Sabtu, 03 Januari 2015

Kasal, Dari RE Martadinata Hingga Ade Supandi

Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksdya Ade Supandi (kiri) salam komando dengan Laksamana Marsetio seusai pelantikan di Istana Negara, Jakarta | Foto JPNN

Jabatan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) memiliki nilai tersendiri bagi pemegangnya beserta tantangan pada zamannya. Sejarah perjalanan TNI Angkatan Laut yang berawal dari nama BKR Laut kemudian berganti menjadi TKR Laut dan bertransformasi lagi menjadi TRI Laut hingga ALRI (Angkatan Laut Republik Indonesia) diwarnai dinamika dalam sumbangsihnya terhadap bangsa dan negara.

Tercatat 24 nama telah menghiasi perjalanan sejarah pimpinan matra yang bermoto Jalesveva Jayamahe itu. Diantara nama-nama besar seperti Mas Pardi, M. Nazir, R Soebijakto, RE Martadinata, Sudomo, Achmad Sutjipto, hingga Tedjo Edhy Purdijatno dan lainnya pernah terukir dalam sejarah TNI AL sebagai pimpinan tertinggi atau saat ini bernama Kepala Staf.

Kemarin, Rabu 31 Desember 2014, Presiden Joko Widodo melantik pimpinan angkatan laut ke-25 Laksdya TNI Ade Supandi di Istana Negara yang menggantikan Laksamana TNI Marsetio melalui Surat Keputusan Presiden Nomor: 92/TNI Tahun 2014.

Pepatah mengatakan sejarah akan berulang. Suatu peristiwa yang terjadi di masa lampau akan kembali berulang dalam waktu yang akan datang dengan kejadian yang hampir sama namun berbeda dalam ruang dan waktu.

55 tahun silam, tepatnya pada 17 Juli 1959 Laksamana RE Martadinata dilantik oleh Presiden Sukarno sebagai Menteri/Panglima Angkatan Laut (Menpangal) menggantikan Laksdya R Soebijakto. RE Martadinata merupakan salah satu pimpinan angkatan laut yang membawa kemajuan bagi pembangunan matra laut pada masanya.
Laksamana RE MartadinataLaksamana RE Martadinata (Foto: santijenanda.wordpres.com)

Lahir di Bandung 29 Maret 1921, RE Martadinata mengawali pendidikannya di Hollandsch Inlandsche School (HIS) Lahat tahun 1927-1934 dan di­lanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs bagian B (MULO-B) Bandung tahun 1934-1938 kemudian Algemene Middelbare School (AMS) Jakarta tahun 1938-1941. Pada masa pendudukan Jepang, dirinya masuk Sekolah Pelayaran Tinggi (SPT) hingga menjadi guru di sekolah itu.

Menjelang kemerdekaan, Ia aktif melakukan pergerakan dengan para pemuda lainnya dan menjalin hubungan erat dengan Bung Karno dan Bung Hatta dalam merencakan kemerdekaan. Pasca 17 Agustus 1945, bersama lulusan SPT lainnya, RE Martadinata turut melucuti tentara Jepang hingga terbentuknya BKR Laut pada 10 September 1945.

Karirnya dalam badan itu yang kemudian menjadi TKR Laut lalu ALRI itu senantiasa dekat dengan dunia pendidikan. Ia pernah diangkat menjadi komandan Latihan Opsir Kilat ALRI di Kalibakung dan kepala pendidikan perwira Basic Operation School di Sarangan. Kemudian pernah ditunjuk sebagai komandan kapal yang diberi nama RI Hang Tuah yang merupakan pemberian Belanda pasca pengakuan kedaulatan.

Puncak karirnya di ALRI ketika ia diangkat menjadi KSAL pada tanggal 17 Juli 1959 dan saat itu dilakukan pe­rubahan dengan program “Menuju Angkatan Laut yang Jaya” dengan bertitik tolak pada konsepsi Wawasan Nusantara. Membangun Angkatan Laut yang kuat perlu penataan kekuatan Armada dan operasi yang didukung dengan pendirian darat.

Ketika menjabat KSAL yang kemudian diubah namanya diubah menjadi Menpangal, Angkatan Laut Republik Indonesia memiliki kekuatan yang disegani di kawasan Asia Pasifik seiring dengan meningkatnya konfrontasi dengan Belanda berkaitan dengan perebutan Irian Barat. Dengan dicanangkannya Trikora, maka ALRI membeli peralatan tempur dari Rusia dengan jumlah yang cukup banyak antara lain: 1 kapal penjelajah (kelas Sverdlov), 8 perusak (kelas Skoryy), 8 frigat (kelas Riga), 12 kapal selam (kelas Whiskey) dan kapal-kapal pendukung lainnya yang berjumlah hampir lebih dari 100 buah kapal. Selain itu dibeli pula pesawat pembom torpedo Ilyushin Il-28 seri Il-28T dan Il-28U, serta helikopter Mil Mi-4.

Jabatannya sebagai Menpangal berakhir pada tahun 1966 dan dirinya langsung ditempatkan sebagai Dubes RI untuk Pakistan. Pada saat hari ABRI 5 Oktober 1966, RE Martadinata kembali ke tanah air untuk mendampingi 3 tamu dari Pakistan yaitu Kolonel Laut Maswar bersama istri serta Nyonya Rouf, istri dari Deputi I Kepala Staff Angkatan Laut Pakistan.

Pada tanggal 6 Oktober 1966, mereka mengadakan perjalanan menaiki helikopter Alloutte II milik ALRI yang dikemudikan pilot Letnan Laut Charles Willy Kairupan. Ternyata dalam perjalanan itu, helicopter yang ditumpanginya menabrak bukit di Riung Gunung. Kecelakaan tersebut menewaskan seluruh penumpang dan pilot, termasuk Laksamana Laut R.E. Martadinata. Pemerintah RI menganugerahi gelar Pahlawan Nasional karena pengabdiannya untuk negeri ini.
Laksdya TNI Ade SupandiLaksdya Ade Supandi (Foto: ANTARA/Prasetyo Utomo)

Lahir di Bandung, 26 Mei 1960, Ade mengawali karirnya di Angkatan Laut saat memasuki AAL pada tahun 1980 dan lulus tahun 1983. Selesai dari AAL, Ade melanjutkan pendidikannya pada Suspadiv dan Kursus CTT & NBCD di Belanda tahun 1986. Di TNI AL, kariernya diawali di beberapa KRI di bawah jajaran Koarmatim baik Satuan Kapal Eskorta maupun Satuan Kapal Patroli, diantaranya KRI Mongisidi-343 sebagai Asisten Kadiv Senjata Atas Air (SAA) dan Kadiv Komunikasi tahun 1983. Selanjutnya tahun 1986 sebagai Kadiv Pusat Informasi Tempur (PIT). Tahun 1990 menjabat sebagai Kadiv Artileri KRI Ahmad Yani-351. Dua tahun kemudian tahun 1992 dimutasikan ke KRI Oswald Siahaan-354 sebagai Kadep Operasi. Penugasan di kapal perang pun masih terus berlanjut. Palaksa KRI Nuku-373 dijabatnya pada tahun 1993. Dua tahun kemudian tepatnya tahun 1995 dipercaya sebagai Komandan KRI Tongkol-813, selang setahun kembali dipercaya sebagai orang nomor satu di KRI Sutedi Senaputra-378.

Usai mengikuti pendidikan Seskoal pada tahun 1997, Ade bergabung di Akademi Angkatan Laut (AAL) sebagai Kepala Subdit Perencanaan dan pengembangan tahun 1998. Dua tahun berdinas di Kampus AAL, ternyata jabatan sebagai orang nomor satu di KRI masih menghampiri pria yang dikenal low profile ini, diantaranya sebagai Komandan KRI Malahayati-362 pada tahun 2000 dan Komandan KRI Ahmad Yani-351 yang dijabatnya satu tahun kemudian pada tahun 2001. Pada tahun 2002 menjabat sebagai Asisten Operasi Gugus Tempur Laut Koarmabar dan ditahun yang sama memegang jabatan sebagai Sahli “F” Binpotnaskuatmar Pangarmabar. Usai berdinas di Koarmabar, tahun 2002 hingga 2004 kembali bergabung memperkuat jajaran Koarmatim dengan jabatan masing-masing sebagai Komandan Satuan Kapal Amfibi, Komandan Satuan Kapal Eskorta dan Komandan Komando Latihan.

Karirnya kian menanjak di lingkungan TNI AL. Pada tahun 2007 dengan pangkat Kolonel, dirinya mengabdi di Lembaga Pendidikan Kobangdikal hingga 2009, dengan jabatan masing-masing sebagai Direktur Operasi Pendidikan (Dir Opsdik) dan Komandan Komando Pendidikan Operasi laut (Dankodikopsla). Satu tahun menjabat sebagai Dankodikopsla, bulan Juli tahun 2009 jabatan sebagai Orang nomor satu di jajaran Guskamlabar dipercayakan kepadanya. Dan setahun kemudian dipercayakan menjadi Gubernur AAL.

Karirnya berlanjut pada tahun 2011 dengan menjabat sebagai Pangarmatim dan diteruskan dengan menjadi Assisten perencanaan dan Anggaran (Asrena) Kasal setahun kemudian. Dan terakhir menjabat sebagai Kasum TNI sebelum akhirnya dilantik sebagai Kasal oleh Presiden Jokowi pada 31 Desember 2014.
Kesamaan KeduanyaAntara Laksamana RE Martadinata dan Laksdya TNI Ade Supandi, keduanya sama-sama dilahirkan di Bandung. Selain itu keduanya juga berada di masa kepemimpinan yang boleh dibilang concern terhadap maritim. RE Martadinata dibawah pimpinan Bung Karno fokus membangun bangsa ini dari maritim. Ucapan Bung Karno yang terkenal akan semangat maritimnya yaitu “untuk membangun Indonesia menjadi bangsa yang besar, bangsa yang kuat, bangsa yang makmur, dan bangsa yang damai kita harus punya jiwa cakrawati samudera. Bangsa pelaut yang mempunyai armada niaga, bangsa pelaut yang mempunya armada militer, bangsa pelaut yang kesibukannya di laut menandingi irama gelombang lautan itu sendiri”.

Slogan yang didengungkan pada peresmian Institut Angkatan Laut (IAL) di Surabaya tahun 1953 itu menjadi realita saat Bung Karno menjadi Pemimpin Besar Revolusi setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Pasca mengeluarkan Dekrit, 12 hari kemudian Bung Karno mengangkat RE Martadinata untuk menjabat Menpangal dan dituntut menjalankan segala program Presiden yang hendak mendajikan Indonesia sebagai Mercusuar Dunia melalui bidang kemaritiman dan diatar rel-nya Revolusi Indonesia yaitu Pancasila dan UUD 45.

Alhasil, ALRI pun muncul sebagai kekuatan yang semakin disegani di kawasan dan memiliki segudang prestasi dalam melakukan operasi. Pencapaian menjadi negara maritim kian di depan pintu sebelum akhirnya kandas di tengah jalan pasca terjadinya peristiwa 1 Oktober 1965.

Sama halnya dengan RE Martadinata, Ade Supandi menduduki jabatan Kasal di tengah gelora poros maritim dunia yang selalu didengingkan oleh Presiden Jokowi baik pada masa kampanye maupun setelah menjabat sebagai Presiden. Dalam pidato pelantikannya pun, Jokowi mengulang pernyataan Bung Karno tentang perlunya membangun maritim dan ditutup dengan pekikan Jalasveva Jayamahe, yang selama ini menjadi slogan TNI AL.

Suatu peluang bagi Laksdya TNI Ade Supandi untuk membawa TNI AL dalam gelora tersebut dan mencapai kejayaan bangsa dan negara seperti RE Martadinata dahulu. Bahkan Ade dapat melebihi dari apa yang telah dicapai oleh RE Martadinata waktu itu dalam keadaan dan tantangan yang berbeda. Yang menjadi perbedaan mencolok dari kedua zaman itu, jika masa RE Martadinata dulu bangsa dan negara ini berada pada rel yang sebenarnya yaitu Pancasila dan UUD 45, namun hari ini entah berada di rel apa. Semoga Kasal baru ini dapat mencermati kondisi tersebut untuk sebuah cita-cita yang besar dalam bingkai kepentingan nasional Indonesia. Maju terus TNI AL, Jalesveva Jayamahe !!!


  JMOL  

TNI AU Bakal Remajakan Sistem Pertahanan

Pertahanan UdaraPrajurit TNI AU memandu jet tempur Sukhoi SU30 yang melaksanakan latihan di Bandara Internasional Hang Nadim, Batam, Selasa (28/10). Tiga unit pesawat tempur Sukhoi SU30 dan satu unit SU27 melakukan misi latihan Pertahanan Udara Nasional (Hanudnas) Tutuka XXXVIII yang dipusatkan di wilayah Dumai, Riau. (Antara Foto/Joko Sulistyo)

Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal Madya TNI Agus Supriatna mengatakakan, TNI AU bakal melakukan peremajaan alat utama sistem pertahanan (alutsista). Rencana itu akan direalisasikan sebagai program prioritas satuannya.

"Insya Allah sudah baca mungkin di renstra (rencana strategis) ya. Kami rencana mau ganti F5, juga mau datang pesawat-pesawat, helikopter, dan ada juga Hercules yang dari Australia. Mudah-mudahan ke depan," ujar Agus setelah dilantik Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Jumat (2/1).

Menurut Agus, pemutakhiran alutsista tidak bisa diperjuangkan sendiri. Dibutuhkan bantuan dari publik agar urgensi dapat didengar cepat oleh pemerintah.

"Semua tidak bisa kalau dari media saja. Bantuan media sudah pasti. Kalau media bicara pasti didukung oleh pemerintah," katanya.

Agus sebelumnya menjelaskan, pihaknya membutuhkan radar yang bekerja baik agar tidak akan ada pesawat yang masuk ke wilayah Indonesia sembarangan.

"Baru masuk sebentar sudah di-intercept, force down oleh kita. Itu nanti akan dilihat dari kekuatan radar dan pesawat-pesawat tempur," ujarnya.

Selain radar, TNI AU juga membutuhkan penambahan unit pesawat angkut.

Untuk mengamankan wilayah udara, kata Agus, TNI AU akan fokus pada wilayah perbatasan terutama di sebelah utara dan selatan. Sebanyak 12 radar dibutuhkan TNI AU untuk pengamanan wilayah udara.

Terkait pengadaan alutsista, Inspektur Jenderal Kementerian Pertahanan Ismono Wijayanto sebelumnya meminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mengawasi. Ismono menyebut, Kementerian Pertahanan bersama KPK akan membuat nota kesepahaman untuk pengawasan.

Nota kesepahaman dengan KPK diharapkan dapat membuat pengadaan alutsista terbuka dan dapat dikontrol publik. Karena sebagaimana temuan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sebelumnya, pengadaan barang dan jasa merupakan salah satu pos yang rentan korupsi.(rdk/sip)


  CNN  

Rusia Bawa Pesawat Beriev Be-200

Untuk Evakuasi Korban QZ8501Beriev Be-200

Bantuan untuk mencari dan mengevakuasi korban AirAsia QZ8501 terus berdatangan. Terbaru dari Rusia yang membawa pesawat jenis Beriev Be-200.

Menurut Kadisop Lanud Halim Kolonel Penerbang Iman Handodjo, pesawat tersebut memiliki kemampuan mumpuni karena didesain khusus untuk mendarat di perairan.

"Russia baru datang jam 01.45 WIB tadi. Jenis pesawat Beriev Be-200 memiliki spesifikasi bisa mendarat di air khusus untuk operasi laut," ujar Iman saat berbincang di Lanud Halim Perdakusuma, Jakarta Timur, Sabtu (3/1/2015).

Pesawat dengan nomor RV-31121 itu membawa 12 kru. Namun pesawat tersebut belum direncanakan berangkat ke Pangkalan Bun hari ini.

"Jadi memang pesawat Rusia ini belum direncanakan berangkat hari ini, standby dulu. Kru diminta memberi penjelasan tentang keunggulan pesawat ke Basarnas supaya bisa dikoordinasikan nanti," lanjutnya.

Iman menjelaskan rencananya hari ini ada 3 pesawat yang diberangkatkan ke Pangkalan Bun. Pesawat jenis Hercules A-1320 dengan pilot Mayor Beny dan Mayor Teddy juga Co-pilot Kapten Hakim dan Kapten Gusthana sudah tiba di lokasi.

"Kalau nanti pesawat CN-295 nanti berangkat jam 09.00 WIB dengan pilot Mayor Setiawan, Kapten Anto sama Letnan Suma. Kapasitasnya bisa membawa 12 peti," terang Iman.

Selanjutnya, pesawat P3-C Orion KN-01 milik Korea Selatan dijadwalkan berangkat dari Lanud Halim pukul 10.00 WIB.(aws/ahy)
Pesawat Milik Rusia yang Bisa Mendarat di Air dan Akan Cari AirAsiaPesawat Beriev Be-200 milik Rusia hari ini telah tiba di Lanud Halim Perdanakusuma. Pesawat yang memiliki kemampuan bisa mendarat di air tersebut akan diperbantukan mencari AirAsia.

Pantauan di Terminal Selatan Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Sabtu (3/1/2015) pesawat dengan nomor penerbangan RV-31121 itu diparkir. Terlihat di bagian bawah sayap pesawat yang didominasi warna putih dan garis merah tersebut ada kantong pelampung.

Adalah rombongan tim Emercom yang merupakan badan kemanusiaan Rusia membawa Pesawat Jet Amfibi tersebut. Menurut informasi dari Kadisop Lanud Halim Kolonel Penerbang Iman Handodjo, pesawat itu berisikan 12 kru.

Belum ada rencana Pesawat Jet Amfibi Rusia diterjunkan hari ini. Kru nantinya akan menghadap terlebih dulu ke Basarnas untuk berkoordinasi.

Jet Amfibi BE-200 ini merupakan pesawat yang disebut akan dibeli Indonesia untuk memperkuat patroli laut sebagai upaya mengamankan kedaulatan NKRI dari illegal fishing. Pesawat tersebut juga bisa berfungsi sebagai pemadam kebakaran dari udara.

"Itu peralatan paling modern dan canggih," ungkap Konselor Kedubes Rusia untuk Indonesia, Veronika Novoseltseva, Jumat (2/1) siang.

Rusia juga sudah mendatangkan Ilyusin II-76 untuk membantu KNKT mencari kotak hitam (black box) AirAsia QZ8051. Pesawat yang membawa 47 orang tenaga ahli, termasuk penyelam dan operator alat tiba di Lanud Halim, Jumat (2/1) kemarin.

Pesawat Beriev Be-200 memang dirancang untuk pemadam kebakaran, pencarian dan penyelamatan, patroli maritim, kargo, dan transportasi penumpang. Pesawat tersebut memiliki kapasitas 12 ton (12.000 liter atau 3.170 US galon) air dan setara mengangkut 72 penumpang.

Panjang pesawat adalah 32 meter, tinggi 8,9 meter dan memiliki lebar sayap 32,8 meter. Kecepatan maksimal pesawat di udara 700 km/h, sementara kecepatan pesawat di atas permukaan laut bisa mencapai 560 km/h.(aws/ndr)


  detik  

Evakuasi AirAsia dan Ganasnya Ombak Karimata

Tim SAR gabungan telah bekerja efektif. Tapi proses evakuasi penumpang dan pencarian badan pesawat AirAsia terkendala cuaca buruk dan ombak.

Selat Karimata - Hari mulai gelap, proses evakuasi korban dan pencarian bangkai pesawat AirAsia QZ5801 pun dihentikan sementara di perairan Laut Jawa bagian utara dan Selat Karimata. Pencarian dilanjutkan malam hari jika cuaca mendukung.

Seiring dengan itu, kumandang azan terdengar melalui alat pengeras suara kapal perang Republik Indonesia (KRI) Banda Aceh. Para prajurit TNI Angkatan Laut yang sebelumnya berkumpul di geladak heli bersama Panglima Komando Armada Barat (Koarmabar) Laksamana Muda TNI Widodo dan sejumlah awak media pun segera bersiap-siap dan mengambil wudhu.

Komandan KRI Banda Aceh 593 Letkol Laut (P) Arief Budiman mengajak para prajurit dan awak media melaksanakan jamaah shalat magrib, yang akan dilanjutkan zikir, membaca surat Yasin dan doa bersama.

"Mari teman-teman salat berjamaah dan yasinan, bukan karena ada Panglima Koarmabar, ini memang rutin dilakukan setiap malam Jumat kalau sedang berlayar," ajak Arief di KRI Banda Aceh di perairan Teluk Kumai, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Kamis 1 Januari 2015.

Sore itu KRI Banda Aceh yang mengomando belasan kapal pencari korban AirAsia, memang tengah kedatangan Panglima Koarmabar. Kedatangan dia dalam rangka memantau langsung kondisi lokasi pencarian dan para prajurit yang bertugas dalam misi pencarian penumpang dan bangkai pesawat jenis Airbus A320-200 dengan register PK-AXC tersebut.

 Cuaca Buruk dan Ombak Ganas 

Cuaca buruk memang membayangi hari ke-5 proses evakuasi penumpang pesawat AirAsia yang hilang kontak dalam penerbangan dari Surabaya menuju Singapura pada Minggu pagi, 28 Desember 2014.

Namun tim gabungan Search and Rescue (SAR) di bawah koordinasi Badan SAR Nasional (Basarnas) terus mengevakuasi jasad penumpang AirAsia QZ8501. Dalam proses evakuasi itu, tim mengalami hambatan karena gelombang laut yang tinggi atau ombak ganas.

"Kesulitannya adalah kondisi cuaca yang kurang bersahabat. Gelombang di daerah operasi antara 3-4 meter," kata Ketua Basarnas Marsekal Madya TNI FH Bambang Soelistyo saat jumpa pers di Kantor Basarnas, Jakarta, Kamis 1 Januari 2015.

Soelistyo menuturkan, kondisi cuaca tersebut akan berlangsung dalam beberapa hari ke depan. Meski begitu, kondisi ini tak membuat nyali timnya menjadi ciut dalam melakukan operasi evakuasi penumpang QZ8501 tersebut.

"Saya dan seluruh tim masih akan berhadapan dengan cuaca seperti ini setidaknya sampai tanggal 4 Januari," ujar Soelistyo.

Dia menggambarkan proses evakuasi jenazah dari KRI Yos Sudarso. Saat itu kondisi cuaca dalam kondisi yang tidak bersabahat. Sehingga helikopter tidak dapat mendarat di geladak kapal tersebut.

"Mengapa 1 jenazah saja diambil, itu pun tidak dapat mendarat di kapal (Yos Sudarso) itu, sehingga jenazah itu harus dibawa dengan tali bersama rescuer kita. Akhirnya heli tidak bisa kembali ke kapal," jelas Soelistyo.

Memasuki hari ke-5 operasi, tim gabungan SAR menemukan dan mengevakuasi total sementara ini 9 jasad penumpang pesawat AirAsia QZ8501. 7 Jasad sudah berada di Surabaya, Jawa Timur, 1 jenazah atas nama Hayati Lutfiah Hamid telah dimakamkan pihak keluarga sedangkan 1 jasad lagi hingga kini masih di KRI Yos Sudarso.

Selain temuan jasad penumpang, tim SAR gabungan sejak Rabu 31 Desember 2014 juga berhasil mendapat sejumlah benda dan serpihan bagian dari pesawat AirAsia QZ8501. Baik benda, serpihan, maupun jasad itu ditemukan mengapung di Sektor V pencarian, tepatnya di perairan bagian utara Laut Jawa dekat Selat Karimata atau tidak jauh dari Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.

 Identifikasi Korban 

Seiring dengan itu, Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur terus mengumpulkan data antemortem dari pihak keluarga korban hilangnya pesawat AirAsia QZ8501 guna proses identifikasi jenazah.

Kepala Bidang Humas Polda Jawa Timur Kombes Pol Awi Sutiyono mengatakan, hingga kini pihaknya telah mengantongi sebanyak 161 data antemortem dari pihak keluarga.

"Data antemortem 161 yang sudah dikumpulkan, kurang 1 Rami Emmanuel Plesel (kopilot AirAsia QZ8501)," kata Awi saat memberikan keterangan pers di Posko Antemortem, Polda Jawa Timur, Kamis 1 Januari 2015.

Selain telah mengumpulkan 161 data antemortem, sambungnya, Tim DVI Polda Jatim juga telah mengantongi sedikitnya 107 data asam deoksiribonukleat (DNA) dari pihak keluarga. "DNA sudah 107, masih kurang 55," tambah dia.

Dengan masih belum lengkapnya data antemortem dan DNA dari pihak keluarga, Awi mengimbau pihak yang berkepentingan untuk segera melengkapi. "Kami minta untuk segera," tutup dia.

Identifikasi jenazah korban pesawat AirAsia QZ8501 masih terus dilakukan Tim DVI Polda Jawa Timur. Termasuk identifikasi terhadap 2 jenazah yang pada Kamis 1 Januari 2015 malam tiba di Rumah Sakit Bhayangkara, Surabaya.

Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Jawa Timur Kombes Pol Budiyono mengatakan, pihaknya langsung 'tancap gas' mengidentifikasi 2 jenazah bernomor 007 dan 008 itu. Namun, baru diketahui jenis kelamin dari 2 jasad tersebut.

Sebelumnya, Tim DVI Polda Jawa Timur telah berhasil menyelesaikan identifikasi terhadap 1 jenazah yang diketahui identitasnya bernama Hayati Lutfiah Hamid. Hayati sudah diserahkan ke pihak keluarga dan langsung dimakamkan pada Kamis malam. Sementara di RS Bhayangkara Tim DVI masih terus melakukan identifikasi terhadap 7 jenazah lainnya.

 Area Pencarian 

Seperti halnya proses identifikasi jasad korban yang telah ditemukan, pencarian badan pesawat, penumpang, dan black box (kotak hitam) AirAsia QZ8501 terus dilakukan. Bahkan, menurut Deputi Operasi Basarnas Mayjen TNI Tatang Zainudin, dilakukan penambahan baik armada hingga personel.

"Ada penambahan. Tambah pesawat Korea yang dilengkapi kamera," ungkap Tatang dalam konferensi pers di Kantor Badan SAR Nasional (Basarnas), Jalan Angkasa, Jakarta Pusat, Kamis 1 Januari 2015.

Selain itu, menurut dia ada pula penambahan 11 kapal dari Perhubungan Laut. Sebab, tim pencari hari ini memperluas area pencarian. Kapal-kapal bantuan dari sejumlah negara dikatakan Tatang juga sudah mendekat. Termasuk kapal Amerika Serikat. Basarnas sendiri sudah melakukan komunikasi dengan kapal bantuan tersebut. Armada tambahan itu nanti akan segera dioperasionalkan di lokasi kemungkinan badan pesawat berada.

"Strateginya jelas, area kita perluas. Kita menyisir dari udara dari laut. Mudah-mudahan dari penyisiran itu bisa temukan lebih banyak hari ini. Saya harus kendalikan kapal-kapal dari negara asing. Ini berhitung dengan waktu," ucap Tatang.

Adapun jumlah total armada baik laut maupun udara yang diturunkan untuk mencari kepingan ataupun penumpang AirAsia, yakni dari dalam negeri sendiri ada 17 helikopter, 10 pesawat, dan 57 kapal. Kemudian, bantuan armada dari luar negeri, 2 helikopter Singapura, 2 pesawat Singapura, 1 pesawat Malaysia, 5 kapal Singapura, 2 kapal Malaysia, 1 pesawat Korea, dan 1 pesawat Amerika.

Bantuan juga datang dari Jepang. Sebanyak 370 personel gabungan angkatan laut, angkatan udara, dan angkatan darat dari Japan Army akan berangkat ke lokasi pencarian pesawat AirAsia QZ8501. Ratusan personel itu sebagian besar menumpang 2 kapal berjenis destroyer yang saat ini masih berada di Pelabuhan Klang, Malaysia.

"Sekitar 370 personel. Mereka biasanya bertugas melawan pembajak di Somalia. Dan Jepang memutuskan sekarang mereka ditugaskan untuk menjalankan misi (pencarian) ini," ungkap Joint Staff Office Japan Army, Kolonel Yoshiura, di Kantor Badan SAR Nasional (Basarnas), Jalan Angkasa, Jakarta Pusat, Kamis 1 Januari 2015.

Ia menyebutkan, para personel militer Jepang itu menjalankan misi SAR. Namun baru akan berlabuh dari Pelabuhan Klang pada Jumat besok dan diperkirakan baru sampai di Surabaya pada Sabtu malam 3 Januari 2015.

Kedua kapal tersebut juga sudah beberapa kali diterjunkan untuk membantu bencana, seperti tsunami Jepang serta gempa bumi Fukushima. Selain itu, ada pula 3 helikopter yang juga nantinya membantu proses pencarian.

 Lacak Bangkai Pesawat 

Bangkai pesawat AirAsia QZ8501 hingga kini masih belum ditemukan. Diduga pesawat itu terjatuh dan tenggelam di perairan Selat Karimata.

Investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Toss Sanitiyoso mengatakan, pihaknya masih kesulitan mendeteksi keberadaan bangkai pesawat lantaran kedalaman laut di lokasi jatuhnya pesawat yang terbilang dangkal. Menurutnya, kondisi itu menyulitkan alat pendeteksi mencari sinyal dari tubuh pesawat yang diduga berada di dasar laut.

"Menurut teori, air dalam lebih mudah didengar daripada laut dangkal. Kenapa? Karena kalau laut dangkal itu noise-nya lebih banyak," kata Toss di Posko Crisis Center, Mapolda Jawa Timur, Kamis 1 Januari 2015.

Toss berharap seluruh bagian pesawat dapat ditemukan dalam waktu sebulan setelah dinyatakan hilang. Apalagi, beberapa bagian pesawat sudah bisa ditemukan. "Ya, mudah-mudahan tetap diusahakan kalau memungkinkan kondisi cuaca (bagus) dan ketinggian (gelombang) bisa normal, kami harap dalam waktu sebulan bisa ditemukan dan diangkat."

Dari seluruh tubuh pesawat, imbuh dia, yang terpenting ditemukan adalah kotak hitam (black box), cockpit voice recorder (CVR) dan flight data recorder. "Black box itu dilengkapi dengan finger, sama fungsinya dengan ELT. Kalau ELT di darat, memancarkan sinyal. Kalau ini (finger black box) memakai sinyal juga, tapi frekuensi berbeda, lalu durasinya lebih lama. Kalau di dalam air, harus dekat sekali."

 Bantuan Alat Deteksi dari Singapura 

Sementara itu Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI FH Bambang Soelistyo mengatakan, tim gabungan SAR akan mendapat bantuan peralatan deteksi objek bawah air dari Singapura. Alat-alat itu akan dikirim untuk pelaksanaan operasi pencarian dan evakuasi pesawat AirAsia QZ8501.

"Untuk besok (Jumat 2 Desember 2015) kita akan mendapatkan bantuan alat-alat dari Singapura untuk mendeteksi objek di bawah air. Jadi besok kita akan lakukan kemampuan alat-alat deteksi bawah air," kata Soelistyo dalam jumpa pers di Kantor Basarnas, Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis 1 Januari 2015.

Soelistyo menambahkan, pihaknya Jumat 2 Januari 2015 akan mengirim kapal tanker berisi bahan bakar minyak (BBM) ke daerah operasi evakuasi korban musibah pesawat AirAsia QZ8501. Tanker itu merupakan bantuan dari Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).

Tak cuma itu, menurut Kepala Basarnas, pihak TNI Angkatan Laut juga sudah diinstruksikan memberangkatkan kapal tanker miliknya ke daerah operasi. Tanker milik TNI AL yang dimaksud, yakni KRI Sorong.

Berbagai upaya memang terus dilakukan untuk mengevakuasi jasad penumpang maupun mencari badan pesawat AirAsia QZ8501. Pada awal evakuasi, sempat beredar kabar yang menyebut terlihat bayangan mirip dengan badan pesawat. Tapi sampai saat ini peralatan dan teknologi yang dipakai belum dapat menemukan posisi pasti badan pesawat.

SAR Mission Coordinator Pangkalan Bun Marsekal Muda Sunarbowo menjelaskan, untuk mempercepat pencarian badan pesawat, KRI Bung Tomo akan diarahkan ke titik yang disebut ada bayangan pesawat.

"KRI Bung Tomo sedang menuju bayangan (pesawat AirAsia) itu kita tunggu besok," kata Sunarbowo di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Kamis 1 Januari 2015.

KRI Bung Tomo juga akan dibantu dengan armada lainnya untuk mencari badan pesawat termasuk black box atau kotak hitam dan perangkat Emergency Locator Transmitter (ELT) yang sampai saat ini belum ditemukan. Termasuk sonar bantuan dari Singapura dan BPPT serta yang berada di kapal.

"Kita gunakan sonar yang bergerak bersama. Satuan gugus KRI Banda Aceh, kemudian RSS Swift, USS Simpson bergerak paralel saling berdekatan. Dalam satu atau dua hari dengan alat yang mulai digelar kita berharap bahwa badan utuh (pesawat AirAsia QZ8501) dapat ditemukan," jelas dia.

Penemuan serpihan pesawat juga menjadi petunjuk bagi tim Search and Rescue (SAR) gabungan untuk melakukan pencarian. Sunarbowo juga memperkirakan posisi pesawat bisa bergeser hingga 24 nautical mile (mil laut) dari posisi jatuhnya pesawat.

"Untuk itu, unsur laut terus bergerak. Setiap hari kami berikan pattern (pola) pencarian hingga ratusan kilometer. Kendala banyak padahal peralatan canggih. Bukan tidak mampu, tapi tingkat kesulitan besar sekali," ungkap dia.

Sunarbowo memastikan, proses pencarian masih terus dilakukan hingga pesawat AirAsia ditemukan. Presiden Joko Widodo atau Jokowi juga menyatakan evakuasi tidak akan menentukan batas waktu.

Ia menambahkan, belajar dari peristiwa AdamAir, black box baru bisa ditemukan pada bulan ke-4 dengan kedalaman 2.000 meter. Bila melihat AirAsia yang kedalaman hanya 30 meter seharusnya dapat lebih mudah ditemukan.

"Mudah-mudahan karena ini masih berproses. Kita berharap dua tiga hari ke depan (AirAsia QZ8501) bisa ditemukan," tandas Sunarbowo.

 Strategi Pasukan Katak 

Tak hanya mengandalkan peralatan dan teknologi canggih, pencarian jasad korban dan bangkai pesawat AirAsia juga dilakukan dengan cara penyelaman. Untuk itu Komando Pasukan Katak (Kopaska) akan menyisir di dalam lautan demi mencari pesawat AirAsia QZ8501 yang diduga jatuh di perairan Selat Karimata.

Menurut salah satu pimpinan Kopaska yang berada di Kapal KN 101 Purworejo, Letda Laut Edi Abdillah, mereka akan menyelam 25 sampai 30 meter bahkan bisa mencapai 40 meter setelah pindah ke KRI Banda Aceh.

"Saya membawa 14 orang di mana kita akan membagi menjadi dua tim. Diprediksi setelah sampai di KRI Banda Aceh kita bisa melakukan penyelaman sekitar 25 meter sampai 40 meter," ujar Letda Edi di Kapal KN 101 Purworejo, Kamis 1 Januari 2015 malam.

Ia pun menjelaskan ada 2 strategi dalam melakukan penyelaman, yaitu dengan dengan circle ataupun penyapuan. "Bedanya jika circle itu kita berenang dengan menandai bentuk lingkaran, sedangkan penyapuan kita akan berenang sesuai dengan titik koordinat jadi memang tidak asal," papar Edi.

Yang menarik mereka melakukan strategi tersebut dan penyelaman menggunakan seutas tali. Menurut dia, tali bukan hanya sebagai penanda titik koordinasi dalam melakukan penyelaman, tapi juga sebagai alat bantu komunikasi.

 Basarnas Dipuji 

Sejauh ini efektivitas tim gabungan SAR di bawah koordinasi Basarnas selama mencari dan mengevakuasi korban musibah pesawat milik maskapai swasta yang berbasis di Malaysia itu menuai pujian dari kalangan dalam negeri maupun luar negeri.

Pada Selasa 30 Desember 2014, tim Basarnas berhasil menemukan serpihan pesawat AirAsia QZ8501, setelah kapal terbang 2 hari hilang kontak. Pengamat asing memuji gerak cepat Basarnas dalam proses pencarian. Tim pencari dan penyelamat nasional itu pun dinyatakan sebagai yang terbaik se-Asia.

"Indonesia memiliki banyak pengalaman dalam menghadapi bencana. Mereka sangat andal dalam investigasi kecelakaan," kata Greg Waldron selaku pengamat dan ahli penerbangan internasional, seperti dimuat Wall Street Journal, Rabu 31 Desember 2014.

 Berharap Cuaca Bersahabat 

Kendati demikian, proses evakuasi dan pencarian penumpang maupun badan pesawat termasuk kotak hitam AirAsia selanjutnya sangat tergantung dengan kondisi cuaca di area operasi sekitar Selat Karimata.

"Kesulitannya adalah kondisi cuaca yang kurang bersahabat. Gelombang di daerah operasi antara 3-4 meter," kata Ketua Basarnas Marsda FH Bambang Soelistyo saat jumpa pers di Kantor Basarnas, Jakarta, Kamis 1 Januari 2015.

Soelistyo menuturkan, kondisi cuaca tersebut akan berlangsung dalam beberapa hari ke depan. Meski begitu, kondisi ini tak membuat nyali timnya menjadi ciut dalam melakukan operasi evakuasi penumpang QZ8501 tersebut.

Optimitis tersebut tentu saja membanggakan, terutama di tengah penantian keluarga korban musibah pesawat AirAsia yang mengangkut 155 orang dan 7 awak tersebut.


  Liputan 6  

Kapolda ultimatum kelompok Ayub Waker serahkan diri

Kapolda Papua Irjen Yotje Mende

Kepala Kepolisian Daerah Papua Irjen Polisi Yotje Mende mengultimatum Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Ayub Waker di wilayah Tembagapura, Mimika, untuk segera menyerahkan diri.

"Saya memberikan ultimatum kepada mereka untuk segera menyerahkan diri dan mengembalikan senjata api yang mereka rampas dari anggota saya," kata Yotje Mende kepada Antara di Timika, Jumat.

Yotje mengatakan pelaku penyerangan terhadap kendaraan yang ditumpangi anggota Brimob Satgas Pengamanan PT Freeport Indonesia di jalan poros Tembagapura-Kampung Banti pada Kamis (1/1) malam sebanyak empat orang dari KKB Ayub Waker.

"Ini yang bertanggung jawab namanya Ayub Waker. Itulah orang yang paling bertanggung jawab sebagai pimpinan mereka di daerah Tembagapura," ujar Mende.

Menurut dia, tindakan KKB Ayub Waker yang membunuh dua anggota Brimob Satgas Pengamanan PT Freeport Indonesia yakni Bripda Riyan dan Bripda Andriyan serta seorang petugas Security perusahaan bernama Suko Miartono sangat biadab, sadistis dan tidak berperikemanusiaan.

"Saya anggap tindakan KKB ini biadab, tidak mempunyai perikemanusiaan, sadis. Anak buah saya meninggal dengan luka tembak di kepala dan badan masing-masing tertembus tiga peluru, kemudian dibacok dengan sadis. Saya perkirakan setelah anak buah saya meninggal, mereka masih dibacok," jelas Yotje Mende.

Menyikapi kasus tersebut, pada Jumat siang Kapolda Papua mendatangi lokasi penembakan kedua anggota Brimob yang bertugas di Polda Sumatera Selatan itu.

Yotje Mende memerintahkan anggotanya untuk segera melakukan pengejaran terhadap KKB Ayub Waker yang kini membawa kabur dua pucuk senjata api jenis Steyer dan ratusan amunisi.

"Saya sudah perintahkan anggota saya untuk mengejar mereka sampai kemana pun mereka pergi," ujarnya.

Dalam upaya pencarian para pelaku, aparat mengamankan satu warga berinisial M yang diduga merupakan anggota KKB Ayub Waker di sekitar lokasi penembakan kedua anggota Brimob di jalan poros Tembagapura-Kampung Banti.

Saat hendak disergap, M berupaya melawan. Aparat mengamankan sebilah pisau sangkur dari tangan M. Sedangkan dua rekannya yang lain berhasil kabur dengan melompat ke Kali.

"Kita amankan satu orang dan sekarang dijadikan tersangka. Saat ini yang bersangkutan dalam perawatan," jelas Mende.

Adapun dua anggota Brimob dan satu petugas security PT Freeport Indonesia yang meninggal akibat ditembak oleh KKB Ayub Waker jenazahnya sudah dibawa ke Palembang dan Kediri, Jawa Timur, dengan penerbangan Sriwijaya Air pada Jumat siang untuk dikebumikan di kampung halamannya masing-masing.


  Antara  

Teknologi Lebih Canggih, Pasukan AS Langsung Temukan 12 Jenazah

Petugas Basarnas mengevakuasi jenazah kecelakaan pesawat Air Asia QZ-8501 yang dibawa Helikopter USS Sampson di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimatan Tengah, Jumat (2/1). (Republika/Agung Supriyanto)

Hari Jumat (2/1), tercatat total ada 14 jenazah yang berhasil ditemukan. Dari jumlah tersebut, 12 jenazah di antaranya ditemukan oleh pasukan dari Kapal Perang milik Angkatan Laut AS USS Sampson.

Delapan jenazah yang ditemukan oleh Angkatan Laut AS ini telah dievakuasi dengan Helikopter jenis Sea Hawk.

"Empat lagi menyusul," ujar Direktur Operasional Basarnas Lanud Iskandar Supriyadi. Lantas mengapa tim gabungan Basarnas "hanya" mampu mengevakuasi dua jenazah, di saat US Navy mampu mengevakuasi 12 jenazah?

Supriyadi sendiri mengakui bila ada kekurangan yang dimiliki oleh tim gabungan. Salah satunya adalah teknologi tim Indonesia yang dinilai kurang dibandingkan milik AS.

Dia menjelaskan, kapal perang AS memiliki kemampuan komunikasi yang mumpuni antara Heli dan kapal induk. Sehingga tim AL AS bisa melakukan pencarian yang terintegrasi dan cepat.

"Di saat heli dan kapal kita terhambat oleh cuaca," jelas Supriyadi.

Selain itu, faktor lainnya adalah daya jelajah heli Sea Hawk AS yang mampu terbang lama, dan memiliki kemampuan melihat obyek di atas laut yang lebih detail. "Makanya intinya adalah teknologi dan cuaca," ujarnya.

Meski demikian, Supriyadi menampik bila kinerja Basarnas kurang. Justru dia mengapresiasi seluruh pihak yang ikut bekerja.

"Ya memang terimakasih untuk AS yang mau membantu," lanjutnya.

Dia juga mengakui kelebihan yang dimiliki oleh armada AS ini. "Bukan sekedar mereka kebetulan lewat dan nemu jenazah," katanya lagi.

Heli Sea Hawk AS sendiri mampu mengangkut empat jenazah dalam sekali evakuasi.
Elang Laut, Memburu Pesawat AirAsia
Helikopter Seahawk US NAVY membawa Jenazah korban pesawat AirAsia QZ-8501 akan mendarat, di lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Selatan, Jum'at. 2 Januari 2015. TEMPO/Dasril Roszandi
Seahawk dibuat oleh perusahaan pembuat helikopter bernama Sikorsky Aircraft. Heli ini diciptakan untuk beroperasi di laut, memiliki twin turboshaft engine memampukan seahawk untuk membawa beban yang berat, 2 Januari 2015. TEMPO/Dasril Roszandi
Seahawk memiliki beberapa kemampuan, ASW Anti Submarine Warfare, Search and Rescue, Pengintaian, Communication Relay, Naval Gunfire Support. Seahawk selalu menemani armada kapal perang Amerika dalam setiap misinya, 2 Januari 2015. TEMPO/Dasril Roszandi
Seahawk pertama kali dibuat pada 12 Desember 1979. Seahawk dibuat untuk menggantikan heli lawas Seasprite, seahawk termasuk dalam satu keluarga heli blackhawk. blackhawk untuk AD, seahawk AL dan Marinir, Pavehawk untuk AU. 2 Januari 2015. TEMPO/Dasril Roszandi
Helikopter seahawk dilengkapi dengan beberapa peralatan canggih yang menunjang setiap operasi atau misi. Salah satunya adalah counter meausure sebuah perangkat elektronik yang memampukan helikopter mengetahui dirinya saat dibidik oleh perangkat rudal. 2 Januari 2015. TEMPO/Dasril Roszandi
Seahawk merupakan heli khusus laut, heli tersebut untuk mendukung setiap operasi laut yang dijalankan oleh AL Amerika. Heli ini dilengkapi dengan Sonobuoy, yaitu sebuah alat pencari benda dalam laut, biasanya alat tersebut digunakan untuk mencari kapal selam. Amerika mengerahkan seahawk dalam misi pencarian pesawat AirAsia yang jatuh pada 28 Desember 2014. 2 Januari 2015. TEMPO/Dasril Roszandi
Helikopter AS Sea Hawk Antar Jenazah QZ8510
Kru Helikopter SeaHawk US ARMY membawa kantong jenazah korban pesawat AirAsia QZ8501 di lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Selatan, 2 Desember 2014. Heli ini mengantar Empat jenazah dan serpihan pesawat yang ditemukan Kapal Angkatan Laut Amerika, USS SAMPSON. TEMPO/Dasril Roszandi
Kru Helikopter Sea Hawk yang mengenakan pakaian pelindung menurunkan jenazah korban pesawat AirAsia QZ 8501 di lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Selatan, 2 Januari 2015. TEMPO/Dasril Roszandi
Kru Helikopter Sea Hawk membawa serpihan pesawat Air Asia QZ 8501 yang terbungkus dengan alumunium foil saat diturunkan di lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalimantan Selatan, 2 Januari 2015. TEMPO/Dasril Roszandi

  Republika | Tempo  

Zona Pencarian AirAsia Merupakan 'Kuburan' Kapal Perang PD II

Laut Jawa yang menjadi fokus operasi pencarian pesawat AirAsia QZ8501 merupakan 'kuburan' bagi kapal perang sisa-sisa Perang Dunia II. Diperkirakan ada banyak bangkai kapal yang karam di dasar lautan dekat Kalimantan tersebut.

Seperti dilansir AFP, Jumat (2/1/2015), Laut Jawa menjadi lokasi kekalahan pasukan Sekutu dari pasukan imperial Jepang yang menduduki wilayah Indonesia kala itu. Perang di Laut Jawa pada tahun 27 Februari 1942 silam berujung kekalahan bagi pihak sekutu yang terdiri atas pasukan Belanda, Amerika Serikat, Inggris dan Australia.

Sedikitnya lima kapal perang sekutu bersama dengan 2.300 personel Angkatan Laut hancur dalam perang tersebut. Sedangkan Jepang kehilangan salah satu kapal penghancurnya dan 36 personel militernya.

Pertempuran kedua terjadi kembali pada 1 Maret 1942, antara pasukan sekutu Inggris dan AS dengan Jepang. Tiga kapal Sekutu tenggelam dalam perang tersebut, bersama satu lagi kapal penghancur milik Jepang.

Puing-puing dari Perang Dunia II diketahui masih banyak berada di dasar Laut Jawa dan cukup populer di kalangan penyelam.

Pada Agustus 2014 lalu, arkeolog dari Angkatan Laut AS yang bekerja sama dengan penyelam TNI Angkatan Laut berhasil mengidentifikasi sebuah kapal jelajah USS Houston yang tenggelam dalam perang di Selat Sunda pada tahun 1942 silam.

Dalam perang di Selat Sunda pada 1 Maret 1942, USS Houston dan sebuah kapal jelajah milik Australia, HMAS Perth tenggelam di tengah pertempuran dengan Jepang.

Keberadaan puing-puing kapal perang bisa menjadi petunjuk palsu dalam pencarian bawah laut yang mengandalkan teknologi modern. Ketika tim mendeteksi adanya benda logam di sekitar perairan yang diduga menjadi lokasi jatuhnya AirAsia QZ8501, belum tentu logam itu merupakan bangkai pesawat yang dicari.(nvc/ita)


  detik  

3 Jenazah Penembakan di Papua Diautopsi

http://img1.beritasatu.com/data/media/images/medium/1411366953.jpgIlustrasi penembakan (sumber: galleryhip.com)

Dua jenazah anggota Brimob dan satu jenazah petugas keamanan PT Freeport Indonesia diautopsi untuk mengungkap penyebab kematian mereka terkait peristiwa penganiayaan dan penembakan di Utikini, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua.

"Dua anggota kami yang bertugas dan mengalami musibah ini Bripda Adriandi dan Bripda Ryan Hariansyah dan juga seorang satpam PT Freeport Indonesia sedang diautopsi," kata Kadivhumas Polri Irjen Ronny F. Sompie, di Jakarta, Jumat (2/1).

Menurut Ronny, autopsi tiga jenazah tersebut dilakukan untuk menemukan proyektil yang diduga bersarang dalam tubuh mereka.

Olah TKP juga dilakukan untuk menemukan selongsong peluru milik penembak.

Pada Kamis (1/1) sekitar pukul 21.00 WIT, dua orang anggota Detasemen Gegana Brimob Polda Papua, Bripda Adriandi (22) dan Bripda Ryan Hariansyah (22) serta seorang petugas keamanan PT Freeport Suko Miyartono dihadang oleh lima orang tak dikenal di Kampung Banti hingga Kampung Utikini dengan menggunakan senjata api dan parang.

"Anggota kami yang sedang berpatroli diserang oleh pelaku yang berjumlah lima orang. Peristiwa ini mengakibatkan Bripda Adriandi mengalami luka bacok di kepala bagian kanan, luka tusuk di perut, leher dan jari kanan putus," tuturnya.

Sementara Bripda Ryan mengalami luka tusuk di perut, luka tembak di leher dan tangan kanan putus. Sementara Suko mengalami luka tusuk di leher, perut dan luka tembak di punggung.

Selain membunuh ketiganya, pelaku juga merampas dua pucuk senpi jenis stayer milik Detasemen Gegana.

Saat ini aparat Polres Mimika dan Polda Papua masih berupaya mengejar pelaku penganiayaan dan penembakan tersebut.

  ♙ Berita Satu  

Serdadu India di Kubu Republik

Suatu hari di akhir-akhir tahun 1945. Sebuah iring-iringan konvoi pasukan Inggris dari British Indian Army (BIA) dihadang sekelompok lasykar republik di Bogor. Para penghadang terdiri dari anak-anak muda bersenjatakan beberapa pucuk bedil usang dan parang. Namun dalam waktu cepat, para serdadu BIA yang jauh lebih berpengalaman itu justru malah balik bisa mengepung dan menjadikan anak-anak muda tersebut bertekuk lutut.

Usai mengumpulkan para tawanan, salah seorang opsir mereka menyampaikan ceramah pendek di hadapan anak-anak muda itu. “Isinya nasehat supaya anak-anak kita jangan melawan, karena katanya mereka bersimpati terhadap perjuangan kita. Dianjurkan pula oleh opsir itu agar anak-anak berlatih dahulu sebelum turun dalam suatu pertempuran sungguh-sungguh…” ungkap Jenderal (Purn) A.H Nasution dalam Sekitar Perang Kemerdekaan Jilid 2.

Menurut Nasution, adanya rasa simpati pasukan Inggris asal Asia Selatan (India/Pakistan) terhadap perjuangan orang-orang Indonesia tentunya bukan tanpa dasar. Bukan rahasia lagi jika sebagian besar bangsa India/Pakistan saat itu menyimpan rasa kurang suka terhadap Belanda, yang menjadi musuh orang-orang Indonesia. Hal itu terkait dengan kejadian di Afrika Selatan, di mana perlakuan rasis keturunan Belanda berlangsung secara kencang terhadap orang-orang keturunan India di sana.

Namun para peneliti sejarah BIA di Indonesia seperti Firdaus Sjam dan Zahir Khan menyebut faktor agama-lah yang menjadi pemicu utama munculnya rasa simpati tersebut. “Faktor ini yang melahirkan sikap mereka untuk bahu membahu dengan para pejuang republik berperang melawan penjajah sebagai satu fisabilillah…” tulis mereka dalam Peranan Pakistan di Masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia.

Menurut Firdaus Syam dan Zahir Khan, ada sekitar 600 prajurit Inggris asal India/Pakistan yang membelot ke kubu kaum republik. Mereka tersebar bukan saja di kota-kota besar pulau Jawa namun juga tersebar di wilayah-wilayah Sumatera. ”Sumatera Utara khususnya Medan merupakan basis terbesar para pembelot tersebut bahkan mereka sempat membuat suatu kesatuan khusus terdiri dari kalangan mereka guna melawan militer Belanda disana,” tulis Firdaus Syam dan Zahir Khan.

Nama kesatuan itu adalah Bataliyon Putra Asia (masuk dalam Resimen III Divisi X) pimpinan Mayor Abdul Sattar, seorang bangsa India muslim yang sejak sebelum terjadinya Perang Kemerdekaan, sudah lama tinggal di Medan.

Menurut Muhammad TWH, selama Perang Kemerdekaan berlangsung, Bataliyon Putra Asia banyak dilibatkan dalam berbagai operasi tempur di wilayah Medan dan sekitarnya. Bahkan, sebagai tenaga bantuan latih sekaligus petempur, mereka pernah mengirimkan 17 anggota ke palagan Aceh dengan diikuti oleh seorang prajurit Inggris totok yang membelot bernama John Edward (setelah masuk Islam lebih dikenal sebagai Abdullah Inggris). Karena kelihaiannya dalam beretorika dan berpidato, John bersama seorang pembelot BIA bernama Chandra lantas didapuk menjadi penyiar Radio Perjuangan Rimba Raya (memiliki kekuatan daya pancar hingga Australia dan India) masing-masing untuk program bahasa Inggris dan bahasa Urdhu (India). ”Rimba Raya hadir pada saat sebagian besar radio-radio kaum republik mati karena dibungkam Belanda,” ujar Muhammad TWH.

Saat Muhammad Hatta melakukan kunjungan ke Pematang Siantar pada awal 1948, Bataliyon Putra Asia-lah yang mendapat tugas untuk mengawal Wakil Presiden pertama RI itu. Beberapa saat usai Hatta meninggalkan kota tersebut, militer Belanda kemudian datang menyerang. Terjadilah pertempuran hebat hingga para patriot dari selatan Asia itu kehabisan amunisi. Kendati posisi mereka sudah terkepung, mereka tidak lantas menyerah, malah justru mencabut bayonet dan memutuskan untuk berduel satu lawan satu melawan prajurit-prajurit Belanda. Pertempuran jarak dekat itu mengakibatkan 15 prajurit Yon Putra Asia gugur.

“Jasad mereka lantas dimakamkan di Pematang Siantar, namun sekitar tahun 1950-an kerangka-kerangka mereka dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Medan dalam suatu upacara militer,” kata pengelola Museum Pers Sumatera Utara itu.

Mayor Abdul Sattar sendiri berhasil lolos dari maut. Lepas Perang Kemerdekaan, ia keluar dari dinas militer dan sempat berkerja secara serabutan sebelum akhirnya karena faktor kebutuhan ekonomi, ia memutuskan menjadi seorang petinju amatir. Saat menjadi petinju inilah, orang Medan lebih mengenalnya sebagai Young Sattar.

Di Jawa Barat, pada 30 Agustus 1947 sempat berdiri suatu kesatuan bernama International Volunteers Brigade (IVB). Kesatuan ini terdiri dari tentara republik yang berasal dari berbagai macam bangsa Asia (Tiongkok, Filipina, Malaysia, India dan Pakistan). Namun anggota yang paling banyak terdiri dari pasukan India dan Pakistan yang membelot dari kesatuan-kesatuan militer Inggris. Ini adalah foto langka milik IPPHOS, yang memperlihatkan seorang prajurit IVB dari India tengah melakukan suatu penghadangan terhadap konvoi militer Belanda di Jawa Barat. Mereka bahu membahu bersama pasukan TNI mempertahankan nama Republik Indonesia.[Diposkan Samuel tirta]

  Garuda Militer  

Cerita Sang Perencana Misi Hercules Pencari AirAsia QZ8501

http://images.cnnindonesia.com/visual/2015/01/02/a802b407-c691-42dd-83da-a7c2baf1721e_169.jpg?w=650Navigator pesawat Hercules A-1319 milik TNI AU, Kapten Nav Feisal Rachman, di hanggar Skadron 31 Udara Pangkalan TNI AU Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (2/12). CNN Indonesia/ Hanna Azarya Samosir

"Begitu Lettu Erwin (Tri Prabowo, Kopilot Hercules A-1319) mendapat foto jenazah, artinya pekerjaan tidak sia-sia. Ada kelegaan," ujar Feisal di atas mobil menuju markas Skadron Udara 31 di Pangkalan TNI AU Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (2/12).

Kapten Nav Feisal Rachman nama lengkap sekaligus pangkatnya. Ia adalah navigator Hercules A-1319, pesawat TNI AU yang pertama kali menemukan jasad dari penumpang AirAsia QZ8501.

Selasa, 30 Desember 2014, hari ketiga pencarian AirAsia QZ8501. Tim pencari di bawah komando Badan SAR Nasional (Basarnas) belum juga menemukan jejak keberadaan pesawat nahas yang mengangkut 155 penumpang itu.

Sekitar pukul 09.30 WIB hari itu, Panglima Komando Operasional TNI Angkatan Udara I Marsekal Muda A. Dwi Putranto yang berada di pesawat CN-295 dengan Kapten Ahmad Reza Pahlevi menyiarkan bahwa timnya melihat puing di Selat Karimata. Ia lantas memberitahukan koordinat dan memerintahkan Hercules A-1319 untuk langsung menuju lokasi.

"Kita kan perintahnya untuk mencari, dan harus ketemu. Akhirnya kami melakukan holding pattern area selama 30 menit," tutur Feisal mengisahkan proses pencarian hari itu.

Awalnya, mereka hanya melihat objek berwarna oranye. "Lalu, Lettu Erwin melihat sesosok benda yang diperkirakan mayat," ucap Feisal.

Setelah gambar jenazah tertangkap kamera, Feisal mengaku lega sekaligus bangga. Perasaan tersebut memang patut bernaung dalam hati Feisal. Pasalnya, dalam suatu misi Search and Rescue (SAR) yang dilaksanakan pesawat Hercules, navigator bertindak sebagai perencana yang dikomandani oleh kapten pilot.

"Kami sebagai mission planner, kami merencanakan sesuatu dalam hal misi. Kalau misi itu berjalan lancar tentunya bangga," ujar Feisal sembari sesekali menenggak kopi di tangannya.

Seorang navigator, menurut Feisal, akan mengolah rencana dari sejak titik koordinat lokasi ditentukan hingga dilaporkan ke kapten pilot untuk dieksekusi.

"Profil seperti apa kita yang merencanakan, penerbangan, mau ke mana, harus bagaimana, sampai keep area agar tetap di koordinat yang ditentukan," papar Feisal.

Ayah dari satu putra ini kemudian memberikan contoh dengan situasi yang dialami saat pencarian AirAsia QZ8501.

Tiga puluh menit berputar di udara tersebut bukan tanpa bahaya. Pesawat Hercules yang biasanya terbang di ketinggian 1.000 kaki, harus terbang rendah di ketinggian 500 kaki demi mendapatkan foto jasad yang mereka lihat.

"Ketinggian segitu susah membedakan warna langit dan laut, bisa jatuh. Tugas navigator untuk menjaga tetap di-track," papar perwira lulusan Akademi Angkatan Udara tahun 2006 ini.

Dengan tugas seberat itu, dibutuhkan seorang yang memang andal. Feisal sendiri berhasil lolos dari proses seleksi ketat. "Dari 155 hanya 10 yang terseleksi," ungkap pria kelahiran Samarinda, Kalimantan Timur, 30 tahun silam ini.

Dengan jam terbang mencapai 4.000-an jam, Feisal telah melakukan misi-misi SAR besar seperti gempa di Mentawai, banjir bandang di Ambon, sampai topan Haiyan di Filipina.

Kendati demikian, Feisal mengaku kesuksesan sebuah misi merupakan hasil kerja sama tim yang kuat. Pria berkulit sawo matang ini kemudian menjabarkan pembagian tugas dari masing-masing personel tim penyelamat.

"JRU (Juru Radio Udara) melaksanakan koordinasi dengan posko, sementara engineer terus mengecek engine pesawat. Load master harus menjamin keselamatan penumpang dan barang dalam pesawat," paparnya.

Di akhir perbincangan, Feisal mengaku bangga kepada Tim SAR Indonesia, baik Basarnas, TNI AD, TNI AL, TNI AU, Kepolisian RI karena dalam waktu hanya 3 hari sudah bisa menemukan bukti area lokasi jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501.(obs)

 ♖ CNN  

Jumat, 02 Januari 2015

Jokowi wants RI military to be strongest in the region

http://4.bp.blogspot.com/-5w9qUTb8I90/VBUngI3a6MI/AAAAAAAAFIQ/dzPmZKcfOJc/s1600/Heli%2BApache%2B%2B%2BMi%2B35%2B(U.S.%2BArmy%2Bphoto%2Bcourtesy%2Bof%2B25th%2BCombat%2BAviation%2BBrigade).JPGPresident Joko “Jokowi” Widodo set a target on Tuesday to improve the capacity of the Indonesian Military (TNI) and defense industry not only to meet the Minimum Essential Force (MEF) targets, but also to transform it into a force to be reckoned with in the region.

In a bid to improve the country’s obsolete weapons system, the government earlier implemented a plan to realize the military’s MEF blueprint for achieving an independent defense industry by 2024.

Speaking during a meeting with Defense Industry Policy Committee (KKIP) on Tuesday at the Presidential Office, Jokowi pointed out four main priorities for the country’s defense policy, including efforts to develop the military to become a well-respected force, to reach self-sufficiency in defense equipment, to meet the country’s defensive needs and to make defense policy a part of the comprehensive approach to security.

The President said that the country should no longer depend on imported defense equipment and that efforts (such as bureaucratic reforms) needed to be taken to expedite the transfer of military technology at state-owned defense firms.

“Those [reforms] include measures related to competitiveness and productivity that are designed in such as way that we will be able to partner with such global defense industry players as South Korea, the United States and Western European countries,” Jokowi said.

Obsolete weapons systems have hampered the TNI’s ability to guard Indonesia’s territorial waters from rampant illegal fishing.

The Defense Ministry has recently pledged to spur the development and production of naval weapons by national defense companies in order to help implement Jokowi’s maritime-axis vision. The ministry has also aimed to promote joint cooperation between local and overseas defense firms to give local defense firms essential knowledge and experience that would eventually help them independently produce state-of-the-art armaments for the TNI.

In December 2011, the ministry and South Korean Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME) signed a US$1.1 billion contract to manufacture three U-209 diesel-electric submarines. PT PAL’s engineers will be given a chance to take a close look at the construction of the first two submarines at a DSME plant in South Korea before they construct the last one at the PT PAL plant in Surabaya.

In the meeting, Jokowi also wanted defense firms to start working on civilian projects.

“For example, Pindad’s [light-armored] Anoa vehicles should be used for commercial trucks, PAL’s warships can also be used as commercial ships and for fishing, while the DI’s [military transport aircraft] CN295 can also be used for civil defense,” he said.

PT Pindad’s executive director Silmy Karim said his company was ready to produce non-defense equipment, which would not only encourage the country’s defense industry but could also promote economic growth.

“The demands for defense products continue to rise, so we will boost the production of both [defense and non-defense industries],” said Silmy after Tuesday’s meeting.

Other than Anoa, Silmy added, Pindad is also looking into production for rail networks and heavy equipment utilizers.

“The meeting supported the idea that we should optimize the country’s defense production,” Defense Minister Ryamizard Ryacudu said.

 ♖ thejakartapost  
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...