Sabtu, 17 Mei 2014

Panglima TNI Segera Bentuk Kogabwilhan

Kogabwilhan menunggu Keputusan Presiden turun http://1.bp.blogspot.com/-k4r6GnuajSU/T-EyPdDkc8I/AAAAAAAABcs/YIHpInABBoo/s1600/TNI-AL.jpgIlustrasi

Tarakan
Dalam kunjungannya ke wilayah perbatasan, khususnya di wilayah Kalimantan Utara (Kaltara) Jumat (16/5), Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko bersama rombongan sekitar 15 orang tiba di Tarakan sekitar pukul 7.30 wita, setelah bermalam di Balikpapan.

Panglima TNI berkunjung ke Satuan Radar 225 dan Pangkalan Angkatan Udara (Lanud) Tarakan. Kemudian, ia terbang menggunakan pesawat Helly Bell Seri 420, Helly Bell Seri 412 dan Helly Bell Seri 516 milik TNI AL ke Sebatik, Seimanggaris kemudian ke Sungai Nyamuk untuk melaksanakan ibadah sholat jumat. Selanjutnya, ke KRI Surabaya untuk makan siang di KRI sekaligus meninjau wilayah perbatasan di Karang Unarang Ambalat. Setelah itu, rombongan ke Tarakan untuk kembali ke Jakarta.

Usai berkunjung ke wilayah perbatasan di Kaltara, Panglima TNI mengungkapkan telah meresmikan rencana Operasi Garda Wibawa ke-14 menjadi operasi. Sebenarnya, rencana operasi ini telah dimulai tahun 2005, tapi operasi ini berdiri sendiri dari TNI AU, TNI AL dan TNI AD.

“Mulai sekarang, saya mengintegrasikan dan menginteroperability (sistem komando dan kontrol) menjadi satu satuan komando, satu kendali operasi. Untuk TNI AL dan TNI AU sudah menginteroperabilitykan Panglima Armada Timur (Pangmaritim) menjadi Panglima Komando Tugas Gabungan. Ke depan, TNI akan membentuk Komando Wilayah Pertahanan (Kolwilhan) atau Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan),” ujar Panglima TNI dikonfirmasi saat akan menaiki Pesawat Boeing milik TNI AU untuk kembali ke Jakarta.

Ia berkata, dibentuknya Komando Tugas Gabungan untuk menyatukan operasi, sehingga begitu ada Panglima Kogabwilhan semua akan berjalan dengan baik. “Alutista TNI cukup baik. Sekarang, belum terlalu kelihatan, jika ada penambahan alutista. Tapi, sampai Oktober 2014 nanti, akan mulai berdatangan terus alutsista kita. Tahun 2015 sampai 2016, alutista akan semakin padat datangnya. Perkembangannya cukup baik,” jelas Panglima TNI.

Ia menjelaskan, alasan memilih Pangmartim sebagai kepala komando, karena wilayah Kaltara ini merupakan wilayah kerjanya. Dalam struktur komando, Panglima TNI juga menempatkan Panglima Komando Sektor Makassar sebagai Wakil Panglima karena merupakan satu wilayah.

“Kita sudah cek Sukhoi terbang di atas air. Antara TNI AL maupun TNI AU dapat berkomunikasi dengan baik dan memberi input data, sehingga persoalan di laut begitu didapat, satuan udara memberi bantuan satuan di laut,” bebernya.

Disinggung permasalahan perbatasan antara Indonesia dan Malaysia terkait wilayah perbatasan di perairan Karang Unarang, hal itu merupakan urusan politik dan diplomatik. Tugas TNI akan tetap menjaga kedaulatan RI. “Sudah saya katakan kepada semua prajurit, dalam menjaga keutuhan atau kedaulatan sangat jelas dan tegas sikap kita. Tapi, jangan berbuat yang provokatif, karena akan memberi penafsiran yang berbeda oleh negara-negara di sekitar kita, dan akan mengganggu sistem diplomatik,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjend TNI Muhammad Fuad Basya juga menambahkan, wilayah perbatasan merupakan domainnya laut dan udara. Karena itu, menunjuk Panglima Armada Timur untuk menjadi Panglima Komando dalam rangka pengamanan perbatasan.

“Pengamanan perbatasan ini sebenarnya rutin dilakukan. Sebagai Kogabwilhan di bawah Panglima TNI, Kaltara masuk dalam Kogabwilhan 2. Karena itu, di bawah Pangmaritim. Kogabwilhan ini tinggal menunggu Keputusan Presiden (Keppres) turun, tapi semua pengajuan sudah masuk,” jelas Kapuspen TNI.

Di Nunukan sendiri, Panglima TNI Jendral TNI Dr Moeldoko membuka secara resmi operasi gabungan yang dilakukan oleh TNI AD, AL dan AU di perairan Karang Unarang Ambang Batas Laut (Ambalat) Indonesia-Malaysia. Ia juga menyempatkan diri berkunjung ke garis perbatasan di Pulau Sebatik yang berdampingan dengan Negara tetangga Malaysia. Fokus kunjungannya, yaitu melihat secara langsung patok-patok Indonesia yang terbentang di sepanjang garis perbatasan.

“Kunjungan Panglima TNI ke Nunukan dalam rangka mengawasi jalannya operasi gabungan dalam mempertahankan NKRI dengan berbagai kegiatan di dalamnya. Ia juga ingin melihat langsung wajah Indonesia di hadapan Negara tetangga Malaysia,” ujar Staff Humas dan Protokol Setkab Nunukan, Ayub kepada Koran Kaltara.

Beberapa daerah yang menjadi fokus operasi ini adalah Sebatik, Seimanggaris, Sebuku, Kecamatan Krayan yang merupakan wilayah Indonesia yang berhubungan langsung dengan Negara bahagian Sabah dan Serawak di bumi Malaysia.

“Kunjungan Pangliman TNI ditutup dengan upacara bendera di perairan Karang Unarang dan menuju Kota Tarakan mengikuti beberapa kegiatan lainnya,” terang Ayub.

Nunukan menjadi perhatian serius Pemerintah Pusat termasuk unsur militer, karena tingginya peredaran narkoba di daerah ini, sehingga menjadi alasan diperketatnya pengawasan di wilayah perbatasan. Selain itu, bergesernya beberapa patok Indonesia juga menjadi perhatian serius dari TNI.

Sebut saja, beberapa kasus yang dilaporkan Satgas Pamtas Yonif 141/ AYJP beberapa waktu lalu saat diwawancara khusus oleh Koran Kaltara, yaitu ada sebagian patok Indonesia bergeser dan dilaporkan hilang. Beberapa penangkapan besar sabu-sabu terjadi di Pulau Sebatik dan Kecamatan Krayan. (saf/dia)

  ★ Korankaltim  

TNI AL Perlu Diperkuat untuk Jaga Eksistensi Laut Indonesia

AL secara tradisional memiliki tiga kategori peran yaitu militer, diplomasi, dan polisionil http://img.beritasatu.com/images/medium/1399197406.jpgPersonel TNI AL memantau aktifitas nelayan dan kapal laut di perairan Benoa-Nusa Dua menjelang berlangsungnya Konferensi Asia-Pasifik "Open Government Partnership" (OGP) di Nusa Dua, Bali, Minggu (4/5).  (sumber: Antara/Nyoman Budhiana)

Jakarta
Indonesia perlu menjaga eksistensi laut miliknya. Peran TNI Angkatan Laut (AL) untuk mengamankan eksistensi tersebut tidak bisa ditawar lagi.

Komandan Detasemen Markas (Dandenma) Mabes TNI Kolonel Laut Ivan Yulivan mengatakan upaya memperkuat TNI AL untuk tetap mampu menjaga stabilitas keamanan maritim baik nasional, regional maupun global adalah suatu keniscayaan.

"Memperkuat TNI AL menjadi AL yang berkelas dunia (World Class Navy) dapat diartikan sebagai AL yang dapat disejajarkan kemampuan profesi personelnya dengan kemampuan AL negara yang lebih maju atau modern," ujar Ivan saat menjadi pembicara dalam Dikusi Kebangsaan dengan topik Krisis Identitas dan Kebangkitan Negara Maritim dengan memperkuat Perhubungan Laut dan Lintas Udara di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (17/5).

Ivan menambahkan TNI AL juga memiliki kemampuan alutsista yang modern setara dengan kemampuan alutsista dari AL negara lain yang lebih kuat.

Ia mengatakan kemampuan profesi personel adalah kemampuan untuk menguasai bidang keahliannya dan kemampuan untuk mahir dalam mengawaki dan mengoperasikan peralatan yang diawakinya. Sedangkan kemampuan alutsista disini dalam arti kualitas dan bukan kuantitasnya.

"Kemampuan ini bukan hanya dalam pengoperasian secara individu tetapi juga secara bersama. Kebersamaan ini bukan hanya dengan satu matra angkatan, namun juga dengan matra lainya dan juga secara bersama dengan alutsista dari negara lain (Joint Operation)," ujar Ivan.

Ia menerangkan AL sejak pembentukannya sudah dituntut harus memiliki kualitas sebagai AL kelas dunia. Ia menyebut hal itu cukup relevan dengan teori tentang peran tradisional AL secara universal yang dikemukan Ken Booth. "AL secara tradisional memiliki tiga kategori peran yaitu militer, diplomasi, dan polisionil," ucap Ivan.

Ia mengatakan peran militer dibentuk karena karakter konvensional sebagai angkatan bersenjata. Lalu peran diplomasi karena melaksanakan tujuan politik negara.

"Dan peran polisionil berkaitan dengan penegakan hukun nasional dan internasional yang telah diratifikasi serta perlindungan klaim wilayah," pungkas Ivan.

  ★ Berita Satu  

[World News] Angkut Menhan, Pesawat Militer Laos Jatuh

Belum diketahui kondisi para korban. Pesawat An-74 TK300

Bangkok
Sebuah kecelakaan pesawat terjadi di Laos pada Sabtu dini hari, 17 Mei 2014. Diberitakan harian Bangkok Post, sebuah pesawat militer yang mengangkut 18 orang jatuh sebelum mendarat.

Menurut seorang Diplomat Thailand, pesawat jatuh di bagian timur laut Laos. Seorang Diplomat di ibukota Vientiane, menyatakan pesawat itu telah lepas landas dini hari menuju ke Provinsi Xiangkhouang untuk menghadiri sebuah acara.

Menurut data dari Bangkok Post, 18 penumpang di dalamnya termasuk Wakil Perdana Menteri, Menteri Pertahanan, Douangchay Phichit, sang istri, dan Gubernur Vientiane, Sukan Mahalad.

Hingga berita ini diturunkan Pemerintah Laos belum mau mengkonfirmasi soal korban tewas. Namun, media lokal melaporkan beberapa orang berhasil selamat dari kecelakaan itu. Belum diketahui nasib para pejabat di dalamnya.

Pada Oktober 2013, pesawat maskapai Laos, Lao Airline jenis Turboprop ATR-72 juga mengalami kecelakaan saat badai tengah berhembus kencang ke arah Bandara Pakse di sebelah selatan Laos. Sebanyak 49 orang di dalam pesawat itu dinyatakan tewas.(umi)

  ★ Vivanews  

Perbatasan negara di Pulau Sebatik aman

Tingkatkan disiplin dan selalu waspada Sebatik Keamanan perbatasan negara di Pulau Sebatik dalam keadaan aman dan Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Indonesia-Malaysia TNI selalu berpatroli bersama dengan mitra Malaysia-nya.

"Kalian jangan bermasalah dengan rakyat di sini. Tingkatkan disiplin dan selalu waspada," kata Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko, di Pos Simanggaris, Pulau Sebatik wilayah Indonesia, Jumat. Dia memimpin delegasi Markas Besar TNI meninjau pelaksanaan latihan/operasi Komando Satuan Tugas Gabungan Ambalat TNI 14.

Latihan/operasi Komando Satuan Tugas Gabungan Ambalat 14 itu menjadi satu "terobosan" meningkatkan efektivitas dan perampingan birokrasi dan rantai komando pengamanan perbatasan negara. Komando Satuan Tugas Gabungan Ambalat 14 itu dipimpin Laksamana Muda TNI Agung Pramono yang sehari-hari adalah panglima Komando Armada Indonesia di Kawasan Timur TNI AL.

Turut dalam rombongan itu di antaranya, Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Marsetio, Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional TNI, Marsekal TNI Hadiyan Suminta, Asisten Teritorial Panglima TNI, Mayor Jenderal TNI Ngakan Gede Sugiartha, dan beberapa yang lain.

Pos Simanggaris satu dari sekian banyak pos Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Indonesia-Malaysia TNI, yang kini dilaksanakan Batalion Infantri 100/Raider, dari Komando Daerah Militer I/Bukit Barisan. Mereka bertugas selama enam bulan untuk kemudian diganti satuan lain.

Di Pos Simanggaris, terdapat juga pos serupa dari Tentera Darat Diraja Malaysia. Berbeda dengan Markas Besar TNI yang menempatkan satu peleton (39 personel), maka Tentera Darat Diraja Malaysia menempatkan cuma 10 personelnya.

"Kami memiliki hubungan yang baik sekali dengan teman-teman kami dari TNI. Kami berpatroli bersama dan banyak lagi aktivitas lain bersama-sama, termasuk belanja bareng hingga masak makanan bersama," kata Komandan Tim Tentera Darat Diraja Malaysia, Sersan Adios, yang turut menyambut Moeldoko dan rombongan.

Pulau Sebatik di Kabupaten Nunukan terbagi dua hampir sama persis oleh garis membujur lurus. Bagian utara dimiliki Malaysia dan bagian selatan milik Indonesia. Jika garis perbatasan itu diteruskan ke timur, maka akan bertemu dengan Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan yang semula milik Indonesia namun sejak 2004 dimiliki Malaysia.

  ★ Antara  

75 Marinir Latihan Jelang Latma RIMPAC 2014

Melaksanakan latihan pra satgas di pantai Tanjung Pasir, Tangerang Tangerang Sebanyak 75 prajurit Korps Marinir yang tergabung dalam Latihan Bersama Multilateral Rim Of Pacific (Latma Multilateral RIMPAC) 2014 melaksanakan latihan pra satgas di pantai Tanjung Pasir, Tangerang, Jumat (15/05/2014).

Satuan Setingkat Kompi (SSK) yang terlibat Latma Rimpac tersebut merupakan prajurit gabungan dari Marinir Wilayah Jakarta dan Surabaya di bawah pimpinan Mayor Marinir Brian Iwan Prang yang sehari-hari menjabat sebagai Pasi Ops Batalyon Taifib-2 Marinir.

Dalam latihan pra satgas yang berlangsung selama dua hari ini, personel diberangkatkan dari dermaga Kolinlamil dengan menggunakan KRI Banda Aceh, dan melaksanakan pendaratan serta serbuan amfibi menggunakan tank amfibi LVT-7 di pantai Tanjung Pasir, selanjutnya dilaksanakan MOUT (Military Operation On Urbanized Terrain) atau perang kota.

Perang kota merupakan operasi militer yang mengutamakan kerjasama tim yang solid dan kedisiplinan lapangan, baik disiplin perorangan maupun regu sampai tingkat peleton. Latihan ini bertujuan untuk meningkatkan dan mempertajam insting prajurit demi mendukung tugas kedepan yang semakin kompleks.

Latma Multilateral RIMPAC 2014 yang melibatkan Negara-negara di kawasan Asia Tenggara ini akan dilaksanakan pada tanggal 25 Juni sampai dengan 1 Agustus 2014 di Pearl Harbour training area dan perairan Kepulauan Hawaii.





  ★ Marinir  

Panglima TNI Tinjau Satgas Garda Wibawa Perbatasan RI - Malaysia

Menyaksikan situasi dan kondisi perairan karang unarang Panglima TNI Tinjau Satgas Garda Wibawa Perbatasan RI - MalaysiaPanglima TNI Jenderal TNI Moeldoko, Jumat (16/5) meninjau Satuan Tugas (Satgas) Garda Wibawa -14 Pengamanan Perbatasan Laut RI-Malaysia di Kalimantan Utara.

Menurut Kadispenarmatim Letkol Laut (KH) Abdul Kadir, dalam rilisnya, mengatakan kedatangan orang nomor satu di TNI itu untuk meninjau keadaan prajuritnya yang sedang melaksanakan tugas sebagai garda terdepan pengamanan perbatasan wilayah laut antara Republik Indonesia dengan pemerintah Malaysia.

Setelah menempuh perjalanan dari Jakarta-Balikpapan Panglima TNI melanjutkan perjalanan tugasnya menuju Tarakan, Kalimantan Utara. Setibanya di kota Tarakan Panglima TNI istirahat sejenak di VVIP Room bandara Juwata, kemudian langsung mengadakan peninjauan dengan menggunakan 2 buah helikopter bell milik TNI AL dan KRI.

Dalam peninjauan itu Panglima TNI didampingi oleh Kasal Laksamana TNI Dr.Marsetio, Pangarmatim Laksda TNI Agung Pramono S.H.M.Hum, Pangkohanudnas serta para perwira tinggi TNI lainnya. Tempat yang ditinjau oleh Panglima TNI itu antara lain Satuan Radar (Satrad), Pangkalan Udara TNI AU (Lanud), Pos Sei Manggaris, Sebatik dan Mess Marinir, Pos Sei Pancang, Pos Adji Kuning dan Karang Unarang.

Usai peninjauan ke Pos Ajikuning Panglima TNI melanjutkan peninjauannya ke Karang Unarang dengan menggunakan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Surabaya-591 yang sedang berada di perairan sekitar Ambalat. Di KRI Surabaya-591 Panglima TNI diterima oleh Komandan KRI Surabaya-591 Letkol Laut (P) Rizki.H.

Di KRI Surabaya-591 Panglima TNI menerima Paparan tentang kondisi terakhir perairan Ambalat yang disampaikan oleh Komandan Gugus Tempur Laut Armada RI Kawasan Timur Laksma TNI Aan Kurnia. S. sos di lounge room perwira. Selain itu juga Panglima TNI menyaksikan situasi dan kondisi perairan karang unarang dari atas KRI Surabaya-591juga menyaksikan fly pass 2 pesawat sukoi dan 1 pesawat patroli maritim.

Pada kesempatan itu juga Panglima TNI memberikan pengarahan kepada seluruh prajurit yang tergabung dalam Satgas dan berada di KRI Surabaya-591 dengan didampingi oleh Kasal Laksamana TNI Dr. Marsetio dan Pangarmatim Laksda TNI Agung Pramono SH. M. Hum.

  ★ Tribunnews  

Transformasi TNI AD Dalam Mewujudkan Satuan Tempur yang Handal

Guna Menghadapi Tantangan Tugas http://www.brandsoftheworld.com/sites/default/files/styles/logo-thumbnail/public/022012/untitled-1_151.pngTNI AD memiliki tugas pokok yaitu melaksanakan tugas TNI Matra Darat dibidang pertahanan, melaksanakan tugas TNI dalam menjaga keamanan wilayah perbatasan darat dengan negara lain, melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan Matra Darat serta melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan di darat dalam rangka menegakkan kedaulatan Bangsa dan Negara, mengamankan dan mempertahankan keutuhan wilayah Negara, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. Di samping itu TNI AD juga memiliki tugas-tugas dibidang pertahanan dengan melakukan Operasi Militer untuk Perang dan Operasi Militer Selain Perang, membangun dan mengembangkan kekuatan matra darat dengan mewujudkan penampilan postur Angkatan Darat yang memiliki kekuatan, kemampuan dan gelar kekuatan Angkatan Darat, melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan di darat.

Perkembangan global yang semakin pesat terutama dibidang teknologi dan informasi menyebabkan dunia seolah-olah tanpa batas. Seluruh penjuru dunia dapat terhubungkan melalui jaringan internet. Hal ini membuat kedaulatan negara menjadi sesuatu yang bias, terutama dalam dunia Cyber. Siapa dan kapan saja dapat mengakses internet dengan mudah. Sistem pertahanan dunia maya dapat ditembus oleh para “Hacker” dengan mudahnya. Kesempatan ini dimanfaatkan bagi pihak yang berkepentingan untuk mencari keuntungan. Selain itu bagi negara-negara yang sedang bertikai dimanfaatkan untuk saling serang melalui dunia maya yang istilah modernnya dikenal sebagai “cyber warfare”. Dunia cyber dapat memunculkan ancaman tersendiri bagi suatu negara. Ancaman yang berasal dari dunia maya ini sering disebut sebagai “Cyber Threat”. Perang modern saat ini sudah mulai bergeser dari perang konvensional menjadi perang asimetris. Strategi militer negara-negara berkembangpun beralih ke Strategi “Hybrid Warfare” dimana Hybrid warfare merupakan sebuah strategi militer yang memadukan antara perang konvensional, perang yang tidak teratur dan ancaman cyber warfare, baik berupa serangan nuklir, senjata biologi dan kimia, alat peledak improvisasi dan perang informasi.

Dalam menanggapi perkembangan diatas TNI telah menyikapinya dengan melaksanakan transformasi dan khususnya bagi TNI AD melalui konsep perubahan sistemik yang telah ditetapkan dan diarahkan untuk membangun tiga aspek kemampuan utama meliputi aspek pertempuran, pembinaan teritorial, dan aspek dukungan. Kesemuanya itu ditujukan untuk mewujudkan TNI AD yang profesional, militan, modern, mencintai dan dicintai rakyat serta memiliki daya tangkal yang tangguh terhadap segala “threat” (ancaman) yang berkembang. Taktik bertempur yang handal serta dilengkapi alutsista yang modern menjadi modal utama dalam meningkatkan kekuatan sistem pertahanan yang bersifat “Hard power”.

Hal itu dapat berfungsi dengan maksimal jika ditopang oleh aspek sistem dukungan TNI AD yang handal. Perkembangan alutsista yang modern di lingkup TNI AD perlu diimbangi taktik bertempur yang sinergis antar kecabangan maupun antar angkatan. Sebagai negara kepulauan sistem pertahanan Indonesia memerlukan kesatuan usaha (unity of efforts) antar angkatan didalam menjaga kedaulatan dan meningkatkan ketahanan. Unity of efforts tersebut dapat tercapai melalui kerjasama yang harmonis serta keselarasan taktik bertempur yang digunakan. Untuk itu diperlukan sinergitas dan interoperabilitas dalam sistem kerjasama antar angkatan sehingga berada dalam kesatuan sistem dalam rangka mewujudkan tujuan bersama.

Kondisi wilayah Indonesia merupakan wilayah kepulauan yang sangat luas dan terdiri dari ribuan pulau. Hal ini mendorong adanya penyesuaian antara taktik dan strategi pertahanan yang digunakan berkaitan dengan aspek ancaman yang dapat timbul dari wilayah darat, laut maupun udara. Bagi Satuan-satuan yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia perlu menyesuaikan antara organisasi dan taktik strategi yang digunakan serta kemampuan satuan itu sendiri bila disesuaikan dengan jenis ancaman yang timbul dan tipologi wilayah dimana satuan tersebut berada. Sebagai contoh Yonif 641/Raider dimana dislokasinya berada di wilayah Kalimantan Barat dengan 3 kompi senapan yang terpisah dari Mayon. Kompi Markas dan Kompi Bantuan terletak di Kota Singkawang, Kompi Senapan A di Kabupaten Sambas, Kompi Senapan B berada di Kecamatan Pemangkat Kabupaten Sambas, sedangkan Kompi Senapan C berada di Kabupaten Bengkayang.

Dilihat dari dislokasi wilayah kompi-kompinya, Yonif 641/Raider perlu dibentuk spesialisasi khusus apalagi dikaitkan dengan kompinya yang terpisah dengan tipologi wilayah dan jenis ancaman yang berbeda. Secara global sebagai Batalyon Raider,Yonif 641/R memiliki kemampuan tempur antara lain :

a) Kemampuan Mobud.
Sebagai Satuan Raider Yonif 641/Raider telah dibekali kemampuan Mobilisasi Udara. Dengan kemampuan tersebut pasukan Yonif 641/Raider dapat dengan cepat diterjunkan ke daerah sasaran operasi secara terbatas.

b) Kemampuan Operasi Raid.
Pasukan Raider dibekali kemampuan khusus untuk melaksanakan operasi Raid penghancuran maupun pembebasan tawanan. Sehingga dengan kemampuan tersebut Prajurit raider dapat digerakkan setiap saat.

c) Kemampuan OLI.
Kemampuan OLI dari Yonif 641/Raider telah dipelihara dan diberdayakan sehingga setiap saat selalu siap untuk digerakkan.

d) Kemampuan Operasi Konvensional.
Yonif 641/Raider sebagai pasukan mobil Kodam selalu siap digerakkan untuk melaksanakan operasi serangan maupun pertahanan baik berdiri sendiri maupun bagian dari satuan tugas yang lebih besar.

Adapun konsep organisasi kompi dengan bekal kemampuan khusus yang direncanakan adalah sebagai berikut :

a) Kipan A berkedudukan di Kabupaten Sambas. Wilayah Kipan A rata-rata merupakan perkampungan dengan perumahan yang padat penduduk. Proyeksi kedepan Kompi senapan A perlu dibekali spesialisasi kemampuan khusus Purkota.

b) Kipan B berkedudukan di Kecamatan Pemangkat Kabupaten Sambas. Wilayah Pemangkat dekat dengan perairan dan pantai. Eskalasi ancaman kemungkinan besar dapat timbul dari wilayah perairan. Berdasarkan tipologi wilayah tersebut maka Kompi Senapan B perlu adanya spesialisasi kemampuan Ralasuntai.

c) Kipan C terletak di Kabupaten Bengkayang. Keadaan geografis di wilayah Bengkayang terdiri dari dataran tinggi dan perbukitan. Kondisi wilayahnya sebagian besar juga masih berupa hutan. Kondisi tersebut menjadi dasar pembentukan Kompi yang memiliki spesialisasi pertempuran Hutan Gunung. Dengan pertimbangan tersebut maka Kompi C dibentuk sebagai Kompi Hutan Gunung.

d) Kompi Markas terletak di Kota Singkawang. Kondisi wilayah di Singkawang merupakan perkotaan dengan padat pemukiman. Berdasarkan dislokasi tersebut maka Kompi Markas perlu dibekali spesialisasi kemampuan Purkota.

e) Kompi Bantuan yang terletak di singkawang menjadi satu dengan Mayon. Sebagai Batalyon Raider maka dibutuhkan Satuan yang memiliki kemampuan penanggulangan teror. Untuk itu perlu dibentuk pasukan Gultor. Dengan pertimbangan dislokasi Kiban yang dekat Mayon sehingga siap digerakkan dengan cepat maka Kiban dijadikan sebagai Kompi Gultor.

Dengan adanya upaya pembentukan organisasi tersebut diharapkan Satuan akan lebih efektif dalam menangkal setiap ancaman yang timbul. Kondisi kemampuan tersebut perlu didukung dengan adanya Alat peralatan yang dapat menunjang efektifitas kemampuan yang dimiliki masing-masing kompi. Dukungan alat peralatan sangat dibutuhkan berkaitan dengan modernisasi sistem alutsista dilingkungan TNI AD.

Sampai saat ini di wilayah Kalimantan Barat belum memiliki Satuan penangkal serangan udara. Jika ditinjau dari aspek strategis dimana wilayah Kalbar berbatasan langsung dengan negara lain, maka perlu dibentuk Yon Arhanud di wilayah Kalbar. Hal ini sangat penting mengingat luasnya wilayah Kodam XII/Tpr yang meliputi Kalbar dan Kalteng serta kerawanan ancaman serangan udara bisa saja terjadi setiap saat. Alutsista yang modern tentunya juga diperlukan dalam sistem pertahanan udara kita. Modernisasi Sistem persenjataan berpengaruh terhadap pemetaan tingkat kekuatan yang tergelar. Pembentukan satuan Arhanud tersebut diharapkan dapat memberikan efek strategis terhadap pertahanan di wilayah Kalbar. Sehingga dapat menjadikan perhitungan tersendiri bagi negara-negara lain.

Dalam menunjang kontinuitas transformasi TNI AD secara bertahap bertingkat dan berlanjut dipengaruhi oleh beberapa komponen yang berpengaruh didalamnya. Beberapa komponen tersebut antara lain : “Human Resources” (SDM) yang menunjang, “Millitary technology” (Teknologi Militer) baik berupa peralatan (equipment), persenjataan (weapons), kendaraan (vehicle), struktur dan sistem komunikasi (structures and communication system) struktur dan sistem komunikasi yang didesain untuk digunakan dalam “warfare”, serta “Military Strategy” (Strategi Militer). Komponen diatas perlu diselaraskan dengan bidang Pertempuran, Dukungan, dan Pembinaan Teritorial sehingga Konsep Tujuan utama Transformasi TNI AD dapat tercapai.

Singkawang, Mei 2014
Penulis
Heri Budi Purnomo S.IP
Letkol Inf NRP 11970031120174

  Kodam Tanjungpura  

Secuil Kisah Awak Hiu Kencana {4}

 Secuil Kisah-kisah Awak “Hiu Kencana” yang tidak terpublikasikan Jilid 4 

KS U-206
KS U-206
Kisah ini sengaja saya tulis berdasarkan catatan-catatan tertulis yang saya punya dan juga cerita-cerita dari para “Silent Warrior” pinisepuh saat mereka dulu bertugas mengawaki “Hiu-hiu besi” kita dalam menjaga Kedaulatan NKRI yang mungkin selama ini belum pernah terpublikasikan. Dan tulisan ini saya dedikasikan juga kepada seluruh “Beliau-beliau” tadi berikut juga dengan para “Silent Warrior” muda yang kini masih bertugas mengawal NKRI.

Kalau di jilid ketiga saya mengulas sedikit tentang KS Whiskey Class maka di Jilid 4 ini akan saya tuliskan juga beberapa kisah yang benar-benar terjadi dari adik-adiknya Whiskey Class kita.

Whiskey Class Submarine
Whiskey Class Submarine

 Torpedo yang berbalik arah 

Dalam suatu latihan terpadu, setelah torpedo siap di dalam kapal maka langkah selanjutnya adalah berlayar menuju daerah latihan penembakan torpedo. KS senantiasa mendapat perintah untuk berlayar sehari terlebih dulu karena kecepatannya yang relatif rendah dibandingkan dengan kapal atas air yang akan mengikuti latihan ini. Pelayaran menuju daerah latihan penembakan torpedo berjalan sebagaimana biasaya dan dibarengi juga dengan segala macam peran latihan kedaruratan.

Tiba di daerah latihan kita masih selalu harus menunggu dengan lego jangkar, karena kapal kapal lain yang harus ikut berpartisiasi dalam latihan belum datang. Awak KS kita masih punya waktu untuk istirahat menenangkan pikiran semalam sambil dibuai ombak lambung, sampai keesokan harinya di mana kapal partner maupun kapal sasaran telah tiba dan siap mengikuti latihan.

Dinihari jam empat pagi mulailah peran angkat jangkar. Sesuai dengan apa yang ditentukan dalam Rencana Operasi maka kapal sasaran akan mengambil posisi tertentu. Dan KS kita menyelam mendekatinya sampai suatu jarak penembakan torpedo latihan yang paling efektif. Hal ini lalu berarti bahwa setelah melewati sasaran torpedo masih punya tenaga untuk berenang kemana sukanya.

Lalu mulailah komunikasi data tentang sasaran antara Komandan yang mengintai sasaran dari atas, dirubka atau bilik tempur lewat periskop serang (dikenal juga sebagai periskop Komandan), dengan Starpom atau KKM yang mengendalikan manajemen penembakan torpedo dan Perwira Torpedo serta Juru TAS-L 2 yang meneruskan perintah Komandan ke torpedo melalui putaran jentera roda gigi TAS- L 2 nya.

Sesekali terdengar pemberitahuan Komandan: “Baringan sasaran sekian Derajat, …turunkan periskop”. Lalu lagi, “naikkan periskop,…. .baringan sasaran sekian Derajat, …turunkan periskop”. Kemudian Periskop dinaikkan sebentar lagi, Komandan membaring sasarannya, lalu periskop diturunkan lagi, semua ini dilakukan agar kapal lawan tidak sempat tahu kalau sedang kita intai. Kadang-kadang malah masih satu kali lagi, “naikkan periskop, ….baringan sasaran sekian Deradjat,…. turunkan periskop”.

Nah dari data dua baringan atau maksimal tiga baringan sasaran itulah Starpom yang bekerja sama dengan Perwira Navigasi Satu sudah harus dapat memperkirakan kemana haluan sasaran dan berapa kecepatannya, sehingga dapat menghitung pada menit kesekian dan detik kesekian sasaran akan berada di titik mana. (Di KS U-209 dan K 887 K4b, ada alat untuk menghitung segitiga penembakan torpedo yang amat praktis dan serba digital).

Juru TAS-L diperintahkan memasukkan data posisi sasaran sesuai perhitungan Starpom. Perwira Torpedo mengechek kebenaran Juru TAS-L dalam memasukkan data. Dengan data tersebut, TAS-L akan menginterpolasikannya dengan kecepatan torpedo, dan selama jarak itu masih dalam jangkauan torpedo, TAS-L lalu akan memberikan saran yaitu torpedo harus diset pada kecepatan berapa untuk dapat mengenai sasaran dengan salvo tunggal.

Kedalaman luncur diset sesuai dengan besarnya kapal, kalau kapal lawan yang ditembak besar dan sarat kapalnya dalam maka kedalaman luncur diset lebih dalam. Kalau boleh dikatakan TAS-L adalah semacam NTDS (Naval Tactical Data System) tapi masih manual dan “sdelano mbwi CCCP”, alias: made in USSR.

Setelah semua data yang diperlukan diset, maka Perwira Torpedo akan melaporkan bahwa torpedo siap untuk ditembakkan. Komandan untuk kepastian memerintahkan menaikkan lagi periskop untuk terakhir kali, guna melihat apakah sasaran masih tetap dalam kecepatan dan arah sesuai pengamatan awal, dan bila ya, ia akan memerintahkan turunkan periskop dan siap menembakkan torpedo.

Cross check dilakukan dengan melihat juga pada monitor sonar atau sesekali menggunakan radar Flag dengan pancaran sektoral yang mengarah kesasaran saja, dengan pancaran yang intermittent, terputus putus, sehingga tidak akan sempat disadap radar detector lawan, untuk mengetahui kearah mana kapal sasaran akan bergerak dan bagaimana ketetapan haluannya.

Kadang-kadang karena sebenarnya Komandan juga menghitung sendiri dalam benaknya karena tidak yakin pada perhitungan segitiga penembakan torpedo yang dibuat oleh Starpom dan Team Penembakan Torpedonya, atau ia memiliki pertimbangan lain, bisa saja berdasarkan hasil cross check dari sonar maka ia akan mengambil keputusan lain. Dan tentu saja keputusan Komandan lah yang akan dilaksanakan.

Tibalah saat yang paling mendebar debarkan dan yang paling dinantikan. Semua jerih payah hampir dua bulan lebih mempersiapkan kapal untuk penembakan torpedo, akan dilihat hasilnya saat ini.

(Catatan: Team Penembakan Torpedo tidak begitu saja tiba-tiba berlatih menembakkan torpedo latihan di laut, atau penembakan basah, nashen feuer atau wet firing. Mereka telah berminggu-minggu sebelumnya digembleng, berlatih di Attack Teacher dalam suatu penembakan kering di suatu ruangan simulasi penembakan torpedo, dimana ada periskop miniatur yang dapat benar-benar berfungsi sebagai periskop, ada Juru Sonar, ada Juru TAS-L 2, pokoknya semua yang diperlukan dalam peran penembakan torpedo yang harus ada disentral juga ada di situ. Dan di laut di luar kendali Komandan ada simulator kapal sasaran yang bergerak senaknya sendiri tergantung skenario para pelatih, dan dari sinilah sang Komandan mengetahui apakah ia dapat senantiasa mempercayai perhitungan segitiga penembakan torpedo Starpom beserta team Penembakan Torpedonya atau masih harus menghitungnya sendiri lagi).

Akhirnya, datanglah perintah itu. “….Peluncur siap, awas, tembak….” Dan, greg, kapal agak goyah sedikit ketika harus memuntahkan torpedo seberat dua ton dengan tekanan udaranya. Lalu meluncurlah torpedo dengan mulus. Pada saat ini Juru Sonar mulai dengan pekerjaannya yang menentukan nasib kapal lawan. Ia harus senantiasa mendengarkan dengan benar arah torpedo meluncur. (Dalam pertempuran yang sebenarnya, kalau saja arah luncuran torpedo berbeda dengan arah yang akan dituju kapal sasaran, dimana berarti tidak akan ada titik temu diantara keduanya, ia harus segera melaporkan hal ini kepada Komandan, karena ini akan berarti kita harus menembakkan torpedo berikutnya.)

Kali ini laporannya Sang Juru Sonar terdengar sepertinya baik-baik saja: “torpedo meluncur menuju sasaran”, ….beberapa saat kemudian, diulangi lagi, “torpedo masih meluncur menuju ke arah sasaran”. Sementara itu baik Starpom maupun Komandan dan Perwira Navigasi Satu menghitung dengan stopwatch, sudah harus sampai di mana torpedo dengan kecepatan yang diset tersebut pada waktu ini. Cross check untuk itu sekarang ada pada ketelitian telinga Juru Sonar.

Bila segala sesuatunya tepat sesuai perhitungan dan Oke, semua anggota Team Penembakan Torpedo bisa tersenyum. Pada awalnya semua tepat sesuai perhitungan. Juru Sonar melaporkan bahwa torpedo tiba tepat di bawah kapal sasaran tepat sesuai waktu yang diprediksi oleh Team Penembakan Torpedo lewat perhitungan dengan stopwatchnya. Tentunya hal ini membuat gembira seluruh Awak KS yang berarti penembakan torpedo pada latihan kali ini berhasil.

Tetapi tidak lama kemudian tiba-tiba Juru Sonar berteriak terkejut, “Komandan, torpedo berhenti meluncur, …ulangi, torpedo berputar, , ..,Komandan,….torpedo berbalik arah,…….Komandan, torpedo mengarah ke kapal kita…Komandan, torpedo mengarah ke kapal kita……”.

Seluruh Awak KS kita kaget, tidak akan mungkin Juru Sonar berani bermain-main dengan laporannya dalam situasi yang seserius ini, apalagi dari teriakan suaranya terdengar betul kalau dia panik dan ketakutan. Komandan mengkonfirmasikan dari signal yang diterima sonar segera memerintahkan kapal untuk menyelam cepat. Tangki Penyelam Cepat diisi dan dengan pertambahan daya apung negatif seberat sebelas ton, kapal yang awalnya welltrimm dan meluncur dengan manis pada kedalaman periskop, dengan amat cepat masuk menuju kekedalaman aman, sekitar tiga puluh lima meter tepat pada saat torpedo kita lewat di atas kita!.

Suara baling-baling gandanya serta desis uap yang dibuang mesin turbinnya benar-benar seperti suara kereta api express yang lewat di atas jembatan yang tepat di atas ubun-ubun Awak KS kita. Ya tepat di atas ubun-ubun KS kita! Dan Alhamdulillah KS kita selamat!.

Tapi betapapun kita syukuri bahwa torpedo yang lalu jadi seperti bumerang berbalik menuju kearah KS kita tadi cuma sekedar ‘numpang lewat’ dan sama sekali tidak menyinggung kapal. Memang kelihatan nya “cuma” torpedo latihan. Tapi walaupun cuma torpedo latihan kalau bergerak dengan kecepatan 40 knot dan massanya seberat dua ton dengan kepala yang pejal lalu kena KS kita, apa ya akan tahan yang namanya pressure hull KS kita? Pasti bikin bocor juga kan?.

Kapal selam akan senantiasa memiliki cara tersendiri dalam mengatasi masalah kedaruratan dan menyelamatkan dirinya dari segala keadaan kedaruratan apapun juga bentuknya. Kali ini menghindar dari torpedonya sendiri yang mengejarnya dengan kemampuannya menyelam cepat. Yang penting prinsipnya adalah : “harus selalu ada cukup kedalaman air di bawah lunas”,

Catatan : penembakan torpedo dengan kepala latihan yang berbalik arah menuju kapal kita ini benar-benar terjadi di Daerah Latihan di perairan G.G, dengan para pejabat / perwira kapal, Komandan Mayor U.S (alm, terakhir, laksda) dan Starpom Kapten A.S (alm, terakhir laksda) serta Perwira Torpedo Kapten J.R, Perwira Torpedo Dua Kapten S.A. dan Perwira Navigasi Satu Kapten R.. Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 1970.

 Membuat Surprise Instruktur KS Jerman 

Kisah ini terjadi pada tahun 1978, ketika sekelompok awak KS Whiskey class ex Rusia TNI AL, ditugaskan untuk belajar di Untersee Bootlehrgruppe Zwei, Sekolah Kapal Selam Angkatan Laut Jerman, dalam rangka mempersiapkan diri mengawaki KS gress kita tipe U-209/1300 ton. Pada saat itu kelihatan betul para instruktur KS Jerman menganggap bahwa rombongan awak KS kita ini bagaikan serombongan anak kecil murid “Kindergarten” alias Taman Kanak Kanak yang ingin tamasya di Halle satu, yang penuh dengan dummy peralatan KS U-206 mereka.

Pelajaran demi pelajaran diberikan dengan amat lambat, diulang-ulang, takut kalau para awak KS kita tidak dapat menerima pelajaran tersebut dengan baik, mungkin dipikiran instruktur KS jerman itu patut diduga kalau para awak KS kita itu belum pernah melihat kapal selam sama sekali sebelumnya (hehehe… belum tahu mereka!).

Pelajaran bagaimana mempersiapkan KS untuk schnorkeling, mengisi baterai dengan menjalankan diesel saat kapal selam berada di bawah permukaan air pada kedalaman periskop, bagaimana menghentikan pengisian baterai bila tiba tiba ada pesawat terbang musuh menyerang kita lalu membawa kapal menyelam cepat, semua diberikan dengan amat berhati hati. Wajah mereka para instruktur Jerman itu kelihatan betul tidak mempercayai kemampuan para awak KS kita menterjemahkan pelajaran tersebut.

Akhirnya tiba saatnya pengujian yang dilaksanakan untuk mempraktekkan keseluruhan pelajaran tersebut disimulator pengendalian kapal di Halle satu. Awak KS kita diperintahkan mempersiapkan diesel untuk start, gampang!. Awak KS kita diberi masalah untuk mengatasi gangguan generator mengalami tahanan isolasi rendah, juga dengan mudah dapat diatasi. Setelah diesel berjalan, belum sampai tujuh menit (memang ternyata skenarionya demikian) tiba-tiba seorang instruktur meneriakkan aba-aba, “alarm!, alarm! ……schnell auf sechzig meter gehen…” (“alarm, ada bahaya, cepat bawa kapal menyelam ke kedalaman enam puluh meter…”). Saat itu Awak KS kita baru sadar apa arti mereka memberikan pelajaran dengan amat berhati-hati dan memaksa harus mengerti betul apa maksud pelajaran tersebut.

Segera saja Awak KS kita bertindak cepat, KKM meneriakkan perintah untuk stop diesel (dilaksanakan oleh Sersan JBP Budihardjo), dan menutup katup gas bekas luar dan dalam (dilakukan oleh Sersan Kamari, juru torpedo satu) lalu menurunkan schnorkel, dan menunggu sesaat. Setelah schnorkel turun penuh, memerintahkan kemudi horizontal depan dan belakang untuk menyelam penuh (dilakukan oleh Sersan Ilyas Mardiyanto), serta mengawasi glubinomehr/alat pengukur kedalaman. Segala sesuatunya berjalan sesuai dengan urutan yang diajarkan dan dengan tindakan yang tepat benar. Semua kejadian itu terjadi tidak lebih dari dua puluh empat detik!.

Para instruktur KS Jerman kaget bukan main! Mereka lalu bersorak dan bertepuk tangan riuh, mereka tidak menyangka sama sekali bahwa para anak-anak dari “kindergarten” yang dididiknya mampu melaksanakan prosedur alarm, justru jauh lebih cepat dari pada yang dilakukan oleh anak didik mereka yang asli orang Jerman!.

Kejadian ini disaksikan oleh Laksamana Mochtar, Kayekdakap (Kepala Proyek Pengadaan Kapal) saat itu (1979), yang kebetulan melaksanakan kunjungan kerja meninjau Satgas Yekdakasel (Satuan Tugas Proyek Pengadaan Kapal selam) di Kiel, Jerman, dan beliau tersenyum lebar sambil manggut-manggut bangga ketika mendengar pujian para instruktur KS Jerman tentang kelebihan reflex para Awak KS kita, yang merupakan tinggalan dari hasil didik para instruktur ex Rusia dulu di Whiskey class!.

Sebagai bukti ketulusan mereka mengakui kemampuan anak-anak “kindergarten” ini melakukan tugas sebagai awak KS, mereka mengijinkan dua kelompok crew inti kasel U-209/1300 kita menggunakan brevet kapal selam Angkatan Laut Jerman! dengan syarat bahwa brevet tersebut baru boleh dipakai setelah para Awak KS kita berhasil melayarkan kapal selam baru kita itu dengan selamat dari Jerman sampai ke Indonesia!.

 Aqualung dan pukulan di perut 

Untuk mengikuti pelayaran praktek dengan KS tipe U-206 milik Angkatan Laut Jerman salah satu persyaratannya antara lain adalah harus lulus dalam pelatihan menyelamatkan diri dari kedalaman air tiga puluh dua meter tanpa menggunakan peralatan apapun alias cuma bawa diri doang. Persiapan untuk pelatihan ini dimulai dengan pelajaran berenang di Tief Tauch Topf (Kolam Penyelaman Dalam), ULG II, U-boot Rettungs Schule (Sekolah Penyelamatan Kapal Selam Angkatan Laut Jerman). Kolam ini sendiri sebenarnya merupakan suatu menara setinggi tiga puluh dua meter yang dasarnya dapat diangkat, sehingga kedalaman kolam bisa diatur.

Pelajaran kemudian diteruskan dengan menyelam tanpa alat di kedalaman satu meter (anak kecil juga jago, iya kan?), diteruskan dengan memakai topeng selam dan peralatan skuba. Sebenarnya pelajaran-pelajaran tersebut tidak istimewa, semua penyelam yang pernah mengikuti training POPSI awak KS pasti mengalaminya. Akan tetapi yang tidak biasa bagi awak KS kita adalah kalau disuruh berenang sambil menyelam dengan menggunakan aqualung. Berenang melalui antara kaki Instruktur (tinggi mereka rata-rata seratus sembilan puluh senti lebih, Maklum mereka adalah prajurit kampfschwimmer (manusia katak) yang pilihan, kalau disini setara dengan KOPASKA Marinir) yang dikangkangkan dan pada saat kita lewat lalu tiba-tiba tubuh kita dikempit dengan kedua kakinya lalu topeng pernapasan kita dilepas paksa. Setelah itu topeng diberikan lagi kepada kita dan kita harus meniupnya untuk membuang air dari dalam topeng tersebut lalu baru bisa menghisap napas lagi dari aqualung. Sementara itu kita sendiri sudah tersedak dan minum air kolam sekitar kira-kira seperempat liter!

Pelatihan demi pelatihan dikolam tersebut berjalan terus selama dua minggu dan akhirnya tibalah saat penentuan lulus atau tidak untuk dapat diijinkan mengikuti pelayaran praktek dengan KS Jerman tipe U-206. Kita dibawa kedasar kolam yang merupakan simulasi dari ruang kontrol kapal selam yang tenggelam dan berada didasar laut dikedalaman 32 meter dan posisinya miring.

Di ruangan tersebut Awak KS kita harus menghisap udara sebanyak-banyaknya ke dalam paru-paru sebagai bekal untuk melepaskan diri dari kedalaman tersebut tanpa menggunakan peralatan sama sekali. Kemudian menunggu aba-aba lalu naik ke connimg tower yang telah penuh tergenang air dan membuka pintu luar. Setelah itu awak KS kita harus keluar menuju ke permukaan air yang jauhnya tiga puluh dua meter di atas. Dalam perjalanan ke permukaan awak KS kita harus menghembuskan udara dari paru-paru ke luar, untuk mencegah terjadinya barotrauma paru paru.

Dalam perjalanan berenang ke permukaan inilah terjadi hal hal yang tidak pernah diceriterakan ketika pelatihan. Pada setiap perubahan kedalaman tiap sepuluh meter, pasti ada saja “mahluk-mahluk” guede besar yang berenang mendekati kita dan terus menerus mengamati kita, mahluk-mahluk itu adalah para kampfschwimers petugas-petugas ULG I yang akan memeriksa apakah awak KS kita dalam perjalanan menuju ke permukaan air menghembuskan nafas terus menerus atau tidak. Bila ada awak KS kita kedapatan menahan nafas, sudah pasti Mahluk Guede itu tidak segan-segan akan memukul perut awak KS kita dengan keras dan ikhlas, “bukk…..,” dan,… uhhukk…, Awak KS kita pasti akan terbatuk serta terpaksa menghembuskan nafas yang tadinya tertahan.

Rupanya mereka-mereka ini bertugas menjamin bahwa Awak KS kita menuruti aturan main yang mereka ajarkan. Sebab bila kita menahan nafas karena takut akan kehabisan nafas saat masih di bawah air, setelah mencapai permukaan kita akan mengalami penyakit yang disebut dengan barotrauma paru-paru.

(Catatan buat Warjagers : Penyakit barotrauma paru-paru terjadi karena gelembung paru-paru kita pecah, hal ini disebabkan karena tekanan udara yang kita hirup di dalam conning tower di bawah bertekanan besar, sekitar empat atmosfir, dan setelah kita tiba di permukaan, tekanan tinggal satu atmosfir, sehingga tidak ada keseimbangan antara tekanan di dalam gelembung dan di luar gelembung. Ketidakseimbangan inilah yang akan menyebabkan pecahnya gelembung udara paru-paru kita.)

Masalahnya di sini adalah mukulnya itu lho, keras banget!

 U 206 TNI AL 

Di tahun 1996 TNI AL kita diprogramkan oleh Pemerintah saat itu untuk penambahan armada Kapal selam. Setelah sekitar tahun 1993 Armada Kapal Atas Airnya telah ditambah dengan pembelian beberapa unit Kapal Second Hand ex Jerman Timur mulai dari Korvet Parchim, Pemburu Ranjau kelas Condor dan LST tipe Frosch.

Tipe yang diajukan oleh pemerintah adalah KS dari kelas Scorpene CM-2000 dengan berat 1.600 ton buatan Perancis yang saat itu dibanderol seharga $ 400jt (dalam keadaan kosong) dan apabila full arnament termasuk persenjataan seharga $ 600jt per unitnya. KSAL kita saat itu Laksamana Arief Kushariadi setelah menimbang dan memikirkan, lalu memutuskan untuk menolak usulan pemerintah tersebut dan lebih memilih untuk mengadakan KS Second Hand Tipe U206 dengan berat 450 Ton dari Jerman.

Saat itu dengan harga sebesar $ 600jt kita bisa mendapatkan 4 sampai 5 unit KS U206 second tersebut dengan full arnament. Pertimbangannya adalah sebagai berikut, dikarenakan dalamnya perairan yang bersinggungan langsung dengan negara-negara tetangga di Kawasan Indonesia bagian barat adalah rata-rata 40 meter maka akan lebih optimal bila TNI AL memiliki KS dengan bobot tonase yang rendah.

Sebagai contoh: dengan menggunakan KS type U-209 /1300 yang kedalaman selam amannya saja minimal 30 meter, Resiko yang akan dihadapi oleh KS tersebut baik itu resiko kandas karena sempitnya ruang gerak manuver bawah air sangatlah besar (dengan panjang 59,5 meter, pada kedalaman selam 30 meter, apabila trimm ke depan saja sekitar 7 derajat, hidung KS sudah dipastikan tinggal berjarak sekitar 2 meter saja dari dasar laut, yang dalam kenyataannya kontur dasar laut itu tidak semuanya rata).

Di tahun 1997 pelaksanaan overhaul dan tropikalisasi KS type U-206 / 450 sebanyak 4 unit (dan belakangan bertambah menjadi 5) kapal, yang dilaksanakan di galangan HDW (Howaldtswerke-Deutsche Werft) di Kiel, Jerman mulai dikerjakan. KS kita juga sudah memakai nomer lambung 403, 404, 405, 406, dan 407. Masing-masing pun sudah dinamai, yakni KRI Nagarangsang (eks U-13), KRI Nagabanda (eks U-14), KRI Bramasta (eks-U19), dan KRI Alugoro (eks U-20), KRI Cundamani (eks U-21).

Bahkan ketika para ahli dan teknisi dari HDW dan TNSW masih kebingungan saat mencari space alias tempat bagi peralatan tropikalisasi seperti AC, reverse osmosis, kompresor dan ruang pendingin bahan makanan serta kompresor UTT dublir. Ada perwira KS kita yang sanggup memberikan saran yang matang dan bahkan sudah dengan perhitungan kesetimbangan “Buoyancy equal to Gravity” serta “sigma moment equal to zero” saat kapal menyelam. Dan Kebenaran perhitungan Perwira KS kita tersebut terpaksa mendapat acungan jempol dan diakui oleh Pimpinan team HDW saat itu (Dipl. Ing.Walter Freitag dan Dipl.Ing.Schuld) dan team kepala TNSW (Dipl.Ing Klein), dengan disaksikan oleh Pak Aboe dari BPPT kita, yang sempat berkomentar: “gila, masak Jerman yang nenek moyangnya pembuat kapal selam masih harus diajari menghitung keseimbangan untuk melaksanakan modifikasi tropikalisasi kapal selamnya sendiri oleh kita!”.

Kapal Selam Kilo 877
Kapal Selam Kilo 877

 Muncul tiba-tiba di dekat KS Armada VII 

Kejadian ini merupakan yang terbaru dari tugas-tugas KS kita dalam menjaga wilayah kedaulatan Indonesia, peristiwa inilah yang sering dibilang oleh sebagian Warjagers sebagai peristiwa KS kita yang menyundul KS Nuklirnya Armada ke VII USA. Sebetulnya bukan menyundul akan tetapi ikut menyembul alias muncul kepermukaan hampir bersamaan.

Singkat cerita saat itu KS kita dari type 877 K4b sedang berpatroli rutin di bagian terluar wilayah selatan menuju timur perairan kita, ketika tiba-tiba saja Juru Sonar menangkap suara “baling-baling” dikejauhan dan suara itu terus mendekat kearah KS kita.

Komandan KS kita yang sigap saat itu langsung memerintahkan agar KS turun ke kedalaman operasi menuju maksimal dan mengatifkan rezim motor ekonomis yang noiseless sambil menunggu “Baling-baling” tadi mendekat.

Benar saja, tidak lama kemudian suara baling-baling itu semakin dekat dan kemudian melewati KS kita. Dari suara baling-baling itu bisa ditebak kalau yang lewat barusan itu adalah sebuah KS juga, akan tetapi belum diketahui milik siapa.

Komandan kemudian segera melaporkan kejadian ini ke markas yang kemudian ditinjak lanjuti ke Pusat dan kemudian keluar perintah agar terus membayang-bayangi KS asing tersebut. Dan perintah tersebut dilaksanakan oleh KS kita yang terus membuntuti KS Asing tersebut.

Awalnya Awak KS kita menduga KS asing itu adalah KS Collins nya Australian Navy, akan tetapi arah berlayar KS asing tersebut tidak menuju ke Australia sana, melainkan terus menyusuri kedalaman ZEE kita sampai terus ke selatan Pulau Jawa. Dan mendekati alur ALKI 1 KS itu berbelok arah menuju lautan lepas Samudra Indonesia.

Kali ini bisa dipastikan kalau KS asing tersebut adalah KS miliknya Armada VII, benar saja setelah jauh keluar dari ZEE kita KS asing itu perlahan-lahan mulai berlayar naik ke kedalaman aman, lalu ke kedalaman periskop hingga setelah merasa aman KS asing itu menyembul kepermukaan laut dan berlayar di permukaan laut Samudera Indonesia.

KS kita pun tidak mau kalah, menyadari KS asing itu hendak menyembul ke permukaan, Komandan KS kita juga memerintahkan agar KS kita juga ikut menyembul tidak jauh dari KS asing itu muncul kepermukaan. Sebagai tanda dan pembelajaran kalau KS kita sebetulnya telah menguntit KS mereka sejak lama.

Benar saja, betapa kagetnya para awak KS asing itu ketika tidak berapa lama setelah mereka muncul kepermukaan laut, tiba-tiba saja ada KS Indonesia yang ikut-ikutan muncul tanpa bisa mereka deteksi kehadirannya. Bisa jadi kalau saja perintah dari pusat kepada KS kita dari awal adalah “mentorpedo” KS asing itu, bisa jadi mereka sudah wassalam semuanya.

Komandan KS asing itu mungkin karena merasa malu aksinya ketahuan kemudian berbasa-basi kepada Komandan KS kita mengajak untuk latihan bersama, yang tentu aja ditolak secara halus saat itu.

Sejak kejadian itu saat transfer karena harus melakukan tour of duty alias berpindah tugas sebagai bagian Armada ke VII Pasifik dari Samudra Pasifik bagian barat dari Yokosuka di Jepang ke Samudera Indonesia di Guam atau sebaliknya, dengan melalui Selat Bali maupun Selat Lombok di ALKI 2 maupun melintas Sumadera Pasifik, Laut Seram, Laut Banda di ALKI 3, KS mereka tidak akan berani lagi melakukan innocent passage dengan menyelam diam-diam, tetapi sudah sopan meminta izin clereance dan berlayar di permukaan, karena mereka tahu bahwa hal tersebut bertentangan dengan Hukum Laut Internasional dan mereka juga sadar bahwa aksi mereka itu pasti ketahuan oleh KS Angkatan Laut Republik Indonesia yang dapat mengamati mereka dan kalau mau bisa saja mentorpedo mereka.

KS U209 Cakra
KS U209 Cakra

 HMAS Kanimbla hampir ditorpedo 

Kejadian ini terjadi saat Konflik Timor-timur lepas dari pangkuan Ibu Pertiwi. Saat itu KS kita type U 209/1300 yang sedang melaksanakan patroli di laut timor menangkap noise suara baling-baling asing yang bergerak menuju kearah Timor-timur.

KS kita kemudian melakukan infiltrasi secara diam-diam menuju arah suara baling-baling tersebut, begitu agak mendekat baru ketahuan kalau asal suara tersebut adalah pergerakan dari beberapa Kapal Atas Air. perlahan-lahan KS kita naik ke kedalaman periskop dan mengintai malalui periskop dan ternyata asal suara itu adalah konvoi Kapal Perang Australia jenis LST HMAS Kanimbla yang saat itu dikawal oleh 2 kapal Frigate milik Selandia Baru, sedang bergerak melewati terotori wilayah kita tanpa izin menuju Timor-timur sana.

KS kita terus mendekati konvoi kapal perang tersebut sampai pada jarak point blank range torpedo dan sudah dalam posisi siap menembakkan torpedo. Akan tetapi kehadiran KS kita yang mengintai itu ke-detect oleh 2 fregat pengawal HMAS Kanimbla akan tetapi kedua fregate itu tidak bisa men-detect posisi yang jelas dari KS kita saat itu ada di mana.

Saat itu pula kedua Frigate pengawal sudah siap-siap mengambil stance posisi tempur bertahan. Sementara itu di saat yang bersamaan HMAS kanimbla mengadu kepada induk semangnya tentang posisinya yang terancam dan mau ditorpedo itu dan Jakarta langsung ditelepon.

Hasilnya jelas, KS kita tipe U209 itu akhirnya keluar ke permukaan dan terus membayang-bayangi konvoi Kapal Perang tersebut hingga mereka merapat ke Dili timor-timur.

Setelah konflik keberanian awak KS kita itu diapresiasi oleh Sonotan.

(Closer to home, the mischief-making potential of submarines was highlighted in a little-reported incident during the Interfet operation to East Timor in September 1999, when Australia was just one miscalculation away from war with Indonesia. As an Australian-led convoy made its way to Dili, two New Zealand frigates went to action stations after detecting an Indonesian submarine aggressively challenging the convoy. Urgent signals went back to Canberra. In turn, a flurry of diplomatic and political messages went to Jakarta, warning against any threat to the allied ships. The issue was resolved when the Indonesians withdrew the submarine, but not before it caused “enormous consternation here in Canberra”, says Andrew Davies, the author of the ASPI report.)

 Bersambung… 

“Wira Ananta Rudhiro”
“Jalesveva Jayamahe”
“NKRI harga mati!”

by: Pocong Syereem (warjager)

  JKGR  

[World News] Latest Design of Malaysian Gowind Unfold

Gowind corvette for Malaysia http://2.bp.blogspot.com/-r41JRpB7P6Y/U3TAo_cDzNI/AAAAAAAAeSs/PysaFDx94PA/s1600/20140514185650_gowind.jpgLatest design of Malaysian Gowind corvettes (image : DCNS)

That is what will look like future corvettes Gowind kind ordered by Malaysia. Even if the communication around this contract remains very discreet, we know more about these progressively buildings, designed by DCNS and will be made for transfer of technology by the Malaysian construction Boustead Naval Shipyard. In its annual report, DCNS has thus released very recently for the design chosen by Malaysians who expect delivery seeded in 2017.

 Stealth 57mm turret and single mast 

Outside the lines, more refined images that have so far circulated several things to notice. First, the buildings will not have a 76mm turret, but an electric gun 57mm Bofors in stealth fairing, like the turret fitted to the Swedish Visby corvettes kind. Always armaments, video shows on the back what appears to be two remotely operated 30mm cannon of the British type DS-30. In addition, the Malaysian Gowind will be well equipped with a single mast, radar SMART-S Thales chosen Kuala Lumpur is therefore placed under the cone composite materials developed by DCNS and board for the first time on patrol L'Adroit.

 Still no official decision on missiles 

Also in the field of electronics, we know that the corvettes will be equipped with a towed sonar Captas 2, supplied by Thales, a fire control TMX EO (for 57mm) and a fire control TMEO (for 30mm) designed by Rheinmetall. While the combat system will be delivered by DCNS, based on his new team SETIS that the multi-mission frigates (FREMM), it would seem logical that the Exocet anti-ship missiles are MM40 and surface-to-air missiles VL Mica, designed by MBDA. No official decision has, however, been taken to date on the choice of these weapons. The same goes for the torpedo.

For the record, Gowind Combat measure in its model base 102 meters long and 16 meters wide and shows a displacement of 2400 tons burden. Able to exceed the speed of 26 knots, with a range of 3,000 miles 15 knots, it can be implemented by 65 crew members, with the building of housing for 25 additional people, such as special forces. They can use the onboard helicopter (platform for a machine shed and 10 tonnes for a camera of 5 tons) and semi-rigid boats.

  Meretmarine  

Jumat, 16 Mei 2014

[World News] Perseteruan memanas, bisnis senjata AS & Rusia bakal diputus

Pentagon didesak untuk membatalkan kontrak dengan Rosoboronexport http://upload.wikimedia.org/wikipedia/de/archive/e/e2/20140505132557!Rosoboronexport_logo.pngKetegangan antara Amerika Serikat dan Rusia semakin memanas. Setelah Rusia memutuskan untuk mematikan semua satelit Amerika Serikat di Moskow dan mendepak AS dari proyek Stasiun Luar Angkasa (ISS), kini senat AS akan memutus kontrak bisnis senjata antara AS dan perusahaan senjata Rusia.

Senat AS telah mengusulkan RUU untuk melarang setiap transaksi senjata antara AS dengan perusahaan eksportir senjata Rosoboronexport milik Rusia. Padahal, AS saat ini terikat kontrak pembelian senjata dari perusahaan Rusia itu senilai USD 1,1 miliar.

RUU itu diusulkan oleh senator Partai Demokrat AS, Richard Blumenthal dan senator Partai Republik Dan Coats dan John Cornyn. Mereka menyerukan segera diakhirinya kontrak antara Pentagon dengan eksportir senjata Rusia.

RUU ini juga akan memblokir setiap perusahaan Amerika atau asing yang bekerja sama dengan Rosoboronexport. ”Situasi bermusuhan di Ukraina adalah contoh terbaru lain, mengapa AS harus berhenti melakukan bisnis dengan Rusia dan bisnis senjata,” kata Blumenthal dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Moscow Times, Jumat (16/5/2014).

”Undang-undang ini mengirimkan pesan yang jelas kepada Rusia dan Rosoboronexport, bahwa Amerika tidak akan melakukan bisnis dengan negara-negara yang berperilaku tidak bertanggung jawab dan perusahaan yang mempersenjatai rezim teroris,” lanjut pernyataan itu.

Anggota Kongres AS sebelumnya telah mendesak Pentagon untuk membatalkan kontrak dengan Rosoboronexport. Sebab, eksportir senjata Rusia itu diketahui telah memasok senjata kepada pemerintah Presiden Suriah, Bashar al-Assad. AS menganggap hal itu sebagai dukungan untuk terorisme.

Pentagon pada musim gugur lalu telah membatalkan pembelian helikopter dari Rosoboronexport dari kontrak tahun 2014. ”Mengingat tindakan-tindakan permusuhan Rusia di Ukraina, bisnis seperti biasa tidak dapat diterima,” imbuh Coats dalam sebuah pernyataan. Dia menyerukan diakhirinya “hubungan munafik” antara Pentagon dengan Rosoboronexport.(mas)

  ★ sindo  
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...