Sabtu, 15 Juni 2019

KSAU Resmikan Skadron 33 Lanud Hasanuddin

Diperkuat 4 Pesawat HerculesPeresmian Skadron Udara 33 Makassar ✈️

Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Yuyu Sutisna, akhirnya meresmikan base Skadron Udara 33 di Bandara Lanud Sultan Hasanuddin Makassar, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

"Tujuan pembangunan Skadron 33 ini untuk pemerataan kekuatan TNI dari barat, tengah dan timur Indonesia. Harapan saya, hadirnya Skadron agar TNI bisa melaksanakan operasi secara maksimal," katanya usai upacara peresmian, Jumat.

Selain pelaksanaan latihan operasi dengan mengefektifkan Pasukan Penanggulangan Reaksi Cepat (PPRC) seperti operasi latihan perang, juga akan membantu dalam hal percepatan penanganan bencana alam, pergeseran pasukan, serta kerja-kerja sosial lainnya.

Sebab, selama ini belum ada base skadron di wilayah timur untuk transportasi pesawat angkutan berat termasuk membantu proses pemulihan saat terjadi bencana alam.

"Skadron ini bertugas untuk kesatuan, tidak hanya sebagai pesawat angkut berat membantu bencana alam, tapi juga keperluan militer seperti pengiriman pasukan dan logistik. Skadron 33 memiliki 3 pesawat dari Lanud Abdurahman dan 1 dari Lanud Perdana Halim dengan total empat pesawat,".

"Kedepan, tentu hadirnya Skadron ini akan bekerja sama dengan TNI AD dan AL serta membina skuadron ini dengan melaksanakan latihan, operasi dan membantu Pemerintah Daerah," katanya.

Menurutnya, pembangunan kekuatan TNI sudah sesuai dengan Rencana Stategis (Renstra) untuk 20 tahun kedepan, termasuk jangka panjang, menengah dan jangka pendek.

Tidak hanya itu, dibentuknya Skadron 33 ini dengan melihat adanya ancaman, dan dasarnya ada. Ancaman tersebut tidak hanya dari musuh tetapi juga ancaman bencana alam serta disparitas harga bahan pokok di daerah timur.

"Berdasarkan ancaman itu dasarnya dan melihat jangka pendek dan panjang. Kita perlu kecepatan dan cepat makanya Skadron ini dibentuk, sebab belum ada Skadron angkut di wilayah timur yang ada Skadron Tempur dan Intelejen," beber dia.

 Tambahan lagi pesawat Hercules

Untuk jumlah pesawat Hercules, sebutnya, ada empat dan akan ditambah satu pesawat totalnya lima pesawat Hercules. Hanya saja satu pesawat Hercules tipe J tersebut yang sudah dilengkapi teknologi moderen atau komputerisasi, masih antre dalam proses pembuatan.

"Kenapa di timur?, karena dianggap penting. Selain operasi udara, TNI juga bertugas mengantisipasi disparitas harga kebutuhan bahan pokok dan lainnya pada wilayah timur seperti di Papua. Kita juga menyiapkan pesawat angkut di Tarakan untuk mengantisipasi perbedaan harga di perbatasan, sesuai permintaan Pemda," tambahnya.

Komandan Skadron Udara (Danskadron) 33 Lanud Sultan Hasanuddin, Letkol Pnb Agus Rohimat mengemukakan Skadron 33 adalah bentukan baru khusus pesawat angkut berat dengan tugasnya melaksanakan pemindahan baik personel maupun barang.

Pada tahap awal akan dioperasikan empat pesawat yang didatangkan dari Skadron Udara 31 Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, dan Skadron Udara 32 Lanud Abdul Rachman Saleh di Malang.

Sementara Komandan Lanud Sultan Hasanuddin (Danlanud), Marsma TNI H Haris Haryanto menambahkan, postur TNI AU akan terus dibangun dalam menguatkan posisi kekuatan TNI di udara.

"Skadron Udara 33 tersebut dibentuk untuk memenuhi postur TNI AU. Selain untuk pengiriman dan pemindahan prajurit, juga mengangkut barang sesuai dengan permintaan pemerintah," tambahnya.
 

  antara  

Jumat, 14 Juni 2019

Indonesia Designates Two Panther Helicopters for Anti-Submarine Operations

Helikopter Panther [supermarine@kaskus]

Only two of the Indonesian Navy's (Tentera Nasional Indonesia - Angkatan Laut: TNI-AL's) 11 Airbus Helicopters AS 565MBe Panther helicopters are equipped for anti-submarine warfare (ASW) operations, a military source told Jane's on 11 June.

The rest of the helicopters in the fleet are currently being configured for multimodal operations, and will progressively replace the TNI-AL Naval Aviation Fleet's squadron of ageing BO 015 utility helicopters.

"In the future, the remaining nine helicopters might be installed with ASW equipment like the dipping-sonar, but for now, only two airframes in the fleet have been dedicated for ASW operations," the source said.

Indonesia ordered 11 new AS565 MBe Panther helicopters in 2014 as part of efforts to improve the TNI-AL's embarked aviation and ASW capabilities. According to information provided by Airbus Helicopters, the Panther variant that has been supplied to the TNI-AL has an increased maximum take-off weight over its predecessors, at 4,500 kg, compared with 4,300 kg for earlier versions of the AS 565.

The aircraft is equipped with two Safran Arriel 2N engines that have been optimised for 'hot and high' conditions, and enables the helicopter to reach a top speed of 165 kt and a range of 780 km. The aircraft is also equipped with Airbus Helicopter's latest-generation tail rotor and a four-axis autopilot to help reduce crew workload.

Under a collaboration agreement between Airbus Helicopters and state-owned Indonesian company PT Dirgantara Indonesia (PTDI), all 11 airframes were delivered in the 'green' state to PTDI's facilities in Bandung where they received their service liveries, and underwent further outfitting, including installation of mission equipment.

  IHS Jane's  

TNI AU Resmikan Skadron Udara 27

Diperkuat 4 CN235 https://i0.wp.com/www.angkasareview.com/wp-content/uploads/2019/06/Skadron-Udara-27-e1560403442122.jpg?fit=1024%2C683KASAU Resmikan Pesawat untuk Skud 27 

Kasau Marsekal TNI Yuyu Sutisna, S.E., M.M., meresmikan operasional Skadron Udara 27 Angkut Sedang di Lanud Manuhua Biak, Kamis (13/06/2019) dan menjadi tonggak sejarah baru pengabdian TNI AU di Papua.

Skadron Udara 27 menjadi skadron pesawat TNI AU pertama di tanah Papua dengan alat utama sistem persenjataan (alutsista) pesawat angkut sedang CN235 buatan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) bekerja sama dengan Airbus Military, Spanyol.

Kebijakan pemerintah untuk menempatkan skadron pesawat angkut di Papua dimaksudkan untuk efisiensi dan efektivitas dalam operasi pergeseran pasukan tempur, mendukung distribusi logistik untuk menekan disparitas harga, dan dukungan lainnya yang dibutuhkan untuk kepentingan bangsa dan negara,” ujar Kasau.

Pada tahap awal, Skadron Udara 27 akan diperkuat dengan 4 unit pesawat CN235 dengan 71 personel dan dipimpin oleh Komandan Skadron Udara 27 Letkol Pnb Trinanda Hasan Febrianto, yang sebelumnya menjabat Komandan Skadron Udara 2 Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta dengan jenis pesawat yang sama. Ke depan, jumlah pesawat akan ditambah sesuai kebutuhan operasi.

Kepada Letkol Pnb Trinanda, saya ucapkan selamat atas kepercayaan pimpinan TNI AU untuk mengemban amanah ini. Jadikan setiap penugasan sebagai ibadah dan laksanakan tugas secara profesional, militan, dan inovatif sehingga kehadiran Skadron Udara 27 dapat bermanfaat bagi kepentingan negara dan juga membantu Pemda untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas.” tegas Kasau.

 Dua Unit CN-235 Skadron Udara 5 Mengawaki Skadron Udara 27 
Komandan Lanud Sultan Hasanuddin Marsma TNI H. Haris Haryanto, S.IP., Rabu (12/ 06) melepas keberangkatan dua pesawat CN-235 MPA yang akan mengawaki Skadron Udara 27 Lanud Manuhua, Biak di apron Timur Hanggar Skadron Udara 5 Lanud Sultan Hasanuddin.

Beberapa hari sebelumnya, sebanyak 21 personel Lanud Sultan Hasanuddin baik penerbang maupun crew dari Skadron Udara 5 dan Skadron Teknik 044 telah diberangkatkan ke Lanud Manuhua untuk bergabung dengan personel dari Lanud Halim Perdana Kusuma guna mengawaki Skadron Udara 27 Lanud Manuhua, Biak.

Selama beroperasi di Skadron Udara 5, pesawat CN-235 MPA telah melaksanakan operasi udara dalam rangka menjaga kedaulatan negara diantaranya operasi pengamanan ALKI II dan ALKI III, operasi perbatasan Ambalat, patroli bersama Selat Malaka, operasi SAR, serta patroli pengamatan bencana di Palu.

Komandan Lanud Sultan Hasanuddin mengharapkan kepada personel yang bertugas di Skadron Udara 27 dapat menjadi pelopor dalam membangun dan mengembangkan skadron baru serta sebagai ujung tombak di wilayah Indonesia Timur.

Selain itu ditambahkan dengan pergeseran pesawat CN-235 baik dari Skadron Udara 2 Lanud Halim Perdana Kusuma dan Skadron Udara 5 Lanud Sultan Hasanuddin dapat menambah kekuatan udara guna menjaga keamanan wilayah Indonesia Timur.

Tetaplah semangat, loyal dan ke depan sejarah akan mencatat pengabdian sebagai perintis utama dalam pembentukan Skadron Udara 27”, tambah Danlanud Sultan Hasanuddin.

Komandan Skadron Udara 5 Letkol Pnb Achmad Iwan R. meminpin langsung pergeseran dua pesawat CN-235 dengan tail number AI-2317 dan AI-2318 ke Skadron Udara 27 Lanud Manuhua Biak.

  TNI AU  

Kamis, 13 Juni 2019

KRI Ki Hajar Dewantara – 364 Akan Jadi Museum Maritim

Di SurabayaKRI Ki Hajar Dewantoro – 364 [Wiki]

KRI Ki Hajar Dewantara – 364 itu akan menjadi museum apung di perairan Kenjeran.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Surabaya Antiek Sugiharti menuturkan bahwa telah terjadi kesepakatan antara pemkot dan TNI AL untuk menjadikan KRI Ki Hajar Dewantara – 364 itu menjadi destinasi baru wisata maritim.

Modelnya semacam museum begitu. Nanti akan ada pengembangan lebih jauh,” ujar Antiek, Kamis (13/06/2019).

Termasuk akan dikembangkan menjadi destinasi resto dan cafe khusus di atas kapal megah tersebut.

Namun yang paling utama adalah KRI tersebut akan dijadikan museum maritim. Bagiamana sejarah maritim di Surabaya akan tergambar di museum ini.

Antiek menyebutkan bahwa pihaknya bersama pemkot telah melakukan pembicaraan khusus dengan TNI AL. Keduanya juga telah mencapai kata sepakat untuk memuat ikonik baru menyangkut sejarah maritim di Surabaya.

Kebetulan ada KRI legendaris yang saat ini sudah dikandangkan, yakni KRI Ki Hajar Dewantara 364. Kepala Dispen Armada II Letkol Laut (P) Djawara Whimbo menuturkan bahwa KRI itu sejak 2017 lalu berhenti beroperasi sebagai alutsista.

Pertengahan 2017 lalu berhenti beroperasi,” kata Djawara.

Karena dua tahun Ngandang itulah, Pemkot berniat memanfaatkan kapal perang itu untuk dijadikan ikon baru destinasi wisata Kenjeran. Yang paling masuk akal adalah menjadi museum edukasi maritim.

Sejarah yang sama pernah terjadi saat Kapal Selam Senopati dijadikan monumen kapal selam (Monkasel) di Jl Pemuda Surabaya hingga saat ini. Namun monkasel ini murni milik swasta dan dikelola swasta.

Berbeda dengan rencana KRI Dewantara yang akan dijadikan museum megah. Rencananya museum KRI ini akan bediri mengapung di Pantai Kenjeran.

Komandan Lantamal (Pengkalan Utama AL) V Surabaya Laksamana Pertama (Laksma) Edwin menyampaikan bahwa pihaknya telah membicarakan kesepakatan dengan Pemkot Surabaya terkait pemanfaatan KRI Dewantara itu.

Nantinya KRI Dewantara akan dihibahkan untuk dimanfaatkan kepada masyarakat. Mengenai proses hibah ini tengah dicarikan formula yang tepat. Rencananya memang untuk museum Maritim di Kenjeran,” kata Edwin.

Selain itu perlu pembicaraan mengenai teknis mengevakuasi kapal perang sepanjang 96,7 meter dan lebar 11,2 meter itu ke pantai Kenjeran. Sebab harus memenuhi kedalaman ideal saat kapal dipindah dari Markas Armada II Perak ke Kenjeran.

KRI itu memiliki draft 3,5 meter. Setidaknya harus tiga kali lipat kedalaman pantai dari draft kapal ini. “Jalan satu-satunya pemkot harus mengeruk pantai Kenjeran sehingga laik untuk bersandar KRI Dewantara,” kata Edwin.

  ✈️ Tribunnews  

RI dan Rusia Bentuk Grup Bahas Barter Sukhoi dengan Komoditas

✈️ Pesawat TNI AU [TNI AU]

Proses negosiasi imbal dagang alias barter dengan Rusia masih berjalan. Rencananya, imbal dagang dilakukan untuk membeli pesawat tempur Sukhoi Su-35 yang ditukar dengan sejumlah komoditas di dalam negeri.

"Intinya menunggu Kemenhan kapan dilaksanakan, kita pihak Rusia dengan imbal beli," kata Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Oke Nurwan di Kementerian Perdagangan, Rabu (12/6/2019).

Dia mengatakan proses negosiasi masih terus berlangsung antara Indonesia dan negeri Beruang Merah tersebut. Terakhir kedua belah pihak telah membuat grup diskusi untuk membahas kelanjutan rencana tersebut.

"Rusia belum mau berunding untuk komoditi apa saja. Bukan belum mau tapi mau, jadi dibuat working group," ujarnya.

Dalam kelompok tersebut akan disusun komoditas apa saja yang diinginkan Rusia. Juga disusun mekanisme imbal dagang Indonesia dan Rusia.

"Dibuat komoditi apa saja yang dibutuhkan Rusia. Jadi akan dibentuk grup pihak Rusia dengan kita buat grup karena kan mekanisme imbal beli harus disusun," tandasnya.

  ✈️ Liputan  

Rabu, 12 Juni 2019

Hercules A-1332 dan 35 Kru Skadron Udara 32 Pindah Rumah ke Skadron Udara 33 Makassar

 Hercules A 1332 TNI AU ✈️

Satu unit pesawat C-130 Hercules nomor ekor A-1332 beserta 35 kru Skadron Udara 32 Wing 2 Lanud Abdulrachman Saleh, Malang, Jawa Timur dilepas kepindahannya ke rumah baru Skadron Udara 33 Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin di Makassar, Sulawesi Selatan.

Pelepasan dipimpin oleh Komandan Lanud Abdulrachman Saleh Marsma TNI Hesly Paat di taxiway Skadron Udara 32, Senin (10/6/2019).

Dengan kepindahan tersebut, maka A-1332 pun menjadi pesawat penghuni pertama Skadron Udara 33. Sementara Komandan Skadron Udara 32 Letkol Pnb Agus Rohimat yang ikut dalam rombongan tersebut, akan menjadi Komandan Skadron Udara 33 pertama.

Skadron Udara 33 sebagai skadron angkut berat di jajaran TNI AU rencananya akan diresmikan oleh KSAU Marsekal TNI Yuyu Sutisna dalam beberapa hari mendatang.

Hesly Paat berpesan kepada seluruh anggotanya yang akan berpindah tugas, agar senantiasa memelihara semangat kerja dalam mendukung tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab mereka.

Sebagai pelopor di satuan baru, kalian harus membentuk mekanisme serta kultur kerja baru yang cepat, solid, dan profesional sebagai ciri khas skadron udara angkut berat di jajaran TNI AU,” ujarnya.

Dikutip dari siaran pers Penerangan Lanud Abdulrachman Saleh yang diterima Airspace Review, suasana haru mewarnai acara pelepasan kepindahan tersebut.

Usai berjabat tangan, 35 kru Skadron Udara 32 selanjutnya memasuki pesawat Hercules A-1332 yang telah siap mengantar sekaligus sebagai alutsista baru Skadron Udara 33.

C-130H Hercules A-1332 merupakan salah satu pesawat yang dibeli pemerintah Indonesia secara setengah hibah dari pemerintah Australia.

Pesawat yang sebelumnya dioperasikan oleh Angkatan Udara Australia (RAAF) itu tiba pertama kali di Lanud Abdulrahman Saleh, Malang pada 15 Desember 2014 dengan dipiloti oleh Mayor Pnb Subhan dan kopilot Kapten Pnb Fandi Pulungan serta Lettu Pnb Fahmi Aldila. [Roni Sontani]
 

  Angkasa Review  

Minggu, 09 Juni 2019

[Dunia] Rusia Akan Mulai Kirim Sistem Rudal S-400 ke Turki

➶ Abaikan Ancaman ASSistem pertahanan rudal S-400 Rusia. [Foto/REUTERS/Tatyana Makeyeva] ★

Rusia mulai mengirim sistem pertahanan rudal S-400 ke Turki meski Amerika Serikat (AS) mengancam akan menjatuhkan sanksi kepada Ankara.

Kontraktor pertahanan Rostec mengatakan senjata pertahanan canggih itu akan tiba di Turki dalam dua bulan. Kru Ankara juga sudah menjalani pelatihan mengoperasikan sistem tersebut.

"Kami akan mulai pengiriman S-400 ke Turki dalam waktu dua bulan," kata CEO Rostec Sergey Chemezov dalam pengumumannya pada hari Jumat di sela-sela Forum Ekonomi Internasional Saint Petersburg (SPIEF), seperti dikutip dari Russia Today, Sabtu (8/6/2019).

Chemezov mencatat bahwa kesepakatan pembelian sistem rudal S-400 antara Rusia dan Turki sudah memasuki tahap akhir, dan Turki telah melakukan semua pembayaran tepat waktu.

Chemezov juga mengindikasikan bahwa Rusia telah menyelesaikan pelatihan spesialis militer Turki untuk mengoperasikan sistem rudal surface-to-air itu pada tingkat lanjut, yang menandai kesepakatan itu hampir selesai.

AS telah berulang kali menentang upaya Turki untuk membeli senjata pertahanan Rusia. Setelah melakukan segala upaya untuk memblokir kesepakatan Moskow dan Ankara, Washington dilaporkan telah memutuskan untuk berhenti menerima pilot tambahan Turki untuk program pelatihan jet tempur F-35. Laporan yang bersumber dari para pejabat senior AS itu dipublikasikan Reuters, kemarin.

Pekan lalu, AS memperingatkan bahwa pembelian S-400 Rusia oleh Turki akan memiliki konsekuensi yang "menghancurkan" baik untuk program pelatihan F-35 maupun untuk masa depan Turki di keanggotaan NATO.

 AS Perlahan Tendang Turki dari Program Jet Tempur Siluman F-35 
AS Perlahan Tendang Turki dari Program Jet Tempur Siluman F-35Pesawat jet tempur siluman F-35 produksi Lockheed Martin Amerika Serikat. [Foto/REUTERS]

Amerika Serikat (AS) secara perlahan-lahan mendepak Turki dari program jet tempur siluman F-35. Langkah itu diambil setelah Ankara nekat mengakuisisi sistem pertahanan rudal S-400 Rusia.

Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Pertahanan AS Patrick Shanahan melalui surat telah memberi tahu rekan Turki-nya Hulusi Akar perihal keputusan AS yang akan mengekstraksi Turki—mitra utama dan pemasok tunggal lusinan suku cadang untuk jet tempur F-35—dari program tersebut.

Surat bos Pentagon tertanggal 6 Juni itu berisi tulisan "Unwinding Turkey's Participation in the F-35", yang menurutnya Turki harus menghentikan semua operasi yang terkait dengan program tersebut pada 31 Juli.

Penghentian itu termasuk pelatihan pilot-pilotnya. Pilot Turki hanya akan diizinkan untuk tetap berada di AS hingga tanggal itu. Setelah melewati batas waktu, mereka akan dilarang memasuki Pangkalan Angkatan Udara Luke di Arizona dan Pangkalan Angkatan Udara Eglin di Florida, tempat pelatihan F-35 berlangsung. Saat ini, ada 42 kru Turki yang ditempatkan di salah satu pangkalan.

Mengonfirmasi laporan media sebelumnya, Shanahan menulis bahwa AS tidak akan menerima pilot baru dari Ankara. "Karena kami menangguhkan Turki dari program F-35," ujarnya.

Turki tidak akan diundang ke meja bundar "F-35 CEO" tahunan pada 12 Juni dan tidak akan mendapatkan jadwal produksi, dukungan, dan pembaruan pengembangan lanjutan pada program tersebut. AS akan "menangguhkan pengiriman" materi dan peralatan tanpa batas waktu ke Turki dalam lingkup program tersebut.

Laporan didepaknya Turki dari program F-35 muncul setelah perusahaan pertahanan negara Rusia, Rostec, mengumumkan pada hari Jumat bahwa baterai sistem rudal S-400 pertama akan tiba di Turki dalam dua bulan.

CEO Rostec Sergey Chemezov mengindikasikan bahwa Rusia telah menyelesaikan pelatihan spesialis militer Turki untuk mengoperasikan kompleks sistem pertahanan udara yang mutakhir tersebut.

Pembelian sistem pertahanan rudal buatan Rusia telah menggagalkan rencana Turki untuk membeli sekitar 100 unit jet F-35, di mana Washington mempertimbangkan keberadaan kompleks sistem rudal S-400 di Turki sebagai ancaman keamanan bagi jet tempur dan NATO secara keseluruhan.

Dalam suratnya kepada pejabat Turki, Shanahan mengulangi ultimatum AS. "Turki tidak akan menerima F-35 jika membutuhkan pengiriman S-400," bunyi surat bos Pentagon tersebut, yang dikutip Sabtu (8/6/2019).

Selain mengulangi klaim bahwa S-400 akan mengkompromikan interoperabilitas NATO dan keamanan pesawat tempur F-35, Shanahan mengatakan kesepakatan antara Moskow dan Ankara pada tahun 2017 itu akan mengarah pada ketergantungan strategi dan ekonomi Turki pada Rusia.

Shanahan menggambarkan nasib suram Turki tanpa F-35. "(Turki) kehilangan pekerjaan, produk domestik bruto, dan perdagangan internasional," lanjut surat tersebut.

Selain itu, AS juga dapat menghantam Turki dengan sanksi di bawah undang-undang bernama Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA).

Masih menurut surat Shanahan, semua yang harus dilakukan Ankara untuk menghindari masalah adalah mengakhiri kesepakatan dengan Rusia. Namun, Ankara telah berulang kali menolak desakan AS tersebut dengan menegaskan bahwa S-400 adalah solusi yang lebih efisien untuk pertahanannya daripada alternatif yang ditawarkan oleh AS.

Ellen Lord, Wakil Menteri Pertahanan AS untuk Akuisisi dan Keberlanjutan, mengonfirmasi pada hari Jumat bahwa AS bertujuan untuk menghapus perusahaan-perusahaan Turki dari loop F-35 pada awal 2020. "Tidak akan ada gangguan besar dan sedikit penundaan, meskipun kehilangan kontribusi besar Ankara untuk produksi jet," katanya.

 AS Tolak Latih Pilot Tambahan Turki untuk Jet Tempur F-35 
AS Tolak Latih Pilot Tambahan Turki untuk Jet Tempur F-35Para penerbang Amerika Serikat yang terlibat dalam pelatihan jet tempur F-35. [Foto/REUTERS/Pascal Rossignol]

Washington telah memutuskan untuk berhenti menerima setiap pilot Turki tambahan yang berencana datang ke Amerika Serikat untuk berlatih dengan pesawat tempur F-35. Keputusan itu diambil setelah Ankara menolak membatalkan kesepakatan pembelian sistem pertahanan rudal S-400 Rusia.

Kantor berita Reuters pada Jumat (7/6/2019) mengungkap penghentian pelatihan itu dengan mengutip para pejabat Washington. Saat ini, empat pilot dan sekitar 47 personel sedang menjalani pelatihan di Pangkalan Angkatan Udara Luke di Arizona, di mana mereka diajari cara memelihara dan mengarahkan jet tempur generasi kelima.

Pemerintahan Trump secara resmi belum memutuskan apakah akan membatasi program pelatihan untuk para personel Turki yang sudah ada di AS, atau menundanya sama sekali. Namun, pada pekan lalu pemerintah AS dengan serius mempertimbangkan untuk menangguhkan semua pelatihan bagi prajurit Turki ketika Ankara menaati kesepakatan senilai 2,5 miliar dolar dengan Moskow, atau mengabaikan ultimatum Washington.

Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Pertahanan AS Patrick Shanahan mengatakan pada Jumat lalu bahwa AS akan lebih memilih untuk menyelesaikan perbedaan di antara mitra strategisnya melalui negosiasi, daripada mengirim pilotnya pulang dalam tanggapan yang luar biasa.

"Saya tidak ingin menghubunginya (Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar) dan berkata, minta orang-orang Anda untuk pulang, itu bukan cara yang terhormat antara dua mitra strategis," katanya.

Kathryn Wheelbarger, salah satu pejabat kebijakan paling senior Pentagon, mengatakan pada pekan lalu bahwa penyelesaian transaksi Turki dengan Rusia akan "menghancurkan" dan menjadi pukulan berat pada program F-35 dan interoperabilitas Turki dalam aliansi NATO.

"S-400 adalah sistem Rusia yang dirancang untuk menembak jatuh pesawat seperti F-35," kata Wheelbarger, asisten asisten menteri pertahanan AS. "Dan tidak terbesit membayangkan Rusia tidak memanfaatkan kesempatan pengumpulan (data intelijen dari) itu."

Turki menawarkan untuk membuat kelompok kerja dengan AS untuk mencoba mencapai kompromi, tetapi Washington telah menegaskan bahwa mereka menginginkan Ankara untuk membeli sistem rudal Patriot sebagai pengganti S-400 Rusia. Turki bersikeras telah memilih apa yang mereka anggap lebih baik untuk pertahanan nasionalnya. Pemerintah Presiden Tayyip Erdogan mengatakan tawaran AS itu tidak sebanding dengan tawaran Rusia.

Ankara berkali-kali mengatakan bahwa pembelian S-400 adalah kesepakatan yang sudah dilakukan, dan tidak akan menyerah dalam menghadapi ancaman Amerika yang akan menyingkirkan Turki dari program F-35.

Washington berpendapat bahwa sistem S-400 menimbulkan ancaman keamanan terhadap infrastruktur NATO dan interoperabilitasnya dengan Turki. Selain itu, sistem senjata pertahanan buatan Rusia itu dianggap membahayakan keamanan F-35, jika Turki mengambil kendali atas jet-jet tempur siluman tersebut. (mas)

  sindonews  
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...