Sabtu, 20 Juni 2015

Buat apa bikin Angkatan Udara tapi ecek-ecek

Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara, Marsekal Purnawirawan Chappy Hakim

B
andara Halim Perdana Kusuma, sekaligus pangkalan udara militer untuk pertahanan nasional kini kembali dijadikan penerbangan komersil.

Era Orde Baru, Bandara Halim memang pernah dijadikan tempat mengudaranya pesawat komersil saat Bandara Internasional Soekarno Hatta dalam proses pembangunan.

Menjadikan Bandara Halim untuk penerbangan komersil dinilai berbahaya. Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara, Marsekal Purnawirawan Chappy Hakim menilai salah jika Bandara Halim harus kembali dijadikan penerbangan komersil. Apalagi alasannya menurut dia bukan untuk kepentingan nasional, melainkan hanya untuk bisnis.

"Itu yang mau saya bilang. Jadi tentara ini jadi pusat pertahanan udara nasional dikorbankan sebagai akibat dari salah urus International Airport di Cengkareng," kata Chappy saat berbincang dengan merdeka.com di kantornya, Jalan Pejaten Barat Nomor 6, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu kemarin.

Berikut penuturan Chappy Hakim kepada Arbi Sumandoyo, Muhammad Hasits Masrukin dan Juru Foto, Muhammad Lutfi Rahman dari merdeka.com:

Kembali ke media sosial tadi, kenapa akhirnya anda menulis di Twitter 'bubarkan saja TNI AU'?

Twitter itu bukan penjelasan kepada media. Twitter itu adalah penjelasan sosial yang masuk ranah pribadi. Karena dia terbuka, bisa saja orang menanyakan. Tapi secara kepantasan dia tidak boleh untuk mengadu domba, untuk manas-manasin.

Ada tiga poin belum terkonfirmasi, saya juga terjebak media juga. Bandara Halim dijadikan penerbangan komersil, di Soekarno Hatta, Paskhas diganti Marinir, kemudian ada lagi Panglima TNI tidak usah giliran. Dari ketiga ini dengan plus pengalaman saya puluhan tahun memang negeri ini tidak membutuhkan Angkatan Udara. Buat apa kalau tidak dibutuhkan. Kan boros. Buat apa bikin Angkatan Udara ecek-ecek.

Bayangin, Bandara Halim itu adalah markas besar pertahanan udara nasional, yang merupakan bagian dari sistem keamanan nasional. Yang run way-nya cuma satu dikasih untuk penerbangan komersial.

Masuk akal tidak sebagai warga negara yang punya tanggung jawab? Sekarang orang tanya begini, dulu kan bisa kenapa sekarang enggak bisa. Oke. Terus ada yang tanya kenapa Angkatan Udara diam saja? Angkatan Udara diam saja kalau presiden dan wakil presiden ngomong, "Dek tolong dibantu dulu dek ya" selesai, siap kerjakan. Dia tidak mungkin protes, dia bukan LSM.

Kalau saya protes, saya puluhan tahun di Halim. Saya tau diperlakukan tidak benar. Waktu itu masih bisa diterima kalau alasannya kepentingan nasional. Kepentingan nasional yang mana? Ada dulu, ada Repelita, ada rencana bikin Cengkareng. Kalau kita mau membantu, bantu dong kita karena mau bikin Cengkareng. Pembangunan Nasional mana, ada di rencana pembangunan nasional.

Jadi masih masuk akal kalau dibandingkan dulu. Kenapa harus dibantu dulu? Desain Halim itu bukan untuk penerbangan komersial. Desain halim itu, untuk Air Force Base. Dia enggak ada Rappid Taxi Way, enggak ada Taxi Way untuk parkir pesawat.

Dia ada satu run way yang panjang, di sini adalah Flight Line untuk commbad redines, pesawat-pesawat tempur untuk isi senjata segala macam, untuk pesawat angkut isi logistik. Orang, senjata atau pasukan. Jadi dia keluar terus masuk lagi.

Nah itu dipaksakan untuk komersial. Dulu ok..ok, karena untuk pembangunan nasional. Pembangunan nasional yang mana ada Repelita. Repelita yang mana, ada Soekarno Hatta. Jadi jelas sekali, kalau kita bantu sampai Cengkareng selesai. Sekarang bantu dong untuk pembangunan nasional, pembangunan nasional yang mana? Ada enggak rencananya?.

Itu bukan karena ada wacana pemindahan bandara ke Karawang karena Soekarno-Hatta sudah padat?

Itu yang mau saya bilang. Jadi tentara ini jadi pusat pertahanan udara nasional dikorbankan sebagai akibat dari salah urus International Airport di Cengkareng. Cengkareng itu sudah dibikinin desainnya oleh Aero Pertu de Paris, itu sudah desain paling top di dunia. Dibikinin tahapan-tahapannya.

Tapi tahapannya tidak dilakukan, pertumbuhan penumpang didiamkan saja. Setelah delay 12 jam panik mau ngapain, dikembalikan ke Halim. Ini bukan untuk pembangunan nasional, tapi untuk orang cari duit.

Untuk bisnis, untuk komersial. Boleh-boleh saja sih, karena negara dalam memenuhi cita-citanya ada dua aspek. Ini yang harus diperhatikan, aspek security dan aspek prosperity. Ke mana dia beratnya? Sekian persen ke sini, sekian persen ke sini, itu yang namanya National Policy. Tetap di Pemerintah.

Tetapi, National Policy itu biasanya bersandar pada National Master Plan. Australia misalnya, punya Australian White Paper. White paper itu ada defense white paper, political white paper, semua white paper.

White paper itu adalah buku sucinya negara, suatu pemerintahan dalam menjalankan kendali negara ini dalam menuju final destination. Jadi setiap ada perkembangan dia bikin buku itu. Jadi tidak per lima tahun, tapi setiap perkembangan.

Kalau anda melihat ini, artinya pusat pertahanan udara nasional dalam kondisi bahaya?

Bukan bahaya. Tidak dihargai. Tidak dihitung. Tidak diperhitungkan. Tidak di pedulikan. Tidak diperlukan namanya. Lebih diperlukan penerbangan komersial.

Apa solusinya?

Itukan akibat, itukan penyakit. Kalau kita datang ke dokter, apa kita langsung dapat obat. Orang selalu mendesak, Angkatan Udara harus ngalah. Enggak bisa, itu penyakit. Penyakit itu dicek dulu, yang menyebabkan penyakit itu apa. Itu baru namanya solusi. Kalau itu namanya memindahkan masalah, bukan solusi.

Singapura itu tidak lebih dari Kramat Jati. Pada waktu dia bikin Changi dia enggak tutup tuh Sailetar, Taylebar. Kenapa? Value dari aero drone itu terlalu tinggi untuk dimusnahkan. Itu yang negaranya kecil lho.

Kita yang negaranya gede banget, Kemayoran itu ditutup, dijadikan tempat dagang dan dihancurkan semua spesifikasi aero drone di sana. Changi, kalau kamu di samping Changi itu ada jalan raya lurus yang ada pot-potnya yang remover, yang dalam 1x24 jam jika dibutuhkan untuk Changi yang sudah darurat atau apapun ini bisa dibersihin jadi Run Way. Karena jalan raya itu kualifikasinya adalah Run Way. Begitu.

Sebelum Halim dijadikan penerbangan komersil, bukankah banyak pesawat carter dan pribadi terparkir di sana, artinya sama saja?

Kalau sudah sampai dalam tahap sama saja, tidak usah tanya saya lagi, you now? Apa yang mau dianalisis di sini. Kalau saya bilang tidak sama. Bagaimana bisa bilang sama, harusnya dikembangkan Air Force Base, Halim itu Subsistem dari sistem pertahanan udara lho. Buang duit banyak buat beli pesawat untuk ber-home base di Halim.

Terus enggak dikasih kesempatan untuk latihan, apa namanya? Saya di sana puluhan tahun dan saya tahu waktu itu kita harus mengungsi ke Bandung dan ke Lampung karena pada waktu itu memang sempit.

Sekarang sudah meluber semua, bohong kalau tidak terganggu. Saya saksi hidup, puluhan tahun saya training di situ terganggu. Enggak bisa begitu, itu akibat perencanaan yang tidak ada. Solusinya gimana dong? Bikin rencana, perbaiki manajemen.

Menurut anda perlu kah jika dibuat Pangkalan Udara lagi pengganti Halim khusus untuk Angkatan Udara?

Perlu enggak Angkatan Udara, itu saja jawab. Selalu orang mengatasnamakan nasional terus yang lain mesti minggir. Iya kan? Ini kan pembangunan nasional, jadi minggir kan? Boleh aja, tapi yang tadi saya bilang memerlukan security atau prosperity. Security enggak perlu silakan.

Saya hanya melihat seperti itu dan saya kasih tahu dan saya punya moral mengingatkan. Tapi saya punya pemikiran yang bertanggung jawab, yang saya bertanggung jawab pemikiran-pemikiran itu saya berbagi.

Saya dari letnan dua sampai bintang empat masih terbang di Halim. Ada perbaikan? Enggak ada tuh, diperes aja tuh Halim. Enggak ada niat. Yang diartikan di sini adalah bagaimana mengelola yang baik.

Mengelola Cengkareng yang enggak bener begitu mau mengelola Halim? Bisa dibayangkan kaya apa gitu. Kan tidak ada perang, ya makanya saya bilang bubarin aja.

Banyak yang menilai, pertahanan itu diperlukan jika hanya ada perang?

Ini pemahaman kebangsaan. Saya tidak menyalahkan kamu, bagus kamu punya pemikiran begitu. Saya kasih contoh Singapura, sebelum pelajaran dimulai dia harus nyanyi lagu kebangsaan "Majulah Singapura". Bayangin dari taman kanak-kanak sampai SMA. Apa yang terjadi, dia disadarkan bahwa dia adalah seorang Singapura.

Dia punya masalah besar lho, orang China, orang India, orang kaya, orang miskin, pada umumnya usia 18 tahun dia harus masuk national service. National service ini dia menjalani pendidikan universal basic militery training. Mereka dibagi menjadi tujuh orang-tujuh orang, itu anak India, orang kaya, anak orang miskin dijadikan satu.

Tiga bulan tidak boleh berhubungan dengan dunia luar selain sebagai latihan basis militer. Setelah selesai, orang China kalau ditanya "saya orang Singapura". Kenapa? Karena tiga bulan dia digojlok.

Orang Kristen jadi satu dengan orang Islam. Harus mengetahui ras bagaimana. Kesetiakawanan dia, namanya meeting talk dan dia harus tiga tahun berdinas di Angkatan Darat, Angkatan Laut atau Udara atau Bea Cukai.

Sekarang karena sudah bagus cukup dua tahun. Tidak hanya warga negara, permanen residence harus ikut national service. Dia tidak bilang wajib militer, dia bilang national service. Kenapa seperti itu, setiap warga negara bertanggung jawab sama bagi kehormatan negerinya.

Dia dagang kepentingan nasional. Tentaranya gede, kan enggak ada perang, enggak bisa. Darimana pemahamannya, pertama dari nyanyi dari anak-anak sampai SMA sampai masuk base dan sampai terbuka wawasannya. Bukan wawasan yang hanya cari duit.

Indonesia perlu seperti itu?

Terserah mau perlu atau tidak, saya hanya ngasih gambaran bahwa pengelolaan angkatan perang itu seperti itu. Mengelola negeri itu seperti itu. Yang dimaksud national karakter building itu seperti itu.

Dia tiap ulang tahun Agustus, bulan Juni-Juli saja, kalau kamu ke Singapura banyak anak-anak kecil ada yang latihan angklung, ada yang latihan nari "for hour national day" dengan bangganya dia menjawab.

Cuma anak kecil begitu yang besarnya bicara dia enggak akan nalar jika karena kesalahan management di Cengkareng. Dia tidak punya nalar kalau enggak perlu perang jadi tidak ada pertahanan. Itu namanya karakter building.

Negeri punya karakter memang seperti itu.

Tapi kalau negeri yang mau jadi bangsa kuli dan kulinya bangsa-bangsa ya pemikirannya begitu, tentara enggak usah karena enggak ada perang.

Siapa bilang enggak ada perang. Mau lihat Ambalat sebentar lagi diambil yang lain? Mau lihat dan senang dengan begitu silakan. Saya tidak bisa terima itu. Jadi saya berbagi pemikiran-pemikiran yang jauh lebih tinggi darisepada itu. Karakter kita sebagai bangsa itu apa.

Sekarang program Presiden Jokowi juga mulai perti itu?

Saya tidak bicara program presiden begini, begitu. Saya tidak mau dan melepaskan itu. Yang saya berikan gambaran, yang saya berbagi itu adalah pengalaman saya dan tanggung jawab saya, seyogyanya negeri ini seperti ini. Itu saja. Saya enggak mau ditarik-tarik soal politik, soal Jokowi begini, soal Jokowi begitu.

Bagaimana pandangan anda soal pertahanan, mengingat kemarin Konflik Laut China Selatan dan Ambalat muncul?

Boro-boro mikirin Ambalat. Siapa yang ngejar Ambalat. Kalau saya tidak mendorong Pak Joko Suyanto jadi Panglima TNI. Itu tidak dua, tiga bulan, puluhan tahun saya berdiskusi dengan teman saya, perwira di Angkatan Darat.

Saya siapkan peristiwa Bawean, begini lho kalau kita tidak punya angkatan perang. Tidak pernah ada peristiwa pelanggaran udara sebelumnya. Bawean itu saya yang ungkap.

Sebulan setelah itu ada rapat di Hawai "gila ini angkatan udaranya Indonesia" itu di semua negara diomongin, enggak ada di media. Saya hanya mau mengajak orang Indonesia, begini lho kalau kita tidak memiliki angkatan udara. Kehormatan saya sering bicara soal kedaulatan.

Anda tadi mengatakan buat mendorong Joko Suyanto menjadi panglima perlu puluhan tahun, ini artinya memang ada diskriminasi untuk Angkatan Udara?

Saya tidak mau pakai terminologi diskriminasi. Saya mau pakai bagaimana orang mengelola angkatan perang. Yah tidak bisa kalau kita berbicara dengan terminologi diskriminasi, itu provokatif. Baca tulisan Said Diman di Kompas, bagus sekali itu. Teman saya diskusi Pak Said Diman.

Ada generasi yang melihat perang secara general, ada generasi yang melihat perang dengan teknologi. Perang teknologi bagaimana mengatasinya? Dia harus relay concept teknologi dan total defense, selesai. Selama tidak dua ini enggak bisa apa-apa, setiap saat bisa dilecehkan.

Anda dulu menjabat KSAU pada zaman Megawati, bagaimana saat itu?

Saya begitu pensiun, begitu selesai jabatan saya, saya berjanji untuk tidak mau ikut campur pemerintahan. Saya tidak mau ikut campur apapun, apalagi politik. Tanggung jawab moral saya hanya berbagi, ceramah dan nulis, berbagi dan yang kaya gini ini.

  merdeka  

TNI AL Siap Hadang Perompak Masuk Perairan Indonesia

TNI Angkatan Laut memastikan telah menyiagakan kekuatan di sekitar perairan Pulau Natuna untuk mengantisipasi wilayah perairan Indonesia dimasuki pembajak kapal tangker Malaysia, MT Orkim Harmony.

Sebelumnya, menurut informasi dari Kepala Angkatan Laut Malaysia, Abdul Aziz Jaafar, kedelapan pembajak berhasil kabur dengan menggunakan sebuah kapal penyelamat milik kapal tanker pada Kamis malam, 18 Juni 2015.

Para pembajak itu sempat mengarahkan kapal ke Pulau Natuna, di wilayah Indonesia agar bisa kabur.

Kasubdipenum TNI Angkatan Laut Kolonel Laut Suradi Agung Slamet mengatakan TNI AL telah menyiagakan beberapa unsur kekuatan, di antaranya 2 KRI, untuk mengatisipasi masuknya pembajak ke perairan Indonesia, termasuk di Natuna.

"Kita ada patroli, ada beberapa unsur setiap saat. Ada pangkalan juga di sana (Natuna), ada Pos-pos AL, nanti akan melaporkan satuan atas apabila ada perkembangan," kata Kol Suradi kepada VIVA.co.id, Jumat, 19 Juni 2015.

Di samping itu, TNI AL juga mengerahkan pesawat udara U-612 untuk disiagakan di Natuna untuk mengantisipasi setiap kemungkinan yang terjadi.

Suradi mengaku TNI AL ikut melacak keberadaan kapal tanker Malaysia yang dibajak. Hanya saja, lokasi pembajakan yang berada di perairan utara Malaysia atau di sekitar perairan Vietnam dan Thailand membuat TNI AL punya keterbatasan untuk bertindak.

"Kita nggak bisa menjangkau ke sana. Kita kerjasama dengan Malaysia untuk informasi kapal itu. Kita ikut men-tracking," ujarnya.

  Vivanews  

[Video] Liputan dari cockpit pesawat F 16 amankan Ambalat

Video dari Dispenau menampilkan pesawat Falcon Indonesia melakukan patroli udara di perbatasan Ambalat Pesawat F-16 Falcon TNI AU berada di pangkalan Tarakan dalam operasi perisai sakti.

Operasi ini akan dilaksanakan untuk antisipasi aksi ilegal negara tetangga yang di deteksi beberapa kali melanggar batas perbatasan.

Selain 3 pesawat tempur F16, TNI AL juga mengerahkan 3 kapal perang yang akan stand by di perairan Ambalat.

Berikut video diambil dari Youtube di postkan dari media merdeka:


  Garuda Militer  

★ Pinmarine Pindad Dukung KRI Teluk Bintuni TNI AL

Cargo Hose Handling Cranes Pinmarine dirancang untuk kapasitas sampai 15 ton dengan panjang 15 meter dengan struktur terbuat dari konstruksi baja yang kokoh dan bersertifikat sehingga kuat untuk dudukan dan pengelasan pada struktur kapal, bush terbuat dari bronze dengan mengacu kepada standar nasional (BKI) dan standar internasional (IACS member). Crane dapat dioperasikan secara simultan dua atau beberapa gerakan disertai sistem emergency sebagai pengaman, selain itu dapat dioperasikan secara manual (Emergency Hand Pump) untuk melepas rem pada winch dan slewing (defense studies)

PT
Pindad (Persero) turut mendukung performa Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) lewat produk industrialnya. Produk Alat Peralatan Kapal Laut (APKL) dari Divisi Mesin Industrial yang diberi label ‘Pinmarine’ melengkapi keperkasaan kapal perang jenis landing ship tank (LST) KRI Teluk Bintuni-520 milik TNI AL lewat acara penyerahan kepada Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu pada hari Rabu, 17 Juni 2015 di dermaga PT Daya Radar Utama (DRU), Lampung.

Kepercayaan pihak DRU dan TNI AL bagi produk APKL kami merupakan pertanda baik keberpihakan Pemerintah kepada industri dalam negeri sudah terlihat. Secara bisnis, hal ini merupakan hal yang membanggakan bagi kami, karena produk industrial perusahaan pun, kini dipercaya untuk digunakan, tidak terbatas produk pertahanan dan keamanan saja,” tutur Direktur Operasional Produk Industrial PT Pindad, Wahyu Utomo.

KRI Teluk Bintuni-520 produksi PT DRU mempunyai bobot 2.300 ton, dengan panjang 120 meter, lebar 18 meter, serta tinggi 11 meter. KRI Teluk Bintuni dirancang sesuai tugas yang diembannya, yaitu mampu membawa 10 unit main battle tank (MBT) Leopard milik TNI Angkatan Darat yang berbobot mencapai 62,5 ton. Produk-produk ‘Pinmarine’ seperti combination windlass, snatch winch, turntable, cargo hose crane, dan manual slewing crane dipasang untuk memenuhi tuntutan tugas tersebut. “Dari beberapa produk ‘Pinmarine’, snatch winch dan turntable kami rancang khusus dengan kapasitas hingga 90 ton. Ini merupakan kapasitas tertinggi yang kami rancang, untuk memenuhi tuntutan tugas KRI Teluk Bintuni,” tambah Wahyu.

Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menyatakan bahwa terciptanya KRI Teluk Bintuni merupakan wujud nyata bagaimana industri dalam negeri tidak kalah dengan industri luar negeri untuk menciptakan kapal perang. “Ini semua merupakan wujud kepercayaan pemerintah terhadap kalangan industri dalam negeri yang kualitas sumberdayanya tidak kalah oleh kalangan industri luar negeri,” ujarnya.

Selain itu, terwujudnya KRI Teluk Bintuni merupakan salah satu langkah nyata untuk mendukung Indonesia sebagai salah satu negara maritim yang disegani. “Pembangunan kapal perang KRI Teluk Bintuni merupakan bagian dari pembangunan kekuatan pertahanan nasional, guna mendukung program pemerintah sebagai poros maritim dunia,” lanjut Ryamizard.

Pembangunan dunia maritim Indonesia merupakan salah satu program pemerintah saat ini. Peluang untuk produk-produk ‘Pinmarine’ diharapkan akan mendapatkan peluang yang baik untuk berkembang. “Kontribusi PT Pindad terhadap dunia maritim Indonesia sudah cukup membanggakan. Dengan program pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia, maka peluang untuk produk ‘Pinmarine’ diharapkan akan tercipta. Manajemen akan mendukung penuh usaha Divisi untuk mengeksekusi peluang tersebut dan menjadikannya masukan yang berharga untuk perusahaan,” tutup Wahyu.

  BUMN  

MoU Kerjasama Pertahanan RI – Italia Perlu Segera Diimplementasikan

Duta Besar Italia untuk Indonesia yang menemui Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menekankan pentingnya mengimplementasikan MoU pertahanan antara Indonesia dan Italia.

Sampai saat ini MoU pertahanan Indonesia dan Italia telah ditandatangani sejak tahun 1997 dan disahkan pada tahun 2013 belum diimplementasikan dalam bentuk kerjasama pertahanan bilateral. Hal itu mengemuka dalam pertemuan antara Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, Jumat (19/6) dan Duta Besar Republik Italia HE Federico Failla di Kantor Kemhan, Jakarta.

Dubes Italia mengusulkan diadakannya joint bilateral committee meeting untuk membahas kerjasama pertahanan yang dapat dilakukan oleh kedua negara.

Dan berharap joint committee ini dapat dilaksanakan dalam waktu dekat. Menhan menyetujui dilaksanakannya joint bilateral meeting yang pertama di Roma, Italia pada akhir tahun 2015 dan berharap dapat melakukan kerjasama pertahanan demi peningkatan kemampuan SDM Pertahanan Indonesia. Pemerintah Italia juga sangat tertarik untuk bekerja sama dalam bidang keamanan maritim sebagai salah satu fokus pemerintah saat ini.

Sebagai sesama negara maritim, Indonesia dan Italia banyak memiliki kesamaan tantangan yang dihadapi berhubungan dengan wilayah laut seperti illegal fishing dan kejahatan trans-nasional. Pemerintah Italia juga menawarkan kerjasama antara Bakamla dengan Coast Guard Italia.

  DMC  

Cerita lucu jenderal raja intel Indonesia dibentak Marinir

Tokoh Legendaris IndonesiaDi era pemerintahan Presiden Soeharto, sosok Benny Moerdani menjadi orang berpengaruh kedua di bawah sang presiden. Dia merupakan salah satu tokoh yang mengorganisir Operasi Seroja ke Timor Timur, dia pula yang mengatur operasi pembebasan sandera Woyla DC-9 di Thailand.

Meski perannya begitu besar, namun raja intel Indonesia ini sangat misterius. Seakan menjadi sebuah petunjuk, jurnalis di Indonesia tak pernah memasang fotonya. Alhasil, publik tak banyak tahu wajahnya saat dia memegang kendali intelijen, bahkan militer sekalipun. Jangankan warga sipil, tentara saja banyak yang tidak tahu sosok Benny Moerdani.

Tak heran, seorang personel Marinir pernah membentak Benny. Padahal marinir itu berpangkat bintara sementara Benny sudah berpangkat Mayor Jenderal.

Kisah ini bermula ketika Benny memiliki urusan ke markas Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib). Dia mengendarai mobilnya menuju kantor yang berada di Jalan Merdeka Barat tersebut tanpa mengenakan seragam militer.

Sesampainya di lokasi, Benny langsung memarkirkan kendaraannya di lokasi terdekat dengan pintu masuk. Rupanya hal itu memancing seorang penjaga, yang juga personel Marinir, mendekatinya.

Tanpa pikir panjang, Marinir tersebut langsung membentak dan memintanya memindahkan kendaraannya. Sebab, tempat parkir tersebut hanya diperuntukkan bagi pimpinan militer. Benny yang memakai pakaian sipil hanya diam saja.

Benny lantas memindahkan kendaraannya ke lokasi yang ditunjukkan Marinir tersebut. Meski begitu, Benny tidak marah.

"Mungkin memang salah saya sendiri, kok waktu itu pakai pakaian preman," aku Benny.

Kejadian lainnya berlangsung saat dia kembali ke dunia militer usai menjalani tugas diplomatiknya. Meski sudah berbintang dua, namun banyak perwira TNI yang tak bertanya-tanya terhadap dirinya. Kisah ini ditulis dalam buku 'Benny: Tragedi Seorang Loyalis' yang ditulis Julius Pour terbitan Kata Hasta Pustaka tahun 2007.

"Ketika saya sudah berbintang dua, seorang kolonel masih sempat bertanya kepada penjaga Markas Hankam, lho siapa jenderal itu? Perwira ABRI saja enggak kenal saya, apalagi orang luar."

Sebagai orang nomor satu di dunia intelijen, kerahasiaan memang nomor satu. Setidaknya, itulah yang dijalani Benny selama berkecipung di dalamnya.

   merdeka  

[World] MLRS Polonaise Belarus Menggunakan Roket China

Diujicoba dengan bantuan dana China. MLRS Polonaise (Internet foto)

Belarus telah berhasil melakukan ujicoba beberapa sistem peluncur roket baru 'Polonaise' yang dilengkapi dengan roket A200 buatan Cina, demikian berita resmi Belarus tanggal 16 Juni.

Sergei Gurulev, kepala komite industri militer, melaporkan kepada Presiden Alexander Lukashenko atas suksesnya ujicoba MLRS Polonaise. Latihan ujicoba dilakukan di salah satu wilayah  China. Roket A200 buatan Cina ditembakkan dari kendaraan 8x8 yang dirancang untuk sistem MLRS Polonaise, menurut laporan tersebut.

Polonaise akan meningkatkan kemampuan tempur Angkatan Darat Belarusia, mampu menyerang dengan jarak serang sekitar 200 km, kata Lukashenko dalam sebuah wawancara. Dia mengucapkan terima kasih kepada Rusia dan China karena memberikan bantuan dalam pengembangan sistem multi roket baru. Karena kegiatan NATO di wilayah yang berbatasan dengan Rusia dan Belarus, Lukashenko percaya militer negaranya perlu menunjukkan kekuatan untuk membela negara dari invasi potensial Barat.

Kendaraan roda 8x8 yang digunakan untuk mengangkut sistem multi roket Polonaise dikembangkan oleh Minsk Automobile Plant dengan bantuan dari Cina pada tahun 1998. Sementara sistem MLRS Polonaise adalah murni produk dalam negeri, sedangkan roket A200 diperkenalkan berasal dari Cina sebagai alat bantu yang termasuk dalam sistem MLRS Polonaise. MLRS Polonaise diperkenalkan ke publik pertama kali pada parade militer di Minsk. [wantchinatimes]

  Garuda Militer  

[World] Philippines controls aircraft from USAF AWACS

US Pacific Command

The Philippine air force (PAF) has demonstrated air-to-air operation of indigenous aircraft from a US Air Force Boeing E-3 Sentry airborne warning and control system (AWACS) aircraft. The demonstration took place during Exercise Balikatan at the former Clark AFB in the Philippines.

The annual bi-national event provided the opportunity for five PAF battle managers at a time to direct its aircraft from the Boeing 707-derived Sentry, providing operational experience for Philippines personnel ahead of a potential acquisition of a similar type.

"The purpose of this training was for us to familiarise with a system we hope to acquire in the future, since we are modernising, and the bulk of our modernisation will be on air defence," PAF Maj Generoso Bautista, 580th Aircraft Control and Warning Group director of operations, says. "We hope to learn how the system works and how we can apply it to our future equipment."

What we obtained here was first-hand experience on how the system really works."

Bautista notes that getting first-hand experience behind the consoles provided insight into the procedure behind operating an AWACS.

The USAF E-3s are based at Kadena AFB in Japan, and it is the first time in some 10 years that the type has participated in Balikatan.

Flightglobal’s Ascend fleets database shows USAF to have 31 of the AWACS aircraft in its inventory. The PAF, meanwhile, has Lockheed Martin C-130 transports, GAF Nomad short take-off and landing aircraft and Fokker F-27 turboprops in its fleet.

  ♞ flightglobal  

Jumat, 19 Juni 2015

Misi latihan terbang TNI AU tetap prioritas

Pesawat latih TNI AU [Jeff Prananda]

K
epala Dinas Penerangan TNI AU, Marsekal Pertama TNI Dwi Badarwanto, menegaskan, misi latihan terbang dan misi lain TNI AU di Pangkalan Udara Utama TNI AU Adi Sutjipto, Yogyakarta, tetap menjadi prioritas.

Waktu itu sempat salah paham saja. Kepala Staf TNI AU, Marsekal TNI Agus Suprihatna, telah bertemu dengan Pak Menteri Perhubungan, Ignatius Jonan, tentang ini. Tetap prioritas,” katanya, di Jakarta, Jumat.

Pangkalan Udara Utama TNI AU Adi Sutjipto telah ada sejak masa penjajahan Belanda dengan nama Maguwo, sesuai nama kawasan di mana landas pacu itu berada. Bandar Udara Adi Sutjipto (namanya kebetulan sama) baru dioperasikan kemudian untuk kepentingan penerbangan sipil dan komersial.

Nasib” pangkalan udara utama pendidikan TNI AU itu serupa dengan banyak pangkalan udara TNI AU, yang lebih dulu berdiri namun landas pacu dan beberapa fasilitas lainnya harus dioperasikan juga bersama dengan penerbangan sipil.

Contohnya Pangkalan Udara Utama TNI AU Halim Perdanakusuma (dahulu Pangkalan Oedara Tjililitan), yang lebih diaktifkan kembali menjadi penerbangan sipil-komersial berjadualnya melalui Bandar Udara Halim Perdanakusuma sejak akhir 2014 lalu.

Sejak TNI AU berdiri pada 1946, semua penerbang TNI AU dan sebagian besar penerbang matra lain TNI lahir dari Skuadron Pendidikan 102 dan Skuadron Pendidikan 104 yang tergabung dalam Wing 1 Pendidikan Penerbang TNI AU. Semuanya bermarkas di Pangkala Udara Utama TNI AU Adi Sutjipto.

Pada Rabu lalu (10/6), di Gedung DPR, Jakarta, Jonan menyatakan kepada pers, "Bandara Adisucipto itu sudah amat sangat padat. Jadi, saya harap pihak Perhubungan Dirjen Udara mengirim surat kepada kepala staf Angkatan Udara untuk menghentikan sementara latihan militer selama operasi Lebaran.

Bahkan, dia mengusulkan kepada pemerintah agar latihan terbang dan misi militer TNI AU dialihkan ke Bandara Gading, di Gunungkidul, DIY.

Menanggapi ini, Badarwanto berkata, “Tidak begitulah… tidak sampai seperti itu karena semuanya sudah dibicarakan. Tidak ada masalah lagi. Cuma, harap maklum kalau menjelang, selama, dan pasca Lebaran ini lalu-lintas udaranya lebih padat.

  ♞ antara  

Pangkalan Militer TNI AL Segera Dibangun di Parigi Pangandaran

Rencana penyediaan pangkalan termasuk dalam renstra TNI AL tahun 2016. KRI Halasan 630 @LIMA 2015 [TAF]

H
al itu terungkap ketika Danlanal Kolonel (P) Johanes Djanarko Wibowo, menggelar kegiatan pembinaan terhadap desa pesisir di Desa Sukaresik, Kecamatan Sidamulih, Pangandaran, minggu lalu.

Luas lahan yang akan dijadikan pangkalan tersebut mencapai 3 hektar. Pangakalan itu nantinya menghadap ke arah laut. Komandan pangkalan akan dijabat oleh setingkat mayor,” katanya.

Menurut Johanes, pembangunan pangkalan tersebut dilakukan di lahan milik TNI AL. Pada tahap awal, pembangunan yang dilakukan adalah kawasan perkantoran. Tentunya, kata dia, pembangunan tersebut disesuaikan dengan ketersediaan anggaran pertahanan yang dari pemerintah pusat.

Ini sebagai dukungan informasi Intelijen Pangandaran yang berbatasan dengan Australia. Ya sangat strategis, posisinya dipesisir Selatan yang berjarak 300 notikel mil dekat pulau Christmas-Australia,” kata Johanes.

Lebih lanjut, Johanes menyebutkan, sebagai Daerah Otonomu Baru (DOB), Pangandaran mempunyai pantai sepanjang 90 kilometer. Rencana penyediaan pangkalan tersebut sudah masuk dalam renstra TNI AL tahun 2016.

Nantinya, AL akan mengamankan daerah yang berbatasan langsung dengan negara tetangga, yang jaraknya sekitar 250 notikel mil atau 500 kilometer, mulai dari pantai Sukabumi sampai Pangandaran,” ucapnya.

Johanes juga mengungkapkan potensi yang terdapat di kawasan laut Pangandaran. Diantaranya, mulai dari perikanan, bahan tambang, mineral, juga pariwisata eksotik yang kini menanti sentuhan pengembangan.

Mengenai operasi laut, ada armada kapal yang setiap waktu siaga di pesisir selatan. Area patrolinya kurang lebih berjarak 20-40 notikel mil, mulai dari Banten sampai Cirebon. Dan mengenai ancaman dari luar, informasi kita langsung dari pusat. Kita hanya mengantisipasi kalau ada ilegal-ilegal saja,” imbuhnya.

Menanggapi hal itu, Penjabat Bupati Pangandaran, Drs. Daud Achmad, mengaku sudah menjalin komunikasi dengan Danlanal mengenai pertahanan di wilayah Pantai Pangandaran yang berbatasan langsung dengan Negara Australia.

Kita apresiasi kepada Danlanal karena Pangandaran sebagai daerah terluar yang berbatasan dengan negara lain, diperlukan pangkalan sebagai fungsi dukungan baik personil, informasi intelijen, logistik maupun lainnya. Dan kami berharap rencana pembangunan pangkalan AL di Pangandaran ini segera terealisasi,” jelas Daud.

  ♞ Harapanrakyat  

Kapal Orkim Harmony yang Dibajak Sudah Dikuasai AL Malaysia

Kapal Orkim Harmony. (channelnewsasia)

Kapal Tanker Orkim Harmony yang dibajak belum lama ini sudah dikuasai Pemerintah Malaysia. Hal tersebut dijelaskan Direktur Perlindungan WNI, Lalu Muhammad Iqbal, kapal yang mengangkut beberapa orang termasuk lima warga Indonesia (WNI) itu kini sudah diamankan.

"Saat ini Kapal sudah dikuasai oleh Malaysian Navy dan semua dilaporkan dalam keadaan safe, kecuali koki (Indonesian) terluka tembak di bagian paha saat perompak berusaha menguasai kapal di awal kejadian," ujar Iqbal, kepada wartawan, di Jakarta, Jumat (19/6).

Koki bernama Mawit Matin itu kini telah diterbangkan ke Kota Bharu dengan helikopter usai kapal dikuasai. Dalam keadaan sadar dan stabil, awak kapal itu dikirim ke sana untuk menjalani proses pengobatan. Sementara itu, kru lainnya sudah berada dalam kapal perang Malaysia dan menuju ke Kuantan untuk proses evakuasi lebih lanjut.

Iqbal mengatakan, mereka akan tiba di Kuantan pada 20 Juni 2015 pukul 02.30 dini hari. "Agen sudah menginformasikan hal ini ke seluruh keluarga kru dan sedang dalam pengurusan keberangkatan keluarga koki Mawit Matin ke Kuala Lumpur dan diharapkan besok 20 Juni sudah tiba di Kuala Lumpur," pungkas Iqbal.

Sebelumnya, pada 17 Juni, koordinat kapal Orkim telah ditemukan pada pukul 15.46 WIB di posisi 09°21' N.102°44'E oleh pesawat P3C Orion yang berangkat dari Butterworth, Malaysia. Cat kapal dan nama kapal telah dimodifikasi menjadi KIM HARMON. Dilaporkan perompak berjumlah kurang lebih 8 orang dengan bersenjatakan dua hand gun dan parang.

Untuk menguasai kapal itu, kapal tentara laut Malaysia membuntuti tanker tersebut dengan jarak kurang lebih 10 kilometer sambil bernegosiasi dengan perompak.

  ♞ Berita Satu  

Dansektor Timur Baru kunjungi Markas Indobatt

Komandan Sektor (Dansektor) Timur Unifil (United Nations Interim Force In Lebanon) yang baru, Brigjen Jose Conde de Arjona dari Spanyol didampingi oleh Wakil Komandan Sektor (Wadansektor) Timur Kolonel Kav Yotanabey A.M. berkesempatan mengunjungi Area Operasi Kontingen Garuda dalam hal ini Markas Indobatt (Indonesia Battalion) Satgas Batalyon Mekanis Konga XXIII-I/Unifil, di UNP 7-1 Adchit Al-Qusayr Lebanon Selatan.

Kegiatan kunjungan ini merupakan rangkaian kunjungannya ke satuan-satuan jajaran dibawahnya dalam rangka melihat secara dekat kegiatan prajurit Indobatt di lapangan.

Kedatangan Komandan Sektor Timur ke Markas Indobatt diterima dengan upacara jajar kehormatan dan disambut oleh Komandan Satgas Indobatt Konga XXIII-I/Unifil Letkol Inf Andreas Nanang Dwi P, S.IP didampingi Kepala Staf Indobatt Mayor Kal Julianto dan para Perwira Indobatt.

Kegiatan kunjungan diawali dengan paparan singkat Komandan Satgas Indobatt Letkol Inf Andreas Nanang Dwi P, S.IP tentang kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan maupun rencana kegiatan kedepan yang berkaitan dengan situasi daerah operasi dan kegiatan operasional serta pembinaan teritorial (Cimic/Civilian Military Cordination).

Usai menerima paparan, kegiatan Komandan Sektor Timur Unifil yang baru, Brigjen Jose Conde de Arjona yang didampingi oleh Wadan Sektor Timur Kolonel Kav Yotanabey A.M berkesempatan meninjau kegiatan OP-7 (Observasi Post) Kompi Delta, dilanjutkan berkeliling meninjau area Markas Indobatt di UNP 7-1. Dansektor Timur Brigjen Jose Conde de Arjona sempat mengungkapkan rasa kagumnya saat melihat kebersihan pangkalan serta pemandangan di area Markas Indobatt 7-1.

Setelah melaksanakan peninjuan di lapangan, Dansektor Timur Unifil selanjutnya kembali menuju lapangan Soekarno untuk melaksanakan foto bersama, dilanjutkan ramah tamah dengan para perwira Satgas Indobatt XXIII-I/Unifil. Di sela-sela acara ramah-tamah, Komandan Satgas Indobatt memberikan cinderamata berupa Wayang Kulit tokoh Arjuna kepada Komandan Sektor Timur Brigjen Jose Conde de Arjona.

Sebelum kembali ke Markar Sektor Timur, Komandan Sektor Timur baru Brigjen Jose Conde de Arjona mengucapkan terimakasih atas sambutan yang diberikan oleh prajurit Satgas Indobatt XXIII-I/Unifil, dan dalam pesannya beliau menyampaikan : “Ini merupakan misi yang menarik terutama untuk prajurit-prajurit terbaik seperti kalian semua, kalian memiliki kemampuan yang tinggi dan sebagai Komandan saya berharap kalian tetap mempertahankan kemampuan tersebut”.

Saya yakin dengan latar belakang kemampuan militer, mentalitas prajurit dan persiapan kalian sebagai prajurit PBB sebelum penugasan kalian, serta pencapaian positif selama bertugas tentunya akan menampilkan performa yang terbaik”.

Perwira Penerangan Konga XXIII-I/Unifil
Kapten Laut (KH) Ahmad Suberlian, S.H.\

  ♞ Poskota  

TNI AL Periksa 44 Kapal Dalam Dua Pekan

KCR 40 TNI AL @ Lima 2015 [TAF]

Sebanyak 44 kapal diperiksa oleh satuan Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) TNI AL dalam dua pekan terakhir karena dicurigai melakukan pelanggaran hukum di laut. Pemeriksaan tersebut merupakan hasil dari dua operasi unsur BKO Gugus Tempur Laut Koarmabar (Guspurlaarmabar) yakni operasi Mandhala Baruna-15 dan Operasi Angsa Baruna-15 di perairan wilayah barat Indonesia.

Komandan Guspurlaarmabar Laksamana Pertama TNI T.S.N.B. Hutabarat mengatakan kegiatan pemeriksaan merupakan sarana cegah dini potensi terjadinya tindak pidana di laut.

Sehingga bisa memberikan rasa aman bagi pengguna laut,” ujarnya.

Hutabarat menambahkan, kegiatan operasi juga dalam rangka meningkatkan kegiatan komunikasi/kontak antar kapal baik ketika patroli maupun saat lego jangkar.

Ini sebagai sarana pengumpulan data informasi dan bukti kehadiran unsur TNI AL di laut serta mengutamakan zero accident selama pelaksanaan operasi keamanan laut,” tambahnya.

Operasi Mandhala Baruna-15 melibatkan 6 unsur KRI berhasil memeriksa 32 kapal dengan rincian, KRI Siada-862 13 kapal, KRI Silea-858 7 kapal, KRI Wiratno-379 4 kapal, KRI Halasan-830 3 kapal, KRI Patiunus-384 3 kapal, KRI Clurit-641 2 kapal.

Sedangkan pada operasi Angsa Baruna-15 melibatkan 4 unsur KRI berhasil memeriksa 12 kapal dengan rincian, KRI Kujang-642 memeriksa 5 kapal, KRI Surik-645 3 kapal, KRI Pulau Rangsang-727 2 kapal dan KRI Teuku Umar-385 2 kapal.

Dalam operasi tersebut, KRI Siada-862 menerima ucapan bravo zulu dari Komandan Guspurlaarmabar Laksamana Pertama TNI T.S.N.B. Hutabarat, M.M.S., karena telah melaksanakan pengejaran, penangkapan dan penyelidikan (Jarkaplid) tertinggi. [Iqbal]

  ♞ JMOL  

Russia Plans to Offer Advanced Su-35 Fighters for Indonesia Tender

Russia has announced plans to compete for an Indonesian Air Force contract to purchase fighter planes; it hopes to export Su-35 jets. © Sputnik/ Artem Zhitenev

Russian-made Su-35 fighters are due to compete for a forthcoming tender; the Indonesian Air Force is considering purchasing these multi-role aircraft to replace its aging fleet of US-made jets, according to Sergey Kornev, a spokesman for Russia's state arms exporter Rosoboronexport.

He made the statement during the 2015 Le Bourget Airshow, which is currently underway near Paris, France.

Representatives of Indonesia have repeatedly expressed interest in buying the Su-35s. In February, Indonesian Air Force Chief of Staff Vice Marshal Agus Supriatna signaled his readiness to replace the country's outdated US F-5 fighters, which are currently in service, for the sophisticated Su-35s. Even so, purchase agreements have yet to be signed.

Developed by the Sukhoi Design Bureau (part of United Aircraft Corporation), the Su-35 Flanker-E is a "4++"-generation super-maneuverable multi-role fighter. The fifth-generation technology being used during the development of this plane grants it superiority over other fighters of this class.

The Su-35 is equipped with a state-of-the-art avionics suite based on a digital information-control system, new radar with phased antenna, and new engines with increased thrust vector control.

Last year, the US magazine National Interest heaped praise on the aircraft's advanced avionics, which the magazine said "makes the Su-35 an extremely dangerous foe to any US fighter, with the exception of the stealthy Lockheed Martin F-22 Raptor."

  ♞ Sputnik  

Bozena Pukau Pengunjung

Pameran Alutsista di Lapangan Saburai Bandar Lampung Bozena 4+ Milik Yonzipur TNI AD. [pr1v4t33r]

Tidak hanya alutsista macam tank Anoa, Leopard maupun helikopter yang dipamerkan dalam gelaran peralatan perang milik TNI di Lapangan Saburai, Enggal, Bandar Lampung Jumat, 18 Juni 2015.

Salah satu alat yang dipamerkan dan tidak kalah canggih serta modern yakni Bozena, dikenal sebagai penghancur ranjau. Kendaraan yang berbentuk robot ini didatangkan dari Slovakia dan menyita pengunjung pameran dari semua kalangan.

Komandan Peleton 2 Kompi Zipur A dari Yonzipur 9 / 1 Kostrad Letda (Czi) Rendra Yudha Wardhana (24) dan operator robot ini Serda Agus Sofyan (21) ini memaparkan tentang Bozena secara bergantian.

Bozena didemonstrasikan dengan menunjukkan cara kerjanya dari peralatan tempur yang dipamerkan Korem 043 Garuda Hitam di Lapangan Saburai, Kamis, 18 Juni 2015.

"Sistem kerjanya hidrolik. Berfungsi untuk membersihkan ranjau anti personel dan antitank. Tahun 2013 ada di Indonesia dan menambah kekuatan persenjataan TNI AD. Robot ini khusus dipakai didarat. Biasanya dipakai didaerah perbatasan darat yang memang sering ditanami ranjau sebagai penghalang mobilitas pasukan," kata Rendra.

Sepintas, robot ini mirip alat pembajak sawah modern. Bagian depannya terdapat flail unit dari baja. Bisa diatur ketinggian dan kecepatan putarannya saat dipergunakan. "Flail Unit (berbentuk bulatan datar yang tergantung pada rantai baja) dibagian depan dengan gerakan melingkar berfungsi memukul ranjau hingga meledak," ungkapnya.

Masih kata dia, ranjau biasanya ditanam 25-30 sentimeter dibawah permukaan tanah. “Jadi butuh kekuatan yang berbeda untuk mendeteksi, mengaktifkan dan meledakkan ranjau karena ranjau makan waktu untuk dijinakkan secara manual," ujarnya.

"Ini termasuk alat yang sensitif. Tidak semua prajurit Yonzipur 9 bisa mengoperasionalkan robot ini. Cuma ada dua di Indonesia. Satu ada di Yonzipur 9 di Ujung Berung Bandung Provinsi Jawa Barat. Yang sedang anda lihat sekarang. Kemarin robot ini ikut serta dalam latihan tempur di Martapura. Kemudian satu unit lagi ada Yonzipur 10 di Provinsi Jawa Timur," ucap sang operator robot, Serda Agus Sofyan (21).

Pria yang sejak tahun 2014 ini mengendalikan Bozena lewat remot kontrol khusus. "Kekuatan jarak antara remot dan robot ini berbeda tergantung wilayah. Kalau untuk daerah terbuka itu jaraknya lima kilometer. Misalnya seperti daerah gurun. Kalau untuk daerah tertutup seperti hutan, jaraknya dua kilometer saja," ucap pria kelahiran Bima ini.

Dengan kecepatan maksimal 9 km/jam, robot ini lebih sering dipakai setelah suatu areal dikuasai pasukan. "Setelah daerah tertentu dikuasai pasukan, maka Bozena bertugas membersihkan areal tersebut dari ranjau yang sudah ditanam. Boleh juga kalau saat konvoi pasukan tempur, sistem radar mendeteksi bahwa dalam jalur yang akan ditempuh konvoi ada ranjau ditanam. Nah, Bozena akan berada didepan membersihkan ranjau sekaligus membuka jalan," ucap Rendra menjelaskan. (*)

  ♞ saibumi  

Deretan Aksi Jet Tempur TNI AU Cegat Pesawat Asing

http://jakartagreater.com/wp-content/uploads/2014/07/image61-e1405860691931.jpgPesawat Sukhoi saat flying pass pada perayaan HUT ke-69 TNI di Dermaga Ujung Armada RI Kawasan Timur, Surabaya, 7 Oktober 2014. (CNN Indonesia/Safir Makki)

TNI Angkatan Udara menyatakan siap menghadang jet-jet tempur Malaysia yang berani menerobos lagi wilayah udara RI. Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara Marsekal Madya Dwi Badarmanto menegaskan, sebelum ini pun pesawat-pesawat TNI AU pernah mencegat pesawat asing yang memasuki Indonesia tanpa izin.

Itu misalnya terjadi kepada Pakistan International Airlines yang dijemput pesawat kami dan dipaksa mendarat,” kata Marsma Dwi kepada CNN Indonesia, Kamis (18/6).


Kejadian tersebut terjadi pada Maret 2011. Saat itu pesawat komersial milik maskapai Pakistan International Airlines yang melintas di langit Indonesia tanpa izin diberi peringatan TNI AU. Namun peringatan diabaikan sehingga TNI AU mengirim dua pesawat tempur Sukhoi untuk mencegat (intercept).

Dua Sukhoi RI itu lantas memerintahkan pesawat Pakistan mendarat paksa di bandara terdekat, yakni Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan. Setelah mendarat, diketahui pesawat jenis Boeing 737-300 itu membawa 49 personel militer Pakistan dan hendak terbang ke Dili, Timor Leste, kemudian Kuala Lumpur, Malaysia.

Pesawat carteran tersebut kemudian ditahan di Lanud Hasanuddin dan baru dilepaskan ketika Kementerian Luar Negeri Pakistan selesai mengurus izin terbangnya.

Tiga bulan sebelumnya, Desember 2010, TNI AU juga menahan pesawat Malaysia di Bandara Juanda, Surabaya, Jawa Timur, karena tidak mengantongi izin melintas. Pesawat yang membawa 81 penumpang dan sebagian besar di antaranya merupakan keluarga Kerajaan Negeri Melaka itu ditahan selama lima jam. Termasuk di antara penumpang ialah putra PM Malaysia Najib Razak.

November 2011, pesawat jenis Dassault Falcon 900 bercat putih dengan logo merah yang melintas tanpa izin di sekitar Balikpapan, Kalimantan Timur, juga dicegat dua Sukhoi TNI AU. Pesawat asing yang tertangkap radar Komando Pertahanan Udara Nasional itu segera diapit kedua Sukhoi.

Di dalam pesawat itu ternyata Wakil Perdana Menteri Papua Nugini Belden Namah. Setelah dipepet Sukhoi selama 37 menit, pesawat akhirnya dilepas dan batal ditembak jatuh atas instruksi Komando Pertahanan Udara Nasional.
Delapan pesawat AS https://images.detik.com/community/media/visual/2014/10/11/34b82963-feca-4366-9161-64e6df12cc4b_169.jpg?w=620&mark=undefined&image_body_visual_id=20518Pesawat Sukhoi saat flying pass pada perayaan Hari Ulang Tahun ke-69 TNI di Dermaga Ujung Armada RI Kawasan Timur, Surabaya, 7 Oktober 2014. Jet tempur Sukhoi diandalkan TNI Angkatan Udara dalam mencegat (intercept) pesawat asing yang masuk wilayah udara RI tanpa izin. (CNN Indonesia/Safir Makki)

Pesawat-pesawat Amerika Serikat juga melanggar wilayah udara RI. Juli 2011 misalnya, pesawat angkut Boeing C-17 Globemaster III berbendera AS terlihat di radar masuk ke RI secara ilegal lewat Pekanbaru, Riau.

Pesawat itu akhirnya dituntun oleh TNI AU keluar dari wilayah udara RI sampai ke Morotai, Maluku Utara, berkat diplomasi yang dilakukan RI dan AS. Meski demikian, pemerintah RI tetap melayangkan nota protes ke AS.

September 2012, pesawat Cessna 208 Caravan milik AS menerobos batas wilayah RI sehingga dipaksa mendarat di Makassar, Sulawesi Selatan, oleh TNI AU. Namun pilot Cessna tak mau mengikuti perintah TNI sehingga dikerahkanlah Sukhoi Su-27 dan Su-30 untuk mencegatnya. Setelah diapit Sukhoi, akhirnya pilot Cessna menurunkan pesawat di Pangkalan Udara Balikpapan, Kalimantan Timur.

Selanjutnya Mei 2013, pesawat militer AS jenis Dornier 328 tertangkap radar TNI AU di Lhokseumawe, Aceh. Pesawat itu terbang dari Maldives menuju Singapura. Dornier AS tersebut pun diperintahkan mendarat di Bandara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh, dan dilarang terbang sebelum mengantongi izin melintas di wilayah udara RI.

Dua bulan kemudian, Juli 2013, tiga pesawat F-16 Fighting Falcon TNI AU memergoki F/A-18 Hornet milik Angkatan Laut AS melintas dan bermanuver di perairan Bawean, Jawa Timur. Tak tanggung-tanggung, ada lima sekaligus F/A-18 AS yang menerobos wilayah udara RI.

Kelima jet tempur AS itu terbang lebih dari sejam dan berlatih di langit Indonesia. Angkatan Laut AS mengklaim jet-jet itu berada di perairan internasional. Lima F/A-18 Hornet itu bahkan didukung pesawat tempur AS lain yang berada di kapal induk mereka.

Setelah pesawat TNI AU dan AS itu saling berhadapan dalam situasi tegang, para pilotnya akhirnya saling memperkenalkan diri sehingga ketegangan mencair. Tiga F-16 TNI AU dan lima F/A-18 AS pun kembali ke posisi masing-masing, batal beradu.

Kadispen AU Marsma Dwi menyatakan TNI sudah punya prosedur tetap jika pesawat asing tak berizin tertangkap di radar:
Pertama, identifikasi negara asal pesawat.
Kedua, membuka komunikasi dengan pilot pesawat.
Ketiga, memaksa pesawat asing mendarat (forced down). Jika tak mau mendarat.
Keempat, menerbangkan jet tempur RI untuk mencegat pesawat asing itu (intercept). Bila pilot pesawat tak bisa diajak kompromi dan jalur diplomasi tertutup.
Kelima, menembak pesawat. (agk)

  CNN  
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...