Selasa, 15 November 2022

KRI Tombak-620 Dan Pesawat Udara U-6215 TNI AL Latihan Bersama

⚓ Hadapi serangan udaraKRI Tombak 620 latihan bersama pesawat Penerbal (Pen2)

KRI Tombak-620 dari jajaran Satuan Kapal Cepat (Satkat) Koarmada II, yang sedang melaksanakan operasi di bawah kendali operasi Gugus Keamanan Laut (Guskamla) Koarmada II melaksanakan latihan bersama dengan unsur Pesawat Udara U-6215 di Perairan Laut Jawa, Selasa (4/1).

Tidak tanggung-tanggung, Komandan Guskamla Koarmada II Laksma TNI I Gung Putu Alit Jaya memimpin langsung jalannya latihan bersama. “Kegiatan ini rutin dilaksanakan apabila dua unsur atau lebih bertemu di daerah operasi yang sama, dan melaksanakan kegiatan serial latihan atau giat lainnya guna melatih profesionalitas prajurit TNI AL,“ terang Danguskamla.

Selain itu untuk melihat tingkat kesiapsiagaan prajurit KRI dalam menghadapi aksi serangan udara. Karenanya kita harus berupaya semaksimal mungkin melatih kesiapan prajurit di bawah jajaran Koarmada II agar menjadi prajurit yang profesional,” tambah Laksma Putu Alit Jaya.

Saat latihan berlangsung Prajurit KRI Tombak-620 dengan sigap segera menempati pos tempur masing-masing begitu mendengar tanda peran tempur bahaya udara dibunyikan.

Aksi para prajurit ini dilanjutkan dengan aksi tempur dalam menghadapi serangan udara meliputi tracking sasaran udara sampai dengan pengarahan meriam pertahanan udara ke sasaran. Latihan juga diisi dengan komunikasi taktis antara KRI TOK-620 dengan Pesawat Udara U-6215.

Dalam latihan yang mengutamakan kerja sama taktis tersebut, para prajurit melaksanakan beberapa serial latihan. Antara lain Radio Comm Air to Ground (reverse), Air Joining Procedure, Tracking Sasaran Udara, Ploting Udara, Pertahanan Udara dan Flypass. (Pen2)


  💂
 Koarmada II  

Indonesia Menyetujui Pinjaman Luar Negeri Sebesar USD 3,9 Miliar

Untuk pengadaan pesawat tempur Ilustrasi pesawat tempur Mirage Qatar Emiri Air Force (QEAF)  di Pangkalan Udara Incirlik, Turki, pada tahun 2011. (Departemen Pertahanan AS)

Kementerian Keuangan Indonesia (Kemenkeu) telah memberikan persetujuan kepada TNI AU untuk mendapatkan pinjaman luar negeri sebanyak USD 3,9 miliar untuk tiga proposal terpisah yang telah diajukan untuk pengadaan pesawat tempur.

Tawaran ini termasuk untuk pengadaan 12 pesawat tempur multiperan Mirage dari Angkatan Udara Qatar Emiri (QEAF) dan pengadaan batch kedua pesawat tempur multiperan Dassault Rafale sebanyak 18 unit untuk TNI-AU.

Pada Februari 2022, Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Indonesia menandatangani kesepakatan dengan Dassault untuk pengadaan total 42 unit Rafale. Pada gelombang pertama kontrak pengadaan pesawat efektif 6 unit, setelah Indonesia membayar uang muka pada bulan September dengan dana pinjaman asing.

Dari Jane's, diberitakan Kemenkeu memberikan izin untuk mendapatkan pinjaman fasilitas kredit asing senilai USD 2,9 miliar untuk pengadaan Rafale tahap kedua. Persetujuan diberikan pada bulan September setelah berkonsultasi dengan Kementerian Pertahanan dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS).

 
Jane's  

Balitbang Kementerian Pertahanan Indonesia Uji fungsi Radar GCI

 Hasil kerjasama dengan Thales Radar GCI LEN (kompas)

Balitbang Kementerian Pertahanan Indonesia kembali melakukan uji fungsi pada Radar GCI, untuk semakin mematangkan sistem dan kesempurnaan radar yang akan menjadi penjaga langit Indonesia.

Uji fungsi ini ditinjau langsung oleh Kepala Balitbang Kementerian Pertahanan dan Direktur Bisnis & Kerjasama PT Len Industri (Persero).

  ♔
LEN  

[Global] Aselsan Turki Luncurkan Radar AESA Produksi Dalam Negeri

📡 Untuk Jet Tempur F-16 dan Drone Akinci Radar AESA Aselsan Turkiye  [Aselsan]

Perusahaan pertahanan Turki Aselsan, meluncurkan radar active electronically scaned array (AESA) yang dikembangkan di dalam negeri. Radar AESA produksi dalam negeri itu rencananya akan dipasang ke jet tempur F-16 Fighting Falcon dan drone tempur (UCAV) Bayraktar Akinci.

Untuk instalasi pada F-16, radar AESA produksi Aselsan akan menjadi bagian dari proyek Ozgur, yakni program retrofit pada F-16 Block 30. Angkatan Udara Turki saat ini dilaporkan mengoperasikan 43 unit F-16 Block 30 C/D, 117 unit F-18 Block 40, dan 110 unit F-16 Block 50. Yang artinya, suka tidak suka, saat ini backbone kekuatan udara Negeri Erdogan bertumpu pada populasi F-16 yang berjumlah besar.

Kilas balik ke Oktober 2021, Turki meminta Amerika Serikat untuk mengizinkan penjualan 40 unit jet F-16 Viper dan hampir 80 kit modifikasi untuk armada F-16 yang ada. Namun, sikap ‘ogah-ogahan’ Washington selama setahun terakhir telah membuat Ankara frustrasi.

Juru bicara Presiden Turki Tayyip Erdogan baru-baru ini mengumumkan bahwa proses Amerika Serikat mengizinkan penjualan jet tempur F-16 kepada anggota NATO Turki sedang berlangsung dan dapat diselesaikan dalam beberapa bulan mendatang. Namun, Turki tampaknya telah mengambil inisiatif untuk meningkatkan armada F-16 dengan radar AESA buatan dalam negeri.

Presiden Industri Pertahanan, Ismail Demir, meluncurkan radar AESA Aselsan pada 10 November 2022 dan menyatakan bahwa pesawat tempur Lockheed Martin F-16 Fighting Falcon Angkatan Udara Turki, drone Akinci, serta pesawat tempur Eksperimental (TF-X) akan dipasang dengan radar AESA dari Aselsan.

Pada bulan Maret tahun ini, sebuah portal lokal Turki menginformasikan bahwa prototipe radar AESA untuk F-16 yang dikembangkan oleh Aseslan diharapkan akan dikirimkan pada akhir tahun ini.

Menurut beberapa sumber, pengembangan dan integrasi radar AESA pada F-16 merupakan salah satu dari sekian banyak upgrade dalam program modernisasi yang dilakukan oleh Turki. Kebutuhan untuk meng-upgrade pesawat tempur F-16 menjadi semakin penting karena meningkatnya kekuatan Angkatan Udara Yunani dengan akuisisi jet tempur canggih.

Secara umum, radar AESA memberikan keuntungan substansial mengenai kecepatan akuisisi target, jangkauan di mana ancaman dan potensi ancaman dapat dideteksi, dan presisi dan ketepatan tracking berikutnya, terutama untuk objek yang lebih kecil. Radar AESA diproduksi secara lokal hanya oleh segelintir negara, dan sekarang, Turki telah bergabung dengan klub elite. (Bayu Pamungkas)

 
Indomiliter  

Polri Pesan MRAP Ringan KMPV

Dari Korea Selatan Rantis MRAP KMPV [Airspace Review]

H
adir di pameran Indo Defence 2022 di JIExpo Kemayoran, Armor Kovico anak perusahaan Kovico (Korea Vehicle & Ind. Co., Ltd.) menampilkan dua kendaraan lapis bajanya KMPV 4X4 dan Black Shark 4X4.

Kedua kendaraan tersebut diminati oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri).

Khusus mengenai KMPV (Kovico Multi Purpose Vehicle), Polri memborong 3 unit varian BSTV untuk tahun 2022 dan 17 unit versi RMM yang akan datang tahun 2023.

KMPV tergolong sebagai kendaraan MRAP (Mine-Resistant Ambush Protected) ringan yang bisa bertahan dari ledakan ranjau atau IED (bahan peledak improvisasi).

Untuk ketahanan terhadap ranjau, KMPV berada pada STANAG 4569 Level 2 yang artinya sanggup bertahan dari ledakan ranjau dan IED setara 6 kg TNT.

Sementara untuk ketahanan balistiknya, kulit lapis baja KMPV dapat bertahan dari tumbukkan pelor kaliber 7,62×51 AP (STANAG 4569 Level 2).

Rantis KMPV Black Shark 4×4 (ist)

KMPV memiliki dimensi panjang 6 m, lebar 2,25 m, tinggi 2,38 m. Wheel base-nya 330 cm dan ground clearance 40 cm.

Sebagai penggeraknya berupa mesin diesel kapasitas 6.000 cc 6 silinder EURO lll, yang menghasilkan daya 270 hp.

Kecepatan maksimumnya mencapai 120 km/jam. Dengan tangki penuh 170 liter solar, bisa beroperasi sejauh 1.020 km.

Kendaraan dengan bobot kosong 10.500 kg ini dapat membawa muatan 1.500 kg dan dalam kabinnya menampung 10 pasukan termasuk pengemudinya.

Selain memborong KMPV, sebelumnya pada 2009 dan 2015 Polri mengakuisisi Black Shark (untuk Indonesia dengan nama Barracuda).

Kemudian rantis Wolf 4X4 pada tahun 2012 dan 2013. -RBS-

  Airspace Review  
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...