Sabtu, 10 Februari 2018

Wing Udara 1 Puspenerbal Tambah 1 Helikopter

Helikopter AS-565MBe Panther HS 4207 TNI AL

Wing Udara 1 Puspenerbal mendapatkan lagi satu unit helikopter Panther AS 565 di Base Ops TNI Lanudal Juanda, Jum’at, (9/2/2018). Selain untuk menjaga eksistensi keamanan dan kedaulatan yurisdiksi di perairan nasional, Helikopter ini akan bertugas sebagai pasukan pemeliharaan perdamaian dunia di bawah naungan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di wilayah perairan Lebanon.

Prosesi ini diawali dengan penyerahan Standart Certificate of Airworthiness dari Kapuslaik Baranahan Kemhan Laksma TNI Edy Sulistyadi, S.T., kepada PT. Dirgantara Indonesia (Persero) diwakili oleh Kadiv Helicopter Completion Center, Ahmad Taufik Junaedi dan diteruskan kepada Danpuspenerbal Laksamana Pertama TNI Dwika Tjahja S., S.H., selanjutnya dilaksanakan Pentahbisan dan Deregristasi helikopter AKS AS 565 MBe (S/N : 7036) menjadi HS-4207.

Dalam sambutannya, Komandan Puspenerbal Laksamana Pertama TNI Dwika Tjahja S., S.H., menyampaikan bahwa pada pembangunan kekuatan TNI AL tahap kedua tahun 2015-2019, Penerbangan TNI Angkatan Laut secara bertahap terus mengembangkan Alat Utama Sistem Pertahanan (Alut Sista) pesawat udara untuk fungsi anti kapal selam (AKS), anti kapal permukaan (Akpa), Intai taktis, pendaratan lintas helikopter, dukungan logistik cepat dan pesud latih.

Pesawat Helikopter ini tentunya memiliki kemampuan paling canggih pada kelasnya,” tuturnya usai prosesi penyerahan tersebut.

Kebutuhan pesawat tersebut, lanjut Laksamana Pertama Dwika Tjahja, tentunya untuk menjawab ancaman yang mengganggu eksistensi keamanan dan kedaulatan yurisdiksi perairan nasional yang memiliki nilai strategis baik untuk kepentingan pelayaran, perdagangan, komunikasi, perikanan, pertambangan dan lain sebagainya.

Seiring dengan perkembangan lingkungan strategis yang sangat dinamis, tantangan tugas ke depan yang dihadapi akan semakin kompleks dan sulit serta mencakup dimensi yang cukup luas, baik dalam bidang Operasi Militer Untuk Perang dan Operasi Militer Selain Perang.

Oleh karena itu pesawat helikopter Panther AS 565 MBe HS-4207 ini akan diproyeksikan sebagai unsur udara untuk Satuan Tugas Maritime Task Force (Satgas MTF) TNI Konga XXVIII-J/Unifil (United Nations Interim Force in Lebanon) TA. 2017/ 2018 yang akan bertugas sebagai pasukan pemeliharaan perdamaian dunia dibawah naungan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di wilayah perairan Lebanon 26 Pebruari 2018.

Pesawat Helikopter ini akan kita terbangkan dari Indonesia dengan menggunakan pesawat cargo ke Lebanon. Karena, kapal sudah menunggu di sana,” pungkasnya.

   Koranmemo  

Dua Kapal Patroli TNI AL Produksi Batam Diserahterimakan

Dan akan dipakai di Makassar dan PapuaKapal Patroli Combat Boat produksi PT Palindo Marine, Sungai Pinti Tanjunguncang, Batam.

Dua unit Kapal patroli Combat Boat AL D-18 yang diproduksi di PT Palindo Marine Sungai Binti Sagulung, diserahterimakan kepada TNI AL, Jumat (9/2/2018).

Dua kapal Patroli Combat Boat AL D-18 diberi nama Patkamla Pulau Yapen dan Patkamla Pulau Langkai.

Keduanya bernomor lambung I-10-21 dan I-6-63.

Keduanya, nantinya akan ditempatkan di Lantamal IV Makasar dan satunya lagi akan ditempatkan di Lantamal X Jayapura.

Aslog Kasal Laksmana Muda TNI Mulyadi yang mengahadiri serah terima kapal tersebut mengatakan, kapal ini diharapkan dapat memperkuat Lantamal di Indonesia.

"Untuk Tahun 2017, kita memesan delapan unit kapal combat Boat AL D-18. Sebenarnya jumlah ini masih kurang, namun anggaran kita sangat terbatas," kata Mulyadi.

Kapal patroli Combat Boat, memiliki panjang 18,85 meter, lebar 4,20 meter, tinggi 2,8 meter, crew 4 orang dan kecepata 47 knot, diharapkan bisa mengejar para penyelundup dan kejahatan- kejahatan yang terjadi di laut.

Dia juga mengatakan saat ini TNI AL sendiri baru memiliki sekitar 60 persen untuk kebutuhan kapal.

"Jadi masih banyak kapal yang kita butuhkan," katanya.

   Tribunnews  

1 Ton Sabu Disita dari Kapal Berbendera Singapura

Senilai Rp 1,5 TKapal Sunrise Glory diamankan kemarin. Tidak saja menggunakan dokumen palsu, kapal ini juga kerap berganti bendera dan memiliki dua nama kapal

MV Sunrise Glory, kapal yang diamankan KRI Sigurot 864 sekitar pukul 15.30 WIB, Rabu (7/2/2018) lalu, ternyata mengangkut narkotika golongan I jenis sabu sebanyak 1 ton yang disimpan dalam 41 karung beras.

Nilainya minimal mencapai sekitar Rp 1,5 triliun. Angka tersebut diperkirakan bisa menyelamatkan 5 juta jiwa pengguna narkoba dengan asumsi 1 gram sabu dikonsumsi oleh 5 orang.

Kapal yang dikomandani Mayor Laut Arizzona itu ditangkap di perairan Selat Phillip, perbatasan antara Singapura dan Batam.

Barang haram ini ditemukan di atas tumpukan beras dalam palka tempat penyimpanan bahan makanan dan minuman.

Hal ini terungkap setelah kapal digeser dari Dermaga Batu Ampar ke Dermaga Lanal Batam dan dilakukannya pemeriksaan oleh Tim WFQR Lantamal IV/Lanal Batam, BNN Pusat, Bea Cukai Pusat serta Bea Cukai Batam.

Tepat pada pukul 18.00 WIB, Jumat (9/2/2018) Tim berhasil menemukan barang bukti tersebut.

Komandan Lanal Batam, Kolonel Laut (E) Iwan Setiawan membenarkan temuan tersebut. Bahkan ia mengatakan temuan ini akan disampaikan langsung oleh Wakasal.

"Kalau tidak ada halangan pagi ini, Sabtu (10/2/2018) bertempat di Dermaga Lanal Batam, dilaksanakan Pers Conference oleh Bapak Wakasal tentang hasil tangkapan TNI AL dari KRI Sigurot-864, berupa sabu-sabu sebanyak 1 ton dari kapal MV Sunrise Glory berbendera Singapura," kata Iwan, Jumat (9/2/2018) malam tadi.

Pres Conference ini juga akan dihadiri dihadiri Kabareskrim Polri, Ka BNN, Aspam Kasal, Pangarmabar, Kadispamal dan Kadispenal.

Awalnya, KRI Sigurot 864 mengamankan kapal Sunrise Glory karena diduga menggunakan dokumen palsu dan kerap ganti bendera sesuai negara yang dilewati.

Proses penangkapan berawal saat KRI Sigurot-864 sedang patroli di perairan Selat Singapura. Petugas kemudian mendeteksi adanya kapal nelayan berbendera Singapura melintas di luar jalur pelayaran dan memasuki wilayah perairan Indonesia.

Selama proses pemeriksaan awal, ditemukan MV Sunrise Glory merupakan kapal ikan yang mengibarkan bendera Singapura dengan empat orang ABK berkewarganegaraan Taiwan.

Kapal Sunrise Glory seharusnya berbendera Indonesia, karena seluruh dokumen kapal berasal dari Indonesia.

Sesuai informasi dari nahkoda, kapal tersebut berlayar dari Malaysia menuju Taiwan. Namun setelah dicocokkan dengan dokumen Port Clearance, kapal tersebut berlayar dari Malaysia menuju Thailand.

Parahnya lagi seluruh dokumen yang dimiliki kapal hanya foto copy atau tanpa dokumen asli. Dan kapal ini rencananya akan digunakan menangkap ikan di perairan Taiwan.

Kapal ini juga diduga Phantom Ship karena berbendera ganda. Kapal diduga memiliki nama Sun De Man 66.

Itu artinya, kemungkinan kapal memiliki beberapa nama, serta diduga pernah menjadi Target Operasi (TO) karena membawa narkoba atau barang selundupan.

Tidak hanya itu, setelah dilakukan pemeriksaan detail, tak satupun ikan hasil tangkapan yang ditemukan. Bahkan alat tangkap ikan juga tidak ada.

   Kompas  

Jumat, 09 Februari 2018

Pelatihan Radar Surveillance Arhanud

✈ Radar surveillance Arhanud [Litbanghan]

Pada tahun 2017, LSKK terlibat dalam pengadaan produk Radar Surveillance Arhanud. Produk ini merupakan produk litbanghan TA. 2017 dan merupakan program kerjasama dengan Pussenarhanud tahun 2017.

Radar Surveillance Arhanud berfungsi untuk dapat memberikan informasi data sasaran pada pelaksanaan prosedur pengendalian operasi satuan arhanud secara langsung bagi satuan tembak (satbak) dan dapat melengkapi satbak-satbak arhanud yang belum dilengkapi dengan radar untuk melaksanakan fungsi pencarian, pengenalan dan penjejakan terhadap sasaran udara.

Setelah pengadaan produk Radar Surveillance Arhanud ini terlaksana, maka diadakan pelatihan radar. Pelatihan ini dilaksanakan dari tanggal 22 Januari 2018 sampai tanggal 26 Januari 2018 bertempat di Cimahi.

Terdapat beberapa hal yang dilakukan dalam pelatihan radar, yaitu :

- Penjelasan mengenai Radar Surveillance
- Integrasi radar dengan Posko Dahanud Mobile
- Penyiapan dan operasional radar
- Troubleshoot software dan jaringan.

  LSKK  

PT DI Terima Pesanan 79 Pesawat N219

✈ Di Singapore Airshow 2018 ✈ Ujiterbang pesawat N219  [PTDI]

PT Dirgantara Indonesia (DI) turut serta dalam pameran Internasional Singapore Airshow 2018 yang dibuka di Changi Exhibition Centre, Singapura, kemarin. Dalam ajang ini, PT DI meneken kerangka kerja sama pemesanan 79 pesawat N219 Nurtanio dengan sejumlah perusahaan ataupun instansi.

Penandatanganan perjanjian kerangka kerja sama (framework agreement) rencananya akan digelar hari ini. Kerja sama meliputi pengadaan, perawatan dan komersialisasi pesawat N219 Nurtanio. Ada lima perusahaan maupun instansi dalam negeri yang bekerja sama dengan PT DI, yakni Pelita Air Service, Trigana Air, Pemprov Kalimantan Utara, Pemkab Puncak Jaya, dan Pemprov Aceh. Pemesanan pesawat terbanyak adalah Pemprov Aceh sebanyak 50 unit.

"Kalau untuk Pemprov Aceh terkait pengembangan sumber daya manusia dan fasilitas kedirgantaraan. Kalau kita membuka fasilitas produksi di sana, mereka akan pesan 50 unit," kata Sekretaris Perusahaan PT DI Ade Yuyu Wahyuna di Bandung kemarin.

Selain itu, PT DI juga akan melakukan penandatanganan kerja sama dengan Avitra Aerospace Technologies dalam pemasaran, pengadaan, dan produksi pesawat N219 Nurtanio. Di sisi lain, PT DI juga akan melakukan penandatanganan perjanjian kerangka kerja sama dengan Airbus Defence & Space (ADS) terkait service collaboration untuk pesawat CN295.

Selain itu dilakukan Affidavit dari ”Commercial, Industrial and Services Agreement (CISA)” dengan Airbus Helicopters (AH) terkait kerja sama pengembangan Local Support & Services.

"Di Singapore Airshow, N219 Nurtanio akan menjadi primadona karena booth kami diberi nama N219 Nurtanio. Selain itu, kami tetap memasarkan produk unggulan lainnya, ada CN235-220 dan NC212i," kata Ade.

Pesawat N219 Nurtanio yang dikenalkan ke publik tahun lalu merupakan pesawat penumpang dengan kapasitas 19 penumpang didukung dua mesin turboprop yang mengacu kepada regulasi CASR Part 23. Ide dan desain dari pesawat dikembangkan oleh PT DI, dengan pengembangan program dilakukan oleh PT DI dan Lapan.

Pesawat N219 Nurtanio pada dasarnya dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan transportasi udara nasional di wilayah perintis dan pesawat N219 Nurtanio dapat digunakan untuk berbagai macam kebutuhan, seperti angkutan penumpang, angkutan barang, ambulans udara.

"Pesawat N219 nantinya akan diproduksi secara bertahap. Pada awalnya akan diproduksi 6 unit dengan menggunakan kapasitas produksi eksisting," katanya.

Langkah selanjutnya PT DI akan menjalankan sistem otomasi pada proses manufacturing, sehingga secara bertahap kemampuan delivery akan terus meningkat sampai mencapai 36 unit pertahun.

  Okezone  

Pasukan Garuda Indobatt Latihan Bersama Tentara Asing

http://poskotanews.com/cms/wp-content/uploads/2018/02/pasukan-garuda-indobatt-latihan-bersama-tentara-asing.jpgPasukan Garuda yang tergabung dalam Satgas Indobatt Konga XXIII-L/Unifil (United Nations Interim Force In Lebanon) melaksanakan latihan Ritex (Regulation in Tactical Exercise) bersama dengan tentara asing dari berbagai negara yang tergabung di Unifil, di UNP 7-3, Lebanon Selatan, Rabu (7/2/2018).

Dalam latihan bersama dengan tentara asing, seperti Spainbatt (Spanyol), Nepbatt (Nepal), Italbatt (Italia), FCR (Force Commander Reserve) dari Perancis dan Finlandia, Chinmed (China Medical) serta Serbia, Pasukan Garuda Indobatt Konga XXIII-L/Unifil diwakili Kompi Bravo yang dipimpin oleh Kapten Inf Aminullah sebagai Komandan Kompi.

Latihan Ritex atau Regulation in Tactical Exercise merupakan latihan untuk meningkatkan koordinasi, melatih kecepatan reaksi dan kerja sama antar unit sesuai regulasi yang ada di Unifil. Dengan tujuan untuk mengantisipasi munculnya insiden yang mungkin timbul selama pelaksanaan peacekeeping mission seperti penghadangan kendaraan (hijack), mengatasi serangan dari machine gun atau rocket launcher sampai teknik mengevakuasi korban yang terluka (medical/casualty evacuation).

Penunjukan Kompi Bravo Satgas Indobatt yang dipimpin Kapten Inf Aminullah dan didampingi oleh Lettu Cpm Arga Hogantoro, tidak lepas dari salah satu fungsinya yaitu sebagai Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (Task Force Bravo) di bawah kendali Sektor Timur Unifil untuk mengantisipasi segala bentuk ancaman.

Latihan bersama Pasukan Garuda Indobatt dengan tentara asing dari berbagai negara dilaksanakan di bawah cuaca ekstrim dengan suhu kurang dari 2 derajat, disertai hujan dan angin tersebut banyak menguras tenaga serta mental dari peserta latihan.

Apresiasi yang sangat tinggi pun dilayangkan kepada Task Force Bravo Indobatt dari pihak penyelenggara, dalam hal ini Staf G5 Sektor Timur Unifil.

Mayor Rojo Sanchez selaku Koordinator Latihan menyatakan puas dengan latihan yang dilaksanakan dengan kecepatan reaksi dan keseriusan yang tinggi dari Task Force Bravo Indobatt, karena mampu melaksanakan koordinasi yang baik antar satuan dalam menjalankan misi peacekeeping.

Kami sangat senang berlatih dengan pasukan dari Indonesia. Mereka menunjukkan mental dan semangat yang luar biasa dan ini merupakan nilai positif tersendiri,” ujar Mayor Rojo Sanchez usai latihan. (papen-konga/Unifill/sir)

   Poskota  

Kamis, 08 Februari 2018

Indonesia Shopping for Western Fighters

Lockheed Martin is pitching its F-16V to Indonesia, emphasizing “numerous enhancements designed to keep the F-16 at the forefront of international security.” https://3.bp.blogspot.com/-Wxun_tavEPY/WnwFNFuAPpI/AAAAAAAALBs/RC1jN11f5GgLkic7l0aBfFcpAU5f4iWywCLcBGAs/s1600/lockhheedf16vpromo.jpgIndonesia is in talks with Western manufacturers about a possible fighter order and is considering the Eurofighter Typhoon and Lockheed Martin F-16V, according to two industry sources in the country.

The Saab Gripen and Dassault Rafale are also likely to be candidates, since the manufacturers of both of those fighters have offices in Jakarta. The number of fighters under consideration is not known, but some multiple of 16, the usual size of an Indonesian fighter squadron, is likely.

Talks began last year, says one industry source, who named the Typhoon as one candidate among several.

Budgetary pressures may force Indonesian withdrawal from the Korea Aerospace Industries KF-X fighter program, depriving KAI of the endorsement of a second operator. If Indonesia does not quit the KF-X entirely, it may take a smaller role.

The Indonesian Air Force likes the F-16, because it already operates that type, says another industry source. Both sources are closely connected to the military.

Meanwhile, Indonesia has taken delivery of the last two of 24 refurbished F-16C/Ds ordered in 2012. The Indonesian Air Force now has 23 of the aircraft, which it calls F-16IDs.

Going forward, Lockheed Martin has proposed the F-16V version of its fighter with the Pratt & Whitney F100-PW-229 engine, says the second source. Since the Indonesian Air Force’s current 32 F-16s have similar engines in the F100-PW-200 series, Lockheed Martin’s propulsion proposal would reduce training and logistics costs.

Lockheed Martin says that current aircraft could be upgraded to the V standard with the installation of new radars and avionics.

Missiles, bombs and targeting pods purchased for the current F-16 fleet would also be compatible on the newer variant, again reducing procurement costs, the company has told Indonesian officials. Some of the F-16A/Bs may not be operational.

The Indonesian air force is supposed to have 180 fighter jets in 2024 under a plan introduced in 2007 called Minimum Essential Force, but little progress has been made toward that target. It has 48 now and plans to order 11 more Sukhoi Su-35s.

The Su-35 has the advantage that the Indonesian armed forces, stung by a U.S. arms embargo two decades ago, insist on sourcing some fighters from non-Western suppliers. Western manufacturers kept marketing their fighters in Indonesia; they were looking to the next order.

They have had a presence in Indonesia since 2014.

   Aviationweek  

Honeywell Dapat Kontrak Upgrade Pesawat Hercules TNI AU

https://1.bp.blogspot.com/-ty_GpAPdVxw/WnwDU89YqbI/AAAAAAAALBY/lV1DtvboYnQcmGqQyx-58GDx0jVOrjREACLcBGAs/s1600/27628756_1581749588577207_5120849880212440441_o.jpgHercules TNI AU [def.pk]

Pabrikan avionik Amerika Serikat (AS), Honeywell Aerospace mendapatkan kontrak upgrade 18 unit pesawat angkut militer, C-130 Hercules yang dioperasikan TNI-AU.

Hal itu disampaikan Tim Van Luven, VP Asia Pacific Honeywell Defense and Space kepada wartawan KompasTekno Reska K. Nistanto di sela perhelatan Singapore Airshow 2018 di Changi Exhibition Centre, Rabu (7/2/2018).

Upgrade yang diberikan oleh Honeywell termasuk komponen avionik kokpit, sistem traffic collision avoidance system (TCAS), embedded GPS/INS (EGI), dan radar cuaca. Namun besaran nilai kontrak yang didapat tidak dijelaskan lebih detail oleh Honeywell.

Sistem radar cuaca yang dipasok Honeywell untuk pesawat Hercules TNI-AU diklaim lebih pintar. Informasi cuaca yang diberikan lebih mendalam, bukan hanya apa yang ada di depan pesawat saja.

"Pilot bisa melihat lebih dalam, mengubah arah radar, mendapat peringatan lebih dini dengan meramal pola cuaca sehingga bisa menghindari cuaca buruk seperti petir atau hujan es," kata Luven.

Indonesia menjadi pasar penting bagi Honeywell Defense and Space untuk program upgrade ini. Sebab, Indonesia merupakan salah satu operator pesawat Hercules terbesar di Asia Tenggara.

Dalam melakukan upgrade pesawat Hercules di Tanah Air, Honeywell menggandeng PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Beberapa penggantian komponen dilakukan di pabrik PTDI di Bandung, Jawa Barat.

Selain memberikan upgrade untuk pesawat Hercules, Honeywell juga memasok komponen upgrade avionik untuk pesawat jet tempur F-16 TNI-AU.

   Kompas  

PT PAL Indonesia Mendapatkan Fasilitas Kredit Rp 2,7 Triliun

Dari Korea Selatan https://3.bp.blogspot.com/-oQdDCtM91Pk/V9yhmCsxkoI/AAAAAAAAuAY/W4qFH2NX-WYJrsk2Ba0ppaI8aGVtBCGoQCLcB/w1200-h630-p-k-no-nu/kri%2B403.jpgKRI 403 TNI AL ☆

PT PAL Indonesia mendapatkan fasilitas kredit sebesar US$ 200 juta, atau setara dengan Rp 2,7 triliun, dari Korea Selatan.

Direktur Utama PAL Indonesia Budiman Saleh mengatakan dana tersebut nantinya digunakan untuk membiayai belanja perusahaan dalam menyokong kegiatan produksi.

Kami mendapatkan dana tersebut dari perusahaan asal Korea Selatan,” ujarnya di Jakarta, Rabu (7/2/2018).

Namun, tidak disebutkan identitas perusahaan tersebut.

Di luar fasilitas pembiayaan, perseroan sudah memiliki hubungan yang akrab dengan Negeri Ginseng. PAL Indonesia telah menjalin kerja sama dengan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering dalam membangun kapal selam. Produksi kapal selam tersebut direncanakan rampung tahun ini.

Selain itu, perusahaan pelat merah ini pun telah menyepakati kerja sama dengan PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) dan PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) terkait fasilitas keuangan sebesar Rp 1 triliun.

Jadi total sekitar Rp 3,7 triliun,” sebut Budi.

Dia melanjutkan pihaknya berniat melakukan restrukturisasi finansial, termasuk dalam hal utang dan belanja. Tujuannya, agar perusahaan bisa mendapatkan kemudahan dari perbankan serta fasilitas non perbankan.

   Bisnis 

PTDI Continues Expanding Its Portfolio

PT Dirgantara Indonesia (PTDI) will deliver three NC-212i light transport aircraft – one to Vietnam and two to the Philippines – by midyear, Shephard learned at Singapore Airshow 2018. http://2.bp.blogspot.com/-GaKsCIhMvw0/U6cv8Hx1gtI/AAAAAAAAEuU/CRBk8T5bhnY/s1600/CN235+MPA+garuda+Militer.gifCN235 MPA TNI AL

Arie Wibowo, director of production at PTDI, said that certification for the NC-212i’s Genesys Aerosystems S-Tec 5000 digital autopilot system, a process being led by Airbus Defence & Space, should occur by ‘this summer’. Once achieved, this will allow three aircraft to be delivered to the Vietnam People’s Air Force and Philippine Air Force (PAF) respectively.

The Vietnamese aircraft is currently being used for the certification process. The aircraft were completed at PTDI’s Bandung facility some time ago, but have been awaiting their certificate. Delivery of the PAF aircraft has been delayed well after the original anticipated handover date of late 2015.

As well as manufacturing NC-212i and CN-235 aircraft, PTDI also manufactures fuselages for the Airbus H225M, as well as tail booms and door panels for the Bell 412.

PTDI is currently building a CN-235-220M transport aircraft for the Nepalese Army Air Wing. The Indonesian company expects a contract for a second aircraft to materialise this year too.

Wibowo highlighted the state-owned firm’s involvement in customising Airbus ‘green’ Fennec and Panther helicopters for the Indonesian military, including integrating weapon systems and FLIR sensors.

PTDI is putting a concerted effort into improving aerospace safety, with Wibowo noting that a new training facility will be set up within the next two years, likely in Bandung.

Wibowo said PTDI is exploring technological collaboration with Turkish Aerospace Industries (TAI) on a customised Anka MALE UAV solution for the Indonesian military.

A framework agreement will be signed in due course for what it considers a low-risk proposal. PTDI expects that an operational prototype could be ready with 12 months of an agreement being signed.

The Indonesian Air Force has a stated requirement for a MALE UAV, and the country would like to develop its own platform with technology transfers from a foreign OEM. Certainly, China is one manufacturer offering to cooperate with Indonesia.

However, because this indigenous development would take a considerable amount of time, PTDI is promoting an Anka-based solution to the government as a faster stop-gap solution. It is thus a business-to-business initiative.

PTDI continues to be involved in the joint KF-X fighter development programme with Korea Aerospace Industries (KAI) as well, despite struggles in keeping up with payments to South Korea. Approximately 80 PTDI technicians are currently working on the project in South Korea.

As the TNI-AU eyes the potential purchase of up to four Airbus A400M transport aircraft and 11 Sukhoi Su-35 fighters, PTDI expects to gain some involvement in terms of MRO as well. Given PTDI’s long experience of cooperation with Airbus, the company will be hoping for significant component or system production in the A400M programme.

   Shephardmedia  

Rabu, 07 Februari 2018

Tahun Ini Tak Ada Pengadaan Alutsista TNI Baru

Jajaran MLRS Astros yang dimiliki Yon Armed I. [Pen Kostrad]

Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Mulyono mengatakan tidak ada jenis alat utama sistem persenjataan atau alutsista TNI baru dalam pengadaan barang dan jasa tahun anggaran 2018. Fokusnya hingga 2019, kata Mulyono, adalah melengkapi sarana dan prasarana alutsista yang sudah ada.

"Sehingga semua alutsista yang sudah datang sampai 2019 sudah harus bisa dioperasikan," ujar Mulyono di Markas Besar TNI AD, Jakarta, Rabu, 7 Februari 2018.

Menurut Mulyono, tahun ini, banyak alutsista yang akan tiba di Indonesia untuk melengkapi kontrak yang sebelumnya sudah ditandatangani. Helikopter serang AH-64E Apache pengiriman gelombang kedua dijadwalkan tiba pada April. Sebelumnya, helikopter tersebut dijadwalkan tiba pada Maret.

"Nanti ke depannya juga alat-alat seperti Artillery Saturation Rocket System (Astros) juga akan datang beserta beberapa alutsista lainnya," tutur Mulyono.

Pengiriman helikopter Apache dilakukan dalam dua tahap. Dari total delapan helikopter yang dibeli dari Amerika Serikat, tiga di antaranya sudah lebih dulu datang dalam pengiriman gelombang pertama.

Mulyono berujar Apache tersebut belum dites penerbangannya di Indonesia karena harus dirakit ulang. Meski begitu, di negara asalnya, helikopter tersebut telah diuji coba lebih dulu.

Gelombang pertama pengiriman helikopter menggunakan pesawat C-17 Globe Master ke Pangkalan Udara Utama TNI AD Ahmad Yani, Semarang, Jawa Timur. Pengadaan helikopter berkaitan dengan pencapaian target minimum essential force (MEF) dan pembaruan alutsista TNI AD.

MEF merupakan proses untuk modernisasi alutsista Indonesia. Sejak dicanangkan pemerintah pada 2007, MEF dibagi menjadi tiga rencana strategis hingga 2024. Selain itu, terdapat tiga komponen postur, yaitu kekuatan, gelar (persebaran penempatan), dan kemampuan prajurit.

  ✈️ Tempo  

PT PAL Indonesia Ajukan Tambahan Modal

✈️ Untuk kemandirian industri kapal selam. ✈️ Kapal selam TNI AL [TNI AL]

PT PAL Indonesia (Persero) mengajukan tambahan modal dari pemerintah melalui penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 1,29 triliun guna memperkokoh kompetensi kemandirian industri kapal selam.

Direktur Utama PAL Indonesia Budiman Saleh mengatakan selain penambahan PMN, pihaknya juga tengah mengajukan usulan modal kerja sebesar Rp 600 miliar kepada pemerintah.

Tetapi, kami tidak tahu berapa yang bisa disetujui,” ujarnya di Jakarta, Rabu (7/2/2018).

Budi mengungkapkan pada 2013, pihaknya pernah meminta PMN sebesar Rp 2,5 triliun yang rencananya akan digunakan untuk pengembangan industri kapal selam secara keseluruhan. Namun, pemerintah hanya menyetujui penyuntikan modal perusahaan pelat merah asal Surabaya tersebut sebesar Rp 1,5 triliun.

Dengan Rp 1,5 triliun itu kemudian dilakukan beberapa tindakan yang dianggap prioritas sehingga kami bisa melakukan joint section production yang telah dimulai pada April 2017,” terangnya.

Adapun, proposal penambahan PMN PAL Indonesia sudah dalam proses dan kini tengah diajukan ke Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Terkait implementasi pengembangan industri, perseroan kini juga melakukan pemeliharaan dan perbaikan secara berkala kepada kapal selam yang dimiliki oleh Indonesia, di antaranya KRI Cakra dan KRI Nanggala.

Selain itu, PAL Indonesia juga berharap pemesanan kapal selam jenis Kasel U-209 yang dilakukan oleh TNI dapat terus berlanjut. Menurut rencana, pengerjaan kapal selam pesanan TNI tersebut dapat rampung pada Desember 2018 atau awal kuartal I/2019.

  ✈️ Bisnis  

Nepal Begins Negotiations for Second CN-235 with PT Dirgantara

✈️ Singapore Airshow 2018✈️ CN235M Nepal

The Nepalese government has begun negotiations with Indonesian state-owned aircraft manufacturer PT Dirgantara (PTDI) for another CN-235-220M multipurpose platform, an official from the company confirmed with Jane’s at the 2018 iteration of the Singapore Airshow.

The aircraft is being acquired for the Nepalese Army (NA) Air Wing, and like the first airframe ordered in 2017, will probably be deployed primarily for troop and cargo transport, humanitarian supply missions, and medical evacuations, said Ade Yuyu Wahyuna, PTDI’s vice-president of sales.

PTDI secured a contract to supply the first CN-235-220M with Nepal in June 2017. The aircraft type, which is being produced under a long-standing licensing arrangement with Airbus, is currently under construction at the company’s facilities in Bandung.

  ✈️ Janes  

Thailand Enters ‘Pre-contract’ Negotiations for Three MPA

✈️ Thailand and Indonesia are in advanced negotiations over the acquisition of three maritime patrol aircraft. Platforms will improve Thailand’s maritime surveillance capabilities in the Andaman Sea and the Gulf of Thailand.✈️ CN-235 MPA of the TNI AL [Prime Kurniawan]

The Royal Thai Navy (RTN) and Indonesian state-owned aircraft manufacturer PT Dirgantara Indonesia (PTDI) are now in ‘pre-contract’ negotiations over the procurement of three CN-235-220 aircraft in the maritime patrol configuration.

Speaking to Jane’s at the 2018 iteration of the Singapore Airshow, PTDI’s Vice President of Sales, Ade Yuyu Wahyuna, said negotiations in this stage begun in late-January 2018, and a formal contract can be expected to materialise before the end of the year.

  ✈️ Janes  

Indonesia Studies Options for Four AEW&C Aircraft

✈️ Indonesia has begun studying available options for the air force’s AEW&C requirements. The formal acquisition programme is expected to materialise in the 2020–2024 timeframe✈️ AEW&C Aircraft [airforce-technology]

The Indonesia Air Force (Tentara Nasional Indonesia – Angkatan Udara: TNI-AU) is drawing up a schedule to retire its fleet of ageing Boeing 737-2X9 airframes, and has begun preliminary studies to acquire replacement aircraft for its airborne early warning and control (AEW&C) requirements.

However, unlike TNI-AU’s aerial fleet tanker requirement, no aircraft type has been specified in the preliminary studies, and senior members of the service are currently speaking to potential suppliers at the Singapore Airshow to learn more about options available, Jane’s has learnt from TNI-AU sources present.

The service currently operates a fleet of three Boeing 737-2X9 surveillance aircraft that were commissioned in 1982. The airframes are currently deployed with the TNI-AU’s Skuadron Udara 5 (Air Squadron 5) at the Sultan Hasanuddin air base in Makassar in South Sulawesi, and bear the registration numbers AI-7301, AI-7302, and AI-7303.

The platform has a service ceiling of 50,000 ft and a range of 2,530 n miles. In the early 1990s, the aircraft were each upgraded with identification friend-or-foe (IFF) sensors, a Motorola AN/APS-135 side-looking airborne modular multimission radar (SLAMMR) and a Thomson-CSF Ocean Master radar with low-probability-of-intercept features.

Besides surveillance and intelligence gathering in-country, the airframes have also been deployed for exercises overseas. In 2012, a single 737-2X9 airframe was temporarily stationed at Darwin in northern Australia for Exercise ‘Albatross Ausindo 2012’. It operated alongside an Australian AP-3C for the duration of its deployment.

  ✈️ Janes  
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...