Sabtu, 09 Februari 2013

Lembaga Pendidikan Wahana Menambah Ilmu

http://www.majalahpotretindonesia.com/images/--10jjj.jpgPADA hakekatnya lembaga pendidikan merupakan wahana untuk menambah ilmu, mengembangkan wawasan, dan sebagai proses untuk lebih mendewasakan diri dalam menerima segala tugas yang dibebankan kepada para siswa. Daya saing yang tinggi dan berkelanjutan, hanya dapat dicapai melalui kesiapan dari sumber daya manusianya. Mengingat persaingan sumber daya manusia dan kualitasnya terdapat di tatanan setiap organisasi maka tak ada pilihan lain bagi kita untuk tetap konsisten menyiapkan generasi TNI Angkatan Udara yang lebih baik lagi.

Demikian salah satu pernyataan Komandan Lanud Sulaiman Kolonel Pnb Elianto Susetio, S.I.P pada sambutannya yang bacakan Kadispers Letkol Adm Maman Sudirman, S.Sos selaku Inspektur Upacara pada acara pembukaan pendidikan Susjurlata Paskhas (Kursus Kejuruan Lanjutan Tamtama Paskhas) Angkatan ke-30 yang dilaksanakan di lapangan ucapara staf II Lanud Sulaiman, Bandung. Pendidikan tersebut dilaksanakan di Skadik 204 Lanud Sulaiman selama tiga bulan diikuti sekitar 100 siswa tamtama.

Lebih lanjut Danlanud menyatakan bahwa bahwa pendidikan ini bertujuan agar para siswa kelak memiliki pengetahuan lanjutan, terutama ketrampilan lanjutan dalam bentuk taktik, dan teknik dalam tingkat  kesatuan  kecil paskhas. Dengan demikian, para siswa akan mampu melaksanakan berbagai tugas serta mempraktekkan ilmu tersebut di kesatuan. “Untuk itu, saya berharap, belajar dan berlatihlah dengan sebaik-baiknya, galilah ilmu dengan sebanyak-banyaknya dengan tetap terus meningkatkan kemampuan dan prestasi akademik. Saya yakin, bila semua itu dilaksanakan maka para siswa dapat memberikan yang terbaik demi kemajuan TNI Angkatan Udara,” kata kadispers saat membacakan amanat Danlanud.

Danlanud pun menegaskan bahwa untuk memenuhi semua tuntutan itu diperlukan sumber daya manusia yang tercermin dari kinerja dan perilaku kerja yang kompeten, cepat, dan inovatif, serta dorongan yang kuat untuk belajar. Dengan tetap berpijak pada sapta marga, sumpah prajurit, dan delapan wajib TNI saya percaya, para siswa akan mampu dan tetap konsisten dalam menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sebagai pengawal Negara, “ kata kadispers mengakhiri sambutannya.

Keterangan gambar: Kadispers Lanud Sulaiman Letkol Adm Maman Sudirman, S.Sos  selaku Inspektur Upacara saat menyematkan tanda siswa kepada Pratu Tyan Jeffry (Kompi B Lanud Suryadarma, Kalijati) pada acara pembukaan pendidikan Susjurlata Paskhas (Kursus Kejuruan Lanjutan Tamtama Paskhas) Angkatan ke-30 Tyang dilaksanakan di lapangan ucapara staf II Lanud Sulaiman, Bandung. (8/2).

  ● Majalah Potret Indonesia  

Komandan Skadron Udara 31 Siap Dukung TMC

http://www.majalahpotretindonesia.com/images/--10hhh.jpgKOMANDAN Skadron Udara 31 Letkol Pnb Andrian Damanik  menegasakan Skadron Udara 31 sebagai pelaksana teknis dilapangan siap melaksanakan perintah Dari komando atas untuk membantu  pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) oleh BPPT bekerjasama dengan BNPB Jumat, 8/02 di Taxy Way Echo  Lanud Halim.

Sejak dicanangkan Posko Penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca pada akhir Januari lalu, hingga Hari ini Jumat  (8/2), Lanud Halim Perdanakusuma yang dikomandoi oleh Komandan Lanud Halim Marsma TNI A. Adang Supriyadi, SE; sebagai perpanjangan tangan Mabes TNI telah melaksanakan beberapa kali penerbangan.

Setiap pagi sebelum penerbangan dilaksanakan briefing untuk  perkiraan penentuan lokasi penaburan garam di daerah mana, koordinat berapa dan di ketinggian berapa dilanjutkan pelaksanaan  yaitu setiap hari dua sorti penerbangan berdasarkan perencanaan dari BPPT. Untuk redistribusikan curah hujan di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya kerjasama BPPT dan BNPB didukung oleh Pemerintah Kota DKI Jakarta, TNI dan BMKG.

Seperti yang diberitakan selama ini, sejak adanya surat pernyataan darurat bencana banjir yang dikeluarkan oleh Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Serta adanya permintaan bantuan penanggulangan banjir oleh Jokowi kepada BNPB. Maka BNPB menggandeng BPPT bersama TNI Angkatan Udara untuk menerapkan Teknologi Modifikasi Cuaca yang direncanakan sampai akhir Maret.

Menurut Komandan Skadron Udara 31 Letkol Pnb Andrian Damanik, TNI  tentu saja sangat mendukung kegiatan kemanusiaan ini dengan mempersiapkan pesawat Hercules C-130 yang memiliki daya angkut cukup besar untuk menyebarkan berton-ton garam dapur (Natrium Klorida) melalui udara yang hingga hari ini, Jumat hampir 68 ton garam dapur yang sudah ditabur.

Pada bagian lain Ketua Penanggungjawab Lapangan BPPT,  Dr Tri Handoko Seto, Msc , yang juga Kepala Bidang Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pembuatan Hujan BPPT menjelaskan bahwa “Realisasi TMC ini berubah-ubah tergantung kondisi cuacanya”. Ujarnya kepada media.

“Ada dua jenis teknik TMC yakni dengan teknik kompetisi dan teknik mempercepat hujan di daerah sebelum masuk di wilayah Jakarta atau mengurangi curah hujan yang jatuh di DKI”  tegasnya.

Lebih jauh dikatakan, Teknologi Modifikasi Cuaca  ini harus memiliki tiga unsur yakni, pesawat, bahan semai dan Flight Scientist. Disamping menggunakan pesawat, BPPT juga memiliki sistem Ground Base Generator yang terletak di daerah Puncak Jawa Barat.

Diharapkan Penduduk DKI Jakarta tetap waspada dengan turut serta dengan disiplin seperti membuang sampah pada tempatnya, namun juga harus optimis, sebab segala daya upaya telah dilakukan oleh pemerintah bersama  TNI dalam menanggulangi bencana banjir ini. Kesiap-siagaan Lanud Halim Perdanakusuma dengan Skadron Udara-nya patut dibanggakan.

Keterangan gambar: Komandan Skadron Udara 31 Letkol Pnb Andrian Damanik bersama Ketua Penanggungjawab Lapangan BPPT,  Dr Tri Handoko Seto, Msc  saat mengecek garam yang akan dimasukan ke pesawat untuk ditabur. (Foto: Pentak Lanud Halim P).

  ● Majalah Potret Indonesia  

Teroris Berupaya Pecah Persatuan TNI-Polri

http://static.republika.co.id/uploads/images/square/kepala-badan-nasional-penanggulangan-terorisme-bnpt-ansyaad-mbai-_110719161239-268.jpgPalu | Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai mengatakan, teroris berupaya memecah persatuan TNI-Polri agar kekuatan penegak hukum melemah.

Ansyaad Mbai usai penutupan latihan penumpasan terorisme di Palu, Sabtu, mengatakan teroris sempat menyatakan bahwa musuhnya hanya Polri atau Densus 88 Antiteror sementara TNI lebih baik menyingkir. "Teroris adalah musuh negara, tidak bisa dihadapi satu institusi saja," ujar Ansyaad.

Menurutnya, hal itu adalah taktik teroris dalam upayanya memecah kekuatan negara. Olehnya, dia berharap semua intitusi baik itu Polri, TNI dan pemerintah harus bersatu padu dalam memberantas terorisme di Tanah Air.

Selama satu pekan terakhir BNPT menggelar latihan gabungan penanggulangan terorisme di Kota Palu. Latihan tersebut diikuti ratusan prajurit TNI dan Polri guna meningkatkan koordinasi dan keterampilan pasukan.

Latihan itu berupa perang di lapangan terbuka, penjinakan bahan peledak, pembebasan sandera, penanganan korban, serta penanganan warga masyarakat yang mencoba melihat aksi penumpasan teroris.

Latihan dengan sandi 'Latin III' tersebut pertama kali dilakukan di luar Pulau Jawa. Sulawesi dinilai rawan aksi terorisme seperti di Kabupaten Poso dan Kota Makassar.

Ansyaad Mbai berharap dengan latihan tersebut pasukan bisa mendapat gambaran jelas berbagai hal tentang terorisme sekaligus mencari langkah penanganan terbaik.

  ● Republika  

Militer AS Dipusatkan ke Asia Pasifik dan Indonesia

 PACOM dibekali seperlima dari total kekuatan militer AS.


Panglima AS Kawasan Pasifik, Laksamana Samuel J. Locklear III
Dalam kunjungan pertamanya ke Jakarta sebagai Panglima Komando Militer AS di Kawasan Pasifik (PACOM), Laksamana Samuel J. Locklear III menegaskan bahwa posisi Indonesia dan negara-negara lainnya di Asia Pasifik kini makin strategis di tengah perubahan dinamika kekuatan global. Itulah sebabnya AS dalam beberapa tahun terakhir menitik beratkan kepentingan keamanannya di Asia Pasifik.

Dalam kunjungan selama tiga hari di Indonesia ini, Locklear tidak hanya menemui para petinggi keamanan dan militer setempat. Dia juga merasa perlu menemui para cendekiawan, mahasiswa hingga jurnalis dalam suatu acara di Jakarta, Jumat 8 Februari 2013, untuk menjelaskan pandangannya soal pergeseran fokus keamanan AS ke Asia Pasifik, yang pertama kali diumumkan Presiden Barack Obama pada November 2011.

Locklear menyebut pergeseran fokus itu sebagai "Perimbangan Kembali (Rebalance) Peran AS di Asia Pasifik." Dia menegaskan perimbangan yang dimaksud bukan bersifat konfrontatif atau untuk menyudutkan negara atau pihak tertentu. "Ini bukan hanya menyangkut militer tapi juga kebijakan, diplomasi, dan perdagangan... Perimbangan ini adalah suatu strategi kolaborasi dan kerjasama," kata Locklear.

Setelah mengakhiri perang di Irak dan Afganistan, AS menggeser fokus kepentingan keamanannya ke kawasan ini. Itulah sebabnya lebih dari setengah kekuatan militer laut AS kini ditugaskan beroperasi di kawasan yang terdiri dari beragam negara itu, termasuk Indonesia.

Maka itu, tidaklah heran bila kini Laksamana Locklear memimpin komando gabungan militer terbesar yang dimiliki AS. Wilayah operasi PACOM meliputi Asia Pasifik, Asia Timur, dan Asia Selatan.

PACOM dibekali seperlima dari total kekuatan militer AS dan akan memimpin 60 persen dari armada Angkatan Laut Amerika. Saat ini, armada militer AS di Pasifik diperkuat oleh lima kapal induk dengan kekuatan pendukung, yaitu 180 kapal, 1.500 pesawat, dan 100.000 personel militer aktif.

Locklear memaparkan betapa pentingnya Asia Pasifik bagi kepentingan keamanan negaranya. "Selama hampir setahun menjabat sebagai panglima, saya makin kagum atas beragamnya kompleksitas di kawasan ini, yang melingkupi lebih dari separuh permukaan Bumi dan lebih dari setengah jumlah populasinya. Kawasan ini punya keragaman yang luar biasa secara sosial, budaya, ekonomi, dan geopolitik," kata Locklear.

Dia pun memaparkan data yang cukup spesifik dalam menegaskan betapa banyak dan beragamnya kekuatan di Asia Pasifik saat ini dan itu menjadi perhatian utama AS. "Kawasan ini punya dua dari tiga ekonomi terbesar di dunia dan tujuh dari 10 negara terkecil di muka bumi," kata Locklear.

"Asia Pasifik juga punya negara yang berpenduduk paling banyak di dunia, dan juga negara demokratik terpadat, negara berpenduduk mayoritas Muslim terbanyak, dan republik terkecil," lanjutnya.

Locklear memaparkan bahwa dari segi bisnis dan perdagangan, Asia Pasifik juga sangat strategis. Kawasan ini "memiliki sembilan dari 10 pelabuhan terbesar di dunia, dan jalur-jalur laut paling sibuk yang menghasilkan lebih dari US$ 8 triliun dari arus perdagangan dua arah yang melibatkan setengah dari total kargo kontainer dunia dan 70 persen dari kapal-kapal pengangkut bahan energi melintasi lautan Pasifik setiap hari," kata Locklear.

Di sisi pertahanan dan keamanan, Asia Pasifik dianggap AS sebagai kawasan yang paling banyak diperlengkapi kekuatan militer. "Kawasan ini punya tujuh dari 10 kekuatan militer terbesar. Lalu, angkatan-angkatan laut terbesar dan paling mutakhir berada di Asia Pasifik."

Selain itu, tidak boleh diabaikan bahwa lima dari negara-negara kekuatan nuklir dunia berada di kawasan ini.

"Semua aspek itu, bila dikumpulkan, menghasilkan suatu kompleksitas strategis yang unik," kata Locklear, yang selama kunjungannya ke Jakarta menemui Panglima TNI, Menteri Pertahanan, dan para pejabat tinggi Indonesia lainnya.

"Jadi, kini ada sebanyak hampir 350 ribu personel militer AS yang berdinas dan tinggal di Asia Pasifik dan bersama mereka juga ada hampir 70 ribu anggota keluarga mereka... Saya tegaskan bahwa Amerika merupakan kekuatan Pasifik. Tidak hanya terletak di Pasifik, namun kami juga punya ikatan sejarah dan ekonomi dengan para negara tetangga sehingga mereka menyadari bahwa kita punya kepentingan yang signifikan sebagai sama-sama negara di Asia Pasifik," kata Locklear.

Locklear menyatakan tidak ambil pusing atas ancaman pengurangan anggaran militer, seperti yang diwanti-wanti oleh Menteri Pertahanan AS, Leon Panetta, baru-baru ini karena anggaran baru belum kunjung disetujui Kongres. Masalah ini, kata dia, tidak saja dialami oleh militer namun juga melanda pos-pos anggaran lainnya di tubuh pemerintah AS.

"Militer kami memang harus mengantisipasi perkembangan itu... Namun, kabar baiknya, Presiden Obama sebelumnya menyatakan bahwa Asia Pasifik menjadi prioritas bagi militer kami di masa depan. Tidak saja militer namun juga kerjasama di bidang-bidang lain. Jadi, saya perkirakan justru akan ada banyak interaksi di kawasan ini," kata Locklear.

 Soal China

Sebagai panglima PACOM, Locklear mengungkapkan sejumlah tantangan besar yang harus dihadapi negara-negara Asia Pasifik. Salah satunya adalah perubahan iklim, yang berdampak pada cuaca dan permukaan laut.

"Kondisi itu berpengaruh bagi keamanan masa depan banyak negara di kawasan ini sehingga kita harus paham bagaimana menghadapinya," katanya.

Ancaman-ancaman lain dari aktor non negara seperti organisasi ekstremis yang menggunakan kekerasan, organisasi teroris, perdagangan narkoba dan lain-lain, juga terus mendatangkan masalah.

Asia Pasifik pun kini masih dihadapkan pada konflik perbatasan dan kepemilikan wilayah. Akses dan kebebasan di wilayah laut dan dunia siber juga dilihat menjadi tantangan yang kian meningkat. Rawannya situasi di Semenanjung Korea pun masih jadi soal. Begitu pula dengan bangkitnya China dan India sebagai kekuatan ekonomi baru.

Selain itu, tidak seperti aliansi keamanan NATO di kawasan Amerika dan Eropa, tidak ada suatu mekanisme pemerintahan tunggal di Asia Pasifik yang menyediakan suatu kerangka bersama dalam menyelesaikan konflik. "Itulah sebabnya perimbangan kembali posisi AS menjadi penting bagi Asia Pasifik. Ini menjadi dasar bagi banyaknya peluang kerjasama AS dengan para negara mitra di kawasan," kata Locklear.

Dia juga meluruskan sikap AS atas berkembangnya pengaruh China di Asia Pasifik. Menurut dia, pola hubungan kedua negara itu tidak sedramatis seperti yang digambarkan media massa. AS, bagi Locklear, tidak melihat China sebagai ancaman walaupun saat ini sedang bersitegang dengan negara-negara sekutu AS, seperti Jepang dan Filipina, menyangkut masalah teritori.

Locklear tidak setuju dengan anggapan yang beredar saat ini bahwa AS tengah berupaya "mengurung China untuk membendung pengaruhnya di kawasan". Strategi yang diterapkan Washington, menurut Locklear, adalah justru terus berupaya melibatkan negara komunis itu untuk ikut bertanggung jawab menjaga stabilitas keamanan di Asia Pasifik.

"Kami mengupayakan hubungan yang bertahan lama dengan China, termasuk hubungan militer ke militer. Kami berharap bisa mengesampingkan perbedaan-perbedaan pandangan yang ada dan fokus dalam hubungan yang sama-sama memberi manfaat bersama, seperti memerangi perompakan dan terorisme, melindungi jalur komunikasi laut, kerjasama bantuan kemanusian dan penanggulangan bencana," kata Locklear.

 Peran Indonesia


USS Freedom Akan Standby di Singapura
Sebelum datang ke Jakarta, dalam wawancara singkat melalui telepon dengan VIVAnews, Laksamana Locklear menjelaskan bahwa Indonesia termasuk mitra utama bagi AS dalam menjaga stabilitas di Asia Pasifik. Itulah sebabnya dalam kunjungan ke Jakarta, dia juga menegaskan perlunya pengembangan dan penguatan kerjasama keamanan antara AS dan Indonesia.

Salah satu yang jadi prioritas kedua negara adalah kerjasama keamanan maritim. "Ini merupakan salah satu elemen yang penting bagi kedua negara, mengingat Indonesia berada di persimpangan dua lautan besar dan juga di salah satu jalur distribusi yang paling penting di dunia. "Kepemimpinan negara Anda di wilayah ini dan begitu juga dukungan kami atas kepemimpinan negara Anda di kawasan ini akan menjadi kunci untuk bergerak maju," kata Locklear.

Banyak yang telah direncanakan pemerintah kedua negara untuk memperkuat kerjasama itu. "Begitu pula akan banyak latihan bersama dan juga latihan di tingkat multilateral yang makin meningkat," kata Locklear.

Dalam kunjungannya di Jakarta, dia mengatakan bahwa kerjasama antarmiliter kedua negara, terutama sejak 2005, juga semakin erat. "Ini juga termasuk pada kerjasama yang dijalin angkatan laut dari kedua negara. Mengingat letak Indonesia sebagai negara kepulauan di persimpangan yang strategis, kami berharap berbagai kerjasama, seperti berbagi informasi soal situasi keamanan di laut, bisa terus dikembangkan," kata Locklear, yang menjadi Panglima PACOM sejak Maret 2012.

Dalam suatu diskusi beberapa hari sebelum kunjungan Locklear, seorang perwira menengah TNI Angkatan Laut mengungkapkan bahwa Indonesia memegang posisi yang sangat penting bagi banyak negara besar, termasuk AS. "Wilayah kita ibarat pusat gravitasi keamanan maritim. Itulah sebabnya banyak negara yang ingin meningkatkan kerjasama yang lebih baik dengan Indonesia," kata Kolonel Laut Judijanto, perwira dari Sekolah Staf dan Komando TNI Angkatan Laut (Seskoal).

Kepala Pusat Olah Yudha (War Game Centre) di Seskoal itu mengingatkan Amerika Serikat telah menjalin kemitraan strategis dengan Indonesia, termasuk meliputi sektor keamanan maritim. Beberapa negara lain juga menjalin kemitraan serupa, seperti China, Korea Selatan, dan Jepang. "Bahkan Uni Eropa pun ingin menjalin kerjasama dengan kita. Begitu pula Inggris," kata Judijanto.

Dia pun menunjukkan betapa pentingnya perairan-perairan Indonesia bagi perdagangan dan pelayaran internasional. "Setiap tahun, 63 ribu kapal melintas Selat Malaka; 3.500 di Selat Sunda, dan 3.900 di Selat Lombok."

Di Selat Malaka, tonase kapal-kapal dagang yang melintas setiap tahun mencapai 525 juta ton dengan nilai US$ 390 miliar, di Selat Sunda sebanyak 15 juta ton dengan nilai total US$ 5 miliar, sedangkan di Selat Lombok sebanyak 140 juta ton senilai US$ 40 miliar.

Presentasi Judijanto itu mendukung penilaian Duta Besar David Merrill--diplomat veteran yang kini memimpin lembaga persahabatan AS-Indonesia, Usindo, yang menjadi penyelenggara diskusi--yang sebelumnya memaparkan bahwa Indonesia memiliki tiga selat kunci bagi perdagangan dan pelayaran global, yaitu Malaka, Sunda, dan Lombok.

"Itulah yang membuat Indonesia punya peran esensial dalam mempertahankan keamanan maritim di Asia Pasifik, begitu pula dengan perdagangan dan pelayaran global," kata Merrill.(kd)

  Vivanews  

☆ Memoar Ventje H.N. Sumual (9)

Artikel dikutip sebagian teknis militer berserta sejarahnya dari Buku Memoar Ventje H.N. Sumual.
Suntingan Sdr. Edi Lapian, Frieke Ruata dan BE Matindas. - Terbitan Bina Insani Jakarta 2009.

Kuda Troya Ke Presiden Soekarno, Kuda Troya Ke Daerah Bergolak

Pimpinan TNI-AD merasa bangga SSKAD telah tumbuh sebagai pusat studi yang bernilai tinggi dan berhasil. Pencapaian SSKAD itu tentunya tidak terlepas dari keseriusan para penyelenggaranya sejak awal. Sejak dari tahap penerimaan siswa, seleksi secara ketet sudah diterapkan, dan diupayakan seobyektif mungkin. Tidak semua yang mendaftar bisa lolos, meskipun sudah senior dan berpangkat tinggi. Begitu juga dalam proses penggemblengan, para pengajar betul-betul instruktur pilihan dan jempolan, bukan karena faktor jabatan saja. Demikian pula ditahap akhir, tidak semua peserta yang ikut lulus, biarpun pesertanya dalam satu-satu angkatan hanya sedikit. Angkatan saya selesai sekitar bulan September 1953. Acara penamatan dihadiri KSAD Mayjen Bambang Sugeng di Bandung.

Kepala Litbang Infanteri & Sekertaris Kelompok Bandung

Selesai SSKAD saya ditempatkan di Inspektorat Infanteri AD di Bandung, dengan pangkat sudah naik Letnan Kolonel – masa itu masih biasa disebut Overste. Saya menjabat Kepala Seksi 1 membidangi Penelitian dan Pengembangan. Teman-teman bilang, Inspektur Infanteri Kolonel Sukanda Bratamanggala sendiri yang sejak jauh-jauh hari sudah “memesan” agar saya setelah selesai akan dia pakai.

Di Bandung saya sangat menikmati pekerjaan saya ini, sebagai peneliti dan perencana strategis untuk pengembangan Infanteri. Dalam keadaan ini, saya teringat Alm. Adolf Lembong yang bersama-sama saya dulu membangun Pusat Pendidikan AD. Sayang kepintaran dan keintelektualannya tidak lama terpakai di TNI beliau keburu gugur oleh peristiwa APRA.

Mengangkat Kesatuan Komando Siliwangi Jadi Andalan TNI

Sewaktu baru berdinas di Inspektorat Infanteri, dalam sebuah pertemuan dengan Panglima Siliwangi, Kolonel AE. Kawilarang di Bandung, ia bercerita tentang pasukan istimewa yang yang ia dirikan. Katanya, pelatihan pasukan baru itu mencapai hasil yang sangat baik. Saya diajak untuk melihat langsung di Batujajar. Sebetulnya, saya sudah mendengar tentang pasukan yang dinamai Kesatuan Komando TT-III atau Kesko Siliwangi itu. Beberapa pelatihnya juga dari kami, orang-orang Pusat Infanteri di Cimahi. Kesko Siliwangi dengan cepat sudah menjadi buah bibir karena kabarnya mereka memang luar biasa. Juga sudah dibuktikan dalam beberapa kali operasi penumpasan gerombolan DI/TII di Jawa Barat. Pasukan Komando itu memang sepenuhnya ide Bung Lex. Sewaktu memegang Sumatera Utara pun dia pernah buat pasukan serupa, tapi belum maju seperti sekarang ini.
“Jalan-jalanlah ke Batujajar, Ven..lihat sendiri,” kata Bung Lex sampai beberapa kali.

Waktu saya datang ke Batujajar, melihat dari dekat latihan mereka, saya terkagum-kagum luar biasa. Sungguh lebih dari apa yang saya bayangkan sebelumnya. Mereka begitu tangkas, bergerak amat cepat dalam formasi-formasi yang sangat tersusun dan terlatih. Sehingga saya jadi berpikir “lain”. Ini toh bidang dinas saya, sebagai kepala bidang pengembangan, menyangkut pendidikan latihan personil TNI-AD. Maka spontan saya bilang,

“Bagaimana kalau ini saya ambil?” Artinya, bukan hanya dalam jajaran Siliwangi saja tetapi Pasukan Komando ini menjadi milik AD, menjadi milik nasional.

Tak disangka-sangka, Bung Lex langsung menjawab,
“Ya! Silahkan Ven.”

Padahal saya bicara tadi hanya spontanitas saking kagumnya. Saya pun tidak merasa bersalah untuk bicara spontan seperti itu, karena hubungan saya dengan Kawilarang sudah sedemikian rupa akrabnya, seolah-olah sudah tidak ada lagi hubungan hirarki kedinasan.

Ternyata sejak awalnya Kawilarang memang mengidamkan pasukan elit yang ia rintis menjadi besar. Menjadi 1 Resimen. Maka dia berharap, dengan diangkatnya pasukan komando ini menjadi berskala nation wide, langsung dibawah MBAD, akan lebih cepat menjadi besar. Sebagai seorang pejuang, ia sangat senang kalau keseluruhan TNI menjadi kuat.

Proses ini dengan cepat saya urus ke Pak Sukanda, saya presentasikan rencana saya ini ke SUAD. KSAD Mayjen Bambang Sugeng sangat mendukung, langsung buat surat resmi untuk Panglima Siliwangi. Kemudian, Kesko Siliwangi segera berubah nama menjadi Kesatuan Komando Angkatan Darat (KKAD), tapi markasnya tetap di Batujajar. Tugas saya selanjutnya ialah mempromosikan KKAD ke daerah-daerah untuk mendapatkan calon-calon prajurit komando yang terbaik, karena segera akan dimekarkan menjadi 1 Resimen.

Saya berkeliling semua Teritorium. Dari TT-I Bukit barisan hingga TT-VII Wirabuana Indonesia Timur. Saya promosikan, saya tekankan setiap Panglima TT harus mendukung, saya jelaskan syarat-syaratnya untuk jadi anggota pasukan komando ini. Untuk tujuan promosi, saya selalu memutar film dokumentari berisi kegiatan latihan dan simulasi operasi pasukan yang sudah ada di Batujajar. Saya kemana-mana bersama Kapten Supardjo Rustam yang meneteng peralatan film dokumentari kami. (Letjen Supardjo Rustam, mantan ajudan Pangsar Sudirman pada masa clash fisik, pernah menjabat Menteri Dalam Negeri RI 1983-1988) 

Ajudan Presiden Dengan Misi Istimewa

Sejak bulan-bulan akhir 1955 sangat kentara Presiden Soekarno sudah mulai condong kekiri. Makin lama kecondongan Soekarno makin ekstrim dengan merangkul PKI masuk kedalam pemerintahan. Satu lagi bom waktu yang siap meledak. Bagi kebanyakan pimpinan TNI, PKI memang sudah secara apriori dipandang sebagai bahaya besar. Karena pengalaman, PKI nyata-nyata menikam teman seperjuangan pada Pemberokan PKI Madiun 1948. Didahului dengan program pemerintah yang dikendalikan PKI, berupa Pendidikan Politik Tentara (Pepolit) yang menjadi pangkal terpecah-belahnya tentara.

Melihat gelagat Soekarno yang seperti ini, kami yang sudah tergabung dalam Kelompok Bandung menyimpulkannya sebagai ancaman serius bagi bangsa dan negara. Dalam setiap pertemuan, Kolonel Sukanda Bratamanggala, Kolonel Askari, Kolonel Suryosurarso, Kolonel GPH. Djatikusumo, dan saya, sepak terjang politik Soekarno selalu menjadi topik utama kami.

Akhirnya Kelompok Bandung menyimpulkan solusi : menempatkan saya untuk mengendalikan Soekarno dari “dalam”. Menjadi orang yang harus dekat secara pribadi sehari-hari, inner-link. Menjadi Ajudan Presiden Soekarno.

“Ventje sudah yang paling cocok untuk misi kita ini,” kata Pak Sukanda pada saat kami sedang berdua di kantor, maksud kata-katanya adalah untuk menguatkan saya.

Dijelaskan pula, tugas khusus ini hanya bisa dijalankan oleh orang-orang yang teguh, tidak gampang hanyut oleh retorika-retorika Soekarno, serta mengerti soal ide-ide politik. Saya diharapkan berfungsi mirip Kuda Troya. Bisa masuk kedalam lingkaran dalam pihak lawan, karena tidak dilihat sebagai ancaman.

Usul Kelompok Bandung segera ditersukan ke MBAD, dan KSAD Nasution langsung menyetujuinya. Kami mendengar Presiden Soekarno juga sangat antusias menyetujui pengalihan saya menjadi Ajudan Presiden, dan ketika ternyata tidak terealisasi, saya tidak pernah tahu apa sebabnya. 

Sudah Lulus ke Fort Leavenworth USA, Tapi........ 

Dalam bulan-bulan awal 1956, berlangsung seleksi perwira-perwira yang hendak tugas belajar ke AS, untuk masuk ke Command and General Staff College di Leavenworth, Kansas. Saya juga ikut seleksi. Setelah melalui seleksi yang sangat ketat di adimistrasi dan syarat-syarat dasar, tersaring 50-an perwira, selanjutnya ke 50-an orang calon ini harus mengikuti ujian seleksi di Jakarta, hanya 1 orang yang akan terpilih.

Ujian terdiri dari 2 tahapan. Ujian lisan dan ujian dalam bentuk tanya-jawab lisan. Tahap akhir ujian lisan ini dihadapan tim penguji, KSAD Nasution, didampingi anggota tim penguji, Mokoginta, Rachmat Kartakusumah dan Cakradipura. Boleh dibilang pada masa ini, mereka berempatlah yang dipandang sebagai intelektual di jajaran TNI-AD.

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Mokoginta saya jawab, dia langsung puas. Apalagi Cakradipura, dia pengajar saya di SSKAD, dan dia tahu bagaimana saya dalam penguasaan teori. Selanjutnya Kartakusumah mengajukan topik yang masih asing bagi umunya perwira kita. Tapi karena saya seorang kutu buku, dan sudah cukup akrab dengan literaturnya, saya bisa juga menjawabnya, dan dia tersenyum puas.

Tiba giliran Nasution, jadi sangat panjang. Karena bukan lagi sesi tanya jawab, tapi lebih kearah diskusi antara kami berdua. Nasution tidak lagi menggunakan menit-menit yang berlaku sebagai ujian, melainkan diskusi yang ia sendiri menikmatinya. Nasution memfokus diskusi kepada menajemen organisasi militer angkatan darat, dan justru topik itu yang sudah beberapa bulan kebelakangan ini, saya yang justru memberi masukan kepadanya di MBAD, karena memang sudah tugas saya. Ia juga membuka topik standardisasi, diskusi menjadi semakin seru. Hampir 1 jam kami berdiskusi, penguji yang lain Cuma bertindak sebagai penonton. Beberapa hari kemudian, Mokoginta bilang ke saya, “Selamat ya Tje, kamu yang terpilih”.

Terpilihnya saya dengan nilai terbaik itu mengagetkan banyak orang. Karena umumnya mereka sudah memastikan bahwa yang akan keluar sebagai juara ialah Mayor WP. Nainggolan, yang merupakan perwira dari Sumatera Utara yang cerdas luar biasa!. Kecerdasannya sudah diakui oleh banyak pimpinan AD.

Saya sangat gembira. Lalu saya mulai siap-siap untuk berangkat ke AS. Tapi......! Kemudian terjadi perubahan besar. Saya tidak jadi berangkat, melainkan diarahkan ke Makassar. Ya, ini hal “besar” dalam segala segi bagi saya. Segi positif maupun negatif. Sebagai prajurit, saya tetap menerima tugas tersebut. Saya berangkat ke Makassar untuk menjadi Panglima Indonesia Timur, dengan lebih dulu menjabat sebagai Kepala Staf untuk beberapa hari.

Saat sedang persiapan meninggalkan pekerjaan di Inspektorat Infanteri, suatu hari saya bertemu dengan Achmad Tirtosudiro. Dengan gembira ia mengatakan terima kasih ke saya. Katanya, karena saya batal ke Fort Keavenworth maka dia yang mendapat kesempatan pergi. Saya sempat bingung, tidak mengerti.

Ternyata, setelah melihat hasil ujian dimana Boyke Nainggolan tidak terpilih, MBAD menganggap itu adalah sesuatu yang sangat disayangkan, sayang kalau perwira secerdas Boyke tidak dikembangkan optimal. MBAD mengajukan permohonan ke Fort Keavenworth agar menambah ‘quota’ untuk Indonesia. US Embassy di Jakarta juga di-approach, agar ikut memperjuangkan ke pemerintahannya. Akhirnya berhasil. Yang akan berangkat, saya dan Nainggolan, peringkat 1 dan 2. Lalu karena saya batal, peringkat ke-3 naik, yaitu Achmad Tirtosudiro. Itulah mengapa dia datang berterima kasih kepada saya.

(Mayor W.P Boyke Nainggolan kemudian hari turut serta dengan kami dalam PRRI/Permesta, dan gugur tertembak oleh Tentara Pusat).

Bersambung ...

● Diposkan Erwin Parikesit (kaskuser)

Dunia Perbatasan di Mata Kostrad

Noor Huda Ismail
Direktur Eksekutif The Institute for International Peace Building.

Ketika membaca buku Ancaman Di Batas Negeri: Kostrad di Perbatasan Entikong (Indonesia-Malaysia), apresiasi patut diberikan kepada sang penulis, Maria Dominique. Dalam setiap penulisan buku, tentunya ada kisah dan perjuangan dibaliknya, namun apa yang dialami oleh Maria menurut saya sungguh luar biasa. Seorang wanita mampu menaklukkan rimba Kalimantan yang tergolong lebat dan jarang terjamah. Sebuah situasi yang sudah biasa dihadapi oleh anggota satuan militer Kostrad, seperti yang diceritakannya. 

Dalam membuat buku setebal 100 lembar ini, Maria tidak berada di ruang berpendingin udara lalu mewawancarai anggota Satgas Pamtas Yonif Linud 305 Kujang I, atau yang dikenal juga dengan sebutan Batalyon Tengkorak, tentang pengalaman mereka menjaga perbatasan. Alih-alih duduk santai sambil berbincang soal perbatasan negara, dia justru ikut terjun langsung bersama pasukan tersebut, menguntit keseharian salah satu pasukan tertua di satuan TNI Angkatan Darat itu. Surat ijin keberangkatannya pun diserahkan langsung oleh Kapen Kostrad, LetKol Kav Albiner Sitompul, yang langsung membuatnya tergetar sekaligus bangga.

Tidak banyak orang yang sanggup dan mau melalui tantangan seperti yang dihadapi oleh penerima juara II Wartawan Gaya Hidup terbaik versi Guiness Beer tahun 2009 itu. Perlu determinasi yang kuat untuk melintasi medan hutan Kalimantan. “Rambo pun nggak bakal kuat hidup di rimba Borneo!”, tulis Maria dalam bukunya. Namun, demi mewujudkan mimpinya untuk menyambangi pos-pos perbatasan tempat satuan Kostrad bertugas, dia memantapkan diri untuk tetap berangkat. Hasilnya, cerita-cerita seru di perbatasan serta ironi-ironi khas yang muncul di sekitar garis batas Indonesia dan Malaysia itu dapat dirangkum dalam buku ini, sebagai bentuk pelajaran untuk membuka mata pemuda dan pemudi Indonesia agar lebih mengenal wilayahnya dan perjuangan para tentara dalam mempertahankannya.

Rasanya saya bersepakat dengan tujuan Maria itu. Saat ini pamor TNI memang cenderung buram dan kurang cemerlang, terlebih lagi pada masa-masa setelah reformasi. Keran demokrasi yang semakin dibuka lebar justru membenamkan pengetahuan masyarakat terhadap kiprah positif TNI, bahkan persepsi yang terbentuk pun tidak sepenuhnya baik. Citra buruk sempat tersemat di tubuh TNI. Oleh karena itu, upaya Maria untuk mengenalkan kembali TNI kepada kaum muda melalui kiprah mereka menjaga perbatasan, patut diacungi jempol. 'Tak kenal maka tak sayang. Bagaimana mau sayang, bila tidak mengenal Kostrad?” tulisnya.

Buku ini didesain dengan gaya majalah agar bisa lebih diterima oleh anak muda ini berisi kisah-kisah heroik Batalyon Tengkorak di Entikong, teras terdepan Indonesia terhadap tetangganya Malaysia. Kemudian banyaknya foto-foto pendukung dari kisah-kisah menarik yang dia gali dari pengalaman satuan tersebut menambah daya tarik dari buku bercover merah itu. Foto memberikan visualisasi nyata sehingga pembaca tidak hanya dibawa dalam sebuah gambaran imajiner tentang perbatasan dan sepak terjang Batalyon Tengkorak, tetapi mereka bisa membayangkan kondisi nyata yang terjadi. Selain itu, sebagai obat kebosanan (penyakit yang sering muncul saat membaca buku), diselipkan humor-humor dari pengalaman pribadi anggota satuan yang darma baktinya dimulai sejak tahun 1945 itu. Trik ini bermanfaat untuk sekedar mengulas senyum dari pembaca setelah dihadapkan pada kenyataan yang ironis terhadap perbatasan Indonesia.

Terkait Kostrad yang menjadi tokoh di buku, ternyata sepak terjang mereka juga patut diapresiasi. Selain harus mampu menghadapi medan berat hutan Kalimantan setiap harinya, mereka juga berhasil menggagalkan tindak-tindak kriminal di perbatasan. Berjalan kaki selama 9 jam melewati tebing curam dengan kemiringan 90 derajat, lalu memanggul perahu selama berjam-jam melewati sungai dangkal untuk mencapai pos-pos penjagaan sudah menjadi bagian dari tugas mereka. Hal yang sama juga harus mereka lalui saat mengontrol patok-patok batas negera yang kondisinya sangat memprihatinkan.

Kisah heroik lainnya adalah keberhasilan Batalyon Tengkorak itu membongkar kasus penyelendupuan. Mulai dari kayu, minuman keras, tas wanita, hingga paku seberat 450 kg. Selain itu, perahu-perahu nakal milik Malaysia yang mondar-mandir melanggar batas negara pun tidak luput dari penjagaan mereka. Menghadapi para penyelundup dan pelanggar wilayah batas negara dari kisah yang diceritakan Maria dalam bukunya memang harus memiliki jiwa nasionalisme dan pengabdian yang tinggi, sebab praktek suap sering terjadi. Salah satunya seperti yang dialami oleh Danpos Kompi D Satgas Pamtas Yonif Linud 305 Kostrad, Letda Inf M A Maulana. Uang ratusan juta yang dikemas rapi dalam koper sebagai uang pelicin untuk melepaskan buldozer milik Malaysia ditolaknya mentah-mentah. Sebelumnya, alat berat tersebut kedapatan mendorong 200 batang kayu di wilayah Indonesia.

Tantangan dan kontribusi Kostrad di perbatasan ini memang menarik untuk diikuti. Selain sebagai pembangkit rasa nasionalisme pembaca terhadap perbatasan Indonesia dan Malaysia, tetapi juga untuk menumbuhkan apresiasi terhadap tugas berat yang diemban oleh salah satu satuan TNI itu. Sebab dalam buku ini, Maria begitu detail menggambarkan beratnya medan Kalimantan, sehingga seolah membawa pembaca untuk ikut merasakan peluh dan keringat para tentara dalam menjalankan tugasnya. Ramuan menarik dari cerita yang disuguhkan Maria diharapkan mampu mendorong pemuda untuk lebih mencintai bangsanya.

  ● Jurnas  

Indonesia Bantu CIA Bukan Kabar Baru

Sidney Jones: Indonesia Bantu CIA Bukan Kabar Baru
Terdakwa kasus terorisme, Umar Patek
Jakarta | Pengamat terorisme asal Amerika Serikat, Sidney Jones, mengatakan hasil studi Open Society Foundation (OSF) tentang keterlibatan Indonesia dalam program rahasia dinas rahasia Amerika Serikat, CIA, paska serangan teroris 11 September 2001, bukan kabar baru.

"Ini bukan berita baru. Ada banyak wartawan Amerika menulis penangkapan Umar Al-Faruq oleh intel Indonesia pada 2002 dan 2003 lalu, termasuk New York Times," ujarnya kepada Tempo, Kamis, 7 Februari 2013. "Tentu itu hasil kerja sama Indonesia dengan CIA," dia menambahkan.

Hasil studi berjudul "Globalizing Torture: CIA Extraordinary Rendition and Secret Detention" yang dirilis Selasa, 5 Februari, menyoroti program rendition (pemindahan seseorang ke negara lain tanpa melalui proses hukum) menyebut peran Indonesia dalam operasi perburuan tersangka teroris. Setidaknya ada tiga orang yang ditangkap Intelijen Indonesia yang terkait dengan program itu: Muhammad Saad Iqbal Madni, Nasir Salim Ali Qaru, dan Omar al-Faruq.

Madni ditangkap intelijen Indonesia di Jakarta, berdasarkan permintaan CIA. Ia lantas ditransfer ke Mesir. Nasir ditangkap di Indonesia tahun 2003 dan ditahan di sini sebelum ditransfer ke Yordania. Nasir selanjutnya dipindahkan ke fasilitas CIA di lokasi yang tidak diketahui sebelum akhirnya dipindahkan ke Yaman, Mei 2005.

Sedangkan Faruq ditangkap di Bogor tahun 2002 sebelum ditahan di penjara rahasia CIA. Dia ditahan di Bagram, Afganistan, tapi melarikan diri, Juli 2005. Faruq mati ditembak pasukan Inggris di Basra, Irak, tahun 2006.

Meski mengetahui soal penangkapan tiga teroris itu, Sidney tak tau banyak tentang dua sosok teroris, Muhammad Saad Iqbal Madni, Nasir Salim Ali Qaru. Tapi soal Al Faruq, menurutnya pria itu pernah melatih kelompok teroris di Ambon dan Poso sekitar tahun 2000-2001. "Sebelum tertangkap Al Faruq juga pernah menikahi Mira Agustina, anak tokoh di Ambon," kata dia.

 Indonesia Disebut Terlibat Program Rahasia CIA

New York | Open Society Foundation (OSF), Selasa, 5 Februari 2013, meluncurkan hasil studi berjudul "Globalizing Torture: CIA Extraordinary Rendition and Secret Detention". Studi ini menyoroti program rendition (pemindahan seseorang ke negara lain tanpa melalui proses hukum) dan penahanan rahasia yang dilakukan dinas rahasia Amerika Serikat, CIA, paska serangan teroris 11 September 2001 ke negara itu. Partner CIA dalam program rahasia ini 54 negara, termasuk Indonesia.

Negara-negara partner CIA itu berpartisipasi dalam operasi perburuan tersangka teroris ini dengan berbagai cara: ada yang menyediakan penjara di wilayah mereka;  membantu penangkapan dan pemindahan tahanan; menyediakan wilayah udara domestik dan bandaranya untuk penerbangan rahasia yang mengangkut tahanan; menyediakan informasi intelijen yang mengarah ke penahanannya. Di tahanan, mereka diperlakukan dengan aneka penyiksaan.

Partisipasi masing-masing negara dalam program ini berbagai macam. Polandia dan Lithuania mengizinkan CIA menjalankan penjara rahasia di negara mereka. Sejumlah negara Timur Tengah, Asia, dan Eropa, membantu dengan menyerahkan tahanan kepada CIA. Beberapa di antaranya melakukan penangkapan atas nama CIA. Negara-negara di Timur Tengah menginterogasi tahanan atas nama CIA, seperti yang dilakukan Yordania. Sedangkan Yunani dan Spanyol menyediakan bandaranya untuk memindahkan tahanan secara rahasia.

Inilah negara yang menjadi partner CIA dalam program rahasia tersebut: Afganistan, Albania, Aljazair, Australia, Austria, Azerbaijan, Belgia, Bosnia-Herzegovina, Kanada, Kroasia, Cyprus, Republik Ceko, Denmark, Djibouti, Mesir, Ethiopia, Finlandia, Gambia, Georgia, Jerman, Yunani, Hongkong, Islandia, Indonesia, Iran, Irlandia, Yordania, Kenya, Libya, Lithuania, Macedonia, Malawi, Malaysia, Mauritania, Moroko, Pakistan, Polandia, Portugal, Romania, Arab Saudi, Somalia, Afrika Selatan, Spanyol, Sri Lanka, Swedia, Suriah, Thailand, Turki, Uni Emirat Arab, Inggris, Uzbekistan, Yaman, dan Zimbabwe.

Apa peran Indonesia dalam program rahasia itu? Studi itu menyebutkan, setidaknya ada 3 orang yang ditangkap Intelijen Indonesia yang terkait dengan program itu: Muhammad Saad Iqbal Madni, Nasir Salim Ali Qaru, dan Omar al-Faruq. Madni ditangkap intelijen Indonesia di Jakarta, berdasarkan permintaan CIA. Ia lantas ditransfer ke Mesir. Nasir ditangkap di Indonesia tahun 2003 dan ditahan di sini sebelum ditransfer ke Yordania. Nasir selanjutnya dipindahkan ke fasilitas CIA di lokasi yang tidak diketahui sebelum akhirnya dipindahkan ke Yaman, Mei 2005. Sedangkan Faruq ditangkap di Bogor tahun 2002 sebelum ditahan di penjara rahasia CIA. Dia ditahan di Bagram, Afganistan, tapi melarikan diri, Juli 2005. Faruq mati ditembak pasukan Inggris di Basra, Irak, tahun 2006.

Dalam studi itu OSF itu disebutkan, setidaknya ada 136 orang yang dilaporkan menjadi korban operasi ini. Jumlah sebenarnya bisa jadi lebih banyak, tapi tak akan diketahui secara pasti sampai Amerika Serikat dan para mitranya membuka informasi soal ini kepada umum. Studi ini fokus pada tahanan rahasia CIA, tidak termasuk tahanan yang berada di Penjara Guantanamo, Kuba.

Laporan itu juga menuntut adanya pertanggungjawaban, baik dari Amerika Serikat maupun negara-negara yang membantunya itu. "Dengan terlibat dalam penyiksaan dan pelanggaran lain yang terkait dengan penahanan rahasia dan pemindahan tahanan tanpa proses hukum, pemerintah AS melanggar hukum domestik dan internasional, sehingga mengurangi hak moral dan mengikis dukungan untuk memerangi teroris di seluruh dunia," kata laporan OSF itu.

Studi itu menambahkan, negara-negara lain yang berpartisipasi dalam program itu juga harus ikut bertanggung jawab. Hingga kini, hanya Kanada yang telah meminta maaf atas perannya, sementara tiga negara lainnya -Australia, Inggris, dan Swedia- juga telah menawarkan kompensasi kepada individu yang menjadi korban operasi itu.

Presiden Barack Obama sudah memerintahkan untuk mengakhiri penggunaan interogasi yang keras ketika ia mulai berkantor di Gedung Putih, 2009 lalu. Tetapi OSF mengkritiknya karena masih mengizinkan adanya pemindahan tahanan tanpa proses hukum jika negara-negara tujuan itu berjanji untuk memperlakukan tahanan secara manusiawi.

CIA menolak mengomentari laporan tersebut. Direktur CIA 2006-2009 Michael Vincent Hayden, berbicara dalam pertemuan kelompok pemikir di Amerika Serikat bulan lalu, mengingat kembali apa yang ia sampaikan kepada duta besar Eropa tahun 2007. "Kami berperang dengan Al-Qaeda dan afiliasinya. Perang ini dalam lingkup global dan tanggung jawab moral dan hukum saya adalah memerangi mereka di manapun mereka berada."

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, Michael Tene, belum bisa dimintai konfirmasi. Michael, yang sedang berada di Kairo, Mesir, tak bisa dihubungi.(T)

CHANNEL NEWS ASIA | WASHINGTON POST | NATALIA SANTI | ABDUL MANAN

  ● Tempo  

Jumat, 08 Februari 2013

Penantian Menyongsong Sang Elang Emas

T-50i pesanan Indonesia (Foto Korea aero)

Perjalanan panjang dalam menentukan pesawat pengganti Hawk Mk-53 yang sudah memasuki masa pensiun bagi TNI AU sendiri merupakan masa yang sangat melelahkan. Betapa tidak, apabila untuk urusan pesawat tempur dan pencegat keputusannya relative lebih cepat difinalisasi, tidak demikian halnya bagi kandidat pesawat latih lanjut TNI AU. Hal ini juga memberikan suatu tekanan psikologis bagi para penerbang maupun awak teknisi Skadron Udara 15, karena praktis mereka harus menunggu kepastian pengganti Hawk Mk-53 yang secara kesiapan sudah menurun dan kondisinya dibawah standar. Dari delapan unit yang ada hanya 2 unit yang laik terbang. Padahal di pundak Skadron Udara 15 terletak beban untuk mencetak para pilot pesawat tempur TNI AU. Dampak dari embargo suku cadang oleh Inggris dan juga utilisasi pesawat yang sangat tinggi merupakan salah satu faktor penyebabnya.

http://arc.web.id/images/stories/mk53%20copy.jpgEmbargo yang diberlakukan kepada Indonesia dengan alasan kejahatan kemanusiaan di Timor Timur paska referendum pada tahun 1999 oleh Amerika dan sekutunya, tak terkecuali Inggris sebagai sekutu utama Amerika dan sebagai produsen pesawat Hawk Mk-53 dan Hawk 109/200, memiliki andil utama dalam menurunnya kesiapan dan kesiagaan asset udara TNI AU. Bagi TNI AU dampak yang dirasakan langsung adalah embargo terhadap suku cadang seluruh pesawat tempur buatan BAe Inggris ini. Sementara disisi lain pesawat hawk Mk-53 sebagai pesawat advanced jet trainer bagi para calon penerbang tempur TNI AU tetap dituntut agar terus mampu mencetak penerbang-penerbang tempur handal, memiliki skill yang tinggi dan ketrampilan yang terlatih dengan kesiapan terbang yang tinggi bagi para penerbangnya, meskipun dengan jumlah pesawat yang minim. Selain itu diharapkan regenerasi para penerbang tempur tetap dapat berjalan dengan baik. Tuntutan profesionalisme dengan modal dan sarana pendukung yang serba terbatas pada waktu itu merupakan masa-masa sulit bagi TNI AU.

Akan tetapi dimasa sulit tersebut cobaan demi cobaan terus mendera silih berganti, satu persatu paska embargo terjadi sejumlah incident ataupun accident. Beberapa pesawat yang dioperasikan TNI AU jatuh ketika melaksanakan tugas rutin maupun latihan, seolah-olah menunjukan bahwa sehebat apapun pesawat yang kita miliki tidak akan bisa berbuat apa-apa tanpa adanya perawatan yang memadai dan pasokan suku cadang yang lengkap dari produsen pesawat. Meskipun dalam beberapa insiden kecelakaan tidak seluruhnya akibat dari kesalahan atau masalah teknis pesawat itu sendiri, namun demikian secara moril sebagai manusia biasa tentunya ada rasa cemas ketika terbang dengan pesawat yang memiliki keterbatasan baik dalam segi perawatan rutin maupun suku cadang. Pasca embargo tahun 1999 insiden diawali dengan jatuhnya pesawat Hawk Mk-53 pada 28 Maret 2000 di Lanud Iswahyudi Madiun. Menyusul pada Juli 2000 pesawat A-4 Skyhawk jatuh saat melaksanakan patrol rutin di Sulawesi Selatan, kemudian pada tanggal 21 November 2000 kecelakaan kembali terjadi dan menimpa pesawat Hawk yang jatuh di Pontianak.

Pada tanggal 28 Maret 2002 cobaan dan pukulan berat kembali harus dialami oleh TNI AU khusunya Skadron Udara 15 ketika 2 pesawat Hawk Mk-53 yang sedang melakukan sesi latihan Aerobatik Jupiter Blue bersenggolan di udara pada ketinggian sekitar 2000 kaki dan jatuh masih di kawasan Lanud Iswahyudi Madiun. Pada awalnya ketiga pesawat Hawk Mk-53 sedang melakukan manuver Victory Loop yaitu manuver ke delapan dari sebelas manuver yang rencananya akan dipertunjukan pada acara Open Day yang akan digelar pada 30 Maret 2002 di Lanud Iswahyudi. Sayangnya belum juga manuver tersebut selesai dilakukan petaka terjadi. Sehebat apapun pesawat dan penerbang tidak ada satupun yang bisa melawan takdir Tuhan. Akibat dari musibah tersebut 4 penerbang gugur, yaitu ; Kapten (Pnb.) Andis “Lavy” Solikhin Machmud (35) dan Kapten (Pnb.) Weko Nartomo Soewarno (33), awak Hawk nomor ekor TT 5310; Mayor (Pnb.) Syahbudin “Wivern” Nur Hutasuhut (35) dan Kapten (Pnb.) Masrial (33), awak Hawk nomor ekor TT 5311. Merupakan kehilangan besar bagi Skadron Udara 15, terlebih kehilangan penerbang-penerbang terbaiknya yang tidak terukur nilainya. Acara Open Day dibatalkan dan demi menghormati para penerbang yang gugur Lanud Iswahyudi mengibarkan bendera setengah tiang.

Peristiwa demi peristiwa getir yang dialami TNI AU khususnya Skadron Udara 15 tidak mematahkan semangat mereka. Perbaikan dan pembenahan terus dilakukan bahkan wacana penggantian pesawat Hawk Mk-53 terus bergulir dengan dilakukannya kajian-kajian terhadap calon pesawat pengganti oleh pihak TNI AU sendiri dalam hal ini selaku user dan Departemen Pertahanan (Dephan).

 Angin Segar itu Berhembus

Tekad TNI AU untuk memensiunkan pesawat Hawk Mk-53 dan diganti dengan pesawat baru sudah bulat, hal tersebut tertuang dalam rencana strategis (Renstra) 2005-2009 Mabes TNI AU yang berencana melakukan penggantian sejumlah alutsistanya, seperti OV-10 Bronco, F-5 Tiger, pesawat angkut Fokker-27, Helicopter  Sikorsky dan tentunya Hawk Mk-53. Angin segar pun berhembus ketika KSAU Marsekal Herman Prayitno pada waktu itu, bertemu langsung dengan Dubes Ceko untuk Indonesia Pevel Rezac di Mabes TNI AU Cilangkap Jakarta pada awal November 2007. Hal tersebut terkait dengan pihak TNI AU yang mengajukan pengadaan pesawat tempur latih Aero L-159 ALCA buatan Republik Ceko sebagai pengganti Hawk Mk-53. Secara umum kunjungan Rezac bertujuan untuk menindaklanjuti kesepakatan kerjasama pertahanan antara RI dan Rep. Ceko yang telah ditandatangani pada tahun 2006, selain itu dibahas pula kemungkinan pembelian Aero L-159 ALCA oleh TNI AU.

Pada waktu itu keinginan TNI AU memilih Aero L-159 ALCA sebagai pengganti Mk-53 bukan suatu pilihan yang tanpa pertimbangan, sebab pesawat tempur latih buatan Aero Ceko ini memadukan tekhnologi barat dan timur dan dianggap cocok sebagai pesawat tempur latih yang diperuntukkan bagi calon penerbang-penerbang tempur TNI AU. Terlebih lagi saat ini TNI AU mengoperasikan pesawat tempur yang menggunakan teknologi barat dan timur, yaitu untuk blok Barat sendiri terdapat pesawat tempur  F-16, Hawk 100/200, Hawk Mk-53 dan F-5, sedangkan untuk blok Timur TNI AU mengoperasikan pesawat tempur Su-27 dan Su-30.

Proses rencana penggantian pesawat Hawk Mk-53 terus bergulir dan sederet jenis pesawat pengganti Hawk Mk-53 pun mulai bermunculan diantaranya Alenia Aermacchi M-346, Yakovlev Yak 130 buatan Rusia, FTC2000 buatan China, Aero L-159 buatan Ceko, T-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan dan deretan nama-nama lain yang dijadikan pertimbangan TNI AU sebagai bahan kajian. Namun sampai dengan pergantian KSAU dari Marsekal Herman Prayitno kepada Marsekal Subandrio yang dilantik sebagai KSAU pada 28 Desember 2007 pesawat yang dipilih sebagai pengganti Hawk Mk-53 belum juga diputuskan. Pada masa jabatan KSAU Soebandrio proses kajian pembelian pesawat pengganti Hawk Mk-53 terus berlangsung, namun sampai dengan jabatan beliau selaku KSAU diserah terimakan kepada pejabat KSAU baru yakni Marsekal Imam Sufaat yang resmi menjabat sebagai KSAU pada 12 November 2009 keputusan pengganti Hawk Mk-53 masih juga belum jelas.

Disela-sela suatu acara di Lanud Halim Perdana Kusuma pada Rabu (7/4/2010), KSAU Marsekal Imam Sufaat mengatakan bahwa TNI AU telah menyeleksi empat jenis pesawat sebagai pengganti Hawk Mk-53 dan keempatnya akan memasuki seleksi akhir sebelum penentuan final. Keempat tipe pesawat yang lolos ke seleksi tahap akhir adalah Yakovlev Yak 130 buatan Rusia, FTC2000 buatan China, Aero L-159 buatan Ceko dan yang terakhir tentu saja T-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan. Masih dikesempatan yang sama, saat itu KSAU juga berharap pada akhir bulan sudah bisa ditentukan mana yang lebih dibutuhkan dari keempat jenis pesawat tersebut. Angin segar kembali berhembus seolah membawa harapan baru bagi TNI AU khususnya Skadron 15 untuk segera mendapatkan pengganti bagi Hawk Mk-53.

 Mencari yang Terbaik

http://arc.web.id/images/stories/yak-130.jpg
Yak-130 (Foto Wartech-military.blogspot)
Yakovlev Yak 130 merupakan pesawat jet latih subsonik buatan Rusia yang mulai terbang perdana pada 26 April 1996, Yak 130 sendiri mempunyai 2 varian yakni advanced trainer dan light attack atau pesawat tempur ringan dimana perbedaan varian tersebut terlihat jelas pada seater atau tempat duduk, untuk varian Advanced Trainer pesawat dilengkapi dengan double seater/tempat duduk ganda, sedangkan untuk varian Light Attack hanya terdapat single seater/tempat duduk tunggal. Varian light attack memiliki bentuk hidung lebih pipih untuk menambah bidang pandang bagi pilot saat menukik untuk melepaskan roket atau bom. Namun demikian untuk varian Advanced Trainer apabila sewaktu-waktu dibutuhkan juga dapat berperan sebagai pesawat Light Attack. Saat ini tercatat Angkatan Udara Rusia sendiri mengoperasikan beberapa pesawat Yak 130, Angkatan Udara Algeria dan Angakatan Udara Belarusia.

http://arc.web.id/images/stories/l-159b2.jpg
L-159 versi Trainer & LCA (Foto Defense Industry Daily)
Opsi berikutnya adalah pesawat L-159 buatan Rep. Ceko, sama halnya Yak-130 pesawat ini juga dibuat dalam dua versi yaitu versi trainer dengan tempat duduk ganda dan versi LCA (Light Combat Aircraft) dengan tempat duduk tunggal. Menengok ke dalam ruang kokpit terdapat dua layar tampilan serta HUD (Head Up Display) yang mendominasi panel kokpit. Pesawat ini juga dilengkapi dengan radar Grifo L keluaran pabrikan FIAR, Italia. Alat pengendus berkemampuan multi misi ini dapat menandai delapan belas sasaran sekaligus yaitu delapan sasaran di udara dan sepuluh sasaran di darat, kemudian kelengkapan lain adalah Radar Warning Receiver (RWR) Sky Guardian-200 buatan GEC-Marconi yaitu perangkat yang berfungsi sebagai penangkap gelombang radar lawan. Belum lagi Vinten Vicon 78 plus chaff dan flares yaitu sistem anti jamming yang diperuntukkan untuk menghadapi perang elektronik. Dan masih banyak lagi perangkat-perangkat unggulan dan canggih yang menempel pada tubuh L-159 yang memang dibuat menyesuaikan tekhnologi dan perkembangan perang modern. Pengguna utama pesawat ini adalah Angkatan Udara Ceko yang digunakan sejak periode 1990-an. Sangatlah wajar apabila saat itu TNI AU melalui KSAU Herman Prayitno berkinginan untuk membeli pesawat ini sebagai pengganti Hawk Mk-53 dengan melihat berbagai peralatan dan teknologi canggih yang melengkapi L-159. Harga L-159 pada waktu itu berkisar antara 15 – 17 juta dolar Amerika.

http://arc.web.id/images/stories/ftc2000-10.jpg
FTC-2000 (Foto airwar.ru)
Dari negeri Tirai Bambu, adalah Guizhou JL-9 atau lebih dikenal dengan FTC-2000 Mountain Eagle (Shanying) pesawat tempur dengan tempat duduk ganda/double seater hasil pengembangan dari Guizhou Aircraft industry Corporation, China.  Pesawat ini turut memeriahkan bursa calon pengganti Hawk Mk-53 TNI AU. Pada awalnya pengembangan pesawat FTC-2000 dikhususkan bagi kebutuhan People's Liberation Army Air Force (PLAAF) dan People's Liberation Army Naval Air Force (PLANAF) untuk mempersiapkan para pilotnya dalam menyongsongf pesawat generasi baru China, seperti Chengdu J-10, Shenyang J-11, Sukhoi Su-27SK dan Sukhoi Su-30MKK. Konon kabarnya pesawat buatan China ini diproduksi dengan jumlah terbatas.

http://arc.web.id/images/stories/t-50%202.jpg
T-50 Golden Eagle (Foto www.airforce-technology.com)

Kontestan berikutnya yang masuk pada tahap seleksi akhir beserta tiga kontestan lain adalah pesawat T-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan. Pada awalnya pesawat ini lebih dikenal dengan KTX-2 pesawat latih dan tempur ringan yang diproduksi dan diperuntukan bagi Republik of Korea Air Force (RoKAF) yang sekaligus sebagai pengguna utama. Penerbangan perdana T-50 dilakukan pada Agustus 2002 . Pesawat latih supersonik dengan harga 21 juta dolar Amerika pada tahun 2008 ini menjanjikan banyak fitur canggih didalamnya. Mungkin atas pertimbangan hal ini pula yang menyebabkan TNI AU mengikut sertakan T-50 dalam deretan empat besar pesawat bakal pengganti Hawk Mk-53 yang memasuki tahap seleksi akhir.

 Akhir Sebuah Penantian

Penantian panjang akan sebuah jawaban terkait pembelian pesawat pengganti Hawk Mk-53, sedikit mulai terkuak manakala pemerintah melalui Menhan Purnomo Yusgiantoro mengungkapkan bahwa pemerintah Indonesia akan melakukan pembelian 16 pesawat atau 1 skadron T-50 Golden Eagle dari Korea Selatan, hal tersebut diungkapkan Menhan usai menghadiri Rapat Kekuatan Indonesia di ASEAN di kantor Wakil Presiden pada Rabu 13 April 2011. Praktis dengan demikian terjawab sudah pemenang dari ke empat kandidat tersebut yaitu pesawat T-50 Golden Eagle dari Korea Selatan.

http://arc.web.id/images/stories/t-50kontrak.jpg
Kontrak pembelian T-50I (Foto korea aero)

Ungkapan Menhan tersebut akhirnya dapat diyakini kebenarannya dengan ditandatanganinya kontrak pembelian 16 pesawat T-50 senilai 400 juta dolar Amerika pada tanggal 25 Mei 2011 antara Indonesia dan Korea Selatan yang masing-masing dilakukan oleh Menhan Purnomo Yusgiantoro selaku wakil dari pemerintah Indonesia dan pihak dari KAI (Korea Aerospace Industries) mewakili pemerintah Korea Selatan dan sekaligus sebagai produsen pesawat. Jika tidak ada aral melintang keseluruh pesawat T-50 tersebut keseluruhannya akan tiba di Indonesia secara bertahap di tahun 2013 ini dan diharapkan pada tahun 2014 ke 16 pesawat T-50 sudah dapat dioperasikan oleh TNI AU sebagai pengganti dari pesawat Hawk Mk-53.

Demi memenuhi permintaan Indonesia yaitu target penyelesaian keseluruhan di tahun 2013, setelah penandatanganan resmi kontrak pembelian T-50, pabrik pesawat KAI mulai memproduksi pesawat pesanan Indonesia. Pesawat hasil rancangan bersama antara Korea Aerospace Industries dan Lockheed Martin ini diproduksi langsung di Korea Selatan.

Penantian dan ujung jalan panjang proses pembelian pesawat T-50 Golden Eagle kini sudah didepan mata, terbukti dengan diberangkatkannya 6 penerbang terbaik Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi Madiun ke Korea Selatan pada tanggal 12/1/2013. Keenam penerbang tersebut dijadwalkan berada di Korea Selatan selama kurang lebih 8 bulan guna mengikuti pengenalan dan berbagai pelatihan baik teori maupun terbang langsung dengan menggunakan T-50. Selain 6 penerbang, sebanyak 31 teknisi juga diberangkatkan ke Korea Selatan untuk mengikuti pelatihan dan pemeliharaan pesawat T-50, karena merekalah nantinya di Indonesia yang akan melakukan perawatan dan pemeliharaan serta memastikan pesawat dalam kondisi laik terbang. Keberangkatan enam penerbang dan tiga puluh satu teknisi ke Korea Selatan dalam rangka transfer tekhnologi T-50, dipimpin langsung oleh Komandan Skadron Udara 15 Mayor Pnb Wastum.

Para penerbang yang diberangkatkan seluruhnya mempunyai kualifikasi Sekolah Instruktur Penerbang dan para merekalah nantinya yang akan menularkan ilmu dan pelajaran yang didapat selama berada di Korea Selatan kepada rekan sesama penerbang di Skadron Udara 15, maupun kepada para junior-juniornya yaitu siswa calon penerbang tempur. Enam penerbang tersebut adalah Komandan Skadron Udara 15, Mayor Pnb Wastum, Mayor Pnb Marda Sarjon, Mayor Pnb Budi Susilo, Mayor Pnb Hendra, Kapten Pnb Darma T  Gultom, dan Kapten Pnb Luluk Teguh Prabowo.

http://arc.web.id/images/stories/t-50kru1.jpg
Calon penerbang T-50 (Foto news.co.kr)

Gelombang pertama kedatangan pesawat T-50 Golden Eagle rencana dijadwalkan pada bulan September 2013, selanjutnya pada bulan berikutnya berturut-turut hingga keseluruhan sebanyak 16 unit pesawat diharapkan dapat diterima Indonesia sampai dengan akhir tahun 2013. Penasaran ingin melihat kelincahan pesawat ini secara langsung di langit Indonesia ? Kita nantikan saja kedatangannya, semoga tidak ada hambatan apapun sampai dengan keseluruh T-50 Golden Eagle tiba di Tanah Air. Bravo AURI !

  ● ARC  

18 Pesawat G-120TP Grob Akan Tiba Mulai Mei 2013

http://malaysiaflyingherald.files.wordpress.com/2012/06/2009-09-17-mbau-bravo.jpg?w=640Sleman | Kehadiran pesawat baru G-120 TP Grob untuk sekolah penerbang (Sekbang) Lapangan Udara (Lanud) Adisucipto diharapkan bisa meningkatkan kualitas penerbang yang dihasilkan. Pesawat baru buatan Jerman ini akan menggantikan pesawat lama yang sudah berusia 30 tahun.

Demikian dikatakan Komandan Kodikau Marsekal Muda TNI, Ida Bagus Anom pada serah terima jabatan Danlanud Adisucipto dari Marsekal Pertama TNI Abdul Muis kepada Kolonel Penerbang Agus Munandar di Yogyakarta, Jumat (8/2). Abdul Muis selanjutnya menjadi wakil asisten operasi Kasau di Jakarta.

"Insyallah bulan Mei akan datang empat pesawat. Berturut-turut akan datang hingga 18 pesawat. Kalau pemerintah mempunyai dana akan lebih bagus 24 pesawat," katanya.

Dijelaskan Ida Bagus Anom, pesawat lama dinilai tidak bisa melakukan manuver ekstrem. "Grob dipilih karena terbaik untuk sekolah penerbang TNI. Sebab sekolah penerbang TNI tidak seperti sekolah penerbang sipil, membutuhkan manuver ekstrem," katanya.

Bagus juga mengatakan apabila TNI AU menjadi lebih baik akan berdampak pada berkurangnya kecelakaan. "Kita akan selalu menuju zero accident," katanya.

Di bidang keselamatan terbang, kata Bagus, dirinya selalu menekankan kepada penerbang agar memperhatikan prosedur dan patuh akan aturan dan prosedur yang dibuat. Sehingga penerbang akan selalu terhindar dari incident maupun accident.

  ● Republika  

Dislitbangau Berhasil Uji Coba Parasut Terjun Freefall

Dislitbangau Berhasil Uji Coba Parasut Terjun Freefall
DINAS Penelitian dan Pengembangan TNI AU (Dislitbangau) berhasil meneliti, membuat dan menguji coba parasut (payung) untuk terjun Freefall. Ujicoba dilaksanakan belum lama ini di Pangkalan TNI AU Suryadarma, Kalijati, Subang  dengan menggunakan dua Pesawat Helikopter EC 120 Colibri dari Skadron Udara 7 dan personel Paskhasau dari Wing 3 Paskhas Bandung sebagai penerjun. 

Menurut Kolonel Tek Christian Shahmo, Kasubdis Matsus Dislitbangau, selaku Kalakgiat mengatakan pembuatan payung tersebut Dislitbangau bekerjasama dengan PT Langit Biru Parasut Bandung  dan berhasil di uji coba dengan hasil baik dan memuaskan sehingga layak untuk diterbitkan sertifikat uji coba oleh Kadislitbangau, Marsma TNI Edy Yuwono. 

Dijelaskan Kolonel Tek Christian uji coba dilakukan sebanyak tiga sorty dengan dua pesawat Helikopter EC 120 Colibri yang diawaki Letkol Pnb Daan Sulfi, Kadisops Lanud Suryadarma, Lettu Pnb  Kadek, Mayor  Pnb Anggit Budi W, Lettu Pnb Trio Agung dan  penerjun dari Wing 3 Paskhas, Pelda Rusli, Serka Petrus, Serka Almustofa (Juru Kamera)  dan Pelda Dwijo sebagai Jump master.

Sorty Pertama uji coba dilakukan dengan menggunakan dummy seberat 95 kg dan berhasil mengembang dan mendarat dengan baik, akhirnya sorty ke dua dan ketiga dilaksanakan uji coba langsung oleh penerjun dengan sistem HAHO dan HALO dari ketinggian diatas 7000 feet.

"Standar parasut baik dan layak untuk digunakan” Kata dua penerjun uji coba Rusli dan Petrus ketika mendarat setelah beberapa menit melayang di udara. 

Hadir dalam uji coba tersebut sebagai penilai Kolonel Tek Andi PS, Dislambangjaau, Kolonel Tek Hadi Purnomo dan Kolonel Tek Didik Bangun,  Dislitbangau, Letkol Pnb Agung Nugroho, Sopsau,Letkol Tek Iwan Tahandi, Srenaau dan beberapa Pamen dari Koharmatau, Korpaskhasau, Dispotdirga dan Depohar 70.(red)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...