Sabtu, 18 Februari 2012

★ RPP Bengpuspal AD

RPP Bengpuspal AD (Foto Formil Kaskus)

ermintaan Dephan akan kendaraan taktis (rantis) produksi dalam negeri yang mandiri untuk kebutuhan TNI dalam menjalankan tugas, Belajar dari pengalaman di embargo nya suku cadang Alutsista kita oleh negara produksi luar negeri, untuk dapat dipergunakan TNI dalam menjalankan keamanan dalam negeri, dan untuk menghapus ketergantungan akan Alutsista dari luar.

Dalam rangka menuju kemandirian dalam pengadaan RPP buatan Indonesia, serta pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Rancang Bangun Peralatan Ranpur TNI, dalam wadah organisasi di bawah naungan Dephan dan Universitas Indonesia melaui Bengkel Pusat Peralatan Direktorat Peralatan TNI-AD (Bengpuspal AD) di Bandung, menciptakan prototype RPP (Ranpur Pengangkut Personel).

RPP dengan chasis dan axle dari Land Rover serta body armoured steel yang merupakan hasil kerjasama antara Balitbang Dephan, Fakultas Teknik UI mendesain bersama dan urusan pengerjaannya diserahkan ke Bengpuspal TNI-AD dan selesai dikerjakan pada tahun 2003.


RPP  atau dalam istilah asing suka disebut APC (Armored Personel Carrier), ini dilindungi dengan baja yang kuat terbuat dari High Hardness Steel yang mampu menahan peluru senjata kaliber 5.56 mm maupun 7.762 mm.

Ini adalah ranpur ketiga yang telah diproduksi Bengpuspal AD, yang pertama pada tahun 1982 meluncur ranpur Ahmad Yani yang telah mendapat predikat "Battle Proven" karena telah beroperasi di Tim-tim, dan yang kedua adalah ranpur Nanggala yang juga dikirim ke medan operasi di Aceh menghadapi separatis.

Ranpur asal hasil karya Karacondong, Bandung ini telah diuji lapangan untuk mengejar kemampuan jelajah dinamis dan dirancang berdasarkan permintaan TNI akan kendaraan tempur yang taktis buat mengakut pasukan ke medan operasi.

Karena tidak adanya respon lanjut dari TNI, maka prototype rantis ini seperti hilang info lanjutnya.

Berikut foto RPP Bengpuspal AD :

RPP Bengpuspal AD (Foto Formil Kaskus)

Spesifikasi RPP Bengpuspal AD :
  • Awak : 10 pasukan
  • Panjang : 4.715 mm
  • Lebar : 2.045 mm
  • Tinggi : 2.390 mm
  • Berat kotor : 4.000 kg
  • Berat kosong : 3.000 kg
  • Kapasitas Tangki : 90 Liter
  • Kecepatan : 80 km/jam
  • Jarak jelajah : lebih 400 km
  • Mesin : Isuzu 4JB IT Diesel Turbo Charge, 4 silinder


Sumber :
  • Dephan
  • Majalah Commando

Kapal Selam Whiskey Class

Kapal Selam Whiskey Class ALRI
Sekali menyelam, maju terus – tiada jalan untuk timbul sebelum menang. Tabah Sampai AkhirBagian pidato Presiden Soekarno di atas kapal selam RI Tjandrasa pada 6 Oktober 1966 di dermaga Tanjung Priok, Jakarta.

abah Sampai Akhir atau “ Wira Ananta Rudhiro “ adalah moto kapal selam (KS) kita, motto yang dikenal sejak ALRI (sekarang TNI AL) mengoperasikannya tahun 1959. Pengoperasian KS ini adalah keputusan politik yang jitu, sebagai negara maritim KS adalah sesuatu yang mutlak diperlukan. Untuk itu sejak Agustus 1958 Indonesia mengirim 110 personelnya ke Eropa Timur, berangkat dari Surabaya dengan kapal laut Heinrich Jensen berbendera Denmark.

Sesampainya di Reijeka (Yugoslavia), rombongan meneruskan perjalanan dengan kereta api ke Polandia lewat Ceko dan Hongaria secara nonstop. Selama 9 bulan mereka dilatih oleh personel Rusia agar menjadi awak kapal selam yang andal di Gdanks, sedang praktik berlayar dilakukan di Laut Baltik.

Selesai pendidikan mereka diangkut dengan kereta api Trans Siberia selama 9 hari menuju Vladivostok. Di sinilah dua KS kelas Whiskey menunggu untuk dilayarkan ke Indonesia lewat Samudera Pasifik. Dalam pengiriman ke Indonesia, kedua kapal selam tetap berbendera Rusia, sebagian besar ABK adalah orang Indonesia.

RI Tjakra
RI Nanggala

Pada 7 September 1959 sore, dua KS Panjang 76 meter bersenjata 12 torpedo merapat di dermaga Surabaya. Setelah berlatih lagi selama satu minggu di bawah instruktur Rusia, kedua KS resmi masuk jajaran kekuatan ALRI pada 12 September 1959 dan diberi nama RI Tjakra / S-01 dan RI Nanggala / S-02. Sejak saat itu Indonesia mempunyai KS yang berarti genaplah kemampuan angkatan laut, yaitu mampu beroperasi di atas air, di bawah air, di darat, dan di udara sesuai dengan konsepsi angkatan laut masa depan.

Bukan hanya dua KS yang dipesan Indonesia. Sebanyak 10 KS baru dari kelas yang sama juga didatangkan dari Rusia.

Untuk gelombang berikutnya, para ABK berlatih di Vladivostok, tempat di mana terdapat pangkalan kapal selam terbesar milik Rusia di Pasifik. Gelombang kedua sebanyak 4 KS datang pada Desember 1961 dan diberi nama :
  • RI Nagabanda,
  • RI Trisula,
  • RI Nagarangsang
  • RI Tjandrasa.
RI Widjajadanu

Sejalan dengan kampanye Trikora, satu tahun setelah itu tepatnya pada Desember 1962 datang lagi enam KS baru yang dipersenjatai torpedo jenis SEAT-50. Torpedo fire and forget ini merupakan torpedo terbaik pada zamannya dan hanya Rusia serta Indonesia yang memiliki torpedo jenis ini.

Keenam KS tersebut diberi nama :
  • RI Widjajadanu
  • RI Hendradjala
  • RI Bramasta
  • RI Pasopati
  • RI Tjundamani
  • RI Alugoro
RI Pasopati

Semua nama Kapal Selam itu diambil dari nama senjata dari dunia pewayangan.

Langsung bertugas

Kedatangan 12 KS ini langsung diterjunkan dalam recana operasi Jayawijaya, bagian dari gema Trikora. Dalam operasi yang dramatik tiga KS melakukan infiltrasi di pantai utara Irian Barat, tetapi ketahuan kekuatan laut Belanda. Hanya RI Tjandrasa yang dinakhodai Mayor Laut Mas Mardiono berhasil mendaratkan 15 anggota RPKAD di Tanah Merah, 30 kilometer utara pelabuhan udara Sentani pada 21 Agustus 1962.

Atas keberhasilan ini semua ABK RI Tjandrasa mendapat Bintang Sakti berdasarkan Keppres No.14/1963. Baru kali ini Indonesia menganugerahkan Bintang Sakti bagi seluruh anggota, biasanya bintang tertinggi ini dianugerahkan kepada perorangan atas jasa luar biasa di luar tuntutan tugas.

Memang tugas KS jauh dari publikasi dan jarang terlihat lawan maupun kawan. Selama dioperasikan Indonesia, satuan KS selalu dilibatkan dalam berbagai operasi senyap, termasuk tugas negara ke Pakistan pada 1965. Pada 17 Oktober 1965, dua KS, yaitu di bawah komandan Kapten Pelaut Basuki (RI Nagarangsang) dan Kapten Pelaut Jasin Sudirdjo (RI Bramasta) ditugaskan berangkat ke Pakistan dalam kesiagaan tinggi.

Hal ini merupakan tugas yang sangat mencekam, mengingat Indonesia baru saja dilanda tragedi G-30S. Antara Pakistan dan India waktu itu sedang terlibat perang. Kedua KS hanya diperintahkan secara lisan untuk menuju Karachi menyusul Gugus Tugas X yang telah berada di Chitagong, Pakistan Timur, yaitu dua kapal cepat serta sejumlah prajurit KKO (kini Marinir TNI AL).

Setelah kedua KS merapat di Sorong untuk mengisi bahan bakar dan makanan sebelum ke Pakistan, masuk dua perwira dari Pakistan Navy yang akan bertindak sebagai liaison officer. Kedua perwira tersebut yaitu Mayor Malik di RI Nagarangsang, sedang Kapten Senior M Sultan di RI Bramasta. Kelak Mayor Malik menjadi Commander in Chief Pakistan Navy (KSAL Pakistan Navy), sedang Kapten Senior M Sultan menjadi Commander in Chief Bangladesh Navy (KSAL Bangladesh Navy).

Hanya dua kapal selam

Saat ini TNI AL hanya mengoperasikan dua kapal selam kelas U-209 buatan Jerman Barat, yaitu KRI Cakra / 401 dan KRI Nanggala / 402. Kapal selam yang datang tahun 1981 ini terasa sudah uzur di tengah tuntutan tugas negara yang padat.

Jenis apa, dari negara mana, dan dengan harga beraoa kapal selam baru nanti dibeli cukup petinggi negara yang tahu. Rakyat juga tidak perlu tahu di mana kapal selam TNI AL beroperasi. Yang terpenting mereka bertugas dalam senyap dan penuh dedikasi tinggi. Tugas mereka yang berat hanya mendapat perlakuan lebih dari negara, yaitu kenaikan gaji berkala yang datang setiap tahun, sedang prajurit TNI lainnya datang setiap dua tahun.

Mereka bertugas dalam senyap jauh dari publikasi … Wira Ananta Rudhiro, Tabah Sampai Akhir… !

*Indonesia merupakan segelintir negara di dunia yang sejak awal, telah mengoperasikan kapal selam untuk operasi tempur dan operasi pertahanan di laut. Uji coba kapal selam buatan sendiri, bahkan, telah berlangsung pada 1947 di Sungai Bayem, Yogyakarta. Walaupun hasil karya Ginagan, anggota tentara di Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) itu lebih pada pengobar semangat daripada taktis operasional.


Sumber  :
  • 50 Tahun Kapal Selam, Mengabdi dalam Kesunyian – F Djoko Poerwoko | Pemerhati Militer (Kompas, 09.09.2009)
  • semua foto dari internet

MiG 15 AURI


 
khir Tahun 1960 an Indonesia membeli pesawat MiG 15 UTI dari Chekoslovakia sebanyak 30 unit, pesawat dengan 2 tempat duduk ini banyak dipakai sebagai pesawat jet latih lanjut AURI. Jika MiG 15 Faggot bertempat duduk tunggal maka MiG 15 UTI bertempat duduk tandem untuk instruktur dan kadet penerbang.

Dengan dibekali oleh mesin Turbojet Klimov RD 45 FA, MiG 15 UTI mampu mencapai kecepatan maksimum 670 mil/jam dengan ketinggian 15.550 m. Untuk menghadapi musuh, MiG 15 UTI dipersenjatai dengan 2 buah kanon 23 mm yang terletak di bawah hidung.

Diberitakan pesawat MiG 15 UTI AURI ini tiba di Lanud Kemayoran sejak 14 Agustus 1958. Pesawat ini memperkuat Skadron 11 Kemayoran bersama MiG 17.

Berikut Foto MiG15 UTI AURI :

MiG-15UTI adalah jet versi latih yang mulai diterima AURI sejak akhir 1960-an. Di lingkungan AU Soviet kala itu, jet ini baru diproduksi setelah pengembangan MiG-15 bis disetujui pada 1949. Pesawat ini dilengkapi kursi lontar dan sangat bersahabat untuk fungsi latih karena kanopinya yang luas.

Monumen MiG 15 UTI di Nganjuk (Foto Didik SS)






Spesifikasi MiG -15

Bentang sayap : 33 ft 3 in.

Panjang : 33 ft 4 in.

Tinggi :10 ft 10 in.

Berat Kosong : 8.115 pon.

MTOW :12.288 pon.

Mesin : 1 VK-1A turbojet.

Kec maks : 650 mph.

Ketinggian terbang maks: 49.729 ft,mesin : Turbojet Klimov RD 45 FA

Jarak jelajah : 1.228 mil.

Senjata : Dua kanon NR-23 kaliber 23 mm



Sumber :

  • modelkitplastik
  • indoflyer

Operasi Babut Mabur

dakah hubungan antara Indonesia dengan gerakan Mujahidin di Afghanistan? Tanpa diketahui banyak orang, Pemerintah RI pernah mengirim ribuan senapan AK-47 untuk mendukung gerilyawan Mujahidin dalam menghadapi mesin perang Uni Soviet.

Pesawat B707 Pelita Air Service yang digunakan dalam Operasi Babut Mabur, kemudian dihibahkan kepada TNI AU. Dalam operasi yang penuh kerahasiaan ini, Pemerintah Indonesia mengirimkan ribuan senjata AK-47 dan recoiless gun untuk digunakan pejuang Mujahidin dalam menghadapi Uni Soviet. Beberapa tahun yang lalu, pesawat ini dijual kepada salah satu negara di Afrika.

Awal tahun 1970-an dunia dan terutama negara - negara Asia Tenggara khususnya lagi Asean, dikejutkan dengan jatuhnya Vietnam Selatan ke tangan Vietnam Utara menyusul terusirnya pasukan Amerika dari daratan Vietnam. Sebagai sesama negara Asean timbul kekhawatiran akan meluasnya pengaruh ideologi komunis di Asia Tenggara, yang secara langsung sekaligus membentuk adanya musuh bersama negara-negara Asean yang kemudian membentuk persepsi yang sama untuk bersama-sama menghadapinya.

Situasi dunia kala itu masih dilanda era Perang Dingin antara Amerika Serikat plus negara - negara Barat (NATO) menghadapi Uni Soviet dengan negara - negara Timur (Pakta Warsawa). Di tengah suasana yang penuh ketegangan ini, diselingi dengan gejolak - gejolak lokal dalam rangka perebutan wilayah pengaruh kekuasaan.
Atol Diego Garcia dilihat dari udara. Pulau ini dipilih sebagai tempat transit untuk mengisi bahan bakar guna menghindari wilayah udara India yang mungkin membahayakan misi.

Menjelang akhir 1970-an, dunia bebas (Non-Blok) dikejutkan dengan invasi besar - besaran kekuatan militer Uni Soviet ke Afghanistan. Pasukan pertama yang dikirim Soviet berasal dari 40th Army yang mulai memasuki Afghanistan pada 24 Desember 1979. Kedatangan pasukan Soviet ini segera mendapat reaksi keras dari rakyat Afghanistan, atau lebih tepatnya gerilyawan Mujahidin yang berjuang menghadapi Republik Demokratik Afghanistan beraliran Marxist - Leninist dan mendapat dukungan Soviet.
Diego Garcia merupakan gugusan karang di Samudera Hindia yang dimiliki oleh Inggris namun dioperasikan oleh Amerika sebagai pangkalan militer. Dengan saluran intelijenyang hebat, perizinan diperoleh dari keduanegara.

Perlawanan rakyat Afghanistan dalam melawan Soviet dilaksanakan dengan taktik perang gerilya mengandalkan jiwa turun menurun bangsa pejuang. Penugasaan atas medan pegunungan yang berbatu dan bergua menjadi kelebihan para pejuang ini. Para pejuang yang kemudian menyebut dirinya Mujahidin ini menarik simpati negara bebas (khususnya Islam) untuk membantu dengan mengirim sukarelawan dan tentunya pula persenjataan.

Sementara Amerika Serikat yang baru saja terpukul mundur dari Vietnam nyaris tidak berdaya dan khawatir akan terjadi konfrontasi langsung mengarah kepada perang terbuka. Sehingga tidak berani melibatkan pasukan daratnya membantu para pejuang di Afghanistan. Dalam keadaan seperti ini, melalui Pakistan, Amerika memberikan bantuan persenjataan berupa peluru kendali antipesawat (stinger) untuk menembak helikopter tempur dan tank Uni Soviet yang ditakuti.

Dengan sejumlah bekal persenjataan bantuan dan AS tersebut, pejuang Mujahidin bertempur mati - matian memukul mundur pasukan Soviet yang jelas - jelas lebih terlatih dan dipersenjatai lebih baik. Namun bukan berarti Mujahidin sama sekali nol besar soal kemiliteran. Sejumlah besar pejuang Mujahidin dilatih secara khusus oleh CIA pada masa pemerintahan Presiden Jimmy Carter. CIA juga memasok senjata, amunisi, dan peralatan.

Pihak intelijen AS juga menghimbau dan melobi negara - negara dunia bebas serta Asean untuk membantu persenjataan para pejuang Mujahidin dan menyediakan diri menjadi “koordinator”. Himbauan ini dengan cepat ditanggapi sejumlah negara. Beberapa negara anggota Asean melalui AS mendahului membantu dengan mengirimkan persenjataan ringan guna mempersenjatai para Mujahidin. Bantuan perkuatan juga mengalir dalam bentuk sukarelawan dari Arab Saudi, Aljazair, Yaman, Pakistan, Filipina dan Indonesia.

Operasi Babut Mabur

Bagaimana reaksi Indonesia? “Kalau kita bisa (lakukan) sendiri, kenapa harus lewat Amerika,” pikir Letjen TNI L.B. Moerdani, Kepala Badan Intelijen Strategis ABRI, seperti ditirukan Marsda (Pur) Teddy Rusdy. Akhirnya pimpinan intelijen ABRI dengan persetujuan pimpinan nasional, sepakat membantu para pejuang secara tertutup dan langsung tanpa melalui perantara AS. Maka dipersiapkanlah suatu operasi intelijen yang diberi sandi Flying Carpets (Permadani Terbang) atau disebut juga Babut Mabur. “Operasi ini sangat tertutup sehingga hanya diketahui oleh sedikit orang,” ujar Teddy lagi.
Ribuan senapan AK-47 yang dikirim Pemerintah Indonesia, kemudian menjadi bagian tak terpisahkan dalam perjalanan Mujahidin hingga berhasil memukul mundur Soviet. Selain Indonesia, Malaysia juga mengirimkan senjata namun melalui jaringan di Amerika

Jaringan intelijen ABRI mulai bekerja membuka saluran komunikasi dengan mitranya di luar negeri. Tanggal 18 Februari 1981 di Islamabad, Pakistan, diadakan pertemuan khusus antara L.B. Moerdani yang didampingi seorang perwira menengah TNI AU yang merupakan salah satu perwira staf BAIS dengan jabatan Paban VIII Staf Intel Hankam, Kolonel Udara Teddy Rusdy dengan pimpinan intelijen Pakistan (ISI, Inter-Services Intelligence). Pertemuan ini pada intinya membicarakan kesediaan Indonesia membantu dalam hal logistik, obat - obatan, dan persenjataan. Pimpinan intelijen ABRI menjelaskan bahwa jajaran ABRI masih memiliki banyak persenjataan yang bisa untuk melengkapi dua satuan setingkat batalion infanteri. Saat itu juga dijelaskan bahwa Indonesia masih menyimpan banyak persenjataan buatan Uni Soviet yang digunakan saat persiapan Tri Komando Rakyat (Trikora) dalam Operasi Pembebasan Irian Barat.

Selain menyampaikan kesediaan Indonesia memberikan bantuan, poin kedua yang tak kalah pentingnya adalah meminta peranan intelijen Pakistan membantu kelancaran misi ini. Meliputi membantu mengeluarkan izin terbang lintas (flight clearance) dan izin mendarat di Rawalpindi bagi pesawat Indonesia. Pakistan juga diminta menyediakan truk serta pengawalan sampai penyerahan ke pihak pejuang Mujahidin di Kota Badaber, sekitar 24 km dari Peshawar kota perbatasan di Pakistan. Akhirnya kedua pejabat intelijen inipun bersalaman, menandakan bahwa Pakistan siap membantu Indonesia.

Sekembalinya ke Jakarta, tim khusus yang dibentuk mulai menyusun rencana operasi Permadani Terbang secara sangat tertutup. Pertama, disiapkan rencana penerbangan dari Lanud Halim Perdanakusuma menuju sasaran (Rawalpindi) dengan menggunakan pesawat Boeing B707 milik Pertamina yang dioperasikan oleh Pelita Air Service. Untuk kesuksesan misi, dipilihlah awak yang sudah terlatih dalam melaksanakan operasi penerbangan intelijen. Mereka bertiga, yaitu Capt Arifin, Capt Abdullah, dan Capt Danur. Tim juga menyusun rencana penerbangan (flight plan) dengan beberapa batasan.

Untuk mendukung rencana ini, operasi penerbangan diberikan “cover” operasi kemanusiaan dengan membawa bantuan berupa obat - obatan untuk para korban peperangan di Afghanistan. Kemudian disusun rute penerbangan dengan rencana alternatif darurat menghindari wilayah udara India yang dinilai sebagai tidak bersahabat dengan Pakistan dan sebaliknya bersahabat dengan Uni Soviet. Selanjutnya, disusun pula rute penerbangan yang paling aman dari segi intelijen yakni melalui Samudera Hindia. Namun karena fakta keamanan terbang dan masalah logistik, diperlukan satu kali pendaratan untuk mengisi bahan bakar; dan yang paling ideal adalah sebuah technical landing di Pulau Diego Garcia, yaitu sebuah kepulauan atol di Samudera Hindia milik Inggris namun dioperasikan oleh Amerika Serikat untuk mendukung logistik Armada Ke-6 AL AS dalam mengawasi kawasan Samudera Hindia. Untuk itu diperlukan pendekatan ganda baik kepada intelijen Inggris guna mendapatkan izin mendarat dan dengan intelijen AS sebagai “penguasa” Diego Garcia.

Jarak tempuh garis lurus terpendek dari Jakarta ke Rawalpindi sekitar 5.400 mil laut, namun sepertiga perjalanan harus melintasi wilayah udara India. Karena itulah akhirnya dipilih rute penerbangan Jakarta - Diego Garcia di Samudera Hindia dengan jarak 3.000 mil laut dan dilanjutkan Diego Garcia - Rawalpindi di Pakistan utara sejauh 3.000 mil laut lagi. Alhasil total jarak yang harus ditempuh bertamabah 600 mil laut dengan total 6.000 mil laut.

Kumpulkan Senjata

Menurut catatan Mabes ABRI, persenjataan buatan Uni Soviet di lingkungan ABRI tersebar di satuan - satuan TNI AU dan AD. Tim sudah menyiapkan langkah langkah untuk mengumpulkan dan kemudian mengondisikan agar senjata ini aman untuk dikirim. Melalui sebuah surat perintah, semua senjata ini dikumpulkan untuk kemudian didata. Memang setelah terkumpul dan dihitung, senjata ini bisa digunakan untuk melengkapi dua batalion infanteri, seperti yang dijanjikan LB Moerdani kepada mitra Pakistan-nya. Senjata - senjata ini lalu dinilai satu persatu untuk melihat serviceability-nya. Apakah masih berfungsi dengan baik atau tidak.

Tahap selanjutnya yang melelahkan adalah menghapus semua nomor seri (serial number) setiap pucuk senjata guna menghindari identitas pemilik awal. Suatu kegiatan yang sungguh menghabiskan waktu dan tenaga demi suksesnya operasi intelijen. Kira-kira empat bulan kemudian sejak operasi Permadani Terbang digulirkan, pada akhir Juni dinyatakan bahwa seluruh persenjataan telah berhasil dikerok nomor serinya dan saat itu terkumpul di gudang khusus yang disiapkan pihak intelijen di Lanud Halim Perdanakusuma. Senjata yang berhasil dikumpulkan terdiri dari ribuan senapan serbu AK-47, senjata berat STTB (senjata tanpa tolak balik), dan mortir. Semuanya dimasukan ke dalam peti - peti dengan tanda “palang merah”, digabung dengan bantuan berupa selimut dan obat - obatan.
LB Moerdani menyambut kedatangan Paus Yohannes Paulus II dalam perjalanannya ke Timor-Timur. Peran sentral LB Moerdani sangat herpengaruh besar dalam setiap operasi intelijen di era itu.

Rencana penerbangan telah disusun dengan tujuh awak terpilih terdiri dari tiga captain pilot, dua flight engineer, dan dua cargo officers. Izin pendaratan teknis dari Inggris dan AS telah diterima. Izin terbang lintas dan izin mendarat di Rawalpindi dari Pakistan juga sudah diterima, termasuk kesiapan 20 truk untuk mengangkut bantuan dari bandara Rawalpindi ke Badaber di Afghanistan. “Tidak mudah meminta izin ke Inggris dan Amerika, namun karena jaringan intelijen Indonesia saat itu sangat bagus, izin pun akhirnya mereka keluarkan,” jelas Teddy sambil menambah bahwa nama besar LB Moerdani betul - betul jadi jaminan saat itu.

Untuk mendukung operasi di darat, telah disiapkan dua perwira menengah BAIS dilengkapi peralatan Alkomsus (Alat Komunikasi Khusus). Salah satu dari perwira ini berasal dari pasukan khusus. Kantor kedutaan Indonesia di Islamabad, Pakistan, termasuk atase pertahanan di KBRI Kolonel Kay Harjanto, tidak dilibatkan untuk menghiridari kemungkinan terjadinya skandal diplomatik apabila pelaksanaan operasi bocor dan gagal.
Soal perwira penghubung ini seperti diceritakan Teddy, sengaja dipilihnya karena selain sedang penugasan di BAIS, dia adalah perwira yang menonjol dan berasal dari satuan elite. “Ketika Pak Benny tanya saya, siapa yang dipercaya, saya langsung sebut nama dia,” kata Teddy.

Ada satu kejadian yang nyaris membuat cover si perwira terungkap. Suatu pagi di hotel tempatnya menginap, perwira yang hobi olahraga ini melakukan senam militer. Hanya spontanitas tanpa maksud apa-apa, sebuah rutinitas yang dijalaninya puluhan tahun. Tanpa disadarinya seseorang menghampirinya sambil berucap, “Anda seorang tentara ya.” Kaget menerima pertanyaan, perwira ini hanya bersungut - sungut sambil membalas bahwa gerakan senam yang dia lakukan hanya berdasarkan kesukaann saja. “Saya bukan tentara,” ujarnya. Perwira ini diberangkatkan seorang diri dari Jakarta sambil membawa Alkomsus.

Pukul 20.00 Wib, 18 Juli 1981, dalam kesunyian malam, iring iringan truk keluar dari gudang khusus Pusat Intelijen Strategis memasuki Lanud Halim Perdanakusuma. Truk - truk ini berjalan pasti menuju titik bongkar. Setelah merapat, membongkar, dan memindahkan muatan berupa peti - peti bertanda palang merah ke dalam B707 yang telah dilepas semua kursinya sehingga menjadi pesawat kargo. Pukul 4 pagi tanggal 19 Juli 1981, semua muatan telah tertata rapi di sepanjang fuselage B707. Pesawat lepas landas ke arah barat menuju lautan bebas Samudera Hindia dengan sasaran kepulauan atol Diego Garcia, pangkalan logistik Armada ke-6 AL AS.

Sesuai prosedur standar yang diatur dalam dunia penerbangan internasional oleh ICAO, pilot dan kopilot tetap melapor di setiap Flight Information Region (FIR). Pimpinan operasi yang ikut dalam penerbangan mulai membuka hubungan melalui Alkomsus dengan pimpinan intelijen ABRI di Jakarta dan anggota yang ditugaskan di Rawalpindi. Dengan kata lain terjadi komunikasi segitiga di antara ketiga pelaku utama di balik operasi ini. Tugas anggota khusus di Rawalpindi ini adalah secara tertutup melaporkan dan berkoordinasi dengan pimpinan intelijen Pakistan di Rawalpindi guna menyiapkan reception party petugas penerimaan dengan menyiapkan kendaraan truk dan crane yang diperlukan untuk memindahkan muatan dari pesawat ke dalam truk yang sudah disiapkan.

Setelah kurang lebih tujuh jam penerbangan, pesawat mulai membuka hubungan radio dengan Diego Garcia seraya meminta izin pendaratan (technical landing). Pesawat mendarat mulus dan dipandu menuju special apron untuk mendapatkan pengisian bahan bakar. Kecuali dua loadmaster dan seorang engineer yang akan mengawasi pelaksanaan pengisian bahan bakar, pimpinan operasi bersama para pilot dan awak pesawat lainnya dijemput petugas dari US Marine ke mess perwira untuk makan siang dan istirahat.

Diego Garcia adalah suatu gugusan kepulauan karang (atol) di Samudera Hindia, terletak sangat strategis untuk mengawasi lalu lintas kapal di Samudera Hindia meliputi kawasan Asia Tengah, Timur Tengah dan pantai Barat Afrika. Kecuali letaknya yang memiliki titik strategis secara militer, Diego Garcia adalah kepulauan yang tandus sehingga seluruh kebutuhan kehidupan harus dipasok dari luar. Sebagai tempat singgah kapal perang Armada ke-6 AL AS, Diego Garcia adalah tempat penimbunan logistik pendukung Armada baik bagi kapal (perawatan) maupun awak kapalnya untuk rest and recreation (R&R).

Bentuk bangunannya sangat fungsional seperti bentuk barak militer namun dengan kelengkapan yang mewah dilengkapi kelab malam dan toko kebutuhan prajurit serba ada (Army Navy PX). Tenaga-tenaga sipil yang dipekerjakan selain warga negara Amerika, sebagian besar berasal dari Filipina sehingga Diego Garcia dapat berfungsi dengan sangat nyaman bagi para awak yang mendarat.

Selama pengisian bahan bakar, pimpinan operasi dan kru yang tidak bertugas, berkesempatan menikmati makanan hangat ala publik Amerika di kantin yang serba lengkap. Rombongan juga diajak meninjau PX mall untuk window shopping dan keliling pulau meninjau obyek-obyek R&R awak kapal yang serba lengkap dengan nuansa pantai seperti di Hawaii atau Bali.

Sambil menunggu waktu agar dapat mendarat di Rawalpindi menjelang tengah madam, kami empat selonjor melepaskan kepenatan. Lepas maghrib ketika cakrawala mulai gelap menjelang malam, dengan bahan bakar penuh dan lunch boxes serta snacks untuk makan di perjalanan, B707 lepas landas meninggalkan Diego Garcia, heading ke utara menuju daratan Asia Tengah dengan tujuan Rawalpindi. Duapertiga waktu perjalanan terbang di atas Samudera Hindia dan Laut Arab, akhirnya pesawat memasuki wilayah Pakistan dan mendarat di Rawalpindi menjelang tengah malam.

Kontak radio dengan menara pengawasan otoritas lalu lintas udara Pakistan terjalin dengan mulus ketika akan memasuki wilayah udara Karachi. Pesawat kemudian dipandu melintas ke utara menuju Rawalpindi.

Kurang lebih 100 nautical miles menjelang Rawalpindi, kontak radio dengan menara pengawas lapangan telah terhubung untuk dipandu melakukan pendaratan. Walaupun praktis tidak tidur nyenyak selama hampir 24 jam sejak proses pemuatan peti - peti bantuan, para penerbang mendaratkan pesawat dengan mulus di lapangan udara Rawalpindi di tengah keheningan malam. Pesawat dipandu oleh mobil "follow me" dari otoritas bandara menuju wilayah apron yang tersembunyi serta jauh dari keramaian.

Segera setelah mesin dimatikan, seorang petugas intelijen Pakistan melapor bahwa truk - truk pengangkut dan tim telah siap untuk membongkar dan memindahkan muatan. Dengan cepat, cermat, dan efisien, tim penerima (reception party) memindahkan muatan dari pesawat ke dalam truk - truk yang disediakan. Menjelang subuh, seluruh peti - peti bertanda palang merah bantuan obat-obatan dan selimut dari pemerintah dan rakyat Indonesia, telah berjajar rapi. Setelah semua persiapan dinilai selesai, rombongan bergerak ke barat laut dalam suatu konvoi yang panjang menuju Kota Badaber untuk diserahkan kepada pimpinan Mujahidin.

Kepada awak pesawat diberikan kesempatan untuk beristirahat di hotel berbintang empat di Rawalpindi. Mereka berhak mendapatkan proses pemulihan yang mewah sebelum tugas dan misi berikutnya dijalankan. Iring - iringan konvoi 20 truk dan satu jip pembuka dan penutup bergerak menyongsong fajar pagi ke barat menuju perbatasan Pakistan-Afghanistan. Setelah menempuh perjalanan darat melalui jalur - jalur jalan berbatu, sebelum tengah hari konvoi memasuki wilayah Afghanistan yang dikuasai para Mujahidin. Secara cepat dilakukan upacara sederhana penyerahan bantuan “obat-obatan dan selimut” untuk para pengungsi korban perang di Afghanistan.

Dengan lega, setelah penyerahan, dengan jip yang sama komando pimpinan operasi memutar arah keluar untuk kernbali ke wilayah Pakistan, menuju Islamabad. Menjelang malam hari rombongan menuju hotel International di Islamabad untuk selanjutnya melapor kepada pimpinan intelijen ABRI dan istirahat.

Pagi harinya pimpinan operasi didampingi dua perwira menengah BAIS di Rawalpindi dan petugas Alkomsus melaporkan kepada pimpinan intelijen ABRI tentang pelaksanaan Operasi Babut Mabur. Pada malam harinya pimpinan ISI Pakistan menjamu makan malam seluruh rombongan termasuk awak pesawat, yang dimeriahkan dengan malam kesenian tradisional tarian Pakistan sebagai ungkapan terima kasih dan berakhirnya kerjasama Operasi Babut Mabur.

Jam sepuluh pagi keesokan harinya, seluruh personel kembali ke Jakarta menumpang pesawat yang sama namun sudah dalam keadaan kosong melompong dan dijadikan tempat tidur selama perjalanan pulang langsung dari Islamabad ke Jakarta. Selain membawa seluruh personel Operasi Babut Mabur ke Jakarta, di sudut lorong badan pesawat, terdapat gulungan-gulungan karpet dari Pakistan yang terkenal mutunya sebagai kenang-kenangan sukseknya Operasi Babut Mabur.

Intelijen Itu Kepercayaan

Bangsa Afghanistan yang terdiri dari beberapa suku (tribes) dengan Pastun dan Dari sebagai suku terbesar adalah bangsa pejuang yang tidak pernah dikuasai penuh oleh bangsa manapun, termasuk Inggris ketika menjajah India dan Pakistan (Asia Tengah). Kegigihan rakyat pejuang Afghanistan, didukung oleh beratnya medan gunung dan bukit berbatu serta banyaknya gua - gua tempat persembunyian, membuat Afghanistan menjadi suatu medan perang gerilya yang ideal.

Seluruh wilayah Afghanistan ibarat suatu medan penghalang yang besar untuk menyatukan wilayah timur dan barat benua Asia. Ada dua jalan pendekat yang pada masa dahulu kala dijadikan jalur penghubung dan dikenal sebagai Jalur Sutera, yakni lembah yang memanjang dari Khyber Pass ke Kohat Pass. Melalui jalur ini seolah melalui jalur kematian karena dihadang oleh para gerilyawan dari bukit - bukit sekelilingnya. Oleh karena itu sandaran kekuatan utama pasukan Uni Soviet adalah kesatuan tank dan pesawat tempur / helikopter. Namun tekanan gerilyawan yang berkepanjangan dan banyaknya jumlah korban pasukan Uni Soviet yang tewas, pada akhirnya tahun 1992 Uni Soviet menarik mundur pasukannya dengan harus membayar mahal 13.310 anggota pasukannya terbunuh dan 35.478 anggota pasukan luka luka serta 311 pasukannya hilang dalam tugas (missing in action).

Pengalaman pahit pasukan Uni Soviet seperti mengulangi pengalaman pahit pasukan Amerika Serikan ketika harus mundur dari Vietnam dengan kerugian nyawa, harta, dan benda yang teramat besar dan menjadi beban bangsa. Mengenang Operasi Babut Mabur, Teddy hanya bisa berucap pelan bahwa keberhasilan operasi ini tidak lepas dari kehebatan badan intelijen ABRI saat itu. Meski tidak memungkiri nama besar LB Moerdani, Teddy juga memberikan apresiasi tinggi kepada perwira-perwira BAIS yang bermain di balik layar saat itu, mempunyai integritas tinggi dalam dunia intelijen. “Dunia intelijen membutuhkan kepercayaan’, tanpa itu tidak mungkin operasi seperti ini bisa dilaksanakan,” beber mantan navigator Tu16 Badger dan pemegang Bintang Sakti ini menutup perbincangan. (ben)

Tim Aerobatik TNI AU

    ua Pesawat Terbang berlawanan arah, saling menyongsong, menyilang, meliuk - liuk dengan kecepatan tinggi, kemudian terlihat beberapa pesawat terbang dalam formasi "berlian" dengan kompaknya, dimana setiap pesawat secara berbarengan berputar pada porosnya sendiri sendiri, membuat jantung yang menyaksikannya berdebar - debar.     Atraksi - atraksi yang mengagumkan ini beberapa waktu yang lalu sering dilakukan oleh penerbang - penerbang kebanggaan Angkatan Udara yang tergabung dalam Tim Aerobatik TNI AU. Tercatat ada beberapa tim aerobatik yang pernah menjadi kebanggaan TNI AU , yaitu : 

    ▪    Tim Pionir
    ▪    Tim F-86 Sabre
    ▪    Tim Spirit 85
    ▪    Tim Jupiter
    ▪    Tim Elang Biru
    ▪    Jupiter Blue
    ▪    Thunder

    Memang menjadi ironis, kalau saat ini tim aerobatik TNI AU seakan menghilang, Dikarenakan keterbatasan Alutsista yang dimiliki TNI AU sekarang .
Namun kita berharap akan memiliki tim aerobatik kembali.dan menjadi tontonan yang menarik.

▪    Pionir sang Pelopor

    TNI AU memiliki tim aerobatik pertama kali tahun 1960an, yang terdiri dari formasi empat pesawat MiG 17, dengan para penerbang :     1.    Kolonel / Marsma TNI Roemin Nurjadin "Elang".
    2.    Letkol Pnb Ibnu Saputro "Scorpion".
    3.    Mayor Pnb Mannetihius Msidjan.
    4.    Mayor Pnb Sukardi.

Mereka bergabung dalam "Tim Pionir". Bertindak sebagai leader tim adalah Kolonel / Marsma Roesmin Nurjadin.


Tahun 1962 tim ini bertambah jumlahnya menjadi enam pesawat MiG 17 dengan tambahan penerbang Mayor / Letkol Roesman "Hell Cat", Sofyan Hamsyah, saputro dan Hashari Hasanuddin "Bison".


Tim ini pun mampu memukau penonton yang menyaksikannya pada peringatan HUT ABRI 5 Oktober dengan aksi jungkir balik udara seperti melakukan manuver manuver roll. loop, immelmann, cuban eight dan bomb burst.


      Sebelum melakukan atraksi dengan MiG 17, sebenarnya para penerbang TNI AU pernah melakukan terbang formasi dengan propeller seperti P-51 Mustang dari Skadron Udara (Skud) 3, dengan penerbang Kolonel Pnb Leo Wattimena, Roesmin Nurjadin, Dewanto dan Hadi Supandi, Hapid Adiningrat, Zainalan, Gunadi, Hashari dan Roesman. Namun tim ini belum sempat tampil di muka umum.


▪    *Sabre" yang Nekad

    Setelah lama tidak adanya tim aerobatik TNI AU lagi selama kurang lebih 10 tahun,maka dibentuklah tim baru dengan mempergunakan pesawat jenis beda dari sebelumnya, maka terbentuklah tim aerobatik baru yg bernama Tim F-86 Sabre.

    Tim F-86 Sabre merupakan tim aerobatik yang dibentuk sekitar tahun 1978. Meskipun para penerbangnya rata - rata memiliki jam terbang dibawah 200 jam dan waktu persiapan / belajar yang hanya 60 hari, tetapi mereka dengan gagah berani alias nekad tampil di depan umum.

Belajarnya pun hanya melalui brosur tim aerobatik Jepang, "Blue Impulse", belum ada instruktur. Ketika itu hanya Mayor Pnb Soeyitno yang sudah mengantongi 400-500 jam terbang dan bertindak sebagai leader.

Tim ini akhirnya tampil pada HUT ABRI ke 33, pada 5 Oktober 1978.

    Tujuh rangkaian manuver yang dilakukan oleh enam pesawat F-86 Sabre seperti: wing over, roll in box, closer, calypso pass, roll in trail, loop dan bomb brust.

Atraksi - atraksi yang yang begitu menarik dan beresiko ini memukau masyarakat ibukota Jakarta, khususnya atraksi "bomb brust" yang dilakukan oleh lima pesawat F-86 Sabre, dengan formasi menukik sebentar, lalu mengangkat hidung pesawat hingga mendaki tajam lurus keatas.


Kemudian 4 pesawat memencar sambil membuat lintasan melingkar kearah belakang masing - masing. Sementara itu pesawat kelima tetap terbang mendaki lurus sambil melintir - lintir.


Tim aerobatik F-86 Sabre ini adalah :


    1.    Mayor Pnb Soeyitno "Dragon" (sebagai Leader).
    2.    Mayor Pnb Budihardjo Surono "Bison".
    3.    Kapten Pnb Teuku Syahrial "Orca".
    4.    Kapten Pnb Suprihadi.
    5.    Kapten Pnb Zeky Ambadar "Jackal".
    6.    Kapten Pnb Lambret "Taurus".
    7.    Lettu Djoko Poerwoko "Beaver".

    Penampilan pertama ini ternyata sangat memukau masyarakat karena setelah itu tim aerobatik ini kembali menampilkan kehebatannya di Denpasar, Baucau, Ambon, Biak, manado, Ujung Pandang, dan Balikpapan.
Untuk menambah keindahan dalam melakukan aerobatik diudara, pesawat F-86 Sabre ini dilengkapi asap "smoke" berwarna putih, hasil buatan Dislitbangau.

    Kemudian hari dengan kedatangan pesawat tempur F-5 Tiger dan A-4 SkyHawk, tim F-86 sabre inipun praktis memudar, karena sebahagian para penerbangnya dikirim ke luar negeri.

▪     "Spirit 85" Mencontoh "Spirit 78"

    Tim Spirit 85 TNI AU ini muncul pada tahun 1985 dengan menggunakan pesawat MK-53 HS Hawk buatan Inggris. Tim Spirit ini berasal dari Skadron Udara 15 dengan para penerbang sebagai berikut :

    1.    Mayor Pnb Pieter Wattimena.
    2.    Mayor Pnb Toto Riyanto.
    3.    Kapten Pnb Basri Sidehabi.
    4.    Kapten Pnb Ida Bagus sanubari.

Keempat penerbang tersebut sehari - hari bertugas sebagai instruktur penerbang di Sakdron Udara 15.

    Pada penampilan pertamanya, Tim "Spirit 85" muncul pada peringatan HUT ABRI 5 Oktober 1985 dengan manuver steep turn left, barrel roll left, loop / lazy eight, combination break, bomb burst, full configurtion, wing over split two, carousel cross dan straight over (fly pass).

    Setahun kemudian, tim ini muncul kembali dengan enam pesawat ditengah masyarakat dengan sebutan "Tim Hawk". Para penerbangnya terdiri dari gabungan penerbang "F-86 Sabre" dan "Spirit 85". sebagai berikut :

    1.    Letkol Pnb Agus suwarno.
    2.    Mayor Pnb Basri Sudehabi.
    3.    Mayor Pnb Teuku Syahrial.
    4.    Mayor Pnb Suminar Hadi.
    5.    Mayor Pnb Toto Riyanto.
    6.    Mayor Pnb Ida Bagus Sanubari.


Tim aerobatik "Hawk" ini melakukan akrobatik udara selama 12 menit dengan memukau dan kompak. Tim inipun tidak bertahan lama, karena setelah tampil memukau di hari penting TNI AU tersebut, tim aerobatik inipun menghilang. Para personilnya bertugas di tempat yang berbeda - beda.     Nama "Spirit 85" menurut salah satu anggota tim, mengambil contoh dari "Spirit 78", tim aerobatik yang menggunakan pesawat F-86 Sabre.

▪    Tim "Jupiter", Tim Instruktur Penerbang 

      Pada peringatan ke 52 Hari TNI, 5 Oktober 1997 di Lanud Halim Perdanakusuma, Tim aerobatik "Jupiter" muncul pertama kalinya dengan menggunakan enam pesawat MK-53 HS Hawk.
 
    Manuver yang dipertunjukan mulai dari delta loop opener, lead on pass, line abreast, loop , mirror, cater pillar, screw roll, right clover leaf, heart, knife edge, roll backs, four point, vertical roll hingga vixen break. Manuver - manuver yang indah tersebut semakin memukau karena disertai asap yang berwarna warni.

Pernebang "Jupiter" adalah :

    1.    Letkol Pnb Bambang Soelistyo.
    2.    Mayor Pnb Agus Haryadi.
    3.    Mayor Pnb Tri Budi.
    4.    Lettu Pnb Andis Solichin.
    5.    Lettu Pnb M. Dadang.
    6.    Kapten Pnb Donni Ermawan.
    7.    Kapten Pnb Fahru Zaini.
    8.    Lettu Pnb Yudhianto.
    9.    Lettu Pnb Budi Ramelan.
  10.    Kapten Tek Agus Risnadi.

Mereka tampil dengan memukau penonton dengan meliuk - liuk yang sangat indah dan mendebarkan.

 
     Manuver - manuver yang dilakukannya sama dengan sajian yang digelar oleh tim "Red Arrow" pada saat Indonesian Air Show (IAS) tahun 1996 di Bandara Kemayoran Jakarta. Kemudian tim ini kembali menunjukkan kebolehannya melakukan akrobatik udara di Bandung pada HUT Kodikau 15 Oktober 1997. Konon penampilan di Bandung ini menjadi catatan tersendiri, karena belum pernah ada tim aerobatik yang tampil di Bandung. Alasannya antara lain, faktor ketinggian yang banyak berpengaruh terhadap performance, dan faktor cuaca yang sering tidak mendukung acara akrobatik.

Nama "Jupiter" diambil dari callsign personil tim yang semuanya instruktur penerbang dari Skadik (Skadron Pendidikan) 103.

▪    "Elang Biru" yang legendaris

    Tim Elang Biru muncul pertama kalinya pada peringatan ke 49 HUT TNI AU, pada 9 April 1995 di Halim Perdana Kusuma dengan 6 pesawat F-16 Fighting Falcon. pembentukan tim Elang Biru dilaksanakan setelah ada instruksi KASAU Marsekal TNI Rilo Pambudi, yang menginginkan tim aerobatik ini muncul pada peringatan Hari ABRI 5 Oktober 1995 dan untuk Indonesian Air Show (IAS) 1996. Pelaksanaan latihanpun dilakukan secara bertahap dan autodidak dan latihan formasi 2 pesawat hingga berlanjut menjadi 4 pesawat. Ternyata kesempatan baikpun datang, dengan adanya undangan dari negara Singapura untuk menyaksikan Air Show dalam rangka HUT Republik Singapura.

    Kehadiran para penerbang untuk menyaksikan air show tersebut tidak disia siakan. Ketika atraksi - atraksi digelar, merekapun menggambar satu satu atraksi - atraksi yang ditampilkan dan mencatat timing mapun sequence - nya.  Dari hasil pengamatan, catatan dan rekaman air show dari tim aerobatik berbagai negara seperti "Thunder Bird", "Blue Angel", dan "Black Knight" tersebut dievaluasi. Hasil evaluasi tersebut dicatat dan dijadikan bekal untuk latihan para tim aerobatik Elang Biru. Dan latihan - latihan yang dilakukan secara autodidak tersebut tim ini tampil kompak dan memukau di HUT TNI Angkatan Udara ke 49.

    Kemudian TNI AU mendatangkan pelatih yang merupakan pakar aerobatik "Thunder Bird" dari Amerika serikat;

    ▪    Kolonel Trent.
    ▪    Mayor Pieter Mc Caffrey.
    ▪    Kapten Mathew E Bryd.

Latihan dilaksanakan sesuai degan posisi para penerbang yang biasanya mereka latihkan, misalnya :

  • Kolonel Trent menurunkan ilmu leadernya kepada Letkol Pnb Rodi Suprasodjo. 
  • Mayor Pieter Mc Caffrey sebagai pelatih solo menularkan ilmnya kepada Mayor Pnb Bambang Samoendro dan Lettu Pnb Agung.
  • Kapten Matthew sebagai pelatih wingman menularkan ilmunya kepada Kapten Pnb Talang dan Kapten Pnb Anang.
    Tim ini berlatih dengan sungguh sungguh dan semangat yang tinggi. Kesungguhan ini mereka buktikan di setiap penampilan akrobatik Tim Elang Biru, seperti :

    ⁃    Peringatan Hari ABRI 5 Oktober 1995.
    ⁃    Peringatan Hari Emas TNI Au 9 April 1996.
    ⁃    Pameran Indonesian Air Show (IAS) 1996.

Tim Elang Biru yang melenggeda inipun tampil sangat memukau dan sangat memuaskan .



Tim Aerobatik Elang Biru TNI AU (Foto Kaskus Formil)

    Letkol Pnb Rodi Suprasodjo "Cobra" bertindak selaku pemimpin tim aerobatik (team / fight leader), Kapten Pnb Tatang Harlyansyah "Phyton"  sebagai wingman kanan, Kapten Pnb Anang Nurhadi "Morgan" sebagi wingman kiri, Mayor Pnb Bambang Samoedro "Puffin" sebagai slot, Mayor Pnb Agus Supriatna "Dingo" sebagai lead solo, Mayor Pnb Muhammad Syangi sebagai opposing solo.


    Selain itu tim inipun masih diperkuat oleh Kapten Pnb Fachri Adamy "Oryx" sebagai safety officer, Kapten Pnb Arief Mustofa "Reindeer", Mayor tek Nugroho "Falcon Jack", Kapten Tek Hanafie dan Marsma TNI Hanafie Asnan "Scorpio" serta Marsma TNI Suprihadi "Vampire" sebagai commander.


Tim Elang Biru ini menjadi kebanggaan TNI Angkatan Udara karena tim ini dapat disejajarkan dengan beberapa tim aerobatik kelas dunia seperti tim Red arrow (Inggris), Roulette (Australia), Golden Dreams (Inggris).

▪    Jupiter Blue yang unik


    Pada saat kunjungan pimpinan TNI Angkatan udara ke Lanud Iswahjudi tahun 2001, Marsma TNI Djoko Poerwoko yang pada saat itu menjabat sebagai Komandan Lanud Iswahjudi ditantang oleh para pimpinan untuk menampilkan tim aerobatik pada HUT TNI AU. dengan adanya tantangan tersebut, Marsma TNI Djoko Poerwoko pun berdiskusi dengan beberapa penerbang dari Skadron udara 3, Skadron Udara 15 dan Skadron Udara 1. Akhirnya disepakati untuk mencoba tampilan baru dengan membentuk tim aerobatik yang melibatkan beberapa jenis pesawat MK 53, F-16 dan Hawk 100.


    Tim Jupiter Blue ini akhirnya tampil di HUT TNI AU ke 55. Tim ini berhasil melakukan formasi tiga jenis pesawat yang berbeda jenis yaitu MK-53 HS Hawk, Hawk 100 dan F-16 Fighting Falcon dalam formasi enam pesawat.


Formasi enam pesawat itupun adalah :


    ⁃    Letkol Pnb Fahru bertindak sebagai leader.
    ⁃    Kapten Pnb Andis sebagai right wing.
    ⁃    Mayor Pnb Donny sebagai left wing.
    ⁃    Kapten Pnb Dadang sebagai slot.
    ⁃    Mayor Pnb Fachri sebagai lead solo
    ⁃    Kapten Pnb MJ. Hanafie sebagai opposing solo.

 Formasi Arrow Head  dengan menggunakan asap warna warni (Foto Kaskus Formil)
Kemudian pada peringatan ke 56 HUT TNI, tim ini kembali muncul dengan memukau. manuver lighting take off, delta loop, figure eight, barrel left, diamond loop, inverted and inverted to inverted, kid roll, 4 & 8 point roll, box loop, aileron roll, hi G turn, pheasant roll, hi AOA, snake pass, tanggo loop, cross over break, srew roll, heart dan vixen break berhasil memukau masyarakat dan menjadi kebanggaan TNI Angkatan Udara.

 Formasi Aerobatik TNI menggunakan pesawat jenis MK-53 Hawk, Hawk 100 dan F-16 Falcon (Foto Kaskus Formil)
 Tim Aerobatik TNI AU (Foto Formil Kaskus)

▪    Tim Aerobatik Jupiter
 
Team Jupiter yang asli dibentuk kembali pada tahun 2008 menggunakan 4 buah Korean Aerospace KT 1 B Woong Bee dari Skuadron Pendidikan 102 di Lanud Adi Sucipto Yogyakarta. Pertunjukkan pertama di depan masyarakat umum dilakukan pada tanggal 4 Juli 2008 di Yogyakarta dan yang kedua di Jakarta pada bulan November 2008.

Awalnya, tim ini hanya menggunakan 4 pesawat model Hawk MK-53. Namun, Jupiter Aerobatik Team sempat vakum sejak tahun 2002 dan mulai muncul kembali ke permukaan tahun 2008 dengan pesawat latih KT-1B Woong Bee buatan Korsel yang berjumlah 8 buah.



 Tim Jupiter Aerobatik TNI AU

▪   Tim Aerobatik Thunder

Tim Aerobatik Thunder merupakan tim aerobatik terbaru yang dimiliki oleh TNI AU atas prakarsa KASAU Marsekal TNI Imam Sufaat. Tim dibentuk pada tanggal 28 Februari 2011 di pangkalan udara Sultan Hasanuddin – Makasar yang terdiri dari 3 pesawat Sukhoi (Su-27/30). Tim yang dikendalikan langsung oleh Flight Director Komandan Pangkalan TNI AU Sultan Hasanuddin Marsekal Pertama TNI Agus Supriatna diawaki oleh the “Thunders”, sebutan bagi penerbang Skadron Udara 11 yang sampai saat ini telah mencapai urutan ke-146.

 Atraksi Tim Aerobatik Thunder
 
Pada penampilan perdana kali ini, sebagai Thunder 1 adalah Komandan Skadron Udara 11 Letkol Pnb M. Tonny Haryono, dengan call sign Racoon. Thunder 2 adalah Letkol Pnb M. Untung Suropati dengan call sign Giant. Thunder 3 adalah Mayor Pnd Dedy Ilham Suryanto Salam dengan call sign Cruiser.
Atraksi dibuka dengan manuver Bomb Burst, pesawat melintas dari arah belakang podium dengan ketinggian 150 m di atas permukaan tanah dan dengan kecepatan 750 km/jam, pesawat akan pecah dari formasi dan membentuk sudut 45˚ seperti pecahan sebuah bom meledak.
 
Berikutnya dari belakang podium, Thunder 1 akan tampil dengan manuver Tail Slide. Pesawat akan terbang menanjak dengan sudut 70˚ sampai mencapai kecepatan nol. Pesawat akan kelihatan berhenti di udara dan dapat dengan segera berakselerasi tanpa banyak kehilangan ketinggian. Sebuah manuver yang sangat indah.
Selanjutnya, Thunder 2 dan Thunder 3 berbelok menuju point persiapan dan Thunder 1 melakukan manuver membentuk satu lingkaran penuh secara vertikal (loop).
Kemudian dari sebelah kanan podium, Thunder 2 melakukan terbang inverted (terbalik) melintas depan podium. Thunder 3 melanjutkan atraksi dari kiri podium dan melakukan manuver 4 point roll. Pesawat akan berputar pada sumbu longitudinal sebanyak empat kali, masing-masing dengan sudut 90˚.
 
Manuver berikutnya, pesawat datang dari arah kanan podium, setelah melakukan manuver loop, Thunder 1 melintas di depan podium dengan manuver maksimum performance Aileron Roll. Pesawat berputar pada satu poros sebanyak empat kali hanya dalam waktu 6 detik.
 
Dilanjutkan dengan manuver High G Turn. Dari arah kiri, Thunder 2 menampilkan manuver berbelok dengan kemiringan 90˚ dan membentuk lingkaran pada bidang horizontal dengan radius turn minimum. Manuver ini merupakan kelebihan yang dimiliki oleh pesawat Sukhoi yang berperan penting dalam pertempuran jarak dekat.
Knife Edge, Thunder 3 terbang horizontal dari arah kanan dengan posisi miring 90˚ namun tetap mempertahankan arah dan ketinggian. Manuver ini mempunyai tingkat kesulitan yang cukup tinggi, karena pesawat mengandalkan vertikal stabilizer yang memiliki penampang kecil untuk menghasilkan gaya angkat.
 
Selanjutnya, Thunder 1 menampilkan kemampuan Sukhoi terbang dengan kecepatan rendah. Pesawat yang memiliki daya dorong sebesar 55.000 lbf dan mampu melesat hingga 2 kali kecepatan suara (2386 km/jam). Namun pesawat ini juga dirancang untuk tetap stabil dalam kecepatan rendah. Thunder 1 melintas horizontal dengan kecepatan 150 kts dan membentuk sudut serang (angle of attack) sebesar 24˚.
 
Dari belakang pesawat low speed, Thunder 2 melakukan High Speed Pass dengan kecepatan 0,9 MN atau 1600 km/jam. Selanjutnya, untuk membuktikan kemampuan daya dorong yang dimiliki pesawat Sukhoi, setelah terbang dengan low speed, pesawat dapat langsung melakukan manuver Oblique Loop yang membutuhkan kecepatan tinggi. Pesawat membuat lingkaran vertikal dengan sudut 45˚ sehingga membentuk lingkaran pada bidang miring 45˚.
 
Selanjutnya dengan akselerasi yang di peroleh, Thunder 1 melakukan manuver Half Cuban yaitu menanjak dengan sudut 60˚ dan kemudian pesawat berputar satu setengah kali, dilanjutkan dengan membuat setengah lingkaran menuju ketinggian semula.
Callypso, ditampilkan oleh Thunder 2 dan Thunder 3. Thunder 2 sebagai leader Callypso akan terbang inverted (terbalik). Sehingga pesawat terlihat seperti pinang dibelah dua.
Kemudian dari arah kiri podium, Thunder 1 melakukan manuver Inverted to Inverted yaitu terbang dalam posisi terbalik lalu membuat satu lagi putaran dan kembali ke posisi terbalik tanpa merubah kecepatan atau ketinggian.
 
Kolaborasi antara Thunder 2 dan Thunder 3 kembali menampilkan manuver Cross Over Break yaitu dua pesawat terbang saling menyilang pada kecepatan 800 km/jam dengan ketinggian yang sama.
 
Manuver terakhir dari Thunder Aerobatic Team adalah Bomb Burst. 3 pesawat melintas dari arah belakang podium dengan kecepatan tinggi di ketinggian rendah, lalu menanjak dengan sudut 60˚ dan diakhiri dengan roll. Manuver yang terlihat indah sekali, ditambah dengan smoke trail yang mengiringi masing-masing sukhoi. Acungan 2 jempol untuk Thunder team.
Menjadi kebanggaan Bangsa
 
Dengan berakhirnya atraksi tim aerobatic TNI AU yang tampil memukau tentunya menjadi kebanggaan tersendiri bagi TNI AU dan bangsa Indonesia. Manuver - manuver yang di tampilkan menunjukkan kepiawian, kedisiplinan dan kegigihan para pilot TNI AU. Atraksinya menunjukkan bahwa pilot-pilot TNI AU terlatih dengan baik. Bukan hanya para pilot, namun pesawat yang digunakan atau dimiliki TNI AU juga mendukung kemampuan para pilot.
 

Semoga tim ini tetap terus bertahan dan dapat meningkatkan penampilannya. Bukan hanya atraksi di udara saja yang bisa ditampilkan, namun atraksi crew di darat sebagaimana di tampilkan oleh tim-tim aerobatic kelas dunia seperti Thunderbird, Blue Angels dari negeri paman Sam, kita pun bisa menampilkan tim aerobatic berkelas dunia.



 Atraksi Pesawat Sukhoi TNI AU Diangkasa Ibukota


 
Sumber :
  •  Majalah Angkasa
  •  weaponstechnology
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...