parangjoro, Grogol Sukoharjo, Rabu (23/5/2012), satu per satu anggota Grup 2 Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Kandang Menjangan, Kartasura keluar dari pesawat bernomor A 1323 itu. Di atas ketinggian 1.000 kaki, mereka turun perlahan dengan kecepatan 120 knot. Mereka dilengkapi dengan payung udara masing-masing berjenis MC-1-1C.

Anggota Baret Merah yang melakukan penerjunan sejak sekitar pukul 06.30 WIB terus berupaya melawan arus angin agar tetap aman. Di salah satu sudut area persawahan terdapat dua windsock oranye untuk acuan para penerjun agar tak salah saat mendarat. Saat personel Kopassus mulai terjun dengan parasutnya masing-masing, terdengar suara-suara komando yang ditujukan kepada mereka. “Ayo arahkan ke sumber suara. Arahkan ke sumber suara. Jangan merapat, jangan merapat. Ya, mantap, pertahankan posisi,” suara komando terdengar begitu lantang.

Tak semua peserta terjun payung yang jumlahnya sekitar 300 itu mendarat sempurna. Mereka yang didrop per delapan orang dengan empat gelombang penerjunan ini ada yang mendarat di tengah atau pun pematang sawah. Bahkan, berdasarkan pantauan Solopos.com ada salah satu personel yang parasutnya mengenai bibit tanaman petani. “Rasanya memang takut pas di atas, bingung bagaimana cara mengatakan. Tapi rasanya senang bisa latihan terjun lagi,” ungkap salah satu anggota Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan, Lettu Inf Surya Fachrol Rozi saat ditemui Solopos.com di pematang sawah.

Sesampainya di daratan, dengan cekatan para penerjun melepaskan parasut dan sejumlah perlengkapan lainnya. Mereka yang mengenakan seragam lengkap ini penuh semangat melipat parasut lalu berjalan menuju tepi jalan raya.

Sementara, di pinggiran jalan Desa Parangjoro, puluhan warga sekitar menggerombol hingga memakan badan jalan untuk menyaksikan aksi itu. Bahkan, sejumlah petani yang berada di sekitar area sawah menghentikan sejenak aktivitas mereka. Beberapa warga mengaku sengaja meluangkan waktu untuk melihat aksi terjun payung itu. “Kami sengaja datang ke sini. Tadi taunya lihat dari rumah, terus buru-buru ke sini untuk lihat lebih jelas,” ungkap Warga Serenan, Hari Dwi Purwati, yang datang bersama keluarganya.

Sekitar tiga jam para warga disuguhkan dengan penerjunan yang juga akan dilanjutkan pada malam hari itu. Penerjunan ditutup dengan aksi pesawat Hercules yang terbang rendah di sekitar area persawahan Parangjoro. “Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan kesiagaan Grup 2 Kopassus,” ungkap Komandan Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan, Kartasura, Sukoharjo, Letkol (Inf) Suhardi.(Solopos)

KKIP Menggelar Sidang Pleno Ke-VI di PT. PAL Surabaya

 Sidang Ke-VI KKIP digelar di PT. PAL, Surabaya

Surabaya, DMC - Sejak dibentuknya Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) melalui Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2010 tanggal 17 Juni 2010, KKIP telah menghasilkan beberapa kebijakan yang berkaitan langsung dengan pemberdayaan industri pertahanan. KKIP juga telah beberapa kali menggelar Sidang Pleno.

Kali ini, Rabu (23/5) untuk yang keenam kalinya KKIP kembali menggelar sidang serupa. Berbeda dengan Sidang Pleno sebelumnya yang selalu dilaksanakan di Kementerian Pertahanan, Jakarta, pada Sidang KKIP Ke-VI KKIP digelar di PT. PAL, Surabaya yang merupakan salah satu dari Badan Usaha Milik Negara Industri Pertahanan (BUMNIP).

Sidang dipimpin oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro selaku Ketua KKIP dan dihadiri Menteri Riset dan Teknologi, Panglima TNI dan Kapolri selaku Anggota KKIP serta Wamenhan sebagai Sekretaris merangkap Anggota KKIP. Hadir pula pada kesempatan tersebut Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Ka Bappenas) dan Kasal.

Selain itu, sidang ini juga dihadiri Tim Kelompok Kerja (Pokja) KKIP, Tim Asistensi KKIP, Sekretaris Pokja KKIP serta beberapa pejabat perwakilan dari sejumlah instansi terkait lainnya dan pihak BUMNIP/BUMS.

Agenda dari Sidang Pleno Ke-VI KKIP meliputi penyampaian laporan tentang proses legislasi RUU Industri Pertahanan oleh Tim Asistensi KKIP Bidang Kebijakan Dr. M. Said Didu dan penyampaian Program Nasional Riset Pertahanan dan Keamanan oleh Tim Pokja II KKIP Bidang Litbang dan Rekayasa Ir. Teguh Raharjo.

Terkait dengan Program Nasional Riset Pertahanan dan Keamanan yang sedang disusun oleh KKIP, Menhan mengatakan ini akan menjadi embrio dalam melengkapi road map dari kegiatan Riset di Bidang Pertahanan dan Keamanan yang sudah diselesaikan oleh Dewan Riset Nasional.

Lebih lanjut Menhan menjelaskan, road map berisi riset pengembangan dan penerapan dari produk – produk Alutsista dan Almatsus untuk Matra Darat, Laut dan Udara serta Kepolisian. “Semua tercakup didalamnya dan akan menjadi reverensi dokumen dalam melaksanakan penelitian dan pengembangan penerapan dari teknologi khusus di dalam industri pertahaan dan keamanan, jelas Menhan.

Road map dari Riset Pengembangan dan Penerapan Industri Pertahanan dan Keamanan ini ditargetkan akan dilaunching pada saat Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional tanggal 10 Agustus 2012 di Bandung dan akan dihadiri oleh Presiden RI.

Sedangkan terkait dengan Rancangan Undang Undang (RUU) Industri Pertahanan, Menhan mengatakan rencananya dalam waktu dekat RUU ini akan segera diselesaikan. RUU ini diharapkan akan menjadi landasan hukum bagi pembangunan industri pertahanan di Indonesia. “Arahnya adalah tentu kemandirian industri pertahanan dalam negeri, tambah Menhan.

Sementara itu Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan bahwa RUU Industri pertahanan ditargetkan dapat diratifikasi oleh DPR pada bulan Agustus 2012 mendatang. Dalam proses pembahasannya bersama DPR selama ini tidak ada kendala, ini adalah inisiatif DPR, tetapi yang membuat Daftar Isian Masalah(DIM)-nya adalah Pemerintah.

 PT. PAL Indonesia Bangun 3 Unit Kapal KCR 60 M Pesanan TNI AL

KCR 60 (Gambar Incoherrent)
Bersamaan dengan Sidang Pleno Ke-VI KKIP ini, dilaksanakan pula Steel Cutting KCR 60 dan Keel Laying Tug Boat (Kapal Tunda). Kapal tersebut merupakan pesanan dari TNI AL yang dibangun di PT. PAL Indonesia, sebagai wujud nyata komitmen PT PAL Indonesia (Persero) mendukung terciptanya kemandirian bangsa dalam memenuhi kebutuhan Alutsista dan kemajuan industri pertahanan nasional.

Pelaksanaan Steel Cutting KCR 60 dan Keel Laying Tug Boat (Kapal Tunda) ditandai dengan penekanan tombol sirine oleh Menhan bersama dengan Menristek, Kepala Bappenas, Panglima TNI, Kapolri, Kasal, Wamenhan dan Dirut PT. PAL Indonesia.

PT.PAL Indonesia menerima order pembuatan kapal KCR 60 M sebanyak tiga unit dan Kapal Tunda 2.400 HP sebanyak 2 unit. Kontrak secara efektif telah ditandatangani antara PT PAL Indonesia dan TNI AL melalui Dinas Pengadaan Mabesal pada tanggal 20 Desember 2011.

KCR 60 M memiliki spesifikasi panjang keseluruhan 59.80 M dan lebar 8.10 M, mampu melaju hingga 28 knot pada kecepatan maksimum dalam kondisi muatan 50 % . Kapal ini dipersenjatai dengan 1 x Meriam Utama 57 mm, 2 x senjata 20 mm, 2 x 2 Peluncur rudal anti kapal permukaan dan 2 x Decoy Launcher. Kapal ini mempunya oleh gerak yang tinggi, lincah dalam posisi tembak dan mampu melaksanakan penghindaran dari serangan balasan lawan.

Sementara itu Kapal Tunda 2.400 HP memiliki spesifikasi dengan panjang keseluruhan 29 M dan Lebar 9 M, dan pada sarat kondisi muatan 50 % kecepatan kapal mencapai 12 knot.

Melalui pelaksanaan Steel Cutting KCR 60 dan Keel Laying Tug Boat (Kapal Tunda) pesanan TNI AL ini kembali membuktikan bahwa PT.PAL Indonesia berkomitmen dan siap menjadi lead integrtor pembangunan produk Alutsista dan Almatsus bidang kemaritiman.

Sejak tahun 1980, PT. PAL Indonesia (Persero) telah menyelesaikan pembangunan kapal lebih dari 240 unit kapal berbagai jenis dan ukuran untuk produk kapal niaga sampai dengan ukuran 50.000 DWT, sedangkan untuk produk kapal perang telah diproduksi berbagai jenis dan tipe kapal diantaranya: KCR 14 Meter, 28 Meter, 38 Meter, FPB 57 Meter dan Landing Plat Dock 125 Meter.

PT PAL juga berpengalaman memodifikasi kapal dan pemasangan Rudal diantaranya: Rudal Yakhont dan Fire Control System di KRI OWA-354, Rudal C-802 dan Fire Control System di KRI AHP-355 dan KRI YOS-353.

Dengan berbekal pengamalan tersebut, PT PAL Indonesia (Persero) menyatakan siap menyelesaikan pembangunan KCR 60 dan Kapal Tunda 2.400 HP pesanan Kemhan dan Pengadaan Alutsista lainnya di masa mendatang. (BDI/SR)
(DMC)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...