Sabtu, 19 Desember 2015

Detik-Detik Agresi Militer Belanda II

Operatie KraaiOperatie Kraai [inenomassen.nl]

Berulang kali Republik Indonesia yang masih “bayi” pada enam dekade lalu, diusik agresi bersenjata Belanda yang tak rela melihat bekas koloninya yang dulu bernama Hindia-Belanda itu memerdekakan diri pada 17 Agustus 1945.

Belanda pun melancarkan dua agresi. Yang pertama terjadi pada Juli 1947 dan yang lebih dahsyat, terjadi hari ini 67 tahun silam atau 19 Desember 1948 yang dikenal dengan Agresi Militer Belanda II atau “Clash II”.

Yogyakarta yang saat itu merupakan ibu kota republik, jadi sasaran utama. Secara mendadak, Belanda melancarkan serangan dan dalam sehari, ibu kota republik sudah di tangan pasukan agresor pimpinan Letjen Simon Hendrik Spoor, Panglima KNIL (Koninklijke Nederlands Indisch Leger) atau Pasukan Kerajaan Hindia-Belanda.

Oleh pihak Indonesia, serangan mendadak oleh Belanda yang dinamai “Operatie Kraai” atau Operasi Gagak itu disebut tindakan pengecut, lantaran Belanda menyerang dengan tidak lebih dulu menyatakan perang.

Pun begitu, detik-detik serangan itu sedianya sudah bisa diduga sebelumnya. Akan tetapi, peringatan dari perwakilan delegasi Indonesia dalam Komite Tiga Negara (KTN) di Batavia (kini Jakarta), tak bisa diteruskan lantaran komunikasi telah diputus oleh intel Belanda.

Di sisi lain, serangan ke Yogyakarta itu sedianya sudah diajukan untuk dimintai persetujuan ke Parlemen Belanda. Namun baru bisa terlaksana pada Desember 1948, setelah terjadi perdebatan alot di antara para politisi Belanda di Den Haag.

Terlepas dari pro kontra elite politik Belanda, akhirnya parlemen Belanda memutuskan, ‘tindakan pengamanan dan menegakkan ketertiban di Yogya. Setelah itu, Spoor mendapat lampu hijau untuk menjalankan agresi,” ujar penggiat sejarah, Wahyu Bowo Laksono kepada Okezone.

Pengumuman pun dilayangkan lewat radio Belanda, kalau mereka tak lagi terikat Perjanjian Renville pada tanggal 18 Desember jam 12 tengah malam (atau 19 Desember pukul 00.00),” tambahnya.

Namun pengumuman radio Belanda itu baru disiarkan pada Minggu pagi, 19 Desember 1948, ketika Landasan Udara Maguwo, Yogyakarta (Kini Lanud Adisoetjipto), sudah dikuasai pasukan elite Belanda, Korps Speciale Troepen (KST).

Detik-detik akan datangnya serangan itu sedianya sudah mulai dirasakan pihak Indonesia. Kolonel Tahi Bonar Simatupang dalam buku ‘Doorstoot naar Djokja’, bahkan sudah menaruh curiga ketika delegasi Belanda di KTN menyatakan akan ada pengumuman penting pada Minggu pagi, 19 Desember 1948.

Tidak masuk akal, masak mereka mengeluarkan pengumuman penting pada hari Minggu pagi? Sewaktu mereka melakukan agresi 21 Juli 1947, (Gubernur Jenderal Hubertus) van Mook tanpa perasaan mengatakan bahwa beberapa jam sebelumnya, pasukannya sudah melintasi garis demarkasi. Apa tidak mungkin mereka juga akan melakukan pendadakan serupa?,” seru Kol. Simatupang pada Wakil Presiden, Mohammad Hatta.

Apa mereka sudah gila? Bagaimana mungkin mereka berani menyerang republik, sementara anggota KTN bersama semua staf dan wartawan asing masih berada di Kaliurang (utara Yogya)? Tenang-tenang sajalah,” jawab Hatta.

Sabtu, 18 Desember malam, sebuah surat pun sampai ke meja Sekjen Delegasi RI untuk KTN, Mr. Soedjono yang bertuliskan, “Perjanjian harus dihapuskan dan tak lagi mengikat (RI-Belanda) terhitung sejak Minggu, 19 Desember, jam 00.00 waktu Batavia,”.

Soedjono yang terkejut pun segera memerintahkan pejabat penghubung, Joesoef Ronodipoero untuk mengontak Yogya. Sayang, semua saluran komunikasi sudah diputus. Joesoef pun menemui Ketua KTN yang juga diplomat Amerika Serikat (AS), Merle Cochran di Hotel Des Indes (kini sudah dibongkar dan dijadikan Pertokoan Duta Merlin).

Sial, kita harus segera ke Yogya, sekarang!,” cetus Cochran saat diinfokan Joesoef soal situasi tersebut. Namun nahas, upaya mereka ke Yogya dari Landasan Udara Kemayoran, kandas karena tak mendapat izin terbang dari petugas landasan setelah dinyatakan tertutup untuk lalu lintas penerbangan.

Upaya untuk bertemu Delegasi Belanda, Elink Schuurman pun sia-sia. Laporan Joesoef ini juga disampaikan kepada Prof. Soepomo yang pernah jadi teman masa kuliah Schuurman. Tapi Soepomo tak bisa mendapat penjelasan dari Schuurman, lantaran sambungan telefonnya juga sudah diputus intel Belanda.

Di sisi lain, Jenderal Spoor sebagai perwira tertinggi pelaksana operasi mulai memerintahkan persiapan sejak 19 Desember 2015 dini hari. Operatie Kraai yang diusung Spoor, punya tiga misi.

Pertama, menangkap pimpinan sipil dan militer republik. Kedua, menguasi sentra politik dan militer. Ketiga, omsingelen en uitschakelen – melakukan aksi pengepungan sekaligus menghancurkan konsentrasi perlawanan bersenjata tentara republik.

Belanda menyerang dengan kekuatan dua kompi KST dari Lanud Andir (kini Lanud Husein Sastranegara, Bandung), dua batalion baret hijau, T Brigade (Tijger Brigade) pimpinan Letkol van Langen dari Lanud Kalibanteng (Kini Bandara Achmad Yani, Semarang),” tambah Wahyu.

Pasukan darat itu mengepung Yogya dari arah Solo, perbatasan Gombong, Kroya dan Ambarawa. Itu ada tiga divisi KL (Koninklijke Landmacht/AD Belanda), 23 Batalion KNIL, ditambah kavaleri, artileri didukung pesawat angkut dan pesawat tempur,” imbuhnya lagi.

Tapi dari kesaksian pasukan TNI saat itu yang jaga perbatasan (garis demarkasi) Kebumen-Gombong, tidak banyak yang tahu bahwa infantri pelopor Belanda merangsek ke Yogya, menyamar dengan kendaraan PBB sejak 18 Desember malam,” sambung Wahyu.

Sementara di Lanud Andir jelang serangan, Spoor menggelar briefieng singkat kepada para pasukan KST pimpinan Kolonel Van Beek.

Kalian terpilih untuk de laatste actie. Diterjunkan di Maguwo sebelum fajar, kemudian membebaskan Yogya dari tangan ekstremis serta menangkap Soekarno bersama pengikutnya. Saya menaruh kepercayaan. Semoga Tuhan melindungi,” seru Spoor dalam buku ‘Doorstoot naar Djokja’.

Serangan udara pada pukul 05.15 pun mengawali Operatie Kraai. Pesawat Pembom B-25 Mitchell memuntahkan sejumlah bom yang segera disusul tembakan senapan mesin lima pesawat pemburu P-51 “Mustang”, serta sembilan pesawat P-40L “Kittyhawks”.

Pukul 06.45 perlawanan minim dari pasukan dan kadet Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) dengan mudah dilumpuhkan. Tak berapa lama, pasukan KST pun terjun. Singkat kata, Yogyakarta sudah bisa dikuasai pada tengah hari dengan ditangkapnya Soekarno.

Sementara, Wakil Agung Mahkota, Louis Beel, baru menyatakan Belanda tak terikat lagi dengan Perjanjian Renville, lewat Radio Batavia pada pukul 08.00 pagi atau tiga jam 45 menit setelah serangan pertama Belanda dilancarkan ke Maguwo. Adapun berita ini tersebar ke dunia internasional lewat All India Radio di New Delhi, Minggu malam, 19 Desember 1949. (Sil)

  Okezone  

[Foto] PKR 10514

Biar gambar yang berbicara


Penampakan PKR 10514 pertama dengan no 331. [irvan flanker]
pkr.jpg
pkr-2.jpg
pkr.jpg

Infografis PKR 10514 [pr1v4t33r/def.pk]
  Garuda Militer  

TNI Akan Prioritaskan Pengamanan Pulau Terluar

Marinir sebagai penjaga pulau terluar

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menegaskan jajarannya memfokuskan pengamanan pulau terluar dan daerah perbatasan negara.

"Perkembangan strategis regional kita amati. Kita lakukan tadi perkembangan situasi terakhir yang jadi prioritas pulau-pulau terluar dan terdepan di daerah perbatasan," ujar Gatot dalam jumpa pers hasil rapat pimpinan 2015 di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (18/12/2015).

Gatot berjanji hal itu harus menjadi tuntas. Tentunya dilakukan dengan sinergisitas jajaran angkatan bersenjata.

"Tahun ini harus kita tuntaskan. Semua harus kita tata kemudian komunikasi terintegrasi antara staff. Tahun ini semua yang terjadi di tahun ini AL bisa lihat, AD bisa lihat, AU bisa lihat," imbuh dia.

"Ya harus kita terima. Kita berbatasan sama Malaysia, Thailand, dan Filipina. Tahun ini harus tuntas komunikasi dan kendali saling terintegrasi. Daerah perbatasan juga nggak begitu berpengaruh pada MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN)," paparnya.

Gatot mengatakan penyikapan MEA sudah ada aturan yang jelas. Warga negara asing yang masuk ke Indonesia harus melalui imigrasi. Gatot menyebut tidak akan melakukan penambahan pasukan di daerah perbatasan terkait penjagaan wilayah perbatasan.

"Semua harus lewat imigrasi lewat pos-posnya. Perbatasan kita lakukan patroli sama-sama. Kordinasi semua, yang dipentingkan sudah ada jalan. Nah jalan ada sentra ekonomi dan perkebunan, jadikan hidup. Patok-patok juga jadi nggak bergeser. Perbatasan ini nggak perlu ada penambahan pasukan. Sistem operasinya yang kita tingkatkan," ujar Gatot. (edo/Hbb)
TNI Harus Gerak Cepat Merespons Bentuk AncamanPanglima TNI

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menggelar rapat pimpinan jelang akhir tahun 2015. Awal tahun, TNI akan mempercepat langkah dalam merespon ancaman yang sulit diprediksi.

"Ini merupakan kegiatan yang biasa dilaksanakan di akhir tahun, anggaran dengan tujuan, memberikan informasi yang menonjol dengan pelaksanaan tugas TNI pada tahun 2015, kemudian mengevaluasi pelaksanaan program kerja dan anggaran tahun 2015 dan rencana anggaran 2016, ketiga menyampaikan pokok kebijakan di Tahun 2016," ujar Gatot dalam konfrensi pers di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (18/12/2015).

Gatot mengatakan penghujung tahun 2015 tinggal dua minggu. TNI akan mengevaluasi seluruh kinerja jajarannya secara komprehensif.

"Tentunya harus ditemukan berbagai kelemahan dan akar permasalahan yang menghambat sebagai penyebabnya. Demikian juga dengan berbagai prestasi yang dicapai untuk dapat dikembangkan lebih baik ke depan," sambungnya.

Gatot mengatakan awal tahun 2016, TNI akan dihadapi tuntutan dan tantangan tugas yang makin kompleks. Tantangan itu tak dapat dihadapi dengan mekanisme lambat.

"Efektifitas pencapaian hasil harus di kedepan sehingga keberadaan Balakpus dan Pangkotamaops TNI harus bergerak cepat untuk merespons dan menyikapi bentuk ancaman yang sedemikian sulit untuk diprediksi," pungkasnya. (edo/rvk)

  detik  

Proyek Jet Tempur Korsel-RI Lanjut

Yang Penting SpesifikasiIlustrasi pesawat gen terbaru [dimasbagus]

Program kerjasama pengembangan pesawat tempur KFX/IFX antara Indonesia dan Korea Selatan (Korsel) dilanjutkan Kementerian Pertahanan. Bagi TNI hal itu tidak menjadi masalah, yang terpenting spesifikasi dan keunggulan pesawat.

"Kita sudah lakukan kerjasama dengan Korea dalam kapal selam dan pesawat, saat ini dengan Jepang sedang kita rintis. TNI yang penting kita tentukan spesifikasinya dulu, apa yang kita butuhkan," ujar Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dalam konferensi pers Rapim 2016 di Mabes TNI, Cilangkap, Jumat (18/12/2015).

Gatot mengatakan, setelah spesifikasi sudah terpenuhi sesuai keinginnya. Langkah selanjutnya adalah transfer teknologi.

"Transfer teknologi sekian persen di tempat kita sendiri, ini semua perlu tahapan," paparnya.

Sementara soal terlambatnya pesawat refurbish F16, Gatot enggan menjawabnya. Hal itu diserahkan seluruhnya ke Kementerian Pertahanan.

"Seharusnya masalah ini diurus di Kemhan. Tanya Menhan aja masalah keterlambatan ini," pungkasnya. (edo/Hbb)

  detik  

Panglima TNI tolak gabung koalisi militer Arab Saudi lawan ISIS

Ketika Jokowi menyaksikan ransus PT SSE terbaru, pada pameran alutsista di Mabes TNI [setkab]

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menegaskan TNI tidak masukan dalam aliansi atau koalisi militer melawan terorisme dari kelompok ekstremis maupun Negara Islam Irak dan Syam (ISIS). Sebab, Presiden Joko Widodo sudah menyatakan Indonesia tidak masuk dalam koalisi atau aliansi militer apapun.

"Presiden (Joko Widodo) bilang semuanya di analisis dulu. Jangan sampai gegabah ambil keputusan. Tapi yang jelas kita ini kan dalam pembukaan UUD 45 bebas aktif. Jadi kita tidak akan masuk ke koalisi apapun juga," kata Gatot usai Rapim TNI 2015 di Mabes TNI, Jakarta, Jumat (18/12).

Meski tidak masuk koalisi militer apapun, kata dia TNI tetap bekerja sama dengan militer negara sahabat. Dia juga mengatakan pihak tetap mengirimkan pasukan ke luar negeri, namun dalam misi perdamaian.

"Kalau latihan ya latihan. Kita tunggu saja keputusan pemerintah. Kalau kirim ya kirim pasukan tapi buat misi perdamaian," ujar dia.

Seperti diketahui, Kerajaan Arab Saudi mengumumkan rencana koalisi 34 negara-negara berpenduduk mayoritas muslim membentuk aliansi militer melawan terorisme dari kelompok ekstremis maupun Negara Islam Irak dan Syam (ISIS). Aliansi ini berbentuk pusat operasi bersama yang nantinya didirikan di Ibu Kota Riyadh.

Dilansir BBC, Selasa (15/12), beberapa negara-negara dari Asia dan Afrika akan terlibat dalam aliansi antiteror ini. Namun, Iran yang juga merupakan salah satu negara muslim terkemuka tidak diajak bergabung.

"Aliansi ini dibentuk untuk mengoordinasikan melawan ekstremis di Irak, Suriah, Libya, Mesir dan Afghanistan," ucap Menteri Pertahanan Saudi Mohammed bin Salman.

Aliansi tersebut muncul di tengah tekanan internasional lantaran Arab Saudi tidak bergeming melihat kasus terorisme yang terjadi di berbagai negara, yang mengatasnamakan Islam dalam aksinya.

Indonesia disebut-sebut turut bergabung dengan aliansi ini. Namun hal tersebut dibantah oleh Kementerian Luar Negeri Indonesia.

  merdeka  

[World] Pasukan Filipina Bentrok dengan Militan Islam

15 TewasTentara Filipina terlibat bentrokan bersenjata dengan kelompok Abu Sayyaf di Pulau Balistan (Flickriver)

Juru bicara militer Filipina mengatakan, pasukan Filipina terlibat bentrokan bersenjata dengan militan Islam, Abu Sayyaf. Bentrokan yang terjadi di sebuah pulau terpencil di sebelah selatan itu menyebabkan 15 orang tewas.

"Militer Filipina menewaskan 13 pemberontak dalam pertempuran bersenjata yang meletus di hutan dekat kota al Barka, Pulau Basilan," kata Filemon Tan sembari menambahkan 2 tentara tewas dan 10 orang luka-luka dikutip dari Reuters, Kamis (17/12/2015).

Tan mengatakan, militer Filipina telah melakukan operasi militer untuk memerangi kelompok Abu Sayyaf sejak 18 November lalu pasca pemenggalan terhadap seorang pengusaha asal Malaysia. Dalam perjalanannya, mereka berhasil menemukan basis utama kelompok pemberontak di pulau itu.

"Meskipun tentara kami telah berada di daerah itu sejak Minggu, namun baru hari ini terjadi pertempuran besar," ungkap Tan.

Sementara itu komandan satuan tugas militer Filipina, Brigadir Jenderal Alan Arrojado mengatakan, tentara Filipina menemukan tubuh yang diyakini adalah tubuh pengusaha Malaysia yang dipenggal oleh kelompok Abu Sayyaf di sebuah kuburan. "Potongan tubuh itu telah dibawa ke laboratorium untuk menjalani tes DNA," kata Arrojado. (ian)

   sindonews  

[Foto] AU Cina Coba Rudal Kh31 Anti Radiasi dari SU 30

Angkatan Udara Cina akhir tahun ini melakukan simulasi perang. Sebuah bandara di utara Cina, tiba-tiba mengeluarkan suara alarm yang meraung raung, dan semua perwira serta tentara segera memasuki situasi keadaan perang, memuat amunisi, menyiapkan pesawat, menyiapkan bandara, dan menggeser pesawat tempur Angkatan Udara…..semua tentara dalam kesiapan basis tempur.

Para perwira melakukan pembagian kerja dan koordinasi yang erat. Sebagian prajurit terlihat mengangkut amunisi, dan memeriksa kesiapan senjata. Setelah seluruhnya dicek ulang, teater perang telah siap dalam waktu singkat. Tidak cukup waktu untuk mengambil napas, pos komando langsung mengeluarkan "perintah yang berubah menjadi peperangan telah meletus".
Resimen Raja yang dipimpin oleh kepala pilot berjalan dengan cepat menuju pesawat tempur. Para mekanik, petugas logistik dan tentara bandara dengan cepat bergerak ke tempat peluncuran pesawat, untuk menyiapkan segalanya dengan rinci.

Siap, permintaan lepas landas!” Segera, bandara Elang bergemuruh, diikuti oleh skuadron yang menggeser hanggar, dengan jet tempu SU-30 yang menuju landasan pacu. Pada saat itu, perwira mengumpulkan petugas untuk bertindak cepat, sesuai dengan jadwal untuk memuat bahan dan peralatan. Semua aspek konvergensi kompak, sibuk tapi tidak kacau.

Jet jet tempur SU-30 buatan Rusia ini terbang satu persatu dan kemudian membentuk formasi. Sebagian dari jet tempur, melesat duluan maju ke wilayah paling depan. Mereka bertugas menghancurkan sistem radar musuh dengan rudal Kh-31 Anti Radiasi.
Sejumlah pesawat garis depan, mengawal Su-30 yang membombardir Radar, lawan. Setelah ruang udara lawan tidak dilindungi pertahanan udara, SU-30 lainnya melakukan pertarungan dengan jet tempur lawan, beradu keahlian dan kecanggihan senjata dan juga strategi. Misi yang dijalankan dikontrol pesat oleh pusat Komando secara real time, hingga akhir simulasi peperangan.

Menjelang akhir tahun ini kesiapan tempur AU China tidak dilonggarkan. Latihan ini sesuai dengan peperangan yang realistis. Konsep perang dipraktekkan dengan sungguh sungguh, untuk memenangkan perang. [81.cn]

  Jakarta greater  

Cerita di balik Operasi Seroja

Ada buaya dan hansip tak nyata http://2.bp.blogspot.com/-UtBfhYTbdKY/Vm7odGfG99I/AAAAAAAAIHc/IRncYujtppY/s1600/cerita-di-balik-operasi-seroja-ada-buaya-dan-hansip-tak-nyata.jpgLuhut Pandjaitan di Timor-Timur. ©facebook.com/Luhut Binsar Pandjaitan

Operasi Seroja di Kota Dili, Timor-Timor pada 1975 silam menyisakan berbagai cerita menarik bagi para prajurit. Bermodalkan informasi tidak utuh pasukan Kopassus berhasil menjalankan tugasnya.

Mantan Komandan Grup Satu dan Komandan Satuan Tugas Nanggala V, Letnan Jenderal Sugito mengaku sulit melupakan momen penerjunan di Kota Dili. Dia ingat betul informasi yang diberikan intelijen sempat buatnya kalang kabut saat berada di medan perang.

"Informasi mengenai musuh, medan sangat terbatas. Keterangan mengenai medan banyak yang salah. Terdapat sungai Komoro selalu banjir, banyak buaya, dan binatang berbisa ternyata kering dan tidak ada apa-apa," kenang Sugito dalam acara peringatan 40 tahun penerjunan di Kota Dili, di Mako Kopassus, Jakarta, Senin (7/12).

Apalagi, kata dia, informasi mengenai kekuatan dan senjata yang digunakan musuh tak diberikan pada Satuan Intelijen Pertahanan dan Keamanan. Selain itu, pasukan yang dipimpinnya juga tak diberikan informasi detail mengenai sepak terjang musuh.

"Yang dikatakan hanya tidak perlu takut. Karena yang dihadapi kira-kira di sana setara hansip," ujar dia.

Menurut dia, operasi ini sebuah tragedi kemanusiaan lantaran banyak prajurit yang gugur dalam medan perang. Mereka diberikan tugas pokok untuk merebut tiga titik yaitu, pusat pemerintahan Kota Dili, pelabuhan dan bandara udara.

"Selama persiapan kami lakukan latihan secara sederhana. Kondisi pasukan terbatas dan kekurangan. Walau demikian latihan dilakukan oleh seluruh anggota dengan semangat dan kesungguhan yang tinggi dengan memanfaatkan sumber daya yang ada," jelasnya.

Menko Polhukam Luhut Binsar Panjaitan juga memiliki kenangan yang tak bisa dilupakan saat operasi Seroja. Dia masih ingat betul momen terbang selama enam jam dari Lanud Iswahyudi, Madiun menuju Kota Dili, Timor-timor.

Dari ceritanya, saat itu para prajuritnya sampai harus menahan buang air. Tapi ada saja yang tidak sanggup menahannya.

"Kami di pesawat terbang hampir enam jam. Mungkin maaf banyak yang buang air kecil di celana, buang air besar di celana," kata Luhut saat peringatan 40 tahun penerjunan di Kota Dili di Mako Kopassus, Jakarta, Senin (7/12).

Prajurit Kopassus dihadapkan pada situasi yang menuntut kesiagaan. Saat hendak terjun dari pesawat, musuh langsung mengarahkan tembakan ke prajurit Kopassus.

"Ada tembakan, pesawat belok. Ada (prajurit) yang masuk di laut. Ini suatu momen yang benar-benar membuat kita teringat semua bagaimana operasi dilakukan. Gagah berani, tapi tidak terencana dengan baik," ujar Jenderal (HOR) Purnawirawan ini.

Luhut juga menggambarkan kelelahan prajuritnya yang setiap hari harus menggendong ransel seberat 35 kilogram, lengkap dengan persenjataan. Mantan komandan Kompi A Satgas Nanggala V di Kota Dili ini meminta para perwira saat ini mengambil pembelajaran dari tugas militer pendahulunya.

"Ini pembelajaran mungkin bagi para perwira yang masih sekarang berkarya, perencanaan satu operasi harus dilakukan dengan baik. Hal itu tidak kami dapatkan," tandasnya.

 ♖ merdeka  

[World] Arrow, Sniper Perempuan Serbia Bertempur untuk Bosnia

20 Tahun Perang BosniaFoto: US Navy

Setiap kali ditanya orang, dia mengaku namanya "Strijela" alias "Arrow". Hanya "Anak Panah". Tak terang benar berapa usia perempuan itu.

Suatu hari pada awal 1990-an, Kolonel Edin Karaman, salah seorang komandan pasukan Bosnia di Sarajevo, memanggilnya menghadap. "Siapa namamu sebenarnya?" Kolonel Karaman bertanya seperti dikutip Stephen Galloway dalam bukunya, The Cellist of Sarajevo. "Strijela adalah namaku yang sebenarnya," kata si Anak Panah, ketus.

Baru beberapa menit "bos" lama Arrow, Nermin Filipovic, tewas setelah markasnya runtuh dihajar bom yang ditembakkan pasukan Serbia. "Aku mengamatimu sangat lama. Kamu punya sejumlah kemampuan yang hebat," Kolonel Karaman memuji perempuan muda di depannya. "Aku ingin kamu meneruskan apa yang kamu lakukan."

Apa pula yang dibutuhkan seorang komandan perang seperti Kolonel Karaman dari seorang gadis muda seperti Arrow? Jika melihat sosoknya, barangkali tak ada yang menyangka, gadis muda itu adalah "malaikat" maut bagi prajurit Serbia di Sarajevo. Dia adalah seorang sniper alias penembak runduk atau sharpshooter alias penembak jitu.

Arrow tak ingat lagi berapa banyak sniper dan prajurit Serbia yang mati di ujung senapannya. Dzings, bukan nama sebenarnya, pemimpin di antara para penembak jitu Bosnia, mengatakan hanya dia yang menembak mati milisi Serbia lebih banyak ketimbang Arrow. Dzings, mantan pengusaha di Sarajevo, mengklaim telah membunuh 67 prajurit Serbia.

Seperti halnya Dzings, Arrow bukan seorang tentara. Ayahnya seorang polisi. Sejak kecil, gadis itu memang akrab dengan senapan. "Dulu aku biasa berada di tempat yang sangat sunyi hanya dengan target kertas di kejauhan," kata Arrow. Kala itu, dia berharap suatu kali bisa menjadi juara nasional menembak.

Keluarga Arrow bukan keluarga muslim Bosnia, juga bukan keturunan etnis Kroasia. Dia lahir sebagai orang Serbia. Sebelum Sarajevo menjadi ladang pembantaian, Arrow masih seorang mahasiswi jurusan jurnalistik di Universitas Sarajevo, Bosnia. Tapi serbuan milisi Serbia menghancurkan Sarajevo dan kehidupan Arrow. Itulah yang membuat dia berperang di pihak Bosnia melawan Serbia.

"Inilah satu-satunya kota yang aku punya. Aku wajib membelanya dengan nyawaku," kata Arrow. Sebisa mungkin Arrow dan teman-temannya hanya membunuh prajurit Serbia. Sebelum menarik pelatuk, mereka harus memastikan bahwa target di kejauhan sana adalah seorang prajurit.

Dari perbukitan di sekeliling Sarajevo, sniper Serbia mengincar warga Bosnia atau Kroasia yang ada di sepanjang Ulica Zmaja od Bosne, jalan utama Kota Sarajevo. Tak peduli mereka orang tua, perempuan, atau anak-anak. Ulica Zmaja menjadi Sniper Alley, "ladang perburuan" bagi para sniper.

"Mereka semua binatang.... Tujuan mereka hanya membuat kota ini tak aman, tak nyaman untuk berjalan dan tinggal. Mereka berusaha membunuh kota ini," kata Javor Povric, sniper Bosnia, dalam buku History of Sniping & Sharpshooting yang ditulis John Plaster. Arrow, Dzings, dan teman-temannya mendapat tugas menyingkirkan para penembak jitu Serbia itu.

Sebagai orang Serbia, membunuh milisi dan prajurit Serbia untuk pihak Bosnia terang bukan hal gampang bagi gadis muda seperti Arrow. "Aku tak pernah berpikir bahwa aku bakal mampu melakukan hal seperti ini.... Aku tak membayangkan hal seperti ini terjadi dalam hidupku," kata Arrow, seperti dikutip harian Wilmington Morning, pada Juli 1992.

Setiap kali jarinya berada di ujung pelatuk senapan, dan seorang sniper Serbia tampak di ujung lubang bidik, terjadi perang batin di kepalanya. "Menembak mereka tak pernah jadi urusan mudah. Tak seorang pun menikmati hal seperti ini," kata si Anak Panah. Supaya tetap waras, kata Dzings, mereka harus terus berusaha tak melibatkan emosi saat membidik target. "Kami semua takut, seandainya perang berakhir, kami akan berakhir di rumah sakit atau di rumah sakit jiwa."

Arrow bukan satu-satunya sniper "asing" yang berperang untuk mempertahankan Sarajevo dari serbuan milisi Serbia. Ada pula seorang penembak jitu dari Belanda. Dia seorang veteran "perang" melawan Israel di Palestina. "Aku prajurit Tuhan... Serbia hanya layak mendapatkan satu hal: dipulangkan kepada Tuhan. Aku suka membunuh Serbia. Aku tak bisa berhenti. Inilah kesenangan terbesar yang diberikan Tuhan kepadaku," kata dia. Dia mengklaim berhasil membunuh 72 prajurit Serbia. (sap/hbb)
 

  detik  

Jumat, 18 Desember 2015

Cerita Tentara Mempertahankan Patok Perbatasan RI-PNG

Satuan Tugas Yonif 411/Raider Kostrad patroli di wilayah perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini (PNG). Tugas pokok mereka adalah menjaga patok MM 1 di Skouw-Wutung sampai perbatasan patok MM 2.3 di Scofro.

Yonif 411/Raider Kostrad merupakan salah satu Satgas yang bertugas di perbatasan Indonesia-PNG. Meski berat, tugas ini harus dilaksanakan demi mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

"Anggota melakukan patroli untuk membuat jalan dari patok ke patok. Selama perjalanan juga sempat menemui beberapa kendala karena melewati medan yang memang tidak pernah dilalui manusia," kata Dansatgas Yonif 411/Raider Kostrad, Letkol Inf Nandang Dimyati, Rabu (16/12/2015).

Nandang menceritakan, personel Yonif 411/Raider Kostrad membuat lorong jalan baru dan memberi tanda untuk mempermudah patroli Satgas Yonif 411/Raider selanjutnya. Personel Yonif 411/Raider Kostrad kesulitan melaksanakan orientasi medan karena GPS tidak berfungsi dan sinyal handphone tak mendapat jaringan.

"Yang menyulitkan kami untuk berkomunikasi kecuali dengan menggunakan HT, sehingga kami berusaha untuk mencari medan terbuka agar dapat mencari koordinat keberadaan kami," ujar Nandang.

Menurutnya, meski sulit dalam melakukan pengecekan langsung keadaan patok perbatasan dan medan di sekitar patok-patok, personel Yonif 411/Raider Kostrad gigih tetap melaksanakan tugas.

"Selama perjalanan memang medan masih tertutup dan lumayan sulit dilalui, ada juga lorong jalan yang kemungkinan menjadi jalan perlintasan dari PNG menuju RI. Bahkan, untuk menempuh patok ada yang butuh waktu dua hari dua malam melalui hutan belantara," kata dia.

Nandang melanjutkan, patok-patok di perbatasan RI-PNG dalam keadaan baik, terawat, dan tak mengalami pergeseran. “Kegiatan ini akan memberikan dampak positif bagi negara dalam upaya kami menjaga dan mempertahankan keutuhan dan kedaulatan NKRI," katanya.
 

  metrotv  

[World] Mengapa Rusia Tak Bisa Percaya pada Koalisi Antiterorisme Arab Saudi?

Dampak Serangan Udara Koalisi Arab Saudi di Yaman. (Reuters)

Arab Saudi mengumumkan pendirian 'koalisi Islam melawan terorisme' yang terdiri dari 34 negara. Secara resmi, Moskow menyebutkan mereka butuh informasi lebih jelas mengenai komposisi dan tujuan koalisi. Sementara para pakar menyarankan Rusia sebaiknya sebisa mungkin menjauhi upaya Riyadh yang 'berbahaya dan tak tulus' tersebut, demikian dilaporkan Sputnik.

Pada Selasa (15/12), Kantor Berita Saudi mengumumkan pembentukan 'koalisi Islam melawan terorisme' yang terdiri dari 34 negara, yang memiliki pusat komando operasional gabungan di Riyadh untuk mengoordinasikan dan mendukung operasi mililter. Tujuan koalisi tersebut, tulis Sputnik, adalah 'untuk melindungi negara-negara Islam dari semua kelompok dan organisasi teroris berdasarkan hak masyarakat untuk mempertahankan diri'.

Selain Arab Saudi, aliansi tersebut akan melibatkan negara-negara Teluk dan Timur Tengah termasuk Qatar, Uni Emirat Arab, Bahrain, Kuwait, dan Yaman, begitu pula Pemerintah Nasional Palestina (yang keanggotaannya dalam koalisi dipertanyakan), Turki, Yordania, Libanon, Mesir, dan Libya. Sekitar dua lusin negara lainnya di Asia dan Afrika, termasuk Nigeria dan Pakistan, juga diharapkan bergabung, dan sepuluh negara lain, termasuk Indonesia, diharapkan mendukung inisiatif tersebut.

Sementara, Sputnik memberitakan Kremlin menanggapi pengumuman Riyadh tersebut dengan menyatakan Rusia butuh waktu untuk menganalisa komposisi dan tujuan koalisi tersebut. Mengomentari inisiatif militer dan diplomatik terbaru Riyadh, Direktur Pusat Studi Tren Strategis Ivan Konovalov yang berbasis di Moskow, menyampaikan pada Svobodnaya Pressa bahwa ia meragukan intensi dan kemampuan koalisi tersebut untuk memerangi terorisme, karena pemain utama dalam aliansi itu sendiri yang memicu kehadiran para teroris.

"Intensi dari sponsor utama terorisme internasional: Qatar, Arab Saudi, dan Turki, untuk memerangi kelompok teroris Islam terdengar konyol, sejujurnya," kata sang analis seperti dikutip Sputnik.

"Jelas koalisi tersebut tak punya potensi militer sungguhan. Kita bisa lihat dari kasus Yaman, di mana koalisi serupa yang lebih kecil, yang juga dipimin Saudi, memerangi para pemberontak Houthi. Namun, koalisi tersebut kemudian menunjukkan ketidakmampuan untuk menghadapi musuh, kalah, dan metode perang, perencanaan, komando, serta kontrol yang mereka terapkan sungguh janggal," lanjut Konovalov.

Komunitas internasional perlu lebih kritis menanggapi koalisi antiteror pimpinan Saudi, yang melibatkan negara-negara yang menghasut sektarian serta kekerasan berbasis agama, tulis Sputnik.
 

  RBTH  

Polri Harus Ikut Jaga Ketertiban Dunia

Polri memberangkatkan kontingen Garuda Bhayangkara 2016 sebanyak 140 personel untuk bergabung dengan misi pemeliharaan perdamaian Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di Sudan. Anggota Satgas FPU Indonesia VIII memperagakan yel saat mengikuti upacara pemberangkatan di Rupatama Mabes Polri, Jakarta, 17 Desember 2015. Polri memberangkatkan sebanyak 140 personel kontingen Garuda Bhayangkara 2016 untuk bergabung dengan misi pemeliharaan perdamaian Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di Sudan. (Antara/Muhammad Adimaja)

Polri kembali mengirimkan satuan tugas Formed Police Unit (FPU) gelombang VIII sebagai misi pemeliharaan perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)-Uni Afrika ke Sudan, Afrika.

Upacara pemberangkatan Satgas FPU bersandi Garuda Bhayangkara itu dipimpin Kapolri Badrodin Haiti di Gedung Rupatama, Mabes Polri, Rabu (17/12).

"Saya mengapresiasi saudara yang telah mengorbankan waktu demi mengembangkan nama besar Polri dan Indonesia, diharapkan Anda mampu memberi rasa aman dan damai di Sudan yang telah dilanda konflik," kata Badrodin.

Polri, menurut Badrodin, ikut aktif untuk mewujudkan perdamaian dan ketertiban dunia. Juga ikut menghapus dan menuntaskan praktik-praktik kolonialisme.

"Pencapaian itu telah kita lakukan dengan berperan aktif di bawah bendera PBB. Polri harus ikut serta nyata dan berpartisipasi aktif. Ada 1.300 personel Polri yang berdinas di bawah misi PBB sejak 1989," sambungnya.

Para personel Polri itu selama ini telah ikut penugasan misi perdamaian di Sudan, Sudan Selatan, Bosnia, Haiti, dan Mozambik.

"Kita patut berbangga karena kita juga telah mendapatkan apresiasi positif, disiplin dalam melaksanakan tugas, dan jadi contoh teladan," sambungnya.

Untuk diketahui sudah sejak 2008, Polri mengirimkan FPU ke Darfur di bawah PBB yang menggelar misi bernama Unamid (United Nations-African Union Mission in Darfur).

Unamid adalah operasi penjaga keamanan terbesar, beranggotakan sekitar 17.000 tentara dan 5.000 polisi dari berbagai negara.

Unamid bertugas menjaga keselamatan penduduk sipil di Darfur, titik perlawanan kelompok pemberontak yang sering melakukan tindak kekerasan sejak tahun 2003.

Dalam perkiraan PBB, konflik telah menewaskan sekitar 300.000 orang. Sedangkan perhitungan pemerintah sekitar 10 orang tewas.
 

  Brita Satu  
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...