Sabtu, 10 November 2018

TNI AU Andalkan ADS-B dan Kokpit Simulator F-16 Fighting Falcon

Indo Defence 2018 https://3.bp.blogspot.com/-gPvOuF23HRY/W-cM-JcXUNI/AAAAAAAALj8/DeKUodpovvcalPYK35hh2xiyHMbqnO0JQCLcBGAs/s1600/Stand%2BTNI%2BAU.jpgStand TNI AU

Pameran industri pertahanan terbesar yang dikemas dalam Indodefence 2018 Expo & Forum, kembali digelar di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran Jakarta, dari 7 – 11 November 2018.

Pada ajang bergengsi dua tahunan ini, TNI AU menghadirkan inovasi baru karya prajurit Depohar 50 Koharmatau berupa ADS-B (Automatic Dependent Surveillance – Broadcast) Radar.

Alat yang baru disertifikasi oleh Dislitbangau (Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AU) pada Oktober 2018 ini, merupakan radar portable low cost yang mampu mengidentifikasi objek (pesawat) secara real time. Radar yang memiliki ROA (Radius of Action) hingga 270 Nm ini mampu mengidentifikasi data speed, altitude dan jarak pesawat dengan radar.

https://1.bp.blogspot.com/-4JY1afXPlKQ/W-cM9NQuC6I/AAAAAAAALj4/e4we_-DFRzwsgUxXKpR_EHZfKmZ8-8rjACLcBGAs/s1600/Kokpit%2BSimulator%2BF-16%2BFighting%2BFalcon.jpgAlutsista lain yang juga jadi andalan stand TNI AU adalah kokpit simulator pesawat F-16. Dengan alat ini masyarakat dapat merasakan sensasi terbang sekaligus melaksanakan dog fight (bertempur di udara) dengan pesawat tempur canggih pabrikan Lockheed Martin Amerika Serikat.

Inovasi prajurit TNI AU yang juga dipamerkan adalah Internet _Protocol Private Branch Exchange (IP-PBX) Depo 40 Koharmatau. Alat yang sudah mendapatkan sertifikasi dari Dislitbangau dan Dislambangjaau tahun 2012 ini merupakan perangkat yang mampu mengintegrasikan sentral telepon seluruh TNI AU secara low cost.

Stand TNI AU yang menempati areal 60 meter persegi di hall B, juga memamerkan TDAS (Transmisi Data: Air Situation) Kohanudnas dan beberapa persenjataan Paskhas, seperti Rudal QW3, AX-308 Sniper, M-4 Carbine dan SS-V4.

  ⚓️
TNI AU  

Pasukan Indonesia Baku Tembak Dengan Separatis Papua Merdeka

2 Anggota Separatis Tewas Ilustrasi. [Foto/Ilustrasi/Nationalia] ⚓️

Dua milisi separatis kelompok Papua Merdeka tewas ditembak pasukan Indonesia dalam operasi pengejaran komandan kelompok separatis tersebut. Tindakan pasukan Indonesia itu sebagai respons setelah kelompok separatis menembak mati seorang warga sipil.

Operasi polisi dan tentara Indonesia selama sepekan ini berusaha untuk menangkap Purom Wenda, komandan Tentara Pembebasan Papua Barat yang buron selama 15 tahun. Bagi pihak pasukan Indonesia, sosok Purom Wenda hanya penjahat kecil.

Purom Wenda, dalam sebuah pernyataan yang disampaikan melalui seorang aktivis pada hari Jumat, mengatakan dua dari anggota kelompoknya tewas dalam baku tembak dengan pasukan Indonesia di Distrik Lanny Jaya.

Kelompok Puron Wenda dikejar setelah menembak mati seorang warga sipil, yakni pengemudi sepeda motor, yang mereka anggap sebagai mata-mata pasukan keamanan Indonesia.

Pihak militer Indonesia menegaskan bahwa warga sipil yang ditembak mati itu adalah seorang migran dari Sulawesi. Dia hanya warga sipil yang tidak bersalah.

"Perjuangan kami di hutan telah berlangsung selama beberapa dekade," bunyi pernyataan Puron Wenda, yang dilansir AP, Sabtu (10/11/2018).

"Banyak orang telah mati untuk perjuangan ini. Indonesia mengatakan bahwa mereka telah memberi kami otonomi khusus, infrastruktur, dan alasan lainnya. Kami tidak menginginkan semua itu. Kami hanya menginginkan kebebasan," lanjut dia.

Sementara itu, juru bicara militer Papua, Kolonel Muhammad Aidi mengatakan bahwa Purom Wenda melarang warga desa mengevakuasi jasad pria yang ditembak kelompok separatis. Tujuannya, untuk menjebak pasukan keamanan Indonesia.

Dia menambahkan, polisi dan tentara Indonesia yang menggunakan tiga kendaraan telah mengevakuasi jasad warga sipil tersebut. Evakuasi itu diwarnai baku tembak dengan kelompok separatis pimpinan Purom Wenda.

Dalam insiden baku tembak itulah, dua separatis anak buah Purom Wenda tewas. Pasukan Indonesia juga merebut sejumlah besar amunisi kelompok separatis itu. (mas)

  ⚓️
SINDOnews  

Batch Kedua Pesanan Kapal Selam

Gunakan kandungan lokal Ilustrasi kapal selam [TNI AL] ⚓️

Direktur Utama PT PAL Budiman Saleh memastikan pembangunan kapal selam untuk kebutuhan TNI Angkatan Laut pada batch II akan menggunakan kandungan lokal yang lebih tinggi dibanding batch sebelumnya.

"Yang jelas 'local content'nya akan lebih tinggi dibanding batch pertama," kata Budiman usai menandatangani nota kesepahaman dengan DSME Korea Selatan di gelaran Indo Defence di Jakarta, Rabu.

PT PAL saat ini tengah mengerjakan kapal selam ketiga yang masuk ke dalam batch pertama kontrak pembelian kapal selam dengan Daewoo Shipbulding and Marine Engineering Co, Ltd (DSME) Korea Selatan.

Ada tiga kapal selam yang dibuat dalam batch pertama ini, dua dibuat oleh DSME di negara asalnya dan sudah diserahkan kepada TNI AL dengan nama KRI Nagapasa-403 dan KRI Ardadedali-404.

Budiman menjelaskan, penandatanganan tersebut untuk memperjelas konsorsium bersama dengan DSME dalam pembagian tugas pengerjaan kapal selam.

"Nanti yang batch kedua, yaitu kapal keempat, lima, dan enam, sepenuhnya PT PAL yang akan mengerjakan. Tapi tetap ada pengawasan dari mereka," katanya menambahkan.

Kontrak batch kedua tersebut direncanakan mulai berjalan akhir tahun ini, dan diperkirakan akan berjalan sekitar tiga hingga enam tahun untuk melayani TNI AL sebagai konsumen utamanya.

  ⚓️
antara  

Pindad Gandeng Perusahaan Republik Ceko, Czechoslovak Group (CSG)

Produksi Panser 8x8 https://3.bp.blogspot.com/-p2LHzwewJ8Q/W-QuRhoWhvI/AAAAAAAALjY/R5LzezfL_b8A4ko0yRmn2BKzEiqzXzqqACPcBGAYYCw/s1600/Pandur%2BII%2B8%25C3%25978%2BTNI%2BAD%2B%255Bindomiliter%255D.jpgPandur II 8x8 TNI AD (Indomiliter)

PT Pindad (Persero) mengenalkan sebuah panser hasil kerja sama dengan Ceko di ajang Indo Defence 2018 Expo & Forum. Panser ini merupakan hasil pengembangan panser Steyr Pandur II 8x8 produksi perusahaan pertahanan asal Ceko, Czechoslovak Group (CSG).

Manajer Umum Kendaraan Khusus Pindad Agus Edy Suprihanto mengatakan, kelebihan panser ini adalah mampu berenang dan memiliki kemampuan mobilitas yang tinggi.

"Kemudian dia mampu bawa pasukan lebih dari 12 orang. Yang jelas untuk infanteri kaliber 30 mm itu yang pertama kali kita lakukan," ujar Agus dalam keterangan tertulisnya, Jumat (9/11/2018).

Menurut Agus, panser ini masih berupa purwarupa atau prototype saja dan belum diproduksi secara massal. Ia pun berharap produksi panser ini dapat dilakukan dalam waktu dekat.

Dia menginginkan produksi panser ini dilakukan di dalam negeri, karena sebagai BUMN, Pindad telah memiliki kapasitas yang cukup untuk memproduksi panser 8x8.

Hingga saat ini, panser terbaik yang diproduksi Pindad adalah APS-3 Anoa yang merupakan panser 6x6 alias enam roda saja. Panser 8x8, disebutnya memiliki karakteristik yang berbeda dengan panser 6x6, khususnya dalam pengembangan untuk memasang canon kaliber 105.

Karenanya, jelas Agus, pihaknya telah menjalin kerja sama dengan Ceko untuk memproduksi panser 8x8.

"Jadi kita tidak hanya bicara produksi saja, tapi transfer of knowledge bagi Pindad menjadi sangat penting khusunya dibidang kendaraan 8x8," kata Agus.

Proses kerja sama antara CSG dengan pihak militer Indonesia telah terjalin sejak 2016 lalu. Pandur II 8x8 adalah satu di antara tiga produk CSG yang dibeli TNI pada saat itu.

Pembelian ini pun disertai oleh kesepakatan alih teknologi atau transfer of technology (ToT) di antara kedua negara.

"Dalam realisasinya kami join production. Dari sisi kematangan desain sudah ada di pihak CSG. Untuk kebutuhan di Indonesia Pindad produksinya di bawah supervisi dari pihak CSG," ucap Agus.

"Kemudian navigasinya kita bisa saat ini untuk infanteri menggunakan senjata kaliber 30 mm," sambungnya.

 Rencana produksi 250 unit 

Agus menambahkan, proses pembuatan panser ini relatif membutuhkan waktu yang cukup lama karena untuk mendatangkan komponen utama saja bisa menghabiskan waktu sampai 9-11 bulan. Karenanya, produksi ini disebutnya sangat bergantung pada rantai pasok.

"Ini tahun pertama, tahun kedua akan lebih pendek lagi waktunya karena strategi supply chain akan lebih mudah. Kita sudah pesan dua tahun misalnya untuk konsep produksi sehingga kemudahan untuk merakit ditahun kedua akan lebih cepat," ujar dia.

Sementara itu, Direktur Operasional CSG Indonesia, Ashar Sjarfi menyerahkan nama panser ini kepada Pindad.

"Namanya belum diresmikan oleh Pindad, basisnya adalah Pandur II 8x8 dari Ceko yang sudah dikembangkan bersama Pindad dari 2016," ujar Ashar.

Ketika ditanya soal harga, Agus dan Ashar sama-sama enggan menyebutnya. Keduanya sepakat jika masalah harga akan diumumkan pada lain kesempatan.

Rencananya Pindad akan memproduksi panser tersebut sebanyak 250 unit.

 ♖ Kompas  

Jumat, 09 November 2018

Menhan Malaysia Tertarik Medium Tank Pindad

Indodefence 2018 https://1.bp.blogspot.com/-G_wnrWA1yqQ/W3WngAAqTWI/AAAAAAAALZ8/ualgN2sVu9o7T9tadmwBkVIzVAeA53zTwCPcBGAYYCw/s1600/38247724_MMWT%2BPindad.jpgMedium Tank Harimau

Direktur Utama PT Pindad Abraham Mose mengungkapkan, Malaysia lewat Menteri Pertahanannya YB Tuan Haji Mohamad bin Sabu tertarik dengan sejumlah produk industri pertahanan PT Pindad.

Di antaranya, Medium Tank Harimau, kendaraan taktis (Rantis) Komodo ukuran 4x4 dan Panser Anoa ukuran 6x6.

Abraham mengungkapkan hal itu, usai menerima kunjungan Mohamad bin Sabu di sela-sela penyelenggaraan "Indo Defence 2018 Expo & Forum" di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (8/11/2018).

"Mereka tertarik dengan tank medium, panser 4x4 dan 6x6 serta 'small' amunisi 5.56 mm. Alasannya karena kualitas, performance yang dinilai bagus. Menurut dia, kalau harganya kompetitif akan menjadi lebih baik," kata Abraham, seperti dikutip Antara.

Dia menambahkan, selama ini Malaysia sudah menggunakan produksi Pindad seperti amunisi kaliber 55 mm dan senjata submachine gun, SS2 dan pistol.

"Amunisi kan sudah berjalan, sekarang kan mau ke kendaraan tempur makanya kami kenalkan yang medium tank, Komodo 4x4 dan Anoa 6x6," ujarnya lagi.

Menurut dia, medium tank yang dibuat atas kerja sama dengan perusahaan asal Turki, FNSS itu memiliki berbagai keunggulan seperti antiranjau, punya ketahanan balistik sampai kaliber 30 mm, kemudian dilengkapi 360 derajat kamera, juga laser warning system.

"Jadi tank akan tahu kalau terdeteksi dan bisa mengeluarkan granat asap untuk mengaburkan posisi, baru dia menembak," ujarnya pula.

Medium Tank Pindad ini memiliki bobot tempur 32 ton, daya engine 711 HP dilengkapi transmisi otomatis, kecepatan maksimal 70 km/jam. Medium tank menampung tiga orang kru yang terdiri dari komandan, penembak, dan pengemudi, serta memiliki senjata utama turret kaliber 105 mm yang memiliki daya hancur besar.

PT Pindad, kata Abraham, sudah menawarkan mediun tank ini ke sejumlah negara, termasuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

"Harganya sangat kompetitif ya sekitar 6 juta dolar AS. Mulai tahun depan, Pindad akan memproduksi 25-30 unit per tahun. Next bisa 50 unit," katanya lagi.

 ♖ Kompas  

Pindad Tantatangani Berbagai MoU Strategis

Di Indodefence 2018 PT Pindad (Persero) menandatangani berbagai nota kesepahaman (memorandum of understanding/MOU) pada gelaran pertahanan terbesar, Indodefence 2018 Expo & Forum yang digelar pada 7-10 November 2018 di JIEXPO, Jakarta. Penandatanganan MoU antara Pindad dengan berbagai mitra strategisnya dilaksanakan pada 7 dan 8 November 2018 di Hall D JIEXPO.

 1. MoU Pindad Dengan Rohde Schwarz (Jerman) 

Pindad juga menjalin Kerjasama dengan Rohde Schwarz di bidang Perawatan dan perbaikan untuk SDTR/M3TR radio taktis R&S, National Waveform Development dan interoperabilitas, Implementasi kriptologi local untuk jaringan radio taktis, Integrasi vehicular radio taktis SDTR/M3TR R&S dengan Pindad, Sistem kendaraan untuk pasar domestik dan ekspor, Kerja sama untuk percobaan, demo dan eksibisi serta Kegiatan-kegiatan umum pemasaran dan penjualan proyek pelanggan yang disepakati bersama.

 2. MoU Pindad Dengan Hariff Daya Tunggal Engineering 
Pindad menjalin kerjasama dengan Hariff Daya Tunggal Engineering untuk memanfaatkan kompetensi masing-masing perusahaan :

a) Pihak Integrasi sistem ICCS/BMS HARIFF di produk ranpur dan rantis PINDAD
b) Integrasi sistem ICCS/BMS HARIFF di produk artileri dan mortar PINDAD

 3. MoU Pindad Dengan CMI Defence (Belgia) 

Penguatan kerja sama strategis antara Pindad dengan CMI Defence untuk peningkatan kapabilitas Pindad sebagai mitra CMID dalam manufaktur sistem senjata turret dengan training ahli dan peningkatan kandungan lokal supplier-supplier di Indonesia dalam rangka menjadikan Pindad sebagai supply HUB turret CMID dan kerja sama memajukan potensi ekspor.

 4. MoU Pindad Dengan UNISAT Consortium 

Pindad menjajaki diskusi untuk rencana pembangunan produksi Brass Cup (komponen amunisi) di Indonesia. Brass Cup apalah produk yang diimpor dari Korea Selatan, dan harapan MoU ke depannya adalah apabila Pindad dapat memiliki pabrik manufaktur Brass Cup, maka dapat mengurangi ketergantungan impor bahan amunisi / tercipta kemandirian nasional.

 5. Penandatanganan Piagam KCR PT PAL 
https://1.bp.blogspot.com/-5qZeTSb7Cmw/WN0wFa8Ug3I/AAAAAAAAKHg/DdmwNUZWz0EeFvBBugmvBao7EV5V06uXgCPcBGAYYCw/s1600/KRI%2BHalasan%2B630.pngPindad bersama sejumlah institusi menandatangani MOU tentang Piagam Komitmen Industri Lokal pada Pembangunan Kapal Perang. Piagam menyatakan komitmen mendukung penuh dan bersinergi dengan para pihak untuk pembangunan Kapal Perang yang dibangun oleh PT PAL INDONESIA (Persero). Pada momen ini, Direktur Utama PT PAL Indonesia (Persero) menandatangani kesepahaman dengan Direksi PT Barata Indonesia (Persero), PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, PT Pindad (Persero), PT Len Industri (Persero), PT Aicool, PT Jaya Indah Enggal Mandiri, PT KSB Indonesia, PT Hempel Indonesia, PT Karya Pangestu, PT Purnomo Teknik, PT Teknik Tadakara Sumberkarya, serta PT Surabaya Marine.

 6. MoU Pindad Dengan PCO (Polandia) 

Kerjasama penggunaan Laser Warning System milik PCO untuk platform Pindad, salah satunya yang telah terpasang saat ini di Medium Tank dan komitmen Transfer of Technology (ToT).

 7. MoU Pindad Dengan Doosan 

Pindad menjajaki kerja sama dan diskusi untuk pengembangan power plant dan heavy equipment menggunakan mesin dari Doosan.

 8. MoU PT Pindad Enjiniring Indonesia/PT PEI (anak perusahaan Pindad) Dengan Chaiseri Metal & Ruber Co., LTD (Thailand) 

PT PEI menjalin kerjasama dengan Chaiseri terkait penyediaan produk dan jasa, penyediaan teknologi, alih teknologi terkait berbagai produk dan jasa militer, seperti: Kendaraan Khusus, parts kendaraan tempur, persenjataan, perawatan perbaikan dan overhaul.

 ♖ Pindad  

Indonesia to Receive VL MICA Launchers

On SIGMA 10514 frigates in 2019 https://thaimilitaryandasianregion.files.wordpress.com/2017/04/28f4f-sigmavlsmica.jpg?w=377&h=344&zoom=2The Indonesian Navy's (Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Laut: TNI-AL) pair of Martadinata (SIGMA 10514)-class guided-missile frigates will each receive a set of 12-cell launchers for the VL MICA air defence system in 2019, an industry source has confirmed with Jane's at the Indo Defence 2018 exhibition in Jakarta.

A contract to deliver the launchers has been concluded, and installation of the weapon systems will be undertaken at state-owned shipbuilder PT PAL's premises in Surabaya, in collaboration with Damen and MBDA, the source added.

The SIGMA 10514 frigates, KRI Raden Eddy Martadinata(331), and KRI I Gusti Ngurah Rai (332), were commissioned in April 2017 and January 2018 respectively. Both ships were delivered to the TNI-AL in the 'fitted for but not with' (FFBNW) configuration for its major weapon systems including point-defence missiles, surface-to-surface missiles, and a close-in weapon system (CIWS).

https://2.bp.blogspot.com/-AHWe14xO0Xo/WOH2C9gXs_I/AAAAAAAAKIM/_pQfD1mHDhQeSA79nJ6flfmb9AtzXeFkgCPcBGAYYCw/s1600/16124167_1841282369430087_3779688103719993344_n.jpgHowever, both frigates have each been armed with one Leonardo (Oto Melara) 76/62 Super Rapid gun in the primary position.

The VL MICA is a vertically launched point, and close area air-defence system that provides protection against a wide range of airborne threats including hostile aircraft, and precision-guided munitions. The system does not require dedicated sensors nor consoles, and can be fully integrated into the SIGMA 10514's existing combat infrastructure.

While a contract for the launchers has been concluded, Indonesia has yet to confirm acquisitions of the missiles, although the industry source Jane's spoke to at Indo Defence 2018 posits that a deal for the missiles will follow through eventually. "A contract for the missiles will follow logically, and we hope it will happen soon," he added.

 ♖ IHS Janes  

PT Len Unveils Locally Developed Air Surveillance Radar

Indonesia is showcasing a locally developed air surveillance radar for the first time. https://3.bp.blogspot.com/-fyeCpJIFKlQ/W-Tz_jV2egI/AAAAAAAALjg/RnlnjgdaQ94OwxOLHV0J7AG8z2QCcWy1wCLcBGAs/s1600/LEN%2BRadar%2B200km.jpgLEN air surveillance radar

Indonesia’s state-owned defence electronics company PT Len has unveiled a locally developed solid-state air surveillance radar.

Initial tests of the system were completed on 31 October and the equipment is being showcased to the public for the first time at the Indo Defence 2018 exhibition in Jakarta, a company representative told Jane’s at the event.

During its initial tests, which were conducted near our office in Bandung, we ran it at a fraction of its power capacity and we managed to detect aerial contacts at ranges of up to 15 km,” said a PT Len representative from the company’s Center for Technology and Innovation Division.

Should the system run on its full-power capacity, it will have a range of about 200 km,” he said, adding that full-power trials are scheduled to be conducted on another evaluation unit that has been deployed on Pulau Nipa, a small island that lies close to the maritime border with Singapore.

PT Len’s air surveillance radar operates on the S-band, and features a rotating cosecant squared pattern antenna that can operate at 6, 10, 12, or 20 rotations per minute (rpm). The system incorporates an identification friend-or-foe (IFF) system that can interrogate contacts in Modes 1 to 4 for military aircraft, and Modes A and C for civilian aircraft.

Tracking of targets is achieved with monopulse signals and an inbuilt pulse compression feature improves the system’s low probability of interception (LPI) functions. The radar incorporates a constant false alarm rate (CFAR), and moving target indicator (MTI) algorithms to aid in the accuracy of target detection.

 ♖ IHS Janes  

Indonesian army displays Mekatronic 81mm mortar

IndoDefence 2018 https://www.armyrecognition.com/images/stories/asia/indonesia/defence_exhibition/indodefence_2018/pictures/IndoDefence_2018_Indonesia_army_displays_Mekatronic_81mm_mortar.jpgMekatronik 81mm mortar, a weapon with autoloader much appreciated by its users (Army Recognition)

The Indonesian army is both happy s electric and proud to provide explanations about its new 81mm mortar with autoloader. The system weighs 825 kg.

The hydraulic autoloader is powered by a 24 volts DC engine that also serves to make the mortar turn with a 360° radius.

IndoDefence 2018 Indonesia army displays Mekatronic 81mm mortar 3A surprising asset is that the movements of the mortar are implemented simply with a common Android smartphone loaded with the appropriate software. The minimum elevation is 45° and the maximum one is 83°. The rate of fire turns around 5 rounds per minute.

This fully indigenous mortar is the result of a project launched in 2016. Most probably, the trailer used to display the mortar for road transportation is not the actual model the army will purchase, as it could not be used offroad.

 ♖ Army Recognition  

[Video] Uji Coba Roket LAPAN RX-450

upload by Indomiliter Kamis (7/12/2017), LAPAN sukses melaksanakan uji terbang roket eksperimen RX 450. Kegiatan ini berlangsung di Balai Uji Teknologi dan Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Garut, (LAPAN Garut), Jawa Barat.



 ♖ Youtube  

PT PAL Akan Ekspor 2 Kapal Militer ke Filipina

Salah satunya LPD https://cdn.sindonews.net/dyn/620/content/2016/05/16/40/1108939/tarlac-buatan-indonesia-jadi-kapal-perang-terbesar-filipina-peA.jpggSSV produksi PT PAL untuk Filipina (sindonews)

PT Penataran Angkatan Laut (PT PAL) akan ekspor dua kapal militer ke Filipina pada 2018. Salah satu jenis kapal yang akan di ekspor adalah Landing Platform Dock (LPD) sepanjang 143 meter dengan harga sekitar USD 43 juta atau sekitar Rp 626,24 miliar (asumsi kurs Rp 14.563 per dolar AS).

"(Harga) tergantung sebenarnya atas permintaan mereka, type seperti ini (LPD) misalnya sampai USD 43 juta USD, tapi terkait spesifikasi keinginan mereka itu (harga) bisa naik bisa turun," ujar Manager Humas PT PAL Bayu Witjaksono di JiExpo, Jakarta, Kamis (7/11).

Kapal jenis LPD ini memiliki banyak kelebihan antara lain kecepatan penuh (full load speed) sebesar 20 knots, kecepatan berlayar hingga 12 knots dan daya tahan dalam 12 knots selama 30 hari.

Kapal ini juga sempat digunakan untuk evakuasi jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 PK-LQP di Perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat.

"Ini paling disukai, di samping dia sebagai support atau kapal pendukung untuk military dia juga bisa untuk kegiatan sosial, korban bencana alam. Kemarin juga produk PT PAL bisa membantu mencari korban JT 610, itu punya PT PAL. Memang kapal ini dilengkapi alat untuk mendeteksi," ujar dia.

Bayu mengatakan, sejauh ini kapal milik PT PAL cukup diminati oleh negara lain. Bahkan pemesanan kapal banyak yang datang dari Afrika, Timur Tengah dan Asia Tenggara.

"Alhamdulillah, untuk kapal kapal ini sampai ke Afrika, Timur Tengah, Asia Tenggara termasuk Brunei, Malaysia, Thailand. Itu tertarik sejenis ini (LPD)," tutur dia.

Meski demikian, kapal buatan Indonesia ini nampaknya masih sulit menembus pasar Eropa. Alasannya, teknologi milik Eropa jauh lebih mumpuni. Indonesia sendiri telah menggandeng Eropa untuk meningkatkan kualitas kapal buatan dalam negeri.

"Kalau Eropa kita kalah teknologi. Kita dengan negara negara Eropa itu kerangkanya adalah collaboration stategic, kerja sama untuk meningkatkan teknologi dalam negeri. Kalau kita membangun kapal kita tidak punya tehnologi lebih, maka kita akan gandeng mereka meningkatkan teknologi kita,” ujar dia.

 ♖ Liputan 6  

Indonesian Missiles with Seoul

Chiron Missiles https://2.bp.blogspot.com/-QCI7XCjJ-TU/VyDY6wKkV1I/AAAAAAAAEsI/2Iq4MrGvy8Qq0iI-zelZl85LzXrx1re0wCK4B/s320/20160427_14.jpgRudal VSHORAD Chiron TNI AU

Seoul-based company LIG is ambitiously projecting its hopes of increasing its footprint in Indonesia, in the coming years, by raising its production of the short-range missile system, Chiron for the air force.

With a presidential election taking place in April next year in Indonesia, Joon-Gi Hong, manager, global business team at LIG Nex1, said the company was positioning itself to be included in the government’s five-year defence plan with a specific push on the procurement of more Chiron missiles.

The Indonesian government signed a contract in 2012 for six Chiron missilse, with Rheinmetall as the prime contractor.

Next year there will be a new government we are attempting to push and expand the air force’s [Chiron missile] quantity to 100,’ Hong told Shephard.

The weapon has a maximum range of 7km with a missile diameter of 80mm and weighs in at 2.5kg.

Hong explained that Indonesia was the only country the weapon had been exported to although it has also been procured by the South Korean MoD. The company has an indigenous facility in Jakarta.

By 2015 Hong said that the delivery of the 12 missiles had been completed; this took place over the course of two years with three batches of four missiles being received by the Indonesian Air Force in stages.

In the summer of 2017 the air force fired two of the missiles and according to Hong the service said the firings were successful.

 ♖ Shephard Media  

[Video] Medium Tank Harimau at Indodefence 2018

Liputan Army Recognition FNSS is showcasing for the first time at Indodefence its MEDIUM TANK, a tank that has been adapted to today’s asymmetric warfare conditions. The Medium Tank is locally known as the Harimau (Javanese Tiger). Upload by DefenseWeb TV



 ♖ Youtube  

Sritex Bikin Baju Pemadam Kebakaran

Pakai Teknologi Astronout http://4.bp.blogspot.com/-Kh7CXToYLrw/VXbNPfW6oFI/AAAAAAAAGy8/tgBrjWx1qI8/s1600/2058574_20150608125913Credit%2Bto%2BEko%2BJasindo.jpgPT Sritex memiliki seragam baru untuk para petugas pemadam kebakaran. Bahan yang digunakan untuk membuat seragam baru ini menggunakan teknologi tercanggih, yaitu bahan yang sama seperti kain yang digunakan astronaut Nasa.

General Manager Uniform Division PT Sritex Torang Siburian menjelaskan, jika seragam pemadam kebakaran saat ini hanya bisa menahan suhu panas hingga 300- 500 derajat celsius. Namun, baju pemadam kebakaran terbaru milik Sritex bisa menahan panas sampai 700 derajat celsius.

"Jadi kalau orang dulu kan dibuat dari nomax. Kalau ini hanya hisa 300 derajat, ada juga dari bahan lain bisa tahan sampai 500 derajat celsius. Kalau yang baru ini kita buat tiga lapis dan bisa menahan panas sampai 700 derajat celsius, nah kalau kainnya terbakar itu ke kulit nggak panas. Nggak tembus," kata dia kepada detikFinance, di Pameran Indo Aerospace 2018 Expo & Forum, featuring Indo Helicopter 2018 Expo & Forum di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis (8/11/2018).

Baju Pemadam Kebakaran dengan Teknologi Pakaian Astronot Produksi SritexBaju Pemadam Kebakaran dengan Teknologi Pakaian astronaut Produksi Sritex [Selfie Miftahul Jannah/detikFinance]

Bahan yang digunakan untuk seragam baru milik Sritex ini terdiri dari tiga lapis yaitu terdiri dari nomex, gore tax airlock dan polybenzimidazole (PBI). Jenis PBI ini merupakan produsen serat PBI di dunia. Semua serat PBI dibuat di Amerika, sejak saat PBI diperkenalkan ke NASA untuk misi Apollo pada akhir 1960-an, kain ini dianggap sebagai perlindungan terbaik yang tersedia untuk aplikasi panas dengan suhu tinggi.

"Seragam ini punya bahan yang sama seperti apa yang dipakai NASA," kata dia.

Ia menjelaskan, hingga saat ini pemakaian untuk seragam pemadam kebakaran ini sudah digunakan untuk pemadam kebakaran di Hong Kong dan Singapura.

"Baru empat bulan ya ini. Karena seragam ini diproduksi hasil kolaborasi dengan perusahaan Jerman. Baru empat bulan kemarin tapi sudah dipesan sekitar 500 seragam untuk para pemadam kebakaran di Hong Kong dan Singapura," papar dia.

Baju Pemadam Kebakaran dengan Teknologi Pakaian Astronot Produksi SritexBaju Pemadam Kebakaran dengan Teknologi Pakaian astronaut Produksi Sritex ]Selfie Miftahul Jannah/detikFinance]

Mengenai harga untuk satu set seragam ia menjelaskan yaitu US$ 3.000 atau setara Rp 43 juta (kurs Rp 14.525).

"Kita nggak jual gitu saja, ada perawatannya juga kalau mau dicuci ya bisa kita layani," kata dia.

Lebih lanjut ia menjelaskan, pihaknya pada tahun depan akan fokus untuk memperluas pasar ke beberapa negara lainnya seperti Thailand, Filipina, Indonesia, dan kawasan negara di Asia Tenggara.

"Asia tenggara lah, yang penting ada pasarnya dulu," kata dia. (dna/dna)

 ♖ detik  
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...